Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Virus berasal dari bahasa Yunani venom yang berarti racun. Virus merupakan
organisme non-seluler, karena ia tidak memiliki kelengkapan seperti sitoplasma,
organel sel, dan tidak bisa membelah diri sendiri. Virus dapat bertindak sebagai
agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki
sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang
akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang
diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di
dalam sel tersebut secara permanen. Berdasarkan sifat hidupnya maka virus
dimasukan sebagai parasit obligat, karena keberlangsungan hidupnya sangat
tergandung pada materi genetik inang.
Secara umum virus merupakan partikel yang tersusun atas elemen genetik
yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA)
atau asam ribonukleat (RNA). Berdasarkan morfologi tersebut, virus kemudian
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, virus DNA dan virus RNA.
Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA.
Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
Togaviridae dan Reoviridae.
Togaviridae dan Reoviridae merupakan kelompok jenis virus yang sering
menginfeksi manusia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh famili
Togaviridae adalah Chikungunya dan Rubella, sedangkan penyakit yang

disebabkan oleh famili Reoviridae adalah Demam Tungau Colorado dan


Gastroenteritis.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk membuat makalah
dengan judul Sifat dan Jenis Infeksi Famili Togaviridae dan Reoviridae.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat dan jenis infeksi virus famili Reoviridae?
2. Bagaimana sifat dan jenis infeksi virus famili Togaviridae?

1.3. Tujuan Makalah


1. Mengetahui sifat dan jenis infeksi virus famili Reoviridae
2. Mengetahui sifat dan jenis infeksi virus famili Togaviridae

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Togaviridae
A. Sifat Umum
Togaviridae merupakan kelompok virus yang memiliki materi genetik
berupa RNA saja. Famili Togaviridae memiliki RNA berantai dan bersegmen
tunggal dengan polaritas positif. Replikasi RNA terjadi di sitoplasma dan
dilakukan melalui pembentukan RNA komplementer yang bertindak sebagai
cetakan RNA genom. Virion dari famili Togaviridae memiliki selubung,

berbentuk nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3 4 jenis protein utama dan


berdiameter 60 70 nm.
B. Jenis jenis Togaviridae
Famili Togaviridae dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Family
Togaviridae

Genus
Spesies
Alphavirus (Arbovirus Grup Chikungunya virus
Encephalitis virus
A)
Flavivirus (Arbovirus Grup B) Yellow fever virus
Dengue virus
Rubivirus

Rubella

C. Togaviridae yang Penting


Dua genus dari famili Togaviridae yang paling sering menginfeksi manusia
diantaranya adalah Alphavirus dan Rubivirus.
1. Alphavirus
Alphavirus atau Arbovirus Grup A pada umumnya menyebabkan
viraemia pada vertebrata. Virus ini berkembang biak pada arthropoda
pengisap darah. Penyebaran di antara manusia atau hewan terjadi dengan
perantaraan serangga penghisap darah. Serangga penghisap darah yang telah
ditulari menjadi infektif seumur hidup. Yang termasuk ke dalam genus
Alphavirus atau Arbovirus Grup A ini antara lain yaitu Chikungunya virus.
a. Chikungunya virus
Definisi
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada
penderita yang berarti posisi tubuh meliuk atau melengkung, mengacu
pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat
(arthralgia). Nyeri sendi ini, menurut lembar data keselamatan (MSDS)

Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut,


pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki.
Chikungunya ialah sejenis demam dan boleh dikatakan bersaudara
dengan demam berdarah, karena ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty
maupun albopictus. Bedanya, jika virus demam berdarah menyerang
pembuluh darah, sedangkan virus Chikungunya menyerang sendi dan
tulang. Penyakit demam Chikungunya ini merupakan penyakit endemik.
Wabah penyakit ini pertama kali menyerang di Tanzania, Afrika pada
tahun 1952.

Etiologi

Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut


virus Chikungunya. Virus ini termasuk keluarga Togaviridae, genus
alphavirus atau group A antropho borne viruses. Virus ini telah
berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Vektor penular
utamanya adalah Aedes aegypti, namun virus ini juga dapat diisolasi
dari dari nyamuk Aedes africanus, Culex fatigans dan Culex
tritaeniorrhynchus. Akan tetapi, nyamuk yang membawa darah
bervirus didalam tubuhnya akan kekal terjangkit sepanjang hayatnya.
Tidak ada bukti yang menunjukkan virus Chikungunya dipindahkan oleh
nyamuk betina kepada telurnya sebagaimana virus demam berdarah.

