Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA PADA PENYAKIT TROPIS

YANG MENYEBAR MELALUI VIRUS CIKUNGUNYA

DOSEN PEMBIMBING :

ZAKIAH RAHMAN, S.Kep, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

DWI ARMADINA

AMIRRUDIN

NURIZAH

ERNIATI SIREGAR

DELIARAHETI

VILLYA DORALITA

REZKI

YURNALIS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

STIKES HANGTUAH TANJUNGPINANG PROGRAM B

PRODI S1 KEPERAWATAN 2019/2020


BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Chikungunya adalah penyakit mirip demam dengue yang disebabkan oleh virus
chikungunya dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes africanus. Untuk pertama
kalinya, virus chikungunya berhasil diidentifikasi di Afrika Timur pada tahun 1952. Dalam
bahasa Swahili istilah chikungunya berarti kejang urat, berubah bentuk, atau bungkuk. Suku
Swahili adalah suku yang bermukim di Negara Tanganyika (sekarang Tanzania) di daerah
dataran tinggi Makonde, provinsi Newala. Istilah lain dari penyakit ini adalah dengue,
dyenga, abu rokap, dan demam tiga hari. Istilah dengue pertama kali digunakan di Kuba pada
tahun 1928 karena kemiripan chikungunya dengan DBD (Widoyono, 2011).
Chikungunya tersebar di daerah tropis dan subtropis yang berpenduduk padat seperti
Afrika, India dan Asia Tenggara. Di Afrika, virus ini dilaporkan menyerang di Zimbabwe,
Kongo, Angola, Kenya dan Uganda. Negara selanjutnya yang terserang adalah Thailand pada
tahun 1958; Kamboja, Vietnam, Sri Lanka, dan India pada tahun 1964. Pada tahun 1973
chikungunya dilaporkan menyerang di Philipina dan Indonesia.
Demam chikungunya biasanya tidak berakibat fatal. Akan tetapi, dalam kurun waktu
2005-2006 telah terjadi 200 kematian yang dihubungkan dengan demam chikungunya di
Pulau Reunion dan KLB yang tersebar luas di India, terutama Tamil dan Kerala. Ribuan
kasus terdeteksi di berbagai daerah di India dan di negara-negara yang bertetangga dengan
Sri Lanka setelah hujan lebat dan banjir pada Agustus 2006. Di selatan India (Negara bagian
Kerala), 125 kematian dihubungkan dengan chikungunya. Pada Desember 2006, dilaporkan
terjadi 3500 kasus di Maladewa dan lebih dari 60.000 kasus di Sri Lanka dengan kematian
lebih dari 80 orang. Di Pakistan telah terjadi lebih dari 12 kasus chikungunya pada Oktober
2006. Data terbaru Juni 2007 telah mencatat terjadinya KLB yang menyerang sekitar 7000
penderita di Kerala, India (Widoyono, 2011).
Peta ini menyoroti penyebaran genotipe virus chikungunya di Afrika Timur / Tengah /
Selatan (ECSA) dan Asia di wilayah baru pada 2005-2014.
Di Indonesia kejadian penyakit chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda
tahun 1973. Kemudian di tahun 1980 terjadi di Kuala Tungkal dan Jambi. Di tahun 1983
kasus menyebar di Martapura, Ternate, dan Yogyakarta, di Yogyakarta persentase attack
rate mencapai 70-90%. Laporan KLB chikungunya di Indonesia yang Dikonfirmasi Secara
laboratorium adalah KLB tahun 1982 – 1985 dan KLB 2001-2002, setelah 20 tahun tenang
tanpa insidens, chikungunya tampak meledak lagi.
Pada awal tahun 2001 KLB chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatra Selatan dan
Aceh, Disusul Aceh pada bulan Oktober. Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi, Purworejo
dan Klaten Jawa tengah tahun 2002. Di tahun 1973 selain kasus pertama di Samarinda juga
ada kasus di Jakarta. Sejak Januari hingga Februari 2003, kasus chikungunya dilaporkan
menyerang Bolaang Mongondow, Sulut (608 Orang), Jember (154 orang), dan Bandung (208
orang). Jumlah kasus chikungunya yang terjadi sepanjang tahun 2001-2003 mencapai 3.918
kasus tanpa kematian (Laras, 2005).
Pada tahun 2008 terjadi kejadian KLB chikungunya di Jawa Tengah, yang ditemukan di
98 desa/ kelurahan dengan angka serangan kasus (attack rate) 1,46% dan Angka Kematian
