Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KASUS 1

CHIKUNGUNYA

Disusun oleh :
Kelompok 8
Olvie Leonita 220110140004
Melinda Ardian 220110140007
Herlina Apriliani 220110140012
Wulan Selvia Andriani 220110140025
Dewi Andriani 220110140036
Intan Febryani R 220110140052
Agung Maulana Yusuf 220110140058
Lisnawati 220110140082
Tiffany Khoirunnisa 220110140084
Annisa Susanti K 220110140087
Annisa Aulia Suci 220110140090
Hanipah Fitriani 220110140096
Mutia Nurul Annisa 220110140128
Nama Dosen Tutor
Ikeu Nurhidayah, M.Kep., Sp.Kep.An

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................. i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3

2.1 Definisi ..................................................................................................... 3

2.2 Etiologi ..................................................................................................... 3

2.3 Manifestasi Klinik .................................................................................... 4

2.4 Patofisiologi ............................................................................................. 5

2.5 Pengkajian ................................................................................................ 7

2.6 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 8

2.7 Penatalaksanaan ..................................................................................... 12

2.8 Pencegahan ............................................................................................. 15

BAB III ANALISIS KASUS ..................................................................... 17

BAB IV PRINSIP ASUHAN KEPERAWATAN ................................... 19

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 22

5.1 Simpulan ................................................................................................ 22

5.2 Saran ....................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Chikungunya berasal dari bahasa Shawili berdasarkan gejala


pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung
mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi
hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini terjadi pada lutut pergelangan kaki serta
persendian tangan dan kaki. Demam Chikungunya disebabkan oleh virus
Chikungunya (CHIKV). CHIKV termasuk keluarga Togaviridae, Genus
alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti (WHO 2009).
Anggota alphavirus antara lain virus Chikungunya, virus sindbis, virus
western equine encephalitis, dan menginfeksi manusia dan menimbulkan
kelainan yang bervariasi, misalnya serokonversi tanpa gejala, demam,
gejala Demam Berdarah ringan, ensefalitis, atau arthropati akut
(Ramakhrisna, 2009).

Pada tahun 1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah


dengue, ini dapat diartikan bahwa infeksi Chikungunya sangat mirip
dengan Dengue. Istilah Chikungunya berasal dari bahasa suku Swahili
yang berarti Orang yang jalannya membungkuk dan menekuk lututnya,
suku ini bermukim di dataran tinggi Makonde Provinsi Newala, Tanzania
(yang sebelumnya bernama Tanganyika). Istilah Chikungunya juga
digunakan untuk menamai virus yang pertama kali diisolasi dari serum
darah penderita penyakit tersebut pada tahun 1953 saat terjadi KLB di
negara tersebut. Pada demam Chikungunya adanya gejala khas dan
dominan yaitu nyeri sendi (Depkes RI, 2012).

Di Indonesia, infeksi virus Chikungunya telah ada sejak abad


ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter
berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus ini menimbulkan penyakit
yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari (vijfdaagse koorts) yang

1
kadangkala disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Kejadian
Luar Biasa (KLB) penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan pada
tahun 1973 di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di Jakarta.
Tahun 1982 di Kuala Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983 di
Yogyakarta. Sejak tahun 1985 seluruh provinsi di Indonesia pernah
melaporkan adanya KLB Chikungunya. KLB Chikungunya mulai banyak
dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim, tahun 2000 di Aceh,
tahun 2001 di Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ), tahun 2002 di
Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI, Banten, tahun 2003
terjadi di beberapa wilayah pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Secara
epidemiologis, saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensial
untuk timbulnya KLB Chikungunya (Depkes RI, 2012).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili (daerah Somalia,


Afrika) yang berarti posisi tubuh melengkung atau membungkuk yang
dalam hal ini berkaitan dengan suatu tanda atralgia atau nyeri sendi dan
tulang (arthritis) yang dimana nyeri tersebut dapat disebabkan oleh cedera
tulang, alergi, dan infeksi virus dan nyeri tersebut dapat dirasakan
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Chikungunya sejenis dengan
penyakit demam berdarah karena ditularkan oleh vektor nyamuk yang
sama yaitu Aedes aegypty maupun albopticus, perbedaannya ialah demam
berdarah merupakan virus dengue yang menyerang pembuluh darah dan
dapat disertai dengan shock dan chikungunya merupakan virus
chikungunya yang menyerang tulang dan persendian.

Virus Chikungunya pertama kali ditemukan di Afrika pada


tahun 1952 dan pertama ditemukan di Indonesia tepatnya di Samarinda
pada tahun 1973. Gejala utama chikungunya ialah demam tinggi yang
mendadak disertai rasa nyeri di persendian, pergelangan, jari kaki dan
tangan serta tulang belakang serta ruam pada kulit. Namun, yang perlu
diketahui bahwa chikungunya bukanlah penyakit yang mematikan karena
umumnya penyakit ini akan sembuh di hari kelima sampai ketujuh.

2.2 Etiologi

Chikungunya disebabkan oleh adanya infeksi virus chikungunya


(CHKIV) yaitu jenis Alphavirus yang termasuk dalam keluarga
Togaviridae dan ditularkan atau disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypty dan Aedes albopticus di Asia pada umumnya dan nyamuk Aedes
furcifer dan Aedes africanus di Afrika. Vektor penular yang paling umum
ialah Aedes aegypty , nyamuk yang sama dengan nyamuk yang

3
menularkan demam berdarah dikarenakan tempat hidup nyamuk tersebut
ialah di lingkungan tropis, di tempat penampungan air dan tempat
penampungan sampah-sampah bekas, maka dari itu kondisi kebersihan
lingkungan sangatlah penting untuk mencegah penyebaran nyamuk
penular tersebut. Virus ini dapat menyerang manusia dan hewan, karena
cara penularannya tidak melalui kontak antar manusia secara langsung
tetapi terjadi apabila penderita yang terkena penyakit chikungunya ini
digigit oleh nyamuk penular dan kemudian nyamuk tersebut menggigit
orang lain baik anak-anak hingga dewasa dan tidak lupa hewan juga dapat
menjadi sumber penularan karena didalam tubuh hewan seperti tikus,
burung, dan kelelawar mengandung antibodi terhadap virus chikungunya.

2.3 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis yang biasa terjadi pada pasien dengan


penyakit chikungunya, yaitu:

1. Demam: demam tinggi selama 5 hari 39oC, menurun setelah 2 3 hari


dan kemudian kambuh lagi di hari berikutnya
2. Mialgia (nyeri otot) dan artralgia (nyeri sendi). Terutama sendi lutut,
pergelangan, jari kaki, dan tangan serta tulang belakang
3. Ruam kemerahan (makulopapular) pada kulit setelah 3-5 hari
4. Sakit kepala
5. Gejala flu
6. Conjungtiva injection dimana pembuluh konjungtiva mata akan tampak
nyata dan terjadi fotofobia
7. Pembesaran KGB. [Oedarto. 2009]
8. Jumlah trombosit, kreatinin, bilirubin, dan leukosit meningkat [jurnal.
2012]

4
2.4 Patofisiologi Chikungunya

Gigitan nyamuk Masuk ketubuh menuju Virion matang disel Virus dikeluarkan
Inkubasi 2-4 hari
(aedes aegypty) RE dan sitoplasma endhoteli di limfonadi lewat sel membran

Beredar dalam darah

Terjadi reaksi Saluran Hati Tulang


Kulit
antigen antibodi pencernaan persendian

Nekrosis sel hati


Keluar Terjadi arthitis
Pelepasan pirogen Gangguan
bintik-bintik
endogen didalam produksi cairan
merah gatal Mempengaruhi
leukosit lambung
Peningkatan Reaksi inflamasi
metabolisme
bilirubin
pada sel hati
Merangsang Peningkatan asam
RESIKO pelepasan asam lambung RESIKO Peradangan
KERUSAKAN arakidonat GANGGUAN
INTEGRASI FUNGSI HATI
KULIT Merangsang
NAUSEA
Sintesis prostaglandin E2 saraf nyeri

NYERI Susah bergerak &


Merangsang kerja termostat di hipotalamus bengkak kemerahan NYERI AKUT
RESIKO INFEKSI
pada sendi

Hipotalamus nilai ambang temperatur 5


ANXIETAS HAMBATAN
MOBILITAS FISIK
Peningkatan suhu tubuh HIPERTERMI

Terjadi kompensasi tubuh


untuk mengurangi suhu tubuh

Pengeluaran Keringat
Berlebih

DEFISIT VOLUME
CAIRAN

6
2.5 Pengkajian

I. RIWAYAT KESEHATAN
- Kaji riwayat penyakit kronis, seperti Diabetes Mellitus, penyakit
jantung, dan gagal ginjal.
- Kaji tentang diet dan status nutrisi
- Menanyakan tentang perubahan terhadap toleransi aktivitas dan
kemampuan sehari-hari. Seperti nyeri pada otot dan tulang (arthritis),
perubahan pengecapan, penciuman, dan penglihatan.
- Kaji terhadap adanya orthostatic vital sign.
- Kajiriwayat pemakaianobat, seperti obat-obatan yang mensupresi
hematopoletik.
- Kaji riwayat demam.

II. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


- Tanyakan apakah beberapa hari sebelumnya ada anggota keluarga yang
mengalami keluhan yang sama.
- Tanyakan bagaimana kondisi tempat tinggal
- Tanyakan adakah orang disekitarnya terkena sebuah penyakit yang
mengalami keluhan yang sama.

III. PEMERIKSAAN FISIK


- Inspeksi keadaan kulit terhadap warna, turgor, tekstur, kelembapan,
bengkak, dan nyeri.
- Kaji adanya ptekie, ekimosis, purpura, jauntice, dan pallor.
- Inspeksi lesi pada kulit
- Inspeksi rambut (beberapa proses autoimun menyebabkan alopesia,
rambut kering, dan rusak)
- Mengkaji kemampuan mendengar pasien dan cek kondisi telinga bagian
tengah
- Inspeksi adanya lingkaran hitam dibawah mata.
- Inspeksi warna conjunctiva

7
- Kaji adanya lesi pada mukosa mulut, candidiasis pada lidah, dan
membrane mukosa.
- Kaji TTV
- Palpasi nodus lymph diseluruh tubuh, seperti pada aksila, leher,
inguinal. (elevasi, ukuran, konsistensi, dan mobilitas). Jika terasa nyeri
menunjukkan adanya pembesaran nodus lymph.
- Perkusi bagian abdomen untuk mengetahuin adanya pembesaran organ.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk memastikan diagnosis perlu pemeriksaan laboratorium
yang dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: Isolasi virus dari
inokulasi serum fase akut, pemeriksaan serologis dengan cara ELISA,
pemeriksaan IgG dan IgM dengan metode Immuno Fluorescent
Assay(IFA), pemeriksaan materi genetik dengan Polymerase Chain
Reaction (PCR), pemeriksaan antibodi dengan uji Hemaglutinasi
Inhibisi (H.I Test) menggunakan serum diambil pada masa akut ( hari
ke 5 mulai demam ) dan serum konvalesen pada minggu ke 2 sesudah
demam serta sequencing.
a. Isolasi Virus
Isolasi virus chikungunya didasarkan pada inokulasi
spesimen biologis dari nyamuk atau dari manusia (serum) secara
invitro dengan menggunakan kultur jaringan sel vero, BHK-21, HeLa
sel dan sel C6/36. Isolasi virus juga dapat dilakukan secara in vivo
dengan menggunakan anak mencit yang masih menyusui (suckling
mice). Jenis untuk isolasi virus chikungunya adalah serum pada masa
akut 0-6 hari, tetapi ada beberapa literatur menyebutkan bisa sampai 8
hari. Spesimen yang berasal dari nyamuk juga dapat digunakan untuk
bahan isolasi virus. Semua spesimen biologis untuk isolasi virus harus
diproses secepatnya, bila memang perlu ditunda maksimal penundaan
adalah 48 jam dengan disimpan pada suhu 2-8 0C.
b. Deteksi Viral RNA

