CHIKUNGUNYA
Disusun oleh :
Kelompok 8
Olvie Leonita 220110140004
Melinda Ardian 220110140007
Herlina Apriliani 220110140012
Wulan Selvia Andriani 220110140025
Dewi Andriani 220110140036
Intan Febryani R 220110140052
Agung Maulana Yusuf 220110140058
Lisnawati 220110140082
Tiffany Khoirunnisa 220110140084
Annisa Susanti K 220110140087
Annisa Aulia Suci 220110140090
Hanipah Fitriani 220110140096
Mutia Nurul Annisa 220110140128
Nama Dosen Tutor
Ikeu Nurhidayah, M.Kep., Sp.Kep.An
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................. i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kadangkala disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Kejadian
Luar Biasa (KLB) penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan pada
tahun 1973 di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di Jakarta.
Tahun 1982 di Kuala Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983 di
Yogyakarta. Sejak tahun 1985 seluruh provinsi di Indonesia pernah
melaporkan adanya KLB Chikungunya. KLB Chikungunya mulai banyak
dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim, tahun 2000 di Aceh,
tahun 2001 di Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ), tahun 2002 di
Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI, Banten, tahun 2003
terjadi di beberapa wilayah pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Secara
epidemiologis, saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensial
untuk timbulnya KLB Chikungunya (Depkes RI, 2012).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
3
menularkan demam berdarah dikarenakan tempat hidup nyamuk tersebut
ialah di lingkungan tropis, di tempat penampungan air dan tempat
penampungan sampah-sampah bekas, maka dari itu kondisi kebersihan
lingkungan sangatlah penting untuk mencegah penyebaran nyamuk
penular tersebut. Virus ini dapat menyerang manusia dan hewan, karena
cara penularannya tidak melalui kontak antar manusia secara langsung
tetapi terjadi apabila penderita yang terkena penyakit chikungunya ini
digigit oleh nyamuk penular dan kemudian nyamuk tersebut menggigit
orang lain baik anak-anak hingga dewasa dan tidak lupa hewan juga dapat
menjadi sumber penularan karena didalam tubuh hewan seperti tikus,
burung, dan kelelawar mengandung antibodi terhadap virus chikungunya.
4
2.4 Patofisiologi Chikungunya
Gigitan nyamuk Masuk ketubuh menuju Virion matang disel Virus dikeluarkan
Inkubasi 2-4 hari
(aedes aegypty) RE dan sitoplasma endhoteli di limfonadi lewat sel membran
Pengeluaran Keringat
Berlebih
DEFISIT VOLUME
CAIRAN
6
2.5 Pengkajian
I. RIWAYAT KESEHATAN
- Kaji riwayat penyakit kronis, seperti Diabetes Mellitus, penyakit
jantung, dan gagal ginjal.
- Kaji tentang diet dan status nutrisi
- Menanyakan tentang perubahan terhadap toleransi aktivitas dan
kemampuan sehari-hari. Seperti nyeri pada otot dan tulang (arthritis),
perubahan pengecapan, penciuman, dan penglihatan.
- Kaji terhadap adanya orthostatic vital sign.
- Kajiriwayat pemakaianobat, seperti obat-obatan yang mensupresi
hematopoletik.
- Kaji riwayat demam.
7
- Kaji adanya lesi pada mukosa mulut, candidiasis pada lidah, dan
membrane mukosa.
- Kaji TTV
- Palpasi nodus lymph diseluruh tubuh, seperti pada aksila, leher,
inguinal. (elevasi, ukuran, konsistensi, dan mobilitas). Jika terasa nyeri
menunjukkan adanya pembesaran nodus lymph.
- Perkusi bagian abdomen untuk mengetahuin adanya pembesaran organ.