Morfologi

Jenis
Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang
mempunyai selubung, merupakan salah satu anggota grup A dari
arbovirus, yaitu alphavirus dari famili Togaviridae. Dengan mikroskop
elektron, virus ini menunjukkan gambaran virion yang sferis yang kasar
atau berbentuk poligonal dengan diameter 40-45 nm dengan
intibidiameter 25-30 nm.
Sifat - sifat
Virus ini bersifat sensitive terhadap ether dan zat pelarut lemak
lainnya, perubahan temperatur dan perubahan pH media. Virus ini dapat
mengaglutinasi eritrosit jenis burung (Aves). Telah dikenal adanya dua
jenis varian virus yangmenghasilkan dua jenis plaque, yang berukuran
besar merupakan varian virus liar dan yang berukuran lebih kecil
merupakan varian virus jinak.

Cara penularan
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang

sakit digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk penular tersebut


menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak
maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan kerap di suatu
kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain manusia, primata
lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji

hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bias


mengandung antibodi terhadap virus Chikungunya. Seseorang yang
telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu
kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada
nyamuk pembawa. Masa inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di
antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu dua hingga
empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh hari.

Gejala
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya

saja pada penyakit Chikungunya semua persendian akan terasa ngilu.


1. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan
muka kemerahan.Demam penyakit ini ditandai dengan demam tinggi
mencapai 39-40o Celsius.
2. Sakit persendian
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul
demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita
merasa lumpuh sebelum berobat. Sendi yang sering dikeluhkan:
sendi lutut, pergelangan , jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
3. Nyeri otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah
bahu. Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
4. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih
sering pada harike 4 - 5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka,

badan,

tangan,

dan

kaki,

terutama badan

dan

lengan.

Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.


5. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival
injection dan sedikit fotophobia.
6. Kejang dan penurunan kesadaran
Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi
bukan secara langsung oleh penyakitnya.
7. Gejala lain
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.
Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri
sendi tidak terlalu nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih
jarang terjadi tetapi pada bayi dan anak kecil timbul. Bedanya dengan
demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat,
renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi
racun yang menyerang pembuluh darah dan menyebabkan kematian.
Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan memproduksi virus
yang menyerang tulang.

Diagnosis
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu dilakukan beberapa uji

serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi,


dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini hanya

bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian,


tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari.
Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-bone
fever) dengan gejala mirip dengan demam dengue, tetapi lebih ringan
dan jarang menimbulkan demam berdarah. Artralgia, pembuluh darah
konjungtiva tampak nyata, dengan demam mendadak yang hanya
berlangsung 2 - 4 hari. Pemeriksaan serum penderita untuk uji netralisasi
menunjukkan adanya antibodi terhadap virus Chikungunya.

Cara pengobatan
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya.

Pengobatan terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala


yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik, karena
bersifat self limited disease, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu
tertentu. Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak
atau demam berdarah dengue, maka perlu kesiapsiagaan tatalaksana
yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat tandatanda bahaya. Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang
bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein dapat meningkatkan
daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin untuk
menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan
segar (sebaiknya minum jus buah segar). Vitamin peningkat daya tahan

tubuh juga bermanfaat untuk menghadapi penyakit ini, karena daya


tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa
ngilu pada persendian cepat hilang. Belum ditemukan imunisasi yang
berguna sebagai tindakan preventif. Namun pada penderita yang telah
terinfeksi timbul imunitas / kekebalan terhadap penyakit ini dalam
jangka

panjang. Pengobatan

yang

diberikan

umumnya

untuk

menghilangkan atau meringankan gejala klinis yang ada saja


(symptomatic therapy) seperti pemberian obat panas, obat mual/muntah,
maupun analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi.

Cara pencegahan
Satu-satunya cara mencegah penyakit ini adalah membasmi

nyamuk pembawa virusnya, termasuk memusnahkan sarang pembiakan


larva untuk menghentikan rantai hidup dan penularannya. Cara
sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
- Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali.
Mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur
sampai dewasa dalam kurun waktu 7 10 hari.
- Menutup tempat penyimpanan air
- Mengubur sampah
- Menaburkan larvasida
- Memelihara ikan pemakan jentik
- Pengasapan
- Pemakaian anti nyamuk
- Pemasangan kawat kasa di rumah
Selain itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang gelap, lembab,
dan pengap. Pintu dan jendela rumah dibuka setiap hari mulai dari pagi

hingga sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga
terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Insektisida yang
digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,
sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation
dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan
kedinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes aegypti tidak suka
hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.

2. Rubivirus
b. Rubella virus
Definisi
Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau
campak 3 hari adalah sebuah infeksi yang menyerang, terutama kulit dan
kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella, yang
biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau
tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah
seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya.
Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya
medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil,
yang dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut.
Sebelum vaksin untuk melawan Rubella tersedia pada tahun 1969,

epidemi rubella terjadi setiap 6 - 9 tahun. Anak-anak dengan usia 5 9 tahun menjadi korban utama dan muncul banyak kasus rubella
bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak-anak
dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan. Saat
ini, sebagian besar infeksi rubella terjadi pada pria-wanita dewasa usia
muda

dan

bukan

pada

anak-anak.

Munurut

fakta,

para

ahli memperkirakan bahwa 10% anak muda saat ini rentan terhadap
rubella. Hal ini memicu bahaya laten yang mungkin akan berdampak
pada anak-anak yang akan mereka miliki di masa datang.

Tanda-tanda dan gejala

Tanda-tanda dan gejala dimulai dengan adanya demam ringan


selama 1 atau 2 hari (99 - 100 Derajat Fajrenheit atau 37,2 - 37.8 derajat
celcius) dan kelenjar getah bening yang membengkak dan perih,
biasanya di bagian belakang leher atau di belakang telinga. Pada hari
kedua atau ketiga, bintik-bintik (ruam) muncul di wajah dan menjalar ke
arah bawah. Di saat bintik ini menjalar kebawah, wajah kembali bersih
dari bintik-bintik. Bintik-bintik ini biasanya menjadi tanda pertama yang
dikenali oleh para orang tua. Ruam rubella dapat terlihat seperti
kebanyakan ruam yang diakibatkan oleh virus lain. Terlihat sebagai titik
merah atau merah muda, yang dapat berbaur menyatu sehingga
terbentuk tambalan berwarna yang merata. Bintik ini dapat terasa gatal

dan terjadi hingga tiga hari. Dengan berlalunya bintik-bintik ini, kulit
yang terkena kadangkala megelupas halus, sakit kepala, kurang nafsu
makan, conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan
bola mata), hidung yang sesak dan basah, kelenjar getah bening yang
membengkak dibagian lain tubuh, rasa sakit dan bengkak pada
persendian (terutama pada wanita muda).
Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan adanya
gejala apa-apa. Ketika rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi
sindrom rubella bawaan, yang potensial menimbulkan kerusakan pada
janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena rubella sebelum
dilahirkan beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan,
keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, dan
problematika hati, limpa dan sumsum tulang.

Penularan

Penularan virus rubella menular dari satu orang ke orang lain melalui
sejumlah kecil cairan hidung dan tenggorokan. Orang yang mengidap
rubella sangat berpotensi menularkan virus tersebut dalam periode satu
minggu sebelum sampai satu minggu sesudah ruam muncul.
Seseorang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala rubella tetap
dapat menularkan virus tersebut. Balita yang memiliki rubella bawaan
dapat melepaskan virus tersebut melalui urin dan cairan hidung

dan tenggorokan selama satu tahun atau lebih dan dapat menularkan
virus terhadap orang yang belum terimunisasi. Pencegahan Rubella
dapat dicegah dengan vaksin rubella. Imunisasi rubella secara luas dan
merata sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini,
yang pada akhirnya dapat mencegah cacat bawaan/lahir akibat sindrom
rubella bawaan. Vaksin ini biasanya diberikan kepada anak-anak berusia
12 - 15 bulan dan menjadi bagian dari imunisasi MMR yang telah
terjadwal. Dosis kedua MMR biasanya diberikan pada usia 4 - 6 tahun,
dan tidak boleh lebih dari 11 - 12 tahun. Sebagaimana dengan imunisasi
lainnya, selalu ada pengecualian tertentu dan kasus-kasus khusus.
Dokter anak akan memiliki informasi yang tepat. Vaksin rubella tidak
boleh diberikan kepada wanita hamil atau wanita yang akan hamil
dalam jangka waktu satu bulan sesudah pemberian vaksin. Jika anda
berpikir untuk hamil, pastikan bahwa anda kebal terhadap rubella
melalui tes darah. Jika tidak, sebaiknya anda mendapatkan vaksinasi
setidaknya satu bulan sebelum memulai kehamilan. Wanita hamil yang
tidak kebal terhadap rubella harus menghindari orang yang mengidap
penyakit ini harus diberikan vaksinasi setelah melahirkan sehingga dia
akan kebal terhadap penyakit ini di kehamilan berikutnya

Masa Inkubasi

Periode inkubasi rubella adalah 14 - 23 hari, dengan rata-rata


inkubasi adalah16 - 18 hari.