8
Deteksi viral RNA virus chikungunya dapat dilakukan pada
saat akut penderita (<8 hari). Deteksi viral RNA juga dapat
menggunakan spesimen biologis dari nyamuk (vektor). Deteksi viral
RNA didasarkan pada gen NSP1 atau E16 saat ini telah dikembangkan
berbagai macam teknik deteksi viral RNA virus chikungunya yaitu
secara RT-PCR (Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction)
dan Real Time PCR.
c. Serologi (Deteksi IgM dan atau IgG)
Infeksi Chikungunya juga dapat dideteksi secara serologi
dengan mendeteksi anti-chik berupa IgM atau IgG. Sampai saat ini
telah banyak dikembangkan teknik diagnostik untuk mendeteksi
chikungunya secara serologi diantaranya Haemaglutination,
Complement Fixation Test (CFT), Immuno flourescent assay (IFA),
dan Plaque Reduction Neutralization Testing (PRNT). Antibodi IgM
dapat dideteksi dari hari ke-4 infeksi sampai beberapa minggu waktu
lamanya. Antibodi IgG dapat dideteksi hari ke-15 sampai beberapa
tahun lamanya. Pemeriksaan antibody dengan uji Hemaglutinasi
inhibisi (H.I test) menggunakan serum diambil pada masa akut (hari ke
5 mulai demam) dan serum konvalesen pada minggu ke 2 sesudah
demam. Menggunakan cara ELISA untuk mengukur IgM chikungunya,
hasil diperoleh setelah 2-3 hari.

9
Interpretasi:
1. Bila IgM (-) dan IgG (-) dengan gejala klinis jelas, pemeriksaan
diulang 10-14 hari kemudian.
- Bila hasil pemeriksaan ulang IgM (+) IgG(-) berarti infeksi akut
primer
2. Bila IgM (-)IgG(+) dilakukan pemeriksaan ulang 10-14 hari
kemudian. Bila hasil pemeriksaan ulang IgG (+) dengan kenaikan titer
>4X berarti infeksi sekunder.
3. Bila IgM (+) IgG(+) berarti sedang terjadi infeksi sekunder

Untuk saat ini untuk pemeriksaan konfirmasi diagnosis


chikungunya dapat dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (BALIT BANGKES), B/BTKL PP, RSPI Soelianti Saroso,
Labkesda. Metode yang digunakan adalah secara deteksi Antibodi (IgM
dan atau IgG), deteksi molekuler (RT-PCR) dan Isolasi virus jika
diperlukan. Spesimen yang digunakan adalah Serum atau Plasma penderita
pada masa akut. Jumlah spesimen yang dibutuhkan untuk konfirmasi KLB
chikungunya adalah 5-10 spesimen dari setiap satuan KLB (per
kecamatan/ per puskesmas). jika jumlah penderita > 10, namun jika jumlah
penderita < 10 maka untuk konfirmasi jumlah spesimen yang diperiksa
jumlah penderita Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
pemeriksaan :
1. Hematologi rutin
a. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin.
- Biasanya dijumpai Hb normal atau anemia bila ada perdarahan .
b. Pemeriksaan Trombosit
- Dapat ditemukan Trombositopenia
c. Pemeriksaan Hematokrit
- Ht normal atau meningkat bila dengan dehidrasi
d. Pemeriksaan Leukosit
- Leukopenia atau juga leukositosis
e. Hitung Jenis Leukosit