8
Deteksi viral RNA virus chikungunya dapat dilakukan pada
saat akut penderita (<8 hari). Deteksi viral RNA juga dapat
menggunakan spesimen biologis dari nyamuk (vektor). Deteksi viral
RNA didasarkan pada gen NSP1 atau E16 saat ini telah dikembangkan
berbagai macam teknik deteksi viral RNA virus chikungunya yaitu
secara RT-PCR (Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction)
dan Real Time PCR.
c. Serologi (Deteksi IgM dan atau IgG)
Infeksi Chikungunya juga dapat dideteksi secara serologi
dengan mendeteksi anti-chik berupa IgM atau IgG. Sampai saat ini
telah banyak dikembangkan teknik diagnostik untuk mendeteksi
chikungunya secara serologi diantaranya Haemaglutination,
Complement Fixation Test (CFT), Immuno flourescent assay (IFA),
dan Plaque Reduction Neutralization Testing (PRNT). Antibodi IgM
dapat dideteksi dari hari ke-4 infeksi sampai beberapa minggu waktu
lamanya. Antibodi IgG dapat dideteksi hari ke-15 sampai beberapa
tahun lamanya. Pemeriksaan antibody dengan uji Hemaglutinasi
inhibisi (H.I test) menggunakan serum diambil pada masa akut (hari ke
5 mulai demam) dan serum konvalesen pada minggu ke 2 sesudah
demam. Menggunakan cara ELISA untuk mengukur IgM chikungunya,
hasil diperoleh setelah 2-3 hari.
9
Interpretasi:
1. Bila IgM (-) dan IgG (-) dengan gejala klinis jelas, pemeriksaan
diulang 10-14 hari kemudian.
- Bila hasil pemeriksaan ulang IgM (+) IgG(-) berarti infeksi akut
primer
2. Bila IgM (-)IgG(+) dilakukan pemeriksaan ulang 10-14 hari
kemudian. Bila hasil pemeriksaan ulang IgG (+) dengan kenaikan titer
>4X berarti infeksi sekunder.
3. Bila IgM (+) IgG(+) berarti sedang terjadi infeksi sekunder
10
- Pada hitung jenis bisa dijumpai relatif limfositosis.
f. Pemeriksaan Laju Endap Darah
- LED meningkat karena adanya infeks
2. Kimia Klinik
- Fungsi hati: SGOT, SGPT dan bilirubin total/direk yang bisa
meningkat bila dijumpai hepatomegali.
- CK (Creatinin Kinase) yang meningkat karena adanya nyeri otot.
3. Serologis Chik:
Rapid Diagnostic Test(RDT) terhadap anti-IgM Chikungunya
dapat dilakukan sebagai penapisan (screening) untuk diagnosis
chikungunya. Pemilihan Rapid Diagnostik Test (RDT) juga harus
memenuhi persyaratan sensitifitas dan spesifisitas diatas 85% dengan uji
lokal.
4. Serologis Dengue :
-Anti Dengue IgM-IgG untuk menyingkirkan DBD
11
Nilai Normal Pemeriksaan Laboratorium
2.7 Penatalaksanaan
12
kencing dalam 24 jam lebih dari 1 liter. Demam dapat diatasi dengan
paracetamol pada pasien tanpa penyakit ginjal dan hati. Bila demam
lebih dari lima hari, nyeri tidak tertahankan, keseimbangangan
postural dan ekstremitas dingin, penurunan output urin, perdarahan
kulit melalui lubang manapun dan muntah terus menerus, pasien harus
datang ke sarana kesehatan primer.
b. Sarana Kesehatan Primer
Kemungkinan diagnosis banding yang lainnya adalah
leptospira, demam dengue, malaria dan penyakit lainnya yang harus
disingkirkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium dasar. Dilakukan pengkajian menganai tanda dehidrasi
dan dilakukan rehidrasi dengan adekuat. Lakukan pemeriksaan darah
untuk melihat nilai leukosit dan trombosit. Pengobatan lainnya berupa
simptomatis dengan paracetamol sebagai antipiretik. Manifestasi kulit
dapat diatasi dengan obat topical atau sistemik. Bila hemodinamik
tidak stabil, oliguria (urin < 500 cc/24jam), perubahan kesadaran atau
manifestasi perdarahan, pasien harus segera dirujuk ke sarana
kesehatan yang lebih tinggi. Demam dapat memperburuk nyeri sendi,
sehingga sebaiknya demam dihindari dalam fase akut. Aktivitas
ringan dan fisioterapi direkomendasikan untuk pasien yang
mengalami kemajuan klinis.
c. Sarana Kesehatan Sekunder
Pemeriksaan sampel darah untuk serologi IgM ELISA.