Jangka waktu

Ruam rubella biasanya berlangsung selama 3 hari. Pembengkakan


kelenjar akan berlangsung selama satu minggu atau lebih dan sakit
persendian akan berlangsung selama lebih dari dua minggu. Anak-anak
yang terkena rubella akan pulih dalam jangka waktu satu minggu
sementara pada orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk
pulih.

Cara Penanganan

Rubella tidak dapat ditangani dengan antibiotik karena AB tidak


dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus Wanita hamil
yang terkena rubella harus segera menghubungi DSOGnya secepatnya.
Rubella biasanya penyakit yang ringan, terutama pada anak-anak
dan hanya membutuhkan penanganan kecil di rumah. Awasi suhu
badan anak dan hubungi dokter jika demamnya meninggi. Untuk
mengurangi ketidaknyamanan, anda dapat memberi balita anda
acetaminophen atau ibuprofen. Cegah penggunaan aspirin kepada anakanak yang terkena infeksi virus karena penggunaan aspirin pada kasus

tersebut dicurigai menyebabkan terjadinya sindrom Reye, yang


dapat menyebabkan kegagalan hati dan kematian.

2.2

Reoviridae
A. Sifat Umum
Reoviridae merupakan golongan virus dimana virionnya tidak berselubung.
Ukuran diameter virion 60-80 nm. Pada partikel virus ini berkulit tunggal dan
tidak memiliki kapsid dibagian luarnya. Virus dengan family Reoviridae
memiliki kapsid pada bagian dalam dengan jumlah 2 kapsid berbentuk
ikosahedral. Rotavirus mengandung 11 segmen genom, dimana orthoreovirus
dan orbivirus masing-masing memiliki sepuluh segmen dan coltivirus
mempunyai 12 segmen.

B. Jenis Jenis Reoviridae


Golongan virus tersebut memiliki meliputi 3 genus yaitu :
(1) Reovirus, terdiri dari 3 serotipe
(2) Rotavirus, terdiri dari 2 serotipe
(3) Orbivirus, terdiri dari beberapa serotipe (golongan demam caplak
Colora dan Kemerovo) yang bersifat lintas artropoda
(arthropodaborne)

C. Reoviridae yang Penting


Dua virus dari famili Reoviridae yang paling sering menginfeksi manusia
diantaranya adalah Reovirus dan Rotavirus.
1. Demam Tungau Corolado
Demam Tungau adalah penyakit yang memiliki gejala yang sangat mirip
dengan flu. Ini terutama terlihat di belahan barat, dan disebarkan oleh Tungau
Corolado. Demam Tungau Colorado adalah demam yang disebabkan oleh
infeksi, yang ditularkan ke manusia melalui gigitan Tungau yang terinfeksi
yang menularkan virus. Tungau ini hidup di banyak negara Barat. Virus ini
juga dapat membawa mamalia kecil lainnya, termasuk tupai tanah, dikobrazy
dan Chipmunks.

Gejala Demam Corolado

Gejala yang biasanya muncul 4-5 hari setelah Tungau menggigit dan
dapat berlangsung selama tiga minggu, dengan gejala:
1.

Hipertermia

2.

Panas dingin

3.

Sakit kepala yang kuat

4.

Sakit di belakang mata

5.

Kepekaan terhadap cahaya

6.

Nyeri otot

7.

Kelesuan

8.

Sakit perut

9.

Muntah

10.

Mual

11.

Ruam

Diagnosis demam corolado

Dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat medis, dan


melakukan pemeriksaan fisik. Tes mungkin termasuk:
1.

Tes darah, untuk menentukan versi virus

2.

Tes darah untuk mendeteksi antibodi terhadap virus

3.

Tes darah lainnya.

Pengobatan demam colorado


Tidak ada pengobatan khusus untuk demam Tungau Colorado.