10
- Pada hitung jenis bisa dijumpai relatif limfositosis.
f. Pemeriksaan Laju Endap Darah
- LED meningkat karena adanya infeks
2. Kimia Klinik
- Fungsi hati: SGOT, SGPT dan bilirubin total/direk yang bisa
meningkat bila dijumpai hepatomegali.
- CK (Creatinin Kinase) yang meningkat karena adanya nyeri otot.
3. Serologis Chik:
Rapid Diagnostic Test(RDT) terhadap anti-IgM Chikungunya
dapat dilakukan sebagai penapisan (screening) untuk diagnosis
chikungunya. Pemilihan Rapid Diagnostik Test (RDT) juga harus
memenuhi persyaratan sensitifitas dan spesifisitas diatas 85% dengan uji
lokal.
4. Serologis Dengue :
-Anti Dengue IgM-IgG untuk menyingkirkan DBD

11
Nilai Normal Pemeriksaan Laboratorium

2.7 Penatalaksanaan

Penatakasanaan demam chikungunya secara umum dibagi


menjadi dua, yaitu tatalaksana periode akut dan kritis.

1. Penatalaksanaan Periode Akut


a. Rawat Jalan
Pada perawatan di rumah, yang harus dilakukan adalah
istirahat yang cukup, membatasi kegiatan fisik, kompres dingin untuk
membantu mengurangi kerusakan sendi, minum air yang banyak
mengandung elektrolit setidaknya 2 liter dalam waktu 24 jam, ukur air

12
kencing dalam 24 jam lebih dari 1 liter. Demam dapat diatasi dengan
paracetamol pada pasien tanpa penyakit ginjal dan hati. Bila demam
lebih dari lima hari, nyeri tidak tertahankan, keseimbangangan
postural dan ekstremitas dingin, penurunan output urin, perdarahan
kulit melalui lubang manapun dan muntah terus menerus, pasien harus
datang ke sarana kesehatan primer.
b. Sarana Kesehatan Primer
Kemungkinan diagnosis banding yang lainnya adalah
leptospira, demam dengue, malaria dan penyakit lainnya yang harus
disingkirkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium dasar. Dilakukan pengkajian menganai tanda dehidrasi
dan dilakukan rehidrasi dengan adekuat. Lakukan pemeriksaan darah
untuk melihat nilai leukosit dan trombosit. Pengobatan lainnya berupa
simptomatis dengan paracetamol sebagai antipiretik. Manifestasi kulit
dapat diatasi dengan obat topical atau sistemik. Bila hemodinamik
tidak stabil, oliguria (urin < 500 cc/24jam), perubahan kesadaran atau
manifestasi perdarahan, pasien harus segera dirujuk ke sarana
kesehatan yang lebih tinggi. Demam dapat memperburuk nyeri sendi,
sehingga sebaiknya demam dihindari dalam fase akut. Aktivitas
ringan dan fisioterapi direkomendasikan untuk pasien yang
mengalami kemajuan klinis.
c. Sarana Kesehatan Sekunder
Pemeriksaan sampel darah untuk serologi IgM ELISA.
Sebagai alternative dapat diperiksa IgG diikuti pemeriksaan sampel
kedua dengan jarak 2-4 minggu. Tanda gagal ginjal harus diperhatikan
(jumlah urin, kreatinin, natrium dan kalium), fungsi hati (transaminase
dan bilirubin), EKG, malaria (hapusan darah tepi) dan
trombositopenia. Pemeriksaan cairan serebrospinal harus dilakukan
bila dicurigai terdapat meningitis. Dapat digunakan teknik scoring
CURB 65 untuk penentuan perlu tidaknya rujukan fasilitas kesehtan
yang lebih tinggi.
d. Sarana Kesehatan Tersier