Sebagai alternative dapat diperiksa IgG diikuti pemeriksaan sampel
kedua dengan jarak 2-4 minggu. Tanda gagal ginjal harus diperhatikan
(jumlah urin, kreatinin, natrium dan kalium), fungsi hati (transaminase
dan bilirubin), EKG, malaria (hapusan darah tepi) dan
trombositopenia. Pemeriksaan cairan serebrospinal harus dilakukan
bila dicurigai terdapat meningitis. Dapat digunakan teknik scoring
CURB 65 untuk penentuan perlu tidaknya rujukan fasilitas kesehtan
yang lebih tinggi.
d. Sarana Kesehatan Tersier
13
Harus diperiksa sampel darah untuk
serologi/PCR/pemeriksaan genetik sesegera mungkin bila fasilitas
tersedia. Pertimbangkan kemungkinan penyakit rematik lain seperti
rematoid arthritis, gout, demam rematik pada kasus-kasus yang tidak
biasa. Dapat diberikan terapi NSAID, namun pada komplikasi serius
berupa perdarahan transfusi trombosit pada perdarahan dengan
trombosit <50.000, fresh frozen plasma atau knjeksi vitamin K bila
INR lebih dari dua. Hipotensi diatas dengan cairan atau intropik gagal
ginjal akut dialysis, kontraktur dan deformitas dengan fisioterapi atau
bedah dan manifestasi kulit dengan obat topical atau sistemik. Pasien
dengan mioperikarditis meningoensefalitis mungkin mungkin
membutuhkan perawatan intensif dii ICU. Pada kasus atralgia yang
reftakter terhadap obat lain dapat digunakan hidroksiklorokuin 200mg
per oral sekali sehari atau klorokuifosfat 300mg per oral tiap hari
selama 4 minggu. Perlu dinilai adakah kecacatan dan rencanakan
prosedur rehabilitasi.
2. Penatalaksanaan Fase Kronik
a. Penatalaksanaan masalah Osteoartikular
Masalah osteoartikular pada demam chikungunya biasanya
membaik dalam 1-2 minggu. Karena terjadi proses immunologi pada
kasus kronik dapat diberikan steroid jangka pendek. Walaupun
NSAID meringankan gejala pada sebagian besar pasien harus
diperhatikan efek samping pada ginjal, gastrointestinal, jantung dan
sumsum tulang. Kompres dingin dilaporkan dapat mengurangi
keluhan sendi.
b. Penatalaksanaan masalah Neurologis
Sekitar 40% pasien dengan demam chikungunya akan
mengeluh berbagai gejala neurologi tetapi hanya 20% diantaranya
mengalami manifestasi persisten. Keluhan paling umum adalah
neuropati perifer dengan komponen sensoris dominan. Obat
antineuralgi (amitriptilin, carbamazepin, gabapentin) dapat diberikan
pada dosis standar untuk neuropati. Keterlibatan okular selama fase
14
akut < 0,5% kasus dapat menyebabkan penurunan virus dan nyeri
mata. Penurunan virus karena uveitis atau retinitis dapat berespon
terhadap steroid.
c. Penatalaksanaan masalah Dermatologi
Manifestasi kulit demam chikungunya berkurang setelah
fase aku terlewati. Namun apabila terjadi lesi psoriatik dan lesi atopik
diperlukan penatalaksanaan spesifik. Hiperpigmentasi dan erupsi
popoular dapat diobati dengan krim zinc oxide. Jarang terjadi luka
persisten.