Komplikasi yang sangat langka dan termasuk meningitis aseptik,


ensefalitis, dan demam berdarah. Demam dan nyeri dapat dikurangi
dengan parasetamol dan analgesik lainnya. Hal ini penting untuk
menghindari dehidrasi, minum banyak cairan. Setelah seseorang telah
sakit demam Colorado tick, dianggap, ia mendapat kekebalan terhadap
infeksi ulang.
2. Rotavirus
Virus rota merupakan agen penyakit yang dapat menyebabkan infeksi
pada saluran pencernaan (gastroenteritis) baik hewan maupun manusia.
Infeksi virus rota yang berhubungan dengan radang usus dan diare telah
banyak dilaporkan terjadi pada beberapa jenis hewan dan manusia. Infeksi
virus rota akan mengikat lapisan sel epitel dewasa pada usus halus yang
mengandung enzim pencernaan yang sangat penting. Perusakan sel ini
mengakibatkan struktur dan fungsi vili pada usus diubah sehingga terjadi
diare.
Morfologi

Rotavirus adalah virus yang dapat dilihat dari mikroskop elektron,


pada pinggir luar kapsid terlihat seperti roda. Roda ini mengelilingi jari-jari
yang memancar dari inti yang menyerupai pusat. Partikel-partikel mempunyai
kapsid berkulit ganda dan garis tengah berkisar antara 60-75 nm. Partikelpartikel virus berkulit tunggal yang tidak mempunyai kapsid luar
menunjukkan pinggir-pinggir luar yang kasar dan bergaris tengah 50-60 nm.
Inti dalam dari parikel bergaris tengah 33-40 nm. Partikel virus mengandung
11 segmen ARN beruntai ganda ( BM total 10 x 106 ).
Pola Penyebaran
Rotavirus biasanya terjadi pada bayi. Munculnya rotavirus biasanya
akibat lingkungan tempat tinggal sang bayi yang tidak terjaga kebersihannya.
Contohnya, dot bayi dan botol susu tidak dicuci bersih sehingga sisa susu
masih tertinggal baik di dot maupun di botol susunya sehingga menimbulkan
bau tak sedap.
Selain itu, kotoran sang bayi yang tidak segera dibersihkan atau
dibuang akan berpotensi menjadi sarang virus. Kotoran (tinja) yang
mengering dan kemudian menyebar melalui udara turut menjadi penyebab
penyebaran rotavirus. Penyebaran jenis ini disebut fecal-oral. Rotavirus yang
rata-rata bisa hidup di luar tubuh manusia berminggu-minggu bisa juga
menular melalui perantara makanan dan/atau minuman yang sudah tercemar
virus. Rotavirus bisa hidup didalam air dan diatas permukaan tanah.

Rute Perjalanan

Rotavirus menempel dan menyerang epitel usus kecil. Virus ini


menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil, berupa
pemendekan villi dan terdapatnya infiltrat sel-sel radang mononuklear.
Respon imun dari penderita dalam bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel
epitel dan menimbulkan diare.
Rotavirus bereplikasi dalam sitoplasma sel inang. Virion masuk ke
dalam sel host oleh mRNA endositosis dan virus ditranskripsi menggunakan
RNA polimerase virus yang sudah ada dalam virion untuk membentuk unit
struktural dari protein kapsid. Segmen mRNA dirakit menjadi kapsid dewasa
dan kemudian direplikasi untuk membentuk genom RNA beruntai ganda. Para
badan inklusi terbentuk 6-7 jam setelah infeksi pada sel yang terinfeksi.
Dampak Kesehatan pada Manusia
Bila anak-anak terserang diare, maka besar kemungkinan anak-anak
kekurangan cairan dalam tubuh sehingga bisa mengalami dehidrasi. Anakanak

yang

mengalami

dehidrasi,

gejalanya

sering

kehausan,

anak

memuntahkan kembali air yang diminum, mata terlihat cekung, kulit perut
ketika dicubit tidak kenyal.
Sedangkan bila anak-anak berada pada kondisi dehidrasi berat, tandatandanya adalah kesadaran anak menurun, kaki tangan terasa dingin disertai
dengan kejang, Namun, orangtua sangat perlu lebih waspada. Sebab,
kemungkinan dehidrasi yang terjadi pada diare ini bisa terjadi lebih cepat
tanpa terdeteksi jika dibandingkan dengan diare oleh sebab lain.
Dampak Kesehatan pada Hewan

