PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Togaviridae
A. Sifat Umum
Togaviridae merupakan kelompok virus yang memiliki materi genetik
berupa RNA saja. Famili Togaviridae memiliki RNA berantai dan bersegmen
tunggal dengan polaritas positif. Replikasi RNA terjadi di sitoplasma dan
dilakukan melalui pembentukan RNA komplementer yang bertindak sebagai
cetakan RNA genom. Virion dari famili Togaviridae memiliki selubung,
Genus
Spesies
Alphavirus (Arbovirus Grup Chikungunya virus
Encephalitis virus
A)
Flavivirus (Arbovirus Grup B) Yellow fever virus
Dengue virus
Rubivirus
Rubella
Etiologi
Morfologi
Jenis
Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang
mempunyai selubung, merupakan salah satu anggota grup A dari
arbovirus, yaitu alphavirus dari famili Togaviridae. Dengan mikroskop
elektron, virus ini menunjukkan gambaran virion yang sferis yang kasar
atau berbentuk poligonal dengan diameter 40-45 nm dengan
intibidiameter 25-30 nm.
Sifat - sifat
Virus ini bersifat sensitive terhadap ether dan zat pelarut lemak
lainnya, perubahan temperatur dan perubahan pH media. Virus ini dapat
mengaglutinasi eritrosit jenis burung (Aves). Telah dikenal adanya dua
jenis varian virus yangmenghasilkan dua jenis plaque, yang berukuran
besar merupakan varian virus liar dan yang berukuran lebih kecil
merupakan varian virus jinak.
Cara penularan
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang
Gejala
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya
badan,
tangan,
dan
kaki,
terutama badan
dan
lengan.
Diagnosis
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu dilakukan beberapa uji
Cara pengobatan
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya.
panjang. Pengobatan
yang
diberikan
umumnya
untuk
Cara pencegahan
Satu-satunya cara mencegah penyakit ini adalah membasmi
hingga sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga
terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Insektisida yang
digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,
sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation
dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan
kedinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes aegypti tidak suka
hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.
2. Rubivirus
b. Rubella virus
Definisi
Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau
campak 3 hari adalah sebuah infeksi yang menyerang, terutama kulit dan
kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella, yang
biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau
tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah
seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya.
Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya
medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil,
yang dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut.
Sebelum vaksin untuk melawan Rubella tersedia pada tahun 1969,
epidemi rubella terjadi setiap 6 - 9 tahun. Anak-anak dengan usia 5 9 tahun menjadi korban utama dan muncul banyak kasus rubella
bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak-anak
dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan. Saat
ini, sebagian besar infeksi rubella terjadi pada pria-wanita dewasa usia
muda
dan
bukan
pada
anak-anak.
Munurut
fakta,
para
ahli memperkirakan bahwa 10% anak muda saat ini rentan terhadap
rubella. Hal ini memicu bahaya laten yang mungkin akan berdampak
pada anak-anak yang akan mereka miliki di masa datang.
dan terjadi hingga tiga hari. Dengan berlalunya bintik-bintik ini, kulit
yang terkena kadangkala megelupas halus, sakit kepala, kurang nafsu
makan, conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan
bola mata), hidung yang sesak dan basah, kelenjar getah bening yang
membengkak dibagian lain tubuh, rasa sakit dan bengkak pada
persendian (terutama pada wanita muda).
Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan adanya
gejala apa-apa. Ketika rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi
sindrom rubella bawaan, yang potensial menimbulkan kerusakan pada
janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena rubella sebelum
dilahirkan beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan,
keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, dan
problematika hati, limpa dan sumsum tulang.
Penularan
Penularan virus rubella menular dari satu orang ke orang lain melalui
sejumlah kecil cairan hidung dan tenggorokan. Orang yang mengidap
rubella sangat berpotensi menularkan virus tersebut dalam periode satu
minggu sebelum sampai satu minggu sesudah ruam muncul.
Seseorang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala rubella tetap
dapat menularkan virus tersebut. Balita yang memiliki rubella bawaan
dapat melepaskan virus tersebut melalui urin dan cairan hidung
dan tenggorokan selama satu tahun atau lebih dan dapat menularkan
virus terhadap orang yang belum terimunisasi. Pencegahan Rubella
dapat dicegah dengan vaksin rubella. Imunisasi rubella secara luas dan
merata sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini,
yang pada akhirnya dapat mencegah cacat bawaan/lahir akibat sindrom
rubella bawaan. Vaksin ini biasanya diberikan kepada anak-anak berusia
12 - 15 bulan dan menjadi bagian dari imunisasi MMR yang telah
terjadwal. Dosis kedua MMR biasanya diberikan pada usia 4 - 6 tahun,
dan tidak boleh lebih dari 11 - 12 tahun. Sebagaimana dengan imunisasi
lainnya, selalu ada pengecualian tertentu dan kasus-kasus khusus.
