Anda di halaman 1dari 12

Penyebab Chikungunya

Chikungunya disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Nyamuk tersebut mendapatkan virus chikungunya saat menggigit seseorang yang telah terinfeksi
sebelumnya. Penularan virus terjadi bila orang lain digigit oleh nyamuk pembawa virus tadi. Perlu
diketahui bahwa virus chikungunya tidak menyebar secara langsung dari orang ke orang.

Virus chikungunya dapat menyerang siapa saja. Namun, risiko terserang penyakit ini lebih tinggi
pada bayi yang baru lahir, lansia 65 tahun ke atas, dan individu dengan kondisi medis lain, seperti
hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.

Gejala Chikungunya

Pada beberapa kasus, chikungunya tidak menimbulkan gejala apa pun. Akan tetapi, umumnya
penderita chikungunya mengalami gejala, seperti:

Demam hingga 39 derajat Celsius

Nyeri pada otot dan sendi

Sendi bengkak

Nyeri pada tulang

Sakit kepala

Muncul ruam di tubuh

Lemas

Mual

Gejala di atas biasanya timbul 3-7 hari setelah seseorang digigit nyamuk pembawa virus. Pada
umumnya, penderita akan membaik dalam seminggu. Tapi pada sebagian penderita, nyeri sendi
dapat berlangsung hingga berbulan-bulan. Walaupun tidak sampai menyebabkan kematian, gejala
chikungunya yang parah dapat menyebabkan kelumpuhan sementara.

Diagnosis Chikungunya

Gejala chikungunya mirip dengan gejala demam berdarah dan virus zika. Oleh karena itu, seseorang
yang mengalami gejala di atas disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter, agar dapat
diberikan penanganan yang tepat.

Beri tahu dokter bila sebelum gejala muncul, Anda bepergian ke daerah endemik chikungunya.
Informasi tersebut akan membantu dokter membuat diagnosis yang tepat. Kemudian untuk lebih
memastikan diagnosis, dokter akan menjalankan tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assays).
Tes ELISA adalah tes serologi guna mengecek keberadaan antibodi IgM dan IgG yang terkait dengan
chikungunya. Umumnya, kadar antibodi IgM sangat tinggi pada 3-5 minggu setelah gejala muncul,
dan bisa bertahan hingga 2 bulan.

Pengobatan Chikungunya

Tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan chikungunya, karena penderita akan sembuh
dengan sendirinya. Dalam banyak kasus, gejala akan mereda dalam seminggu. Meski demikian, nyeri
sendi dapat berlangsung hingga beberapa bulan.

Dokter akan meresepkan obat antiradang atau obat flu tulang, seperti paracetamol atau ibuprofen
guna meredakan nyeri sendi dan demam. Di samping itu, pasien juga akan disarankan banyak minum
dan istirahat yang cukup.

Perlu diketahui, jangan menggunakan aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) sebelum
dokter memastikan gejala yang dialami bukan gejala demam berdarah. Hal tersebut untuk
mencegah terjadinya perdarahan. Bila Anda sedang menjalani pengobatan untuk kondisi lain,
sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat lain.

Pencegahan Chikungunya

Pencegahan chikungunya sama seperti pencegahan penyakit lain yang disebabkan oleh gigitan
nyamuk. Cara yang utama adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan tindakan
3M Plus. 3M yang dimaksud meliputi:

Menutup rapat tempat penyimpanan air.

Menguras tempat penampungan air.

Mengubur barang bekas yang bisa menampung air.

Sedangkan tindakan Plus (tambahan) yang dapat dilakukan untuk membantu 3M, yaitu:

Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air.

Memasang kawat anti-nyamuk di ventilasi rumah.

Menggunakan kelambu saat tidur.

Menanam tumbuhan pengusir nyamuk.

Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian.

Di samping sejumlah langkah di atas, Anda dapat melakukan beberapa langkah pencegahan
tambahan, terutama bila hendak bepergian ke daerah endemik chikungunya, antara lain:
Menggunakan losion anti-nyamuk dengan kandungan N,N-diethylmetatolumide (DEET) secara rutin.
Bila Anda mengenakan tabir surya, oleskan losion setelah tabir surya.