Infeksi virus rota yang berhubungan dengan radang usus dan diare
telah banyak dilaporkan terjadi pada beberapa jenis hewan termasuk pada
manusia (bayi dan anak-anak), anak sapi, anak babi, anak biri-biri, anak kuda,
kelinci, tikus, anak rusa, antelop, dan kalkun.
Gejala Klinis
Infeksi virus rota biasanya terjadi 1 hari sebelum timbul gejala klinis,
akhirnya akan menetap pada penderita hingga 8 sampai 10 hari. Gejala klinis
akan timbul setelah 3 hari terpapar oleh virus rota yang ditandai dengan
demam, sakit perut, dan muntah-muntah selama 1 3 hari yang diikuti dengan
diare yang berbau sangat tidak sedap selama 5-8 hari. Biasanya gejala klinis
akan berakhir antara 3 5 hari. Anak-anak yang menderita diare akan cepat
kehilangan cairan tubuh dan cairan elektrolit. Keadaan ini sangat berbahaya
terutama bagi anak-anak usia dibawah 2 tahun. Oleh karena itu diperlukan
penambahan cairan elektrolit (rehydration) sebagai penyeimbang dalam tubuh
penderita. Immunitas infeksi ulang tidak sebaik ketika terjadi infeksi yang
pertama kali oleh virus rota, akan tetapi infeksi ulang cenderung kurang
berbahaya bila dibandingkan pada saat pertama kali terinfeksi virus.
Pada orang dewasa yang sehat, infeksi rotavirus hanya menyebabkan
tanda dan gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala sama sekali.
Penanganan Kasus
Penanganan bagi orang yang terjangkit virus ini adalah dengan
penggantian cairan dan pemulihan keseimbangan elektrolit secara intravena
atau secara oral. Bisa dilakukan dengan memberikan cairan oralit atau cairan
pengganti oralit.

Cairan pengganti oralit ini bisa berupa kuah sayur, air teh manis yang
ditambahkan garam seujung sendok. Apabila anak muntah, ditunggu lebih
dahulu 5-10 menit, agar anak tenang. Setelah itu, baru diberikan cairan
pengganti

dari

sendok

secara

perlahan-lahan.

Sedangkan

untuk

pencegahannya dapat dilakukan adalah merawat secara terpisah anak yang


terinfeksi rotavirus dengan anak yang sehat, dan juga dilakukan vaksinasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa:
1. Togaviridae merupakan kelompok virus yang memiliki materi genetik
berupa RNA saja. Famili Togaviridae memiliki RNA berantai dan
bersegmen tunggal dengan polaritas positif. Replikasi RNA terjadi di
sitoplasma dan dilakukan melalui pembentukan RNA komplementer yang
bertindak sebagai cetakan RNA genom. Virion dari famili Togaviridae
memiliki selubung, berbentuk nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3 4
jenis protein utama dan berdiameter 60 70 nm.
2. Dua genus dari famili Togaviridae yang paling sering menginfeksi manusia
diantaranya adalah Alphavirus dan Rubivirus. Contoh virus yang sering
menginfeksi manusia dari genus Alphavirus adalah Chikungunya virus
sedangkan virus yang sering menginfeksi manusia dari genus Rubivirus
adalah Rubella virus. Penyakit chikungunya ditularkan melalui gigitan

nyamuk sebagai vektor utama, sedangkan penyakit campak atau rubella


ditularkan melalui droplet infection perinhalasi.
3. Reoviridae merupakan golongan virus dimana virionnya tidak berselubung.
Ukuran diameter virion 60-80 nm. Pada partikel virus ini berkulit tunggal
dan tidak memiliki kapsid dibagian luarnya. Virus dengan family Reoviridae
memiliki kapsid pada bagian dalam dengan jumlah 2 kapsid berbentuk
ikosahedral.

Rotavirus

mengandung

11

segmen

genom,

dimana

orthoreovirus dan orbivirus masing-masing memiliki sepuluh segmen dan


coltivirus mempunyai 12 segmen.
4. Virus dari famili Reoviridae yang sering menginfeksi manusia adalah
Reovirus dan Rotavirus. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh kelompok
virus Reoviridae adalah Demam Tungau Colorado dan Gastroenteritis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Virologi Khusus. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan


Departemen Kesehatan RI.
Listia, Lia. 2014. Kumpulan Virus. [Online]. Tersedia: http://
http://www.academia.edu/8954179/Kumpulan_virus. [11 April 2015].
Rachmawati, Savitri. 2013. Perkembangan human papilloma virus (hpv) menuju
kanker serviks. [Online]. Tersedia: http://
http://veevee20112010.blogspot.co.id/2013/03/perkembangan-humanpapilloma-virus-hpv.html. [11 April 2015].
Anonim. 2015. Virus. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Virus. [11
April 2015].
Anonim. 2010. Reoviridae. [Online]. Tersedia: http://arcivefree.blogspot.co.id/2010/08/reoviridae.html. [11 April 2015].

Anda mungkin juga menyukai