PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui
nyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Nama
chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud
“membungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri
sendi hebat (arthralgia) (Powers and Logue 2007).
Gejala yang sering ditimbulkan infeksi virus ini berupa demam mendadak
disertai menggigil selama 2-5 hari. Gejala demam biasanya timbul mendadak secara
tiba-tiba dengan derajat tinggi ( >40ºC). Demam kemudian menurun setelah 2-3 hari
dan bisa kambuh kembali 1 hari berikutnya. Demam juga sentiasa berhubungan
dengan gejala-gejala lainnya seperti sakit kepala, mual dan nyeri abdomen (Swaroop,
A., Jain, A., Kumhar, M., Parihar, N., and Jain, S., 2007).
B. TUJUAN
1. Agar mengetahui definisi cikungunya
2. Agar dapa mengetahui tanda gejala cikungunya
1
3. Agar dapat mengetahui dan memahami semua materi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi.
Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk
dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Nama chikungunya ini
berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud “membungkuk”, mengacu
pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia) (Powers and
Logue 2007).
B. Etiologi.
2
Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang
termasuk keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus (Kamath, S., Das, A.K., and Parikh, F.S., 2006).
Cara transmisi bagi chikungunya ini adalah vector-borne yaitu melalui gigitan nyamuk
Aedes sp yang terinfeksi. Transmisi melalui darah berkemungkinan bisa terjadi dengan
satu kasus pernah dilaporkan. CHIKV dikatakan tidak bisa ditularkan malalui ASI
(Staples, J.E., Fischer, M. and Powers, A. M , 2009).
Rata-rata masa inkubasi bagi Chikungunya adalah sekitar 2-12 hari tetapi umumnya 3-
7 hari (Centers for Disease Control and Prevention, 2010). Gejala yang sering ditimbulkan
infeksi virus ini berupa demam mendadak disertai menggigil selama 2-5 hari. Gejala
demam biasanya timbul mendadak secara tiba-tiba dengan derajat tinggi ( >40ºC). Demam
kemudian menurun setelah 2-3 hari dan bisa kambuh kembali 1 hari berikutnya. Demam
juga sentiasa berhubungan dengan gejala-gejala lainnya seperti sakit kepala, mual dan
nyeri abdomen (Swaroop, A., Jain, A., Kumhar, M., Parihar, N., and Jain, S., 2007).
Nyeri sendi (arthralgia) dan otot(myalgia) bisa muncul pada penderita chikungunya.
Keluhan arthralgia ini ditemukan sekitar 80% pada penderita chikungunya dan biasanya
3
sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut,siku, pergelangan, jari kaki dan tangan
serta tulang belakang. Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut
tertekuk dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Gejala ini dapat bertahan
selama beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun
sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Artritis. Nyeri otot pula bisa terjadi pada seluruh
otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu
dan anggota gerak (Ng, K.W., et al 2009). Pada kebanyakan penderita , gejala peradangan
sendi biasanya diikuti dengan adanya bercak kemerahan makulopapuler yang bersifat non-
pruritic. Bercak kemerahan ini sering ditemukan pada bagian tubuh dan anggota gerak
tangan dan. kaki. Bercak ini akan menghilang setelah 7-10 hari dan kemudiannya diikuti
dengan deskuamasi (Yulfi, H., 2006)
Gejala-gejala lain yang bisa ditemukan termasuk sakit kepala, pembesaran kelenjar
getah bening di leher dan kolaps pembuluh darah kapiler (Oktikasari, F.Y., Susanna, D.,
dan Djaja, I.M., 2008).
D. Pemeriksaan Laboratorium.
Deteksi dini dan diagnosis yang teratur memainkan peran penting dalam mengontrol
infeksi virus ini secara efektif. Pemeriksaan melihat perkembangan IgM melalui enzyme
linked immunosorbent asssay (MAC-ELISA) telah menjadi pemeriksaan serologi yang
major karena teknik pemeriksaan ini sangat cepat dan reliabel (Sudeep, A .B and Parashar
D 2008). Teknik pemeriksaaan lain yang bisa dilakukan untuk mendeteksi dan
mengindentifikasi antigen virus adalah teknik immunofluorescent antibodi secara tidak
langsung (Sudeep, A .B and Parashar D 2008). Reverse transcription polymerase chain
reaction (RT-PCR) juga telah dikenal sangat berguna dalam mendiagnosa virus
chikungunya (CHIKV) dengan cepat (Sudeep, A .B and Parashar D 2008). Malah RT-PCR
juga merupakan teknik mendeteksi m-RNA yang paling sensitif. Dibandingkan dengan 2
teknik lain yang sering digunakan untuk menkuantifikasi m-RNA level yaitu Northen blot
analysis dan RNase protection assay, RT-PCR dapat digunakan untuk menkuantifikasi m-
RNA level dari jumlah sampel yang kecil. Malah kombinasi RT- PCR dan nested PCR
terbukti efisien untuk deteksi spesifik dan mengenotip CHIKV (Yulfi, H., 2006.).
