Anda di halaman 1dari 21

CHIKUNGUNYA

AGUSTINA Br. GINTING MAGDALENA R. PIREZ


FATRIA I. S. H. MAKBUL
SIMON JORDY J. LENGGU VEBRIANI M. SINANTONG
1) Untuk mengetahui apa itu
demam chikungunya
2) Untuk mengetahui bagaimana
etiologi demam chikungunya
3) Untuk mengetahui apa saja
gejala demam chikungunya
4) Untuk mengetahui bagaimana
patofisiologi demam
chikungunya
5) Untuk mengetahui bagaimana
mekanisme penularan demam
chikungunya
6) Untuk mengetahui bagaimana
epidemiologi terjadinya demam
chikungunya
7) Untuk mengetahui bagaimana
pencegahan demam
chikungunya
Pengertian
Demam Chikungunya adalah
suatu penyakit akibat virus yang
ditularkan melalui nyamuk
(Aedes) dan dikenal pertama kali
di Tanzania pada tahun 1952.

Bahasa Makonde

kungunyala

Membungkuk > arthralgia


etiologi

Demam Chinkungunya (CHIK)


disebabkan oleh virus
chikungunya (CHIKV) atau
dikenal juga sebagai “Buggy
Creek Virus” adalah virus yang
termasuk dalam genus
Alphavirus dari famili
Togaviridae.
Patofisiologi
Demam chikungunya
mempunyai masa inkubasi
antara 2-12 hari, tetapi
umumnya 2-4 hari atau 3-7
Setelah masa inkubasi, hari.
suhu badan mendadak
meningkat sampai 39°-
40°C diikuti gejala
menggigil yang
intermiten. Fase akut ini
berlangsung 2-3 hari,
selanjutnya demam
menghilang untuk 1-2
hari dan kemudian
timbul lagi sehingga
memberi kurve demam
dengan gambaran seperti
“pelana” (saddle-back
fever).
Mekanisme penularan
epidemiologi
Host
Manusia

Vektor
Ae. aegypti
Ae. albopictus

Agent
CHIKV
Environment
Vektor yang berperan dalam penularan demam chikungunya adalah nyamuk Famili Culicidae
Subfamili Culicinae, Genus Aedes, Spesies aegypti dan albopictus.

Tempat perindukan larva Ae. aegypti antara


lain di bak mandi, drum, tempat
penampungan air dispenser, tempat
penampungan air refrigator, ban bekas, vas
bunga, talang rumah, kolam ikan hias yang
terbengkalai/tidak digunakan lagi, di
kontainer di luar gedung dan di kolam.

Beberapa tempat perindukan larva Ae.


albopictus antara lain di lubang-lubang
pohon, lubang potongan bambu, ketiak daun
serta kulit buah-buahan yang berlekuk seperti Kebiasaan menggigit Ae. aegypti dan Ae.
kelapa, durian, coklat, dan lain-lain, di bak albopictus tejadi pada siang hari pada saat
air, ember, potongan pohon, bambu dan manusia sedang melaksanakan aktifitas, dan
ketiak daun yang menampung air dan di memiliki kebiasaan menggigit berulang-
kontainer buatan di luar gedung. ulang (multiple bitters)
Faktor risiko
 Tinggal di wilayah
endemik
 Adanya perpindahan
penduduk dari daerah
terinfeksi
 Sanitasi lingkungan
yang buruk
 Tidak menggunakan
alat proteksi dari
gigitan nyamuk
 Bekerja di hutan.
 Imunitas tubuh yang
rendah.
Wabah pertama CHIK di
Indonesia dikenal sebagai
“knuckle fever”. Istilah ini
berasal dari sebuah catatan
di zaman Belanda yang
menuliskan adanya
penyakit tersebut di Batavia
pada tahun 1779.
Demam chikungunya juga
pernah dilaporkan di
Samarinda tahun 1973.
Kemudian berjangkit di
Kuala Tunkal, Jambi, tahun
1980.
Setelah vakum hampir 20
tahun, awal tahun 2001
terjadi KLB chikungunya di
Muara Enim (Sumatera
Selatan), Aceh dan Bogor.
Proses deteksi dini
chikungunya dapat
menggunakan pe-
meriksaan darah
atau dengan uji
laboratorium.
Selain itu, juga
perlu diperhatikan
trias chikungunya
pengobatan

Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi CHIK masih


bersifat simtomatik.
Aspirin dapat diberikan untuk nyeri sendi (setelah masa
akut).
Pada arthritis yang tidak dapat diobati dengan aspirin, dapat
diberikan klorokuin fosfat (250 mg/ hari)
Pemberian vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh
bermanfaat untuk penaganan penyakit.
Daftar pustaka
 Amirullah, dan Endang Puji Astuti, 2011. Chikungunya : Transmisi dan Permasalahannya.
Jurnal Vol. 3 No. 2 Tahun 2011. Kendari: Universitas Haluoleo.
Kementrian Kesehatan. 2012. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Mangguang, Masrizal Dt. 2011. Penyakit Menular “Chikungunya”. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 5. No. 1. Padang: Universitas Andalas.
PAHO. 2011. Preparedness and Response for Chikungunya Virus Introduction in the
Americas. Washington DC: Pan American Health Organization.
Suriptiastuti. 2007. Re-emergency Chikungunya: Epidemiologi dan Peran Vektor Pada
Penyebaran Penyakit. Jurnal Kedokteran. Vol. 26. No. 2. Jakarta: Universitas
Trisakti.

Anda mungkin juga menyukai