13
Harus diperiksa sampel darah untuk
serologi/PCR/pemeriksaan genetik sesegera mungkin bila fasilitas
tersedia. Pertimbangkan kemungkinan penyakit rematik lain seperti
rematoid arthritis, gout, demam rematik pada kasus-kasus yang tidak
biasa. Dapat diberikan terapi NSAID, namun pada komplikasi serius
berupa perdarahan transfusi trombosit pada perdarahan dengan
trombosit <50.000, fresh frozen plasma atau knjeksi vitamin K bila
INR lebih dari dua. Hipotensi diatas dengan cairan atau intropik gagal
ginjal akut dialysis, kontraktur dan deformitas dengan fisioterapi atau
bedah dan manifestasi kulit dengan obat topical atau sistemik. Pasien
dengan mioperikarditis meningoensefalitis mungkin mungkin
membutuhkan perawatan intensif dii ICU. Pada kasus atralgia yang
reftakter terhadap obat lain dapat digunakan hidroksiklorokuin 200mg
per oral sekali sehari atau klorokuifosfat 300mg per oral tiap hari
selama 4 minggu. Perlu dinilai adakah kecacatan dan rencanakan
prosedur rehabilitasi.
2. Penatalaksanaan Fase Kronik
a. Penatalaksanaan masalah Osteoartikular
Masalah osteoartikular pada demam chikungunya biasanya
membaik dalam 1-2 minggu. Karena terjadi proses immunologi pada
kasus kronik dapat diberikan steroid jangka pendek. Walaupun
NSAID meringankan gejala pada sebagian besar pasien harus
diperhatikan efek samping pada ginjal, gastrointestinal, jantung dan
sumsum tulang. Kompres dingin dilaporkan dapat mengurangi
keluhan sendi.
b. Penatalaksanaan masalah Neurologis
Sekitar 40% pasien dengan demam chikungunya akan
mengeluh berbagai gejala neurologi tetapi hanya 20% diantaranya
mengalami manifestasi persisten. Keluhan paling umum adalah
neuropati perifer dengan komponen sensoris dominan. Obat
antineuralgi (amitriptilin, carbamazepin, gabapentin) dapat diberikan
pada dosis standar untuk neuropati. Keterlibatan okular selama fase

14
akut < 0,5% kasus dapat menyebabkan penurunan virus dan nyeri
mata. Penurunan virus karena uveitis atau retinitis dapat berespon
terhadap steroid.
c. Penatalaksanaan masalah Dermatologi
Manifestasi kulit demam chikungunya berkurang setelah
fase aku terlewati. Namun apabila terjadi lesi psoriatik dan lesi atopik
diperlukan penatalaksanaan spesifik. Hiperpigmentasi dan erupsi
popoular dapat diobati dengan krim zinc oxide. Jarang terjadi luka
persisten.
Menurut buku penatalaksanaan pada chikungunya belum ada obat
maupun vaksin yang secara khusus mengobati penyakit ini,
pengobatannya hanya bersifat:
1. Simptomatis
a. Antipiretik: parasetamol atau asetaminofen untuk merunkan
demam
b. Analgetik: Ibuprofen, naproxen dan obat AINS(Anti
Inflamasi Non Steroid) untuk meredakan nyeri persendian
2. Suportif
a. Bedrest
b. Minum yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang
c. Fisioterapi

2.8 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit


chikungunya antara lain:

1. Nyamuk tersebut senang hidup di genangan air bersih seperti bak, vas
bunga, kaleng, botol bekas yang menampung air bersih. Oleh karena
itu, pencegahannya dapat dilakukan dengan 3 M yaitu menguras bak
atau tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air
bersih dan mengubur botol atau kaleng bekas. Pencegahan ini dapat
dilakukan seminggu sekali karena nyamuk tersebut berkembang biak
hingga menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.

15
2. Usahakan tidak menggantungkan baju atau benda lainnya di belakang
pintu.
3. Jaga halaman dan kebun sekitar rumah agar tetap bersih dan terbebas
dari kaleng atau botol bekas.
4. Nyamuk juga senang hidup di tempat yang gelap dan pengap. Oleh
karena itu, sebaiknya pintu dan jendela rumah dibuka setiap hari dari
pagi sampai sore agar mendapatkan udara segar dan pencahayaan
yang cukup.
5. Pencegahan individu dapat dilakukan dengan menggunakan lotion anti
nyamuk dan menggunakan kelambu.
6. Cara terbaik untuk memutuskan rantai penularan dari penyakit ini
yaitu dengan cara memberantas nyamuk tersebut seperti pada penyakit
demam berdarah, hanya saja insektisida yang digunakan adalah
golongan malation yang dipakai dengan cara pengasapan dan untuk
mematikan jentiknya yaitu dengan themopos.