4
E. Pengobatan.
Sehingga kini masih tiada pengobatan spesifik untuk penyakit ini dan vaksin yang
berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatannya hanya bersifat
simptomatis dan supportif seperti pemberian analgesik, antipiretik, anti inflamasi (Sudeep,
A.B. and Parashar, D. 2008). Pemberian aspirin kepada penderita demam chikungunya ini
tidak dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin terhadap platelet. Pemberian chloroquine
phosphate sangat efektif untuk arthritis chikungunya kronis (Abraham, A.S., and
Sridharan, G., 2007). Penularan wabah chikungunya yang semakin berkembang membuat
para peneliti berminat mengembangkan agen antivirus baru, RNAi. Ianya bertindak
mencegah infeksi yang ditimbulkan virus dengan mengganggu post transcriptional
expression mRNA (Sudeep, A.B. and Parashar, D 2008 ).
F. Komplikasi.
Penyebab morbiditas yang tertinggi adalah dehidrasi berat, ketidakseimbangan
elektrolit dan hipoglikemia. Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi meskipun jarang
berupa gangguan perdarahan, komplikasi neurologis, pneumonia dan gagal nafas
(Swaroop, A., Jain, A., Kumhar, M., Parihar, N., and Jain, S., 2007)
G. Prognosis.
Penyakit ini bersifat self limiting diseases, tidak pernah dilaporkan adanya kematian
sedangkan keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Penelitian sebelumnya pada 107
kasus infeksi Chikungunya menunjukkan 87,9% sembuh sempurna, 3,7% mengalami
kekakuan sendi atau mild discomfort, 2,8% mempunyai persistent residual joint stiffness
tapi tidak nyeri dan 5,6% mempunyai keluhan sendi yang persistent, kaku dan sering
mengalami efusi sendi (Mohan, A., 2006).
H. Pencegahan.
5
Melihat masih tiada kematian karena chikungunya yang dilaporkan dan tiada
pengobatan spesifik dan vaksin yang sesuai, maka upaya pencegahan sangat
dititikberatkan. Upaya ini lebih menjurus ke arah pemberantasan sarang nyamuk penular
dengan cara membasmi jentik nyamuk. Individu yang menderita demam chikungunya ini
sebaiknya diisolasi sehingga dapat dicegah penularannya ke orang lain. Tindakan
pencegahan gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan menggunakan obat nyamuk dan
repelan tetapi pencegahan yang sebaiknya berupa pemberantasan sarang nyamuk penular.
Pemberantasan sarang nyamuk seharusnya dilakukan pada seluruh kawasan perumahan
bukan hanya pada beberapa rumah sahaja. Untuk itu perlu diterapkan pendekatan terpadu
pengendalian nyamuk dengan menggunakan metode yang tepat (modifikasi lingkungan,
biologi dan kimiawi) yang aman, murah dan ramah lingkungan (Depkes RI, 2003).
Keberhasilan kegiatan PSN Chikungunya antara lain dapat diukur dengan Angka
Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ≥ 95% diharapkan penularan Chikungunya dapat dicegah
atau dikurangi (Sunoto,1991). Cara memberantas nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang tepat melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan
memberantas jentik ditempat berkembang biaknya dengan cara :
1. Kimiawi (Larvasidasi).
Larvasidasi adalah pemberantasan jentik dengan menaburkan bubuk larvasida..
Kegiatan ini tepat digunakan apabila surveilans epidemiologi penyakit penyakit dan
vektor menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi dimana KLB
6
mungkin timbul. Terdapat 2 jenis larvasidasi (insektisida) yang dapat digunakan pada
wadah yang dipakai untuk menampung air bersih (TPA) yakni :
a. Temephos 1%.
Formulasi yang digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang
digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (1 sdm rata) untuk tiap 100 L air. Dosis ini
telah terbukti efektif selama 8-12 minggu atau sekitar 2-3 bulan (Sunarto dkk,
2000).