Kasus 0,18%. Angka kejadian ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
(2007), ditemukan kasus KLB chikungunya di 85 desa/ kelurahan dengan angka serangan
(attack rate) 0,86% dan Angka Kematian Kasus nol persen. Selain itu, terdapat 17 kabupaten
di Jawa Tengah yang menjadi endemis chikungunya yakni Kota Semarang, Kabupaten
Semarang, Grobogan, Kudus Pekalongan, Kota Pekalongan, Banyumas, Banjar Negara,
Purbalingga, Purworejo, Kebumen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, Sragen dan Wonogiri
(Pratama, 2017).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu pengertian,
penyebab, tanda & gejala, cara penularan, komplikasi, cara pengobatan, penatalaksanaan, cara
pencegahan dan asuhan keperawatan penyakit Chikungunya.?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Asuhan keperawatan ini, yaitu:
1. Tujuan umum
a. Agar kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui apa penyebab, tanda dan gejala
serta Patofisiologi dari Chikungunya.
b. Agar kita sebagai mahasiswa mampu menerapkan Proses keperawatan Pada klien
dengan Chikungunya.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menerapkan pengkajian keperawatan pada klien dengan Chikungunya
b. Mampu menerapkan Diagnosa keperawatan pada klien dengan Chikungunya
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan wawasan tantang penyakit
Chikungunya dan Asuhan keperawatan pada klien Chikungunya.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan bagi Mahasiswa keperawatan serta memenuhi tugas Mata Kuliah
penyakit tropi
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili yang berarti terikat, yang dalam hal ini berkaitan
dengan kejang urat yang merupakan suatu tanda atralgia dan merupakan penyakit infeksi virus
dengue seperti demam mendadak, atralgia, ruam makulopapular dan leucopenia. (sumarmo, 2002).
Virus Chikungunya yang merupakan virus RNA yang mempunyai selubung termasuk
grup A dari Arbovirus, Alphavirus dari family Togaviridae, dan dengan mikroskop electron
menunjukkan gambaran virion yang sferis yang kasar atau berbentuk polygonal dengan
diameter 40-45 nm (nanometer) dengan inti berdiameter 25-30 nm (Soedarto, 2003).
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang ditularkan
ke manusia melalui gigitan nyamuk. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti
“yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk
akibat nyeri sendi yang hebat. Chikungunya tergolong arthropod-borne disease, yaitu penyakit
yang disebarkan oleh arthropoda khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nyamuk ini memiliki kebiasaan menggigit pada siang hari, sehingga kejadian penyakit ini
lebih banyak terjadi pada wanita dan anak-anak dengan alasan mereka lebih banyak berada di
rumah siang hari (Ramadhani, dkk, 2017).
Transmisi virus berlangsung melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi oleh virus
Arbo. Nyamuk yang terinfeksi oleh virus Arbo dapat mentransmisikan virus sepanjang
nyamuk tersebut tetap terinfeksi. Mulai dari midgut ke kelenjar liur, berbagai organ nyamuk
dan sel telah terbukti terinfeksi virus Arbo seperti trakea, otot, kardia serta kepala dan nyamuk
betina yang terinfeksi juga dapat menyalurkan virus kepada generasi berikutnya melalui
transovarian. Nyamuk anautogenous betina perlu makan darah dari induk semang vertebrata
untuk proses produksinya. Oleh karena itu, nyamuk betina jenis ini dapat bertindak sebagai
vektor. Induk semang yang terinfeksi virus Arbo seperti virus Dengue maupun
Chikungunya selanjutnya menjadi sumber virus bagi nyamuk lain ketika menghisap darah
induk semang tersebut. Transmisi didahului oleh replikasi biologis virus di dalam tubuh
vektor arthropoda (Ekawasti dan Martindah, 2018).
Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus yang disebarkan melalui
gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti.