Menggunakan obat nyamuk bakar yang diletakkan di luar untuk membantu mengusir nyamuk.

Mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang setiap waktu.

Komplikasi Chikungunya

Pada kasus yang jarang, chikungunya dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti:

Uveitis (radang pada bagian mata yang disebut uvea)

Retinitis (radang pada retina mata)

Miokarditis (peradangan otot jantung)

Nefritis (peradangan pada ginjal)

Hepatitis (radang hati)

Meningoensefalitis (radang selaput otak)

Mielitis (radang pada satu segmen saraf tulang belakang)

Sindrom Guillain- Barré (gangguan sistem saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan)

Patofisiologi

Hingga saat ini patofisiologi chikungunya masih belum diketahui secara jelas. Infeksi virus
chikungunya memiliki gejala klinis yang mirip dengan infeksi virus Ross River atau virus dengue.

[1]Penelitian pada Hewan Percobaan

Pada suatu penelitian di tikus didapatkan setelah inokulasi virus pada kulit, virus ini bereplikasi pada
fibroblast, sel mesenkim dan osteoblast. Virus chikungunya menginduksi respon sitokin lokal dan
kemokin untuk menarik sel NK, monosit, makrofag, sel T CD4+ dan CD8+. Kerusakan akibat replikasi
virus dan infiltrasi sel imun menyebabkan edema lokal, degenerasi serabut otot secara ekstensif,
kerusakan pada sel mesenkimal sinovium dan periosteum. Infeksi pada osteoblast meningkatkan
ligan nF-kβ pada osteoprotegerin di tumit dan lutut yang meningkatkan pembentukan osteoklast
dan menyebabkan destruksi tulang.

Etiologi chikungunya adalah virus chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk genus
Aedes.Virus chikungunya merupakan alphavirus yang tergabung dalam famili togaviridae. Virus ini
merupakan virus RNA dan berukuran sekitar 11,8 kb dengan kapsid dan envelope dari fosfolipid.

Penatalaksanaan chikungunya secara umum bersifat suportif. Tidak ada terapi antivirus spesifik
untuk chikungunya. Penting untuk mengeksklusi infeksi serius lainnya yang mirip dengan
chikungunya seperti dengue, malaria dan infeksi bakteri.
Setelah infeksi lain tereksklusi, tatalaksana meliputi hidrasi, pemantauan hemodinamik,
pengumpulan spesimen darah untuk diagnosis, dan antipiretik. Arthralgia berat dapat diobati
dengan NSAID dan fisioterapi. Perlu dilakukan pemantauan glukosa darah berkala pada pasien ini.

Ribavirin dapat memperbaiki gejala arthralgia kronik atau arthritis kronik pada beberapa pasien
dewasa. Penggunaannya pada pasien pediatrik masih belum diketahui efikasinya

Virus Zika adalah virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penderita infeksi virus Zika biasanya
tidak mengalami gejala atau hanya merasakan gejala ringan.

Virus ini pertama kali ditemukan pada seekor monyet di Hutan Zika, Uganda, di tahun 1947. Pada
tahun 1952, ditemukan manusia pertama yang terinfeksi virus Zika di Uganda dan Republik Tanzania.
Sementara di Indonesia, tercatat ada 5 kejadian infeksi virus Zika dari tahun 1981 hingga 2016.

Zika Virus – alodokter

Virus Zika termasuk ke dalam kelompok flavivirus, yaitu keluarga virus yang sama dengan virus
penyebab demam berdarah dan chikungunya.

Penyebab Virus Zika

Virus Zika ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Spesies nyamuk yang
sama dengan spesies nyamuk yang menularkan demam berdarah dan chikungunya.

Nyamuk ini aktif di siang hari dan hidup serta berkembang biak di area yang terdapat genangan air.
Proses penularan bermula ketika nyamuk mengisap darah dari seseorang yang telah terinfeksi, lalu
menularkan virus ini ke orang lain melalui gigitan.

Selain melalui gigitan nyamuk, virus Zika bisa menular melalui transfusi darah dan hubungan seks.
Virus ini juga dapat diturunkan dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya.

Virus Zika dapat ditemukan pada air susu ibu (ASI), tetapi belum ada laporan penularan virus Zika
melalui proses menyusui. Oleh sebab itu, ibu yang sedang menyusui umumnya dianjurkan untuk
tetap menyusui bayinya meskipun ibu sudah terinfeksi, tinggal, atau bepergian ke daerah yang
rawan penularan virus.

Faktor Risiko Virus Zika

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda terinfeksi virus Zika, yaitu:

Melakukan perjalanan ke daerah yang banyak terjadi kasus virus Zika, terutama negara di benua
Amerika dan Afrika

Melakukan hubungan seks dengan penderita virus Zika tanpa memakai pengaman (kondom)

Gejala Virus Zika

Pada sebagian besar kasus, infeksi virus Zika tidak menunjukkan gejala apapun, sehingga
penderitanya tidak mengetahui bahwa dirinya sudah terinfeksi virus ini. Tetapi jika gejala muncul,
biasanya hanya bersifat ringan dan baru muncul 3–12 hari setelah tergigit nyamuk.

Beberapa gejala yang dapat muncul akibat infeksi virus Zika adalah:

Tubuh mudah lelah

Demam

Sakit kepala

Ruam kulit

Nyeri otot

Nyeri sendi

Konjungtivitis atau peradangan kelopak mata

Gejala di atas biasanya berlangsung selama beberapa hari dan mereda setelah 1 minggu.

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di atas, terutama jika Anda sedang hamil atau
baru saja bepergian ke daerah yang banyak terjadi kasus infeksi virus Zika.

Melalui pemeriksaan, dokter bisa mengetahui apakah gejala yang Anda alami disebabkan oleh virus
Zika atau penyakit lain, seperti demam berdarah atau chikungunya.

Diagnosis Virus Zika


Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien. Dokter
juga akan bertanya apakah pasien baru saja bepergian ke negara yang banyak terjadi kasus infeksi
virus Zika.

Agar hasil diagnosis lebih akurat, dokter akan melakukan pemeriksaan sampel darah atau urine
pasien. Khusus bagi ibu hamil, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi:

USG kehamilan untuk mendeteksi mikrosefali atau kelainan lain pada janin

Amniosentesis atau pemeriksaan sampel cairan ketuban untuk mendeteksi virus Zika

Pengobatan Virus Zika

Infeksi virus Zika pada umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Dokter hanya akan
meresepkan paracetamol untuk meredakan keluhan sakit kepala dan demam. Pasien juga akan
disarankan untuk istirahat yang cukup dan banyak minum air putih guna mencegah dehidrasi.

Komplikasi Virus Zika

Infeksi virus Zika umumnya tidak menimbulkan komplikasi, namun pada ibu hamil diketahui dapat
menyebabkan keguguran. Selain itu, infeksi virus Zika juga dapat menimbulkan komplikasi serius
pada janin, seperti:

Ukuran kepala bayi lebih kecil dari normal (mikrosefali)

Rusaknya sebagian tulang tengkorak

Kerusakan otak dan berkurangnya jaringan otak

Kerusakan pada bagian belakang mata

Terbatasnya kemampuan gerak akibat gangguan sendi atau akibat terlalu banyak tonus otot

Sindrom Guillain-Barrѐ

Meningitis

Berdasarkan penelitian, orang yang pernah terinfeksi virus Zika tidak akan terinfeksi virus ini lagi di
kemudian hari. Begitu pula Ibu hamil yang pernah terinfeksi virus Zika juga tidak akan memiliki risiko
yang sama pada kehamilan berikutnya. Dengan kata lain, tubuh dengan sendirinya akan membentuk
antibodi terhadap infeksi virus ini.

Pencegahan Virus Zika

Cara terbaik untuk mencegah infeksi virus Zika adalah dengan tidak bepergian ke negara atau daerah
di mana terjadi banyak kasus infeksi virus Zika, terutama jika sedang hamil. Tetapi jika Anda harus
pergi ke negara atau daerah tersebut, lakukan langkah-langkah di bawah ini:
Konsultasikan terlebih dulu kesehatan Anda dengan dokter 4–6 minggu sebelum keberangkatan.

Carilah informasi tentang fasilitas kesehatan yang tersedia di daerah yang akan dikunjungi.

Jangan berhubungan seks tanpa menggunakan pengaman (kondom).

Sedangkan untuk mencegah gigitan nyamuk penyebab virus Zika, ada beberapa cara yang bisa Anda
lakukan, yaitu:

Selalu kenakan baju berlengan panjang, celana panjang, serta kaus kaki.

Oleskan losion antinyamuk dengan kandungan DEET minimal 10 persen. Jangan mengoleskan losion
ke mata, mulut, luka terbuka, dan area kulit yang mengalami iritasi.

Gunakan pendingan ruangan (AC) jika memungkinkan. Jika tidak ada AC, pasang kawat nyamuk di
jendela dan pintu.

Pasang kelambu di tempat tidur. Jika Anda memiliki bayi atau balita, pasang kelambu di kereta
dorong bayi.

Jika Anda harus tinggal di sana cukup lama, bersihkan tempat penampungan air setiap satu minggu
sekali dan tutup tempat air tersebut agar nyamuk tidak bertelur di dalamnya.

Sebarkan bubuk larvasida di tempat penampungan air untuk membunuh larva nyamuk.

Buang barang bekas yang dapat menyebabkan air tergenang, seperti ember, pot bunga, atau ban
yang sudah tidak terpakai.

Etiologi

Virus Zika (ZIKV) adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk aedes Aegypti, virus ini terkait dengan
demam kuning dan virus West Nile. ZIKV pertama Kali diisolasi dari monyet rhesus di hutan ZIka di
Uganda pada tahun 1947. ZIKV Digambarkan sebagai SPO yang menyebabkan infeksi pada manusia
di Afrika dan Asia hingga 2007. Pada tahun 2013 epidemi besar dilaporkan di Polinesia
Perancis,Bersamaan dengan demam dengue. ZIKV telah dianggap muncul sejak tahun 2007.Pada
tahun 2007, dokter di pulau Yap melaporkan bahwa wabah penyakit zika Ditandai dengan ruam,
konjungtivitas, dan arthralgia. Meskipun serum dari beberapa Pasien memliki IgM antibody terhadap
virus dengue, penyakit tampak berbeda klinis Dari sebelumnya terdeteksi demam berdarah.
Pengujian berikutnya dengan Menggunakan primer konsekuensi terdeteksi virus RNA zika dalam
serum pasien Tetapi tidak ada virus dengue atau arboviral lainnya RNA. Tidak ada wabah
Sebelumnya dan hanya 14 kasus virus zika telah didokumentasikan.Zika virus adalah kasus pathogen
nyamuk yang dilaporkan di Afrika, Asia dan Wilayah besar Pasifik. Tidak ada infeksi virus zika asli
telah dilaporkan di Thailand.Namun, ada beberapa kasus dilaporkan pada wisatawan yang kembali
dari Thailand. Di Thailand melaporkan ada 7 kasus infeksi ZIKV akut di warga Thai di Seluruh negeri
dikonfirmasi oleh pengujian molekuler atau serologis termasuk urutan Data, ini kasus endemic, di
kombinasikan dengan laporan sebelumnya di wisatawan,Memberikan bukti bahwa ZIKV tersebar
luas di seluruh Thailand.Virus zika menyebar ke orang terutama melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus yang sudah terinfeksi virus zika. Zika juga dapat Ditularkan melalui
seks dari orang yang sudah terinfeksi virus zika ke mitra seks dan Dapat menyebar dari wanita hamil
ke janinnya. Orang dapat melindungi dari gigitan Nyamuk yang sudah terinfeksi virus zika.5

Dengue

Demam berdarah adalah penyakit akibat gigitan nyamuk pembawa virus Dengue. Penyakit ini
menyebabkan gejala demam tinggi dan flu. Jika tidak ditangani dengan tepat, demam berdarah
berisiko mengancam nyawa.Demam berdarah merupakan salah satu penyakit dengan jumlah kasus
yang cenderung meningkat setiap tahun. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2020, terdapat 95.893 kasus demam berdarah di seluruh Indonesia, dengan 661 kasus di
antaranya berakhir dengan kematian.Demam berdarah terbagi menjadi 2 jenis, yakni demam
dengue (Dengue Fever) dan demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever). Perbedaan
antara kedua jenis demam berdarah tersebut adalah adanya kebocoran pembuluh darah pada
demam berdarah dengue, sedangkan pada demam dengue tidak.

Penyebab

Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Virus Dengue masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Biasanya,
nyamuk ini menggigit di pagi dan sore hari.Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang
terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi tersebut akan dibawa oleh
nyamuk dan menginfeksi orang lain yang digigitnya. Meski begitu, virus Dengue hanya menular
melalui nyamuk dan tidak dari orang ke orang.Virus Dengue terbagi menjadi empat tipe, yaitu DENV-
1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus Dengue dan
berhasil pulih, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus
tersebut.Akan tetapi, kekebalan terhadap salah satu virus tidak menutup kemungkinan terjadinya
infeksi oleh tipe virus Dengue yang lain. Bahkan, seseorang yang pernah terinfeksi virus Dengue lebih
berisiko terinfeksi lagi dengan gejala yang lebih berat.selain pernah mengalami infeksi virus Dengue,
faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena demam berdarah adalah tinggal atau
bepergian ke daerah tropis. Demam berdarah juga lebih berisiko dialami oleh bayi, anak-anak, orang
lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh lemah.

Gejala

Berdasarkan tingkat keparahan gejalanya, demam berdarah dapat dibagi menjadi demam dengue
(dengue fever) dan demam berdarah dengue (dengue hemorrhagic fever). Berikut ini adalah
penjelasannya:

Demam dengue (Dengue fever)

Demam dengue adalah bentuk ringan dari infeksi virus Dengue. Gejalanya hampir menyerupai
demam pada umumnya dan umumnya dimulai sejak hari ke-4 sampai ke-7 setelah digigit nyamuk
(masa inkubasi DBD). Gejala demam ini umumnya mereda kurang dari 1 minggu, tetapi bisa juga
berlangsung sampai 10 hari.

Gejala demam dengue antara lain:

Demam 40°C atau lebih


Sakit kepala berat

Nyeri pada sendi, otot, dan tulang

Hilang nafsu makan

Nyeri di bagian belakang mata

Mual dan muntah

Pembengkakan kelenjar getah bening

Ruam kemerahan (muncul sekitar 2–5 hari setelah demam)

Demam berdarah dengue (Dengue hemorrhagic fever)

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan kondisi ketika demam dengue yang dialami oleh
penderitanya mengalami perburukan (fase kritis). Biasanya, fase ini terjadi antara hari ke-3 hingga
hari ke-7 setelah gejala muncul.

Pada fase ini, penderita demam dengue dapat mengalami penurunan suhu demam (dibawah 38°C)
selama 1 hari, kemudian suhu tubuhnya akan kembali naik di hari berikutnya. Pola ini disebut
sebagai saddleback fever (demam pelana).

Banyak yang mengira bahwa penurunan demam ini adalah tanda kesembuhan. Padahal, justru di
fase ini penderita harus diawasi lebih ketat. Hal ini karena pada fase ini penderita dapat mengalami
perdarahan dan kebocoran pembuluh darah.

Berikut ini merupakan tanda bahaya demam berdarah dengue yang harus diwaspadai:

Sakit perut tak tertahankan

Muntah terus menerus (3 kali atau lebih dalam 24 jam)

Perdarahan, seperti gusi berdarah atau mimisan

Terdapat darah pada urine, tinja, atau muntah

Perdarahan di bawah permukaan kulit yang tampak seperti memar

Napas yang pendek atau cepat

Lemas atau lelah

Gelisah
Diagnosis

Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh untuk mencari tanda-tanda seperti ruam,
pembesaran kelenjar getah bening, atau pembesaran organ hati. Dokter juga dapat melakukan
tourniquet test dengan alat pengukur tekanan darah. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa
rapuh pembuluh darah pasien untuk mengalami perdarahan.Dokter juga dapat melakukan
pemeriksaan lebih lanjut terhadap pasien demam berdarah, seperti:Hitung darah lengkap pada 1–3
hari pertama, untuk mengetahui kadar sel darah putih, trombosit, serta kadar hematokrit dalam
darah yang dapat menjadi tanda kebocoran pembuluh darah

Pemeriksaan antigen NS1 di hari ke 0–7 sejak gejala muncul, untuk mendeteksi keberadaan virus
Dengue

Pemeriksaan serologi IgG dan IgM yang biasanya dilakukan 4–5 hari setelah gejala muncul, untuk
mendeteksi antibodi terhadap virus Dengue

Pemeriksaan fungsi hati, untuk memastikan apakah infeksi dengue menyebabkan komplikasi pada
hati

Pengobatan demam dengue

Tidak ada metode khusus untuk menangani demam dengue. Pengobatan yang dilakukan adalah
untuk meredakan gejala dan mencegah infeksi virus semakin memburuk.

Dokter akan menganjurkan pasien untuk melakukan beberapa hal berikut:

Cukupi cairan tubuh dengan banyak minum untuk menghindari dehidrasi.

Penuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang sehat untuk mendukung proses penyembuhan.

Istirahat yang cukup.

Konsumsi paracetamol untuk meredakan demam. Namun, hindari penggunaan aspirin atau obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), terutama pada anak-anak, karena dapat memperparah
perdarahan atau memicu sindrom Reye.

Hindari gigitan nyamuk untuk mengurangi risiko penularan lebih lanjut.

Gunakan obat nyamuk losion atau kelambu di kamar.

Pengobatan demam berdarah dengue

Apabila demam dengue berkembang menjadi demam berdarah dengue, pasien perlu dirujuk ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Dokter akan memberikan cairan infus dan
memantau pasien dengan ketat, mulai dari denyut nadi, tekanan darah, hingga jumlah urin yang
dikeluarkan oleh pasien.

Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi serius,


seperti dengue shock syndrome (DSS). Kondisi ini ditandai dengan:
 Tekanan darah menurun
 Kulit basah dan terasa dingin
 Napas tidak beraturan
 Mulut kering
 Denyut nadi lemah
 Jumlah urin menurun

Pada kondisi ini, aliran darah ke seluruh jaringan tubuh akan menurun sehingga
terjadi kekurangan oksigen (hipoksia). Hal ini dapat menyebabkan kejang,
kerusakan pada hati, jantung, otak, dan paru-paru, penggumpalan darah, hingga
kematian.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya demam berdarah, yaitu:

Vaksin dengue

Demam berdarah derajat berat yang menimbulkan dengue shock syndrome dapat dicegah dengan
pemberian vaksin dengue. Vaksin ini dapat diberikan pada anak-anak dan orang dewasa usia 9–45
tahun, sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan.

Vaksin dengue mengandung 4 jenis virus dengue. Oleh karena itu, vaksin tetap diberikan pada orang
yang sudah pernah terinfeksi. Hal ini untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap tipe virus Dengue
berbeda.

Penting untuk diingat bahwa vaksin dengue tidak boleh diberikan pada orang yang tidak pernah
terdiagnosis demam berdarah sebelumnya, karena bisa meningkatkan risiko demam berdarah berat
jika orang tersebut terinfeksi. Pemberian vaksin juga tidak dianjurkan pada anak usia di bawah 9
tahun, terutama pada kelompok usia 2–5 tahun.

Pemberantasan Sarang Nyamuk

Selain dengan vaksin, demam dengue dapat dicegah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
PSN dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida atau fogging dalam jeda 1 minggu.
Dilakukannya pengasapan sebanyak dua kali bertujuan untuk membunuh jentik nyamuk yang tidak
dapat dibasmi pada saat pengasapan pertama.

Metode PSN lain adalah dengan rutin menjalankan 3M-Plus, terutama pada musim hujan. Langkah
3M yang dimaksud adalah:

Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi atau toren, minimal 1 minggu sekali
Menutup rapat tempat penampungan air

Mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti,
seperti ban bekas yang dapat menampung air hujan

Selain itu, lakukan pula langkah Plus untuk membantu pencegahan. Langkah Plus yang dimaksud
antara lain:

Mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah

Memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah

Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras

Menggunakan kelambu saat tidur

Menanam tumbuhan pengusir nyamuk

Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian

Selain cara-cara di atas, mengenakan pakaian yang longgar juga dapat mencegah gigitan nyamuk.
Hal ini karena gigitan nyamuk dapat menembus pakaian yang ketat. Sebagai perlindungan
tambahan, gunakan losion anti nyamuk yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET).

Anda mungkin juga menyukai