1. Larvasidasi Selektif.
Larvasidasi selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air
(TPA) baik di dalam maupun di luar rumah pada seluruh rumah dan bangunan di
desa/kelurahan endemis dan sporadis serta penaburan bubuk larvasida pada TPA
yang ditemukan jentik dan dilaksanakan 4 kali dalam 1 tahun (3 bulan sekali).
Pelaksana larvasidasi adalah kader yang telah dilatih oleh petugas Puskesmas.
Tujuan larvasidasi selektif adalah sebagai tindakan sweeping hasil penggerakan
masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
2. Larvasidasi Massal.
Larvasidasi massal adalah penaburan bubuk larvasida secara serentak diseluruh
wilayah/daerah tertentu di semua tempat penampungan air baik terdapat jentik
7
maupun tidak ada jentik di seluruh bangunan termasuk rumah, kantor-kantor dan
sekolah. Kegiatan larvasidasi massal ini dilaksanakan di lokasi terjadinya KLB
Chikungunya.
2. Biologi
Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap jentik
hanya terbatas pada sasaran berskala kecil. Pengendalian dengan cara ini misalnya
dengan memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri. Ikan yang biasa dipakai
adalah ikan larvavorus (Gambusia affins, Poecilia reticulata dan ikan adu), sedang
ikan bakteri yang dinilai efektif untuk pengendalian ini ada 2 spesies yakni bakteri
Bacillus thuringiensis serotipe H-14(Bt.H-14) dan Bacillus sphaericus (Bs) yang
memproduksi endotoksin.
3. Fisik
Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M Plus (Menguras, Menutup,
Mengubur) yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi, drum
dan lain-lain seminggu sekali (M1).
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air , tempayan dan
lain-lain (M2).
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan (M3)
J. PERILAKU
Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berasal dari dalam dan
luar dirinya Perilaku kesehatan pula adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan,
dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
8
Menurut L.Blum dalam buku Notoatmodjo ( 2007 ) disebutkan bahwa perilaku
sesorang terdiri atas 3 bagian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga komponen ini
bisa diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan yang dilakukan.
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang
tidak akan mempunyai dasar pegangan untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Secara garis besar pengetahuan dibagi
menjadi enam tingkat, yaitu :
a. Tahu ( Know ) diartikan hanya sebagai memanggil memori yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami ( Comprehension ) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasi materi
tersebut yang benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.
c. Aplikasi ( Application ) diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang
sebenarnya.
d. Analisis ( Analysis ) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,
membedakan dan mengelompokan.
e. Sintesis ( Synthesis ) merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan beberapa bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dalam kata lain ada kemampuan untuk membina suatu formulasi yang baru hasil
dari gabungan beberapa formulasi yang telah sedia ada.
9
f. Evaluasi ( Evaluation ) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Hal lain yang mungkin kurang dipahami mahasiswa pada umumnya adalah cara
penularan penyakit dan cara pemberantasannya. Adanya proses penularan dari
penderita, gigitan nyamuk, pemindahan penyakit masih kurang dimengerti dengan baik
oleh mahasiswa. Konsep pemberantasan sarang nyamuk belum diketahui dengan baik
karena mereka belum juga memahami tujuan, manfaat dan hubungan pembersihan
sarang nyamuk dan jentik dengan kejadian penyakit Demam Chikungunya.
2. Sikap ( attitude )
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons sesorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007) . Salah seorang ahli psikologi sosial,
Newcomb, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap mempunyai tiga komponen
menurut Allport (1954) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2007) yaitu :
10
Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yakni ( Notoadmodjo ( 2007 ):
a. Pengalaman pribadi
b. Pengaruh orang lain dianggap penting
c. Media massa
d. Pengaruh kebudayaan
3. Tindakan (practise)
Suatu sikap belum tentu terwujud secara otomatis dalam suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan.
a. Persepsi ( Perception )
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil
c. Mekanisme ( Mecanism )
11
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara ototmatis
ataupun sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan
d. Adaptasi ( Adaptation )
Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik yang mana artinya
tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut
Secara umumnya masih ramai masyarakat belum melakukan tindakan yang sewajarnya
dalam upaya pemberantasan penyakit Demam chikungunya seperti menutup tempat
penampungan air, memperhatikan dan memberantas jentik nyamuk di lingkungan rumah
sehingga dengan sendirinya mendukung penyebaran penyakit. Meskipun mahasiswa
dilihat sebagai individu yang berpendidikan tetapi sekiranya diteliti bukanlah semuanya
telah melakukan tindakan pencegahan yang sewajarnya.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ny. N usia 35 tahun datang ke RS dengan di antar oleh keluarga dengan demam 39° C nyeri otot,
kepala dan bahu dan nyeri send,i klien merasa tidak mampu untuk bergerak dan merasa lumpuh
terjadi ruam pada muka, tangan dan paling banyak pada kaki. Kondisi ini sudah di alami selama
seminggu dan pada hari ke 5 muncul konjungtival injektion dan photopobia, tentukan DX
penyakit tersebut, buat makalah beserta askepnya.