16
BAB III
ANALISA KASUS

Data Etiologi Masalah

DS: chikungunya Nyeri akut


- Tn. A mengeluh
tulang persendian
nyeri seperti
tertusuk-tusuk pada arthritis
sendi pergelangan
inflamasi/peradangan
kaki, tangan, siku,
jari, dar lutut. nyeri akut
- Pasien mengatakn
skali nyeri 7 (0-10)

DO: chikungunya Hipertermi


- Demam
mengaktivasi sistem
- Suhu 39C
komplemen
- RR 24x/menit
- HR 72x/menit mempengaruhi pusat
termoregulator di
- Pembesaran nodus
hipotalamus
limfa pada leher,
aksila dan linguinal peningkatan suhu tubuh

hipertermi

DO: Chikungunya Resiko kerusakan


- Ruam integritas kulit
Kulit
makulopapular (+) di
muka, badan, tangan Keluar bintik-bintik merah
dan kaki
Resiko kerusakan integritas
kulit

17
Prioritas diagnosa keperawatan:

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses peradangan atau inflamasi.


2. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
imunitas.

18
BAB IV
PRINSIP ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah diberikan 1. Kolaborasi 1. Analgetik antipiretik
inflamasi pada sendi askep 3x24 jam pemberian dapat menurunkan
sekunder terhadap diharapkan nyeri px analgetik dan demam dan nyeri
Infeksi CHIKV hilang atau antipiretik yang dirasakan pasien
terkontrol, dengan (parasetamol)
DS :
KH : 2. Kolaborasi 2. NSAID dapat
- Tn. A mengeluh pemberian NSAID menurunkan reaksi
- Pasien
nyeri seperti inflamasi yang terjadi
melaporkan nyeri
tertusuk-tusuk sehingga dapat
berkurang, skala
pada sendi menurunkan keluhan
nyeri menjadi 3
pergelangan kaki, nyeri
- Pasien tidak
tangan, siku, jari, 3. Anjurkan pasien 3. Istirahan dan
mengeluh nyeri
dar lutut. untuk bed rest dan pembatasan
pada sendi
- Pasien mengatakn batasi pergerakan pergerakan dapat
pergelangan kaki,
skali nyeri 7 (0-10) menurunkan respon
tangan, siku, jari,
nyeri yang dirasakan
dar lutut.
4. Anjurkan pasien 4. Peningkatan asupan
- Pasien tidak
untuk cairan diperlukan
memegangi
meningkatkan untuk mengganti
daerah yang nyeri
asupan cairan kebutuhan cairan
yang meningkat
akbibat demam
5. Anjurkan klien 5. Chikungunya
untuk merupakan self
meningkatkan limmiting disease
asupan nutrisi sehingga untuk
tinggi protein, mempercepat

19
buah-buahan dan penyembuhan dan
syuran mencegah komplikasi
diperlukan asupan
nutrisi, vitamin dan
miberal yang dapat
meningkatkan
imunitas tubuh
6. Anjurkan klien dan 6. Vektor pembawa
keluarga untuk CHIKV adalah
mencegah nyamuk, sehingga
terjadinya gigitan untuk mencegah
nyamuk, terutama penularan atau
pada masa viremia memutuskan mata
(s.d 7 hari setelah rantai penularan
onset gejala) adalah dengan
mencegah gigitan
nyamuk
2. Risiko kerusakan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien 1.Pakaian yang longgar
integritas kulit b.d tindakan untuk dapat memperlancar
penurunan imunologis keperawatan selama menggunakan aliran darah sehingga
DS : 2 x 24 jam klien pakaian yang meminimalkan
tidak mengalami longgar terjadinya infeksi
- Nyeri sendi
kerusakan integritas 2. Hindari kerutan 2.Kerutan pada tempat
DO : kulit dengan kriteria pada tempat tidur tidur akan membuat