B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952. kemudian di Uganda
tahun 1963. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB) Chikungunya dilaporkan pada tahun 1982,
Demam Chikungunya di indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda, kemudian berjangkit di
Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983). Muara Enim (1999). Aceh dan Bogor (2001).
Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia pada tahun 1999, selanjutnya
berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa demam Chikungunya terjadi di
Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam
Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan
sepanjang tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918. dan tanpa kematian yang
diakibatkan penyakit ini.

C. ETIOLOGI
Virus penyebab adalah chikungunya kelompok alpha virus atau “group A” antropo bornes
virus. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang juga nyamuk penular demam
berdarah dengue (DB). Masa inkubasi virus ini antara 1-2 hari pada umumnya 2-4 hari. Cara
penularan chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk penular, kemudian
nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Penyakit ini biasanya tidak terjadi penularan dari
orang ke orang.
Virus yang masuk ke tubuh induk semang melalui gigitan nyamuk selanjutnya beredar dalam
sirkulasi darah sampai timbul gejala seperti demam. Periode di mana virus beredar dalam sirkulasi
darah induk semang disebut sebagai periode viremia. Apabila nyamuk yang belum terinfeksi
menghisap darah induk semang dalam fase viremia, maka virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk
dan berkembang selama 8-10 hari sebelum virus Arbo siap ditularkan kepada induk semang lain.
Virus di dalam darah selama fase viremia akan diperbanyak pada jaringan vektor arthropoda
potensial dengan meningkatkan titer virus dalam kelenjar air liur, kemudian menggigit induk semang
dengan memindahkan virus melalui air liur.
Rentang waktu yang di perlukan untuk inkubasi ekstrinsik tergantung pada kondisi lingkungan
terutama temperatur sekitar. Virus dalam darah yang diisap juga masuk dalam lambung nyamuk.
Selanjutnya, virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk di dalam
kelenjar air liurnya. Setelah nyamuk betina mencerna makanan darah yang terinfeksi, maka perlu
masa inkubasi ekstrinsik 5-10 hari sebelum virus dilepaskan dalam air liur. Penularan ini terjadi
karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum nyamuk menghisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis) agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersama air liur inilah virus dipindahkan dari nyamuk ke induk semang lain (Ekawasti dan
Martindah, 2018).

D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Kepadatan penghuni
2. Kepadatan mobilitas dan kepadatan penduduk
3. Kepadatan vector nyamuk
4. Penduduk yang rentan kondisi geografi
5. Iklim

E. PATOFISIOLOGI
Penyakit cikungunya disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti, virus yang disebabkan oleh
nyamuk aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam tubuh manusia. Perlawanan anti bodi
tubuh akan mengakibatkan infeksi kemudian secara mendadak penderita akan mengalami demam
tinggi selama 5 hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-
ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari, mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu.
Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih besar deman biasanya diikuti rasa sakit
pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa gejala
nyeri sendi dan otot sangant dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena
rasa sakit pada saat berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya
demam pada anak dapat berlangsung selama 3 hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai
pendarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue pada cikungunya tidak ada
pendarahan hebat, renJatan (syok) maupun kematian.
F. GEJALA KLINIS
1. Demam timbul mendadak, disertai menggigil dan muka kemerahan, panas tinggi selama 2-4
hari, kemudian kembali normal.
2. Sakit persendian, sendi lutut, pergelangan kaki dan tangan serta tulang belakang.
3. Nyeri otot, pada seluruh otot atau pada bagian kepala dan daerah bahu, kadang bengkak pada
otot sekitar mata kaki.
4. Bercak kemerahan, pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam,
lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki.
5. Sakit kepala.
6. Kejang dan penurunan kesadaran.
7. Pembesaran kelenjar getah bening.

G. CARA PENULARAN
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk
penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia,
baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau
populasi dan senantiasa ada). Selain manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber
penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bisa
mengandung antibodi terhadap virus Chikungunya.
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu kepada
orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa. Masa inkubasi
dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu
dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh hari.

H. KOMPLIKASI
1. myelomeningoensefalitis
2. indrom guillain Barre
3. hepatitis fulminant
4. Miokarditis
5. perikarditis (jarang)
6. Infeksi asimptomatik sering terjadi dan ini menyebabkan terbentuknya imunitas terhadap virus
(tidak ada serangan kedua).
I. PEMERIKSAAN FISIK
Dari hasil wawancara maka perawat akan dapat lebih terfokus kepada satu sistem tubuh yang
terkait dengan penyakit yang diderita klien. Ada 2 metode pendekatan dalam pemeriksaan fisik
yaitu pendekatan sistem tubuh dan pendekatan head to toe (ujung kepala – ke kaki). Sangat
direkomendasikan kita mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut Sangat baik jika kita sebagai
perawat memulai pemeriksaan fisik dari kepala dan leher, kemudian ke dada, dan abdomen, daerah
pelvis, genital area, dan terakhir di ekstremitas (tangan dan kaki).
Dalam hal ini dapat saja beberapa sistem tubuh dapat dievaluasi sekaligus, sehingga
pendokumentasiannya dapat dilakukan melalui pendekatan sistem tubuh.Tehnik yang dilakukan
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Umumnya semua berurutan, kecuali pengakajian
fisik di abdomen yang auskultasi dilakukan setelah inspeksi. Inspeksi dilakukan melalui pengamatan
langsung, termasuk dengan pendengaran dan penciuman. Sedangkan palpasi dengan menggunakan
tangan kita untuk merasakan tekstur kulit, meraba adanya massa di bawah kulit, suhu tubuh dan
vibrasi/getaran juga dapat dipalpasi. Berbeda dengan perkusi yang digunakan untuk mendengar
suara yang dipantulkan jaringan tubuh di bawah kulit atau struktur organ.
Suara yang dihasilkan dari ketukan tangan kita dapat dinilai dari timpani atau resonan dan dull
atau flat . Sedangkan auskultasi dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara organ
tubuh, dan penting untuk mengkaji sistem pernapasan, jantung dan sistem pencernaan.
Sedangkan kriteria pemeriksaan fisik yang penting adalah meliputi :
1. Tanda-tanda vital / vital sign (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah)
2. Observasi keaadaan umum pasien dan perilakunya
3. Kaji adanya perubahan penglihatan dan pendengaran
4. Pengakajian head to toe seluruh sistem tubuh dengan memaksimalkan tehnik
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit cikungunya ini yaitu dengan cara
melakukan pemeriksaan Uji Serologi untuk menanbah kenyakian dan penentuan diagnose tentang
penyakit ini.

K. CARA PENGOBATAN
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap penderita
ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik,
karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu. Tetapi
apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue, maka perlu
kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat tanda-
tanda bahaya.
Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan
terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin
untuk menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya
minum jus buah segar). Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk untuk
menghadapi penyakit ini, karena daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat
rasa ngilu pada persendian cepat hilang.
Belum ditemukan imunisasi yang berguna sebagai tindakan preventif. Namun pada penderita
yang telah terinfeksi timbul imunitas / kekebalan terhadap penyakit ini dalam jangka panjang.
Pengobatan yang diberikan umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala klinis yang ada
saja (symptomatic therapy), seperti pemberian obat panas, obat mual/muntah, maupun analgetik
untuk menghilangkan nyeri sendi.

L. PENATALAKSANAN
Penderita yang terjangkit penyakit ini sebaiknya tidak keluar rumah dan menggunakan
kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk. Olah raga ringan terbukti membantu meringankan
sakit ini, tetapi olah raga berat akan menyebabkan gejala rematik.
Untuk mencegah terkena Chikungunya, kita dapat melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan “3 M Plus” yaitu, menguras dan menutup wadah air, serta mengubur sampah yang
dapat menimbulkan genangan air walaupun sedikit. Kita juga dapat menaburkan larvasida (bubuk
abate) secara teratur setiap minggu atau memelihara ikan pemakan jentik pada kolam-kolam.
Pembersihan lingkungan dari tempat-tempat perkembangbiakkan nyamuk penular dan
penggunaan kawat pelindung nyamuk di pintu dan jendela juga diperlukan. Selain itu menggunakan
pakaian lengan panjang dan celana panjang, serta menggunakan gel anti nyamuk, cukup efektif
mencegah gigitan nyamuk penular ini.

M. CARA PENCEGAHAN
Cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya, termasuk
memusnahkan sarang pembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan penularannya.
Cara sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
1. Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang
biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
2. Menutup tempat penyimpanan air
3. Mengubur sampah
4. Menaburkan larvasida.
5. Memelihara ikan pemakan jentik
6. Pengasapan
7. Pemakaian anti nyamuk
8. Pemasangan kawat kasa di rumah.
9. Membuka pintu dan jendela pada pagi hingga sore hari sehingga terjadi pertukaran udara dan
pencahayaan yang sehat untuk menghindari nyamuk yang menyukai daerah gelap, lembab dan
pengap.
10. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,
sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara
pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes
aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.

N. PROGRAM PEMERINTAH
Kebanyakan dari masyarakat menganggap remeh program 3M (Mutup, Menguras, dan
Menimbun) pemerintah. 3M sudah sering digembar-gemborkan pemerintah, namun tak kunjung
diikuti oleh masyarakat, sehingga angka kejadian demam berdarah dan chikungunya tetaplah tinggi.
Terkait adanya konferensi perubahan iklim di Bali, tampaknya 3M perlu diubah. Karena salah satu M
nya adalah menimbun barang-barang yang dapat menyebabkan air tergenang seperti kaleng bekas,
plastik, dll. Dan ini merupakan pencemaran lingkungan yang nyata. Karena barang-barang tersebut
(plastik, dll) sulit terurai oleh tanah. Dan akan terurai setelah berpuluh-puluh tahun kemudian. Dan
sudah sepatutnya pemerintah mulai merubah M yang ketiga (mengubur), menjadi mendaur ulang
atau bisa juga dengan merombeng (menjual) barang-barang bekas.
3M pemerintah lalu dikembangkan menjadi 3M Plus. Yaitu dengan melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu
tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat
nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

kasus :
Tuan A, umur 35 tahun, mengeluh demam dengan suhu 38,5 oC dari dua hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan rasa nyeri di sendi pada lutut dan tulang belakangnya dan nyeri seperti tertusuk-tusuk.
Kadang-kadang ia merasa pusing, tidak nafsu makan, mual dan muntah. Pada kulit pasien timbul bercak
kemerahan. Keluarga pasien mengatakan selama empat bulan terakhir ini, di daerah tempat tinggal
pasien sering turun hujan dan sanitasi lingkungan tempat tinggal mereka kurang bagus. Keluarga pasien
juga mengatakan saluran pembuangan di lingkungan tempat tinggal mereka kurang lancar.

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yag
dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan. Pengkajian pada pasien dengan ”Demam
Chikungunya” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran dan pemeriksaan fisik. Adapun
tahapan-tahapannya meliputi:
1. Mengkaji data dasar pasien dan penanggung jawab pasien (Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama,
Suku/bangsa, Alamat dll)
2. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber (pasien, keluarga, RM, dan hasil
pemeriksaan penunjang)
3. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien
4. Kaji riwayat keperawatan
5. Kaji adanya peningkatan suhu, mual muntah, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi
cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah,
dan penurunan kesadaran)

B. Analisa Data

Data Interpretasi Masalah

1. DS :
Tn. A mengatakan demam sejak dua hari yang lalu
DO:
a. suhu 38,5 oC dan px tampak menggigil Chikungunya virus
b. Nyamuk Aides aegypty
c. Tubuh manusia
d. Metastase virus
e. Infeksi
f. Demam Hipertermi

2. DS :
Tn. A mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk pada sendi lutut dan tulang belakangnya
DO :
a. Px tampak meringis saat menggerakkan kakinya, saat duduk, dan saat bergerak Chikungunya
virus
b. Nyamuk Aides aegypty
c. Tubuh manusia
d. Metastase virus
e. Inflamasi persendian
f. Nyeri akut

3. DS :
Tn. A kadang-kadang mengeluh pusing, tidak nafsu makan, mual, dan muntah
DO :
a. Px tidak dapat menghabiskan 1 porsi makanan Sakit kepala
b. Mual, muntah
c. Ketidakseimbangan nutrisi

4. DS :
Px dan keluarganya terus menerus menanyakan tentang penyakit yang diderita oleh px
DO :
a. Wajah px dan keluarganya tampak bingung dan cemas Demam Chikungunya
b. Kejang
c. Kurang terpapar informasi
d. Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d. proses infeksi
2. Nyeri b.d. proses inflamasi pada persendian
3. Ketidakseimbangan nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan, mengabsorpsi, dan mencerna
makanan
4. Kurang pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi

D. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b/d proses infeksi
Tujuan dan kriteria hasil
Hipertermi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

NOC
Thermoregulation
Kriteria hasil
Setelah diberikan askep selama 3x24, diharapkan suhu tubuh px normal dengan kriteria hasil:
• Suhu tubuh px 35-37 oC
• Kulit tidak tampak kemerahan
• Nadi dan RR dalam rentan normal
NIC
• Kaji suhu tubuh px
• Beri kompres air hangat
• Monitor warna dan suhu kulit
• Monitor TTV
• Monitor IWL
• Monitor tanda hipertermi dan hipotermi
• Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.
• Tingkatkan sirkulasi udara
• Kolaborasi dengan dokter

2. Nyeri b.d. proses inflamasi pada persendian


Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dengan kerusakan sedemikian
rupa.

NOC
 pain level
 pain control
 comfort level

Kriteria hasil
Setelah diberikan askep 3x24 jam diharapkan nyeri px hilang atau terkontrol, dengan KH :
 px mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan.
 Px melaporkan nyeri berkurang
 Px tidak mengeluh nyeri pada sendi lutut dan tulang belakangnya
 Px tidak memegangi daerah yang nyeri

NIC
• Kaji tingkat nyeri px secara komperhensip
• Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang
• Alihkan perhatian px dari rasa nyeri yang diderita
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
• Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
• Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
• Kolaborasi dalam pemberian obat analgetaik

3. Ketidakseimbangan nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan, mengabsorpsi, dan mencerna


makanan
Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.

NOC
 Nutritional status : food and fluid intake.
 Nutrional status : nutrient intake
 Weight control
Kriteria hasil:
Setelah diberikan askep 3x24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi px terpenuhi, dengan KH :
• Adanya peningkatan BB
• Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
• Intake nutrisi adekuat
• Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
• Tidak terjadi penurunan BB yang berarti.

NIC
• Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai dan yg alergi
• Observasi dan catat masukan makanan px
• Berikan makanan sedikit tapi sering
• Anjurkan px untuk meningkatkan intake fe
• Monitor jumlah nutrisi dan kandung kalori
• Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
• Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa di lakukan
• Monitor tugor kulit
• Kolaborasi dengan ahli gizi.

4. Kurang pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi


Definisi :
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif tentang penyakit cikunguya
NOC
Information complete
Information clear
kriteria hasil
Setelah diberi asuhan keperawatan 3x 24 jam diharapkan pasien berpartipasi dalam proses
pengobatan, dengan KH:
- pasien mendapatkan informasi tentang penyakitnya
- pasien dapat ikut serta dalam terapi pengobatan
• Tentukan tingkat pengetahuan px
• Berikan informasi mengenai penyakit dan program pengobatan yang diberikan
• Diskusikan kebutuhan akan kontrol penyakit yang rutin

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama Pasien : Tn. A
Umur : 35 Tahun
Diagnosa Keperawatan Tanggal / Jam Catatan Keperawatan Tanggl / Jam Perkembangan
(evaluasi) Paraf

I. 14/03/16 (09.00 – 11.00 )


1. Warna kulit pasien terdapat bercak merah dan suhu tubuh diatas normal
2. adanya tanda hipertermi
3. mengajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.
4. meningkatkan sirkulasi udara
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter
14/03/16 (16.00)
S : kluarga Klien mengatakan suhu tubuh pasien sudah mulai stabil
O : klien tampak tenang dan tidak gelisa
Suhu tubuh pasien mendekati batas normal
A : Dari intervensi yang telah dilakukan, masalah hipertermi belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan

II. 14/03/16 (09.00 – 11.00 )


1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan frekuensi. Hasil : skala nyeri : 7, klien masih
mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk, sendi tampak bengkak, klien mengatakan sering pusing,
2. Nyeri berulang dan bertambah saat sendi klien dibawa bergerak,
3. Mengajar kan klien untuk mengungkap kan perasaan / rasa sakit yang di rasakan.
Hasil : klien menceritakan bagian yang nyeri dan rasa nyeri yang dialaminya
4. Memberikan analgesik sesuai indikasi.
Hasil : klien tampak tidak meringis lagi dan lebih tenang

14/03/16 (16.00)
S : Klien mengatakan nyeri pada daerah sendi sudah berkurang

O : Klien masih tampak meringis ketika bergerak


Skala nyeri 5
Nyeri tekan (+)
N 100 x/.i
A : Dari intervensi yang telah dilakukan,masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :

III 14/03/16 (09.00 – 11.00)


1. mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai dan yg alergi
2. mengobservasi dan catat masukan makanan px
3. Berikan makanan sedikit tapi sering
4. menganjurkan px untuk meningkatkan intake fe
5. memonitor jumlah nutrisi dan kandung kalori
6. memerikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
7. memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa di lakukan
8. memonitor tugor kulit
9. melakukan kolaborasi dengan ahli gizi.

14/03/16 (16.10)
S : keluarga klien mengatakan klien mulai sering makan walau sedikit.
Keluarga mengatakan Adanya peningkatan BB pada pasien
O : berat badan pasien mendekati batas normal
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
A : Dari intervensi yang telah di lakukan pada klien, masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervnsi

IV. 14/03/16 (09.00 – 11.00)


1. menententukan tingkat pengetahuan px
2. memberikan informasi mengenai penyakit dan program pengobatan yang diberikan
3. mendiskusikan kebutuhan akan kontrol penyakit yang rutin

14/03/16 (16.10)
S: pasien dan kluarga mengatakan sudah mulai memahami tentang chikunguya
O : kluarga bersemangat mendengarkan penjelasan/ informasi dari perawat .
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan ke
manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti; juga
dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang
berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri
sendi yang hebat Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan
gejala akut yang berlangsung 3-10 hari.
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain asia
merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya disebut juga
Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. 3. Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari.
Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada
beberapa pasien.Manifestasi penyakit berlangsung 3-10 hari.
Gejala chikungunya adalah sebgai berikut :
• Demam
• Sakit Persendian
• Nyeri Otot
• Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
• Sakit Kepala
• Kejang dan Penularan Kesadaran.
Diagnosis demam chikungunya adalah sbb: Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-
bone fever) dengan gejala mirip dengan demam dengue, tetapi lebih ringan dan jarang
menimbulkan demam berdarah. Artralgia, pembuluh darah konjungtiva tampak nyata, dengan
demam mendadak yang hanya berlangsung 2-4 hari. Pemeriksaan serum penderita untuk uji
netralisasi menunjukkan adanya antibodi terhadap virus Chikungunya.
Pengobatan chikungunya adalah sbb:
• Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap penderita
ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul.
• Penurunan panas atau penghilang nyeri adalah obat non steroid anti inflamasi (NSAI), pilih salah
satu contoh dibawah ini:
• Parasetamol, antalgin
• Natrium diklofenat
• Piroxicam atau ibuprofen.
Pencegahan penyakit chikungunya adalah sbb: Tindakan pencegahan Chikungunya di daerah
dimana terdapat nyamuk Aedes aegypti adalah menghilangkan tempat dimana nyamuk dapat
meletakkan telurnya, terutama pada tempat penyimpanan air buatan, misalnya bak mandi, kolam
ikan, ban mobil atau kaleng. Dll

B. SARAN
Guna kesempurnaan Makalah ini, saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bisa
membangun. Oleh karena itu sekiranya Rekan-rekan beserta Dosen Pembimbing untuk
memberikan tambahan yang insya Allah akan membangun dari Makalah yang saya buat ini.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC


Soedarto, 2007 SINOPSIS KEDOKTERAN TROPIS, (251-252).
Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC
Halstead, S. B., Nimmannitya, S. & Margiotta, M. R. (1969a). Dengue and chikungunya virus infection in
Karmat S, Das AK. Chikungunya. JAPI: 2006; 54: 725-727.
WHO. Guidelines on Clinical Management on Chikungunya Fever. October 2008.
Widodo, Djoko. 2007. Diagnosis dan Penatalaksanaan Chikungunya.Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI-RSCM.
Wilson Mary. Chikungunya on Three Continents. (Online). (http://infectious-diseases.jwatch.
org/cgi/content/full/2008/227/2, diakses 26 Pebruari 2009).
Yulvi H. Rapid Detection of Chikungunya Virus by PCR. USU Repository 2006.

Anda mungkin juga menyukai