Step 1 & 2
1. Ruam : adalah peradangan dan perubahan warna yang terjadi pada kulit, timbulnya gatal-
gatal, benjol, mengelupas, bersisik, atau iritasi.
2. Konjungtiva injektion: mata merah, pelebaran pada pembuluh darah arteri.
3. Photopobia: adalah rasa tidak nyaman di mata karena cahaya terang, bukan disebabkan
oleh penyakit yang mendasari melainkan berhubungan dengan masalah mata dan
menyebabkan sakit mata parah bahkan dalam cahaya relatif rendah.
Step 3 & 4
1. Mengapa klien merasa tidak mampu bergerakdan merasa lumpuh?
Jawab : karena pasien merasakan nyeri pada otot dan nyeri sendi
2. Ruam terjadi pada bagian apa saja?
Jawab : muka, tangan dan paling banyak pada kaki
3. Berapa lama kondisi ini terjadi?
Jawab : selama seminggu dan pada hari kelima muncul konjungtiva unjection dan
photophobia
LO: chikungunya
A. DATA DEMOGRAFI
BiodataPasien
Nama : Ny. N
Usia : 35tahun
JenisKelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Cikarang
13
Suku : Sunda
Agama : Islam
DiagnosaMedis : CHIKUNGUNYA
No. RM : 021
TanggalMasuk : 02 Oktober 2018
TanggalPengkajian : 02 Oktober 2018
BiodataPenanggungJawab
Nama : Tn.A
Usia : 38 tahun
JenisKelamin : laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Hubungan dengan Klien : suami
I. KELUHAN UTAMA
Pasien mengalami demam tinggi
II. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri sendi hingga lumpuh.
b. Riwayat KesehatanTerdahulu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya.
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda – tanda vital :
TD : 120/80mmHg
N : 90x/menit
T : 390C
RR : 20x/menit
2. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos metis GCS 15.
14
Kepala: tidak ada jejas, tidak ada jahitan, bentuk mesochepalus, terasa nyeri jika
dipalpasi.
Mata: konjungtiva injektion.
Hidung: Tidak ada sekret, tidak terpasang NGT, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
hidung.
Mulut: tidak ada sekret, gigi kotor, membran mukosa lembab.
Telinga: bentuk simetris, bersih, tidak tampak serumen.
Wajah : terdapat ruam
Thoraks :
I : bentuk dada simetris tidak ada luka, tidak ada retraksi dinding dada, tidak menggunakan
otot bantu pernafasan.
P : tidak ada udema pulmo
P : tidak ada nyeri tekan
A : normal
Abdomen:
I : tidak ada lesi,tidak ada luka jahhitan, tidak ada acites
P : suara timpani
P : tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan
A : bising usus 10 x/menit
Ektrimitas: terdapat nyeri pada sendi dan otot, ruam pada tangan dan kaki
Genetalia: tidak terpasang kateter
Kulit: akral hangat, turgor kulit halus, CRT < 2 detik, tidak ada sianosis.