Dokter anak akan memiliki informasi yang tepat. Vaksin rubella tidak
boleh diberikan kepada wanita hamil atau wanita yang akan hamil
dalam jangka waktu satu bulan sesudah pemberian vaksin. Jika anda
berpikir untuk hamil, pastikan bahwa anda kebal terhadap rubella
melalui tes darah. Jika tidak, sebaiknya anda mendapatkan vaksinasi
setidaknya satu bulan sebelum memulai kehamilan. Wanita hamil yang
tidak kebal terhadap rubella harus menghindari orang yang mengidap
penyakit ini harus diberikan vaksinasi setelah melahirkan sehingga dia
akan kebal terhadap penyakit ini di kehamilan berikutnya
Masa Inkubasi
Jangka waktu
Cara Penanganan
2.2
Reoviridae
A. Sifat Umum
Reoviridae merupakan golongan virus dimana virionnya tidak berselubung.
Ukuran diameter virion 60-80 nm. Pada partikel virus ini berkulit tunggal dan
tidak memiliki kapsid dibagian luarnya. Virus dengan family Reoviridae
memiliki kapsid pada bagian dalam dengan jumlah 2 kapsid berbentuk
ikosahedral. Rotavirus mengandung 11 segmen genom, dimana orthoreovirus
dan orbivirus masing-masing memiliki sepuluh segmen dan coltivirus
mempunyai 12 segmen.
Gejala yang biasanya muncul 4-5 hari setelah Tungau menggigit dan
dapat berlangsung selama tiga minggu, dengan gejala:
1.
Hipertermia
2.
Panas dingin
3.
4.
5.
6.
Nyeri otot
7.
Kelesuan
8.
Sakit perut
9.
Muntah
10.
Mual
11.
Ruam
2.
3.
Rute Perjalanan
yang
mengalami
dehidrasi,
gejalanya
sering
kehausan,
anak
memuntahkan kembali air yang diminum, mata terlihat cekung, kulit perut
ketika dicubit tidak kenyal.
Sedangkan bila anak-anak berada pada kondisi dehidrasi berat, tandatandanya adalah kesadaran anak menurun, kaki tangan terasa dingin disertai
dengan kejang, Namun, orangtua sangat perlu lebih waspada. Sebab,
kemungkinan dehidrasi yang terjadi pada diare ini bisa terjadi lebih cepat
tanpa terdeteksi jika dibandingkan dengan diare oleh sebab lain.
Dampak Kesehatan pada Hewan
Infeksi virus rota yang berhubungan dengan radang usus dan diare
telah banyak dilaporkan terjadi pada beberapa jenis hewan termasuk pada
manusia (bayi dan anak-anak), anak sapi, anak babi, anak biri-biri, anak kuda,
kelinci, tikus, anak rusa, antelop, dan kalkun.
Gejala Klinis
Infeksi virus rota biasanya terjadi 1 hari sebelum timbul gejala klinis,
akhirnya akan menetap pada penderita hingga 8 sampai 10 hari. Gejala klinis
akan timbul setelah 3 hari terpapar oleh virus rota yang ditandai dengan
demam, sakit perut, dan muntah-muntah selama 1 3 hari yang diikuti dengan
diare yang berbau sangat tidak sedap selama 5-8 hari. Biasanya gejala klinis
akan berakhir antara 3 5 hari. Anak-anak yang menderita diare akan cepat
kehilangan cairan tubuh dan cairan elektrolit. Keadaan ini sangat berbahaya
terutama bagi anak-anak usia dibawah 2 tahun. Oleh karena itu diperlukan
penambahan cairan elektrolit (rehydration) sebagai penyeimbang dalam tubuh
penderita. Immunitas infeksi ulang tidak sebaik ketika terjadi infeksi yang
pertama kali oleh virus rota, akan tetapi infeksi ulang cenderung kurang
berbahaya bila dibandingkan pada saat pertama kali terinfeksi virus.
Pada orang dewasa yang sehat, infeksi rotavirus hanya menyebabkan
tanda dan gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala sama sekali.
Penanganan Kasus
Penanganan bagi orang yang terjangkit virus ini adalah dengan
penggantian cairan dan pemulihan keseimbangan elektrolit secara intravena
atau secara oral. Bisa dilakukan dengan memberikan cairan oralit atau cairan
pengganti oralit.
Cairan pengganti oralit ini bisa berupa kuah sayur, air teