ASKEP CHIKUNGUNYA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ANDRIATI ( NIM 131912047 )
ARIE WAHYUDI ( NIM 131912048 )
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “ASKEP Chikungunya” ini. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
dengan judul “ASKEP Chikungunya”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung
sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Semakin majunya kehidupan semakin banyak pula masalah yang kita hadapi baik dari
bidang pendidikan,ekonomi, po4litik, budaya, kesehatan dll. Akan tetapi semua itu memiliki
keuntungan dan kerugian. Setiap masalah pasti memiliki jalan keluar walapun semua itu tidak
mudah. Salah satu kesehatan yang kita hadapi adalah penyakit chikungunya yang disebabkan
oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya.
Virus Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Afrika Timur tahun 1952. Virus ini
terus menimbulkan epidemi di wilayah tropis Asia dan Afrika. Di Indonesia Demam
Chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit di Kuala
Tunkal, Jambi, tahun 1980. Tahun 1983 merebak di Martapura, Ternate dan Yogyakarta. Setelah
vakum hampir 20 tahun, awal tahun 2001 kejadian luar biasa (KLB) demam Chikungunya terjadi
di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Demam
Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi Jawa Barat, Purworejo dan Klaten Jawa Tengah tahun
2002.
Faktor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti. Dalam musim hujan nyamuk ini
berkembang sangat cepat sehingga pada musim hujan penderita penyakit chikungunya semakin
banyak dan meningkat.Selain itu, lingkungan juga bisa menjadi factor pemicu datangnya
nyamuk ini. Lingkungan yang kurang dijaga kebersihannya dan didukung oleh sikap masyarakat
yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggalnya dapat mengundang
nyamuk penyebar penyakit chikungnunya.. Penyakit ini tidak dapat di tularkan secara langsung
oleh penderita, seperti berjabat tangan, memakai peralatan yang sama secara bergantian.
Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk pembawa. Penyakit ini seperti penyakit demam berdarah
yang ditularkan oleh faktor pembawa yaitu nyamuk. Bedanya, jika virus demam berdarah
menyerang pembuluh darah, sedangkan virus Chikungunya menyerang sendi dan tulang.
Penyakit demam Chikungunya ini merupakan penyakit endemik
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan
ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti;
juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus.
Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau
bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat
Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang
berlangsung 3-10 hari.
B. Etiologi
Virions mengandung satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang manusia
dan hewan. Virions dibungkus oleh lipid membrane; plemorfik; spherical; dengan diameter 70
µm. Pada permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein
membentuk heterodimer).
Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang
menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan induknya
menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur
di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu.
Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang diserang
tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang sangat cepat.
Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus
dapat masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha virus).
Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian susceptible. Ternyata
Susceptbility gene berada di kromosom 3. Vektor Chikunguya di Asia adalah Aedes aegypti,
Aedes albopticus. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus.
C. Patofisiologi
Pathway
Peningkatan bilirubin
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam
48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien. Manifestasi penyakit
berlangsung 3-10 hari. Virus ini termasuk self limiting diseases alias hilang dengan sendirinya.
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau Chikungunya
akan membuat semua persendian terasa ngilu.
1. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan. Demam
penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajat C.
2. Sakit persendian
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat
bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum berobat. Sendi
yang sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang
belakang.
3. Nyeri otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi
pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
4. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5
demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki, terutama badan dan
lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.
5. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan sedikit
fotophobia.
6. Kejang dan penurunan kesadaran
Kejamg biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung
oleh penyakitnya.
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher
dan kolaps pembuluh darah kapiler. Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti
nyeri sendi tidak terlalu nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi. Tetapi
pada bayi dan anak kecil timbul:
1. Kemerahan pada wajah dan munculnya ruam kemerahan dalam bentuk papel-papel
(maculopapular) atau erupsi seperti biduran (urtikaria).
2. Rasa linu di persendian tangan dan kaki serta pergelangan lutut.
3. Demam tinggi disertai muntah-muntah, menggigil, sakit kepala, sakit perut, serta bintik
merah pada kulit seperti penderita demam berdarah.
4. Mimisan bisa terjadi pada pasien anak-anak.
5. Pada umumnya pada anak hanya berlangsung selama 3 hari.
Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat,
renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang
pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan
memproduksi virus yang menyerang tulang.
E. Epidemiologi
Sejarah Penyakit yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada tahun
1952 hingga 1953. Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956, dan 1968)
Thailand, Kamboja, Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai ditemukan di Indonesia
pada tahun 1973.
Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia
Selatan, dan Asia Tenggara. Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di
Samarinda, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta,
selanjutanya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001
sampai bulan Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian.
Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik termasuk
Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat terlihat selepas
bencana tsunami pada Desember 2004.
Penularanya Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit
oleh nyamuk penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.
Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku
dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain manusia, primata
lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi,
mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bisa mengandung antibodi terhadap virus
Chikungunya.
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu
kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa.
Masa inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya
berlaku dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai
sepuluh hari.
F. Pemeriksaan diagnostic
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan
aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini
hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat
untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari.
Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-bone fever) dengan gejala mirip
dengan demam dengue, tetapi lebih ringan dan jarang menimbulkan demam berdarah. Artralgia,
pembuluh darah konjungtiva tampak nyata, dengan demam mendadak yang hanya berlangsung
2-4 hari. Pemeriksaan serum penderita untuk uji netralisasi menunjukkan adanya antibodi
terhadap virus Chikungunya.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. 2-5 ml darah dalam minggu I perjalanan penyakit
b. Virus CHIK (efek sitopatik) dikonfirmasi dengan antiserum CHIK spesifik
c. Hasil didapat dalam 1-2 minggu
2. Pemeriksaan serologi
a. 10-15 ml darah pada fase akut (segera setelah onset klinik terjadi) dan padafase
penyembuhan (10-14 hari) setelah sampel I diambil.
b. Pemeriksaan IgM dilanjutkan MAC-ELISA, hasil dalam 2-3 hari
c. Reaksi silang sering terjadi, konversi dengan uji neutralisasi dan HIA
d. Diagnosa (+):
e. Peningkatan antibody 4x pada fase akut dan fase penyembuhan
f. Antibody IgM spesifik CHIKV (+)
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
a. Melalui enzim reserve transcriptase = tes RT-PCR
b. Specimen sama dengan untuk isolasi virus
c. Hasil didapat dalam 1-2 hari
G. Penatalaksanaan
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap
penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya
cukup baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu
tertentu. Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah
dengue, maka perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk
apabila terdapat tanda-tanda bahaya.
Demam Chikungunya termasuk ?Self Limiting Disease? atau penyakit yang sembuh
dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang
diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat
penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan
penggunaan obat sejenis asetosal.
Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan
pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.Untuk memperbaiki keadaan umum
penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta
minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah
segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan
penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga
meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa
mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi
kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat keluhan saat ini
4. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Hospitalisasi/tindakan operasi
5. Riwayat social
6. Pengkajian pola kesehatan klien saat ini
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
b. Nutrisi
c. Cairan
d. Aktivitas
e. Tidur dan istirahat
B. Diagnose keperawatan
C. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan
Definisi : peningkatan suhu tubuh berkisaran di atas normal.
Batasan karakteristik :
kulit kemerahan
peningkatan suhu tubuh berkisaran diatas normal
kejang
kulit terasa hangat
factor yang berhubungan :
penurunan respirasi
dehidrasi
penyakit
No Dx. Noc Nic
Batasan karakteristik :
3. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakn jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian awitan yang tiba-tiba atau lambat dari instensitas ringan hingga berat dgn akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan belangsung
Batasan karakteristik :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya.
Virus ini termasuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus atau “group A” antropho borne
viruses. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Sejarah Chikungunya
di Indonesia Penyakit ini berasal dari daratan Afrika dan mulai ditemukan di Indonesia tahun
1973.
Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai selubung, merupakan
salah satu anggota grup A dari arbovirus, yaitu alphavirus dari famili Togaviridae.
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk
penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia,
baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau
populasi dan senantiasa ada).
Gejalanya adalah demam, sakit persendian, nyeri otot, bercak kemerahan pada kulit, dan
sakit kepala. Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji
hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Pengobatan terhadap
penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya
cukup baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu
tertentu.
Chikungunya tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan.Dengan istirahat cukup, obat
demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri
dalam tujuh hari.
B. Saran
Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan
terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin
untuk menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya
minum jus buah segar).
Cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya, termasuk
memusnahkan sarangpembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan penularannya. Cara
sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut
berkembang biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Menutup tempat penyimpanan air
Mengubur sampah
Menaburkan larvasida.
Memelihara ikan pemakan jentik
Pengasapan
Pemakaian anti nyamuk
Pemasangan kawat kasa di rumah.
Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,
sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara
pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes
aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. 2013. Jakarta:
EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Ahren. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC.
Zuyina Luklukaningsih, 2011. Anatomi Dan Fisiologi Manusia cetak 1. Yogyakarta : Nuha
Media