- Ruam hasil : gesekan pada kulit

makulopapular di 3. Jaga kebersihan 3.Kulit yang bersih dan


-Ruam berkurang
muka, badan, kulit agar tetap kering dapat
- kelembapan dan bersih dan kering meminimalkan
tangan, kaki
kebersihan kulit terjadinya
dapat dipertahankan perkembangbiakan

-tidak ada luka/lesi mikroorganisme


4. Mobilisasi pasien 4.Perubahan posisi

20
pada kulit (ubah posisi dapat memperlancar
pasien) setiap 2 aliran darah pada kulit
jam sekali
5. Kolaborasi 5.Nutrisi untuk kulit
pemberian nutrisi akan berpengaruh
yang baik untuk dalam meningkatkan
kulit kesehatan kulit

21
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus


Chikungunya dengan vector penular nyamuk A.aegypti dan A.africanus.
Virus Chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai
selubung, salah satu anggota grup A dari arbovirus, yaitu alphavirus dari
famili Togaviridae. Penularan demam Chikungunya terjadi apabila
penderita yang sakit digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk
penular tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia, baik
anak anak maupun dewasa di daerah endemis.

Chikungunya mempunyai gejala demam, radang sendi yang


sangat menyakitkan terutama didaerah pinggang, lutut, kaki, dan ujung jari
tangan. Selain itu terdapat bintik bintik merah pada kulit yang disertai
nyeri dan gatal. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah sakit kepala,
menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar kelenjar
getah bening di bagian leher, mual, muntah, dan biasanya postur penderita
membungkuk akibat nyeri sendi hebat.

Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2 - 4 hari. Menifestasi


penyakit berlangsung 3 10 hari. Virus ini termasuk self limiting disease
atau hilang dengan sendirinya. Tidak pernah dilaporkan kejadian kematian,
namun rasa nyeri masi tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan.
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik. Tidak
ada vaksin atau obat khusus untuk Chikungunya, sehingga pengobatan
terhadap penderita ditujukan pada keluhan dan gejala yang timbul.

5.2 Saran

Untuk penderita sangat dianjurkan makan makanan yang


bergizi, cukup karbohidrat terutama protein dapat meningkatkan daya
tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin untuk

22
menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan
segar.

Untuk mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk


pembawa virus dengan beberapa cara sederhana seperti menguras bak
mandi dalam waktu sekali dalam seminggu, menutup tempat penyimpanan
air, mengubur sampah, menaburkan larvasida, memelihara ikan pemakan
jentik, pengasapan, pemakaian obat nyamuk, pemasangan kelambu.

23
Daftar Pustaka

Aditama, Tjandra Yoga dkk. 2012. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Tersedia dari:
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/bk%20cikungunya%20edited_2
7_10_12ok.pdf

Ramakhasinta, Artini. 2014. Pendidikan Kesehatan Chikungunya. Tersedia dari:


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-noviyuslin-5202-
2-bab1.pdf

http://www.who.int/gho/en/chikungunya

Oedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Lee VJ, Chow A, Zheng X, Carrasco LR, Cook AR, et al. (2012) Simple Clinical
and Laboratory Predictors of Chikungunya versus Dengue Infections in
Adults. PLoS Negl Trop Dis 6(9): e1786.
sdoi:10.1371/journal.pntd.0001786

Nurarif, Amin Huda. Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta: Medication Publishing.

Burni Endang, dkk. 2012. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya Edisi 2

Eko Ismail. (Makalah). Penatalaksanaan Chikungunya. Tersedia dari:


https://www.scribd.com/doc/128202441/PENATALAKSANAAN-
chikungunya. Diakses tanggal 18 November 2015

http://repository.usu.ac.id/ diakses pada tanggal 22 November 2015

24

Anda mungkin juga menyukai