B. DATA FOKUS
Nama :Ny. N
15
No Rm : 021
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1 Keluarga mengatakan demam 1 Pasien tampak meringis kesakitan
2 Pasien mengeluh merasakan nyeri 2 Tampak ruam pada muka dan
dibagian otot tangan dan paling banyak di kaki
3 Pasien mengatakan nyeri dibagian 3 Konjungtiva injection
kepala 4 Pasien tampak photopobia
4 Pasien mengatakan nyeri dibagian 5 TTV :
bahu TD:120/80mmHg
5 Pasien mengatakan nyeri dibagian N : 90x/menit
sendinya T:390C
6 Pasien mengatakan tidak mampu RR : 16x/menit
untuk bergerak (lumpuh) 6 Kaji skala Nyeri:
P : bagian otot,kepala,bahu dan
sendi
Q : Nyeri seperti menusuk
R : bagian tubuh
S : skala 5
T : saat bergerak
7 Pasien tampak gelisah
16
C. ANALISA DATA
Nama : Ny. N
No RM : 021
-
DO :
- TD:140/90mmHg
- N : 90x/menit
- T:380C
- RR : 25x/menit
- Tampak ruam pada muka,tangan
dan tangan dan paling banyak di
kaki
-
DO :
- Kaji skala Nyeri:
17
P : bagian otot,kepala,bahu dan
sendi
Q : Nyeri seperti menusuk
R : bagiantubuh
S : skala 5
- T : saat bergerak
- Pasien tampak meringis kesakitan
-
DO :
- Konjungtiva injection
- Pasien tampak photopobia
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia b.d proses penyakit (D.0130)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
3. Gangguan mobilitas fisik b.d Kerusakan integritas struktur tulang
18
E. INTERVENSI
Nama : Ny. N
No RM :021
19
Q : Nyeri seperti menusuk
R : bagiantubuh
S : skala 5
- T : saatbergerak
- Menyatakan nyaman setelah
nyeri berkurang menjadi 3
(tiga)
3. Setelah dilakukukan asuhan 1. Bantu kebutuhan klien
keperawatan selama 3x24jam, 2. Anjurkan klien untuk melakukan
keterbatasan dalam gerakan fisik aktifitas secara bertahap
dapat teratasi dengan KH: 3. Bantu klien melakukan latihan ROM
- Aktifitas fisik pasien aktif dan pasif.
meningkat 4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi
- Pasien mengerti tujuan dari dalam merawat diri sendiri sesuai
peningkatan mobilitas kemampuan.
- Peningkatan kekuatan dan 5. Observasi adanya daerah yang
kemampuan berpindah mengalami nyeri.
meningkat Kolaborasi
- Mampu berjalan Ahli fisioterapi
- Mampu bergerak dengan
mudah
F. IMPLEMENTASI
20
WIB lainnya.
2. Memberikan
S:
kompres dingin (air - Pasien mengatakan
biasa) sudah meminum obat
penurun panas
3. Menganjurkan
08.30 keluarga untuk O :
- Pasien tampak terlihat
WIB memakaikan pakaian membaik dan tidak 08.45
yang dapat ada tanda – tanda WIB
menyerap keringat gejala komplikasi
21
08.30 yang nyaman O: 08.45
- Pasien tampak
WIB 4. Mempertahankan WIB
relaxs
lingkungan yang
tenang
5. Mengajarkan teknik
relaksasi
Kolaborasi
S:
1. Pemberian obat
- Pasien mengatakan
09.00 analgesic sudah mendapatkan
pengobatan
WIB 09.30
O: WIB
Nyeri pasien berkurang dari
5 menjadi 3
22
3. Membantu klien O:
melakukan latihan - Pasien tampak
ROM aktif dan pasif. gelisah
S:
4. Meningkatkan
- Pasien mengatakan
aktifitas dan
senang
partisipasi dalam menggunakan
merawat diri sendiri tongkat
sesuai kemampuan. O:
- Pasien tampak
senang
S:
5. Mengobservasi
adanya daerah yang -
mengalami nyeri. O:
- Pasien senang
kondisinya sudah
agak membaik
S:
- Pasien mengatakan
senang dengan
perubahannya
O:
- Pasien tampak
senang dengan
kondisinya
23
III. EVALUASI
02 oktober 1.
S:
2018
- Pasien mengatakan sudah meminum obat
penurun panas
O:
- Suhu tubuh menurun
T : 370c
- Pasien tampak terlihat membaik dan tidak
ada tanda – tanda gejala komplikasi
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
03 oktober 2. S:
2018 - Pasien mengatakan Nyeri seperti menusuk
- Pasien mengatakan sudah mendapatkan
pengobatan
O:
- Pasien tampak relaks
- Nyeri pasien berkurang dari 5 menjadi
3
04 oktober 3. S:
- pasien mengatakan ttvnya saat latihan
2018
normal
- Pasien mengatakan senang dengan
perubahannya
- Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
- Pasien mengatakan senang
24
menggunakan tongkat
O:
- Pasien tampak membaik
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak senang
- Pasien senang kondisinya sudah agak
membaik
- Pasien tampak senang dengan
kondisinya
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
25
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk dan
dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Nama chikungunya ini berasal dari
kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud “membungkuk”, mengacu pada postur
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia) (Powers and Logue 2007).
26
DAFTAR PUSTAKA
Sembringin Masri dkk, 2014. Manifestasi klinis infeksi virus chikungunya. Jakarta: Kemenkes RI
27