Menurut buku penatalaksanaan pada chikungunya belum ada obat
maupun vaksin yang secara khusus mengobati penyakit ini,
pengobatannya hanya bersifat:
1. Simptomatis
a. Antipiretik: parasetamol atau asetaminofen untuk merunkan
demam
b. Analgetik: Ibuprofen, naproxen dan obat AINS(Anti
Inflamasi Non Steroid) untuk meredakan nyeri persendian
2. Suportif
a. Bedrest
b. Minum yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang
c. Fisioterapi
2.8 Pencegahan
1. Nyamuk tersebut senang hidup di genangan air bersih seperti bak, vas
bunga, kaleng, botol bekas yang menampung air bersih. Oleh karena
itu, pencegahannya dapat dilakukan dengan 3 M yaitu menguras bak
atau tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air
bersih dan mengubur botol atau kaleng bekas. Pencegahan ini dapat
dilakukan seminggu sekali karena nyamuk tersebut berkembang biak
hingga menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
15
2. Usahakan tidak menggantungkan baju atau benda lainnya di belakang
pintu.
3. Jaga halaman dan kebun sekitar rumah agar tetap bersih dan terbebas
dari kaleng atau botol bekas.
4. Nyamuk juga senang hidup di tempat yang gelap dan pengap. Oleh
karena itu, sebaiknya pintu dan jendela rumah dibuka setiap hari dari
pagi sampai sore agar mendapatkan udara segar dan pencahayaan
yang cukup.
5. Pencegahan individu dapat dilakukan dengan menggunakan lotion anti
nyamuk dan menggunakan kelambu.
6. Cara terbaik untuk memutuskan rantai penularan dari penyakit ini
yaitu dengan cara memberantas nyamuk tersebut seperti pada penyakit
demam berdarah, hanya saja insektisida yang digunakan adalah
golongan malation yang dipakai dengan cara pengasapan dan untuk
mematikan jentiknya yaitu dengan themopos.
16
BAB III
ANALISA KASUS
hipertermi
17
Prioritas diagnosa keperawatan:
18
BAB IV
PRINSIP ASUHAN KEPERAWATAN
19
buah-buahan dan penyembuhan dan
syuran mencegah komplikasi
diperlukan asupan
nutrisi, vitamin dan
miberal yang dapat
meningkatkan
imunitas tubuh
6. Anjurkan klien dan 6. Vektor pembawa
keluarga untuk CHIKV adalah
mencegah nyamuk, sehingga
terjadinya gigitan untuk mencegah
nyamuk, terutama penularan atau
pada masa viremia memutuskan mata
(s.d 7 hari setelah rantai penularan
onset gejala) adalah dengan
mencegah gigitan
nyamuk
2. Risiko kerusakan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien 1.Pakaian yang longgar
integritas kulit b.d tindakan untuk dapat memperlancar
penurunan imunologis keperawatan selama menggunakan aliran darah sehingga
DS : 2 x 24 jam klien pakaian yang meminimalkan
tidak mengalami longgar terjadinya infeksi
- Nyeri sendi
kerusakan integritas 2. Hindari kerutan 2.Kerutan pada tempat
DO : kulit dengan kriteria pada tempat tidur tidur akan membuat
20
pada kulit (ubah posisi dapat memperlancar
pasien) setiap 2 aliran darah pada kulit
jam sekali
5. Kolaborasi 5.Nutrisi untuk kulit
pemberian nutrisi akan berpengaruh
yang baik untuk dalam meningkatkan
kulit kesehatan kulit
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
22
menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan
segar.
23
Daftar Pustaka
http://www.who.int/gho/en/chikungunya
Lee VJ, Chow A, Zheng X, Carrasco LR, Cook AR, et al. (2012) Simple Clinical
and Laboratory Predictors of Chikungunya versus Dengue Infections in
Adults. PLoS Negl Trop Dis 6(9): e1786.
sdoi:10.1371/journal.pntd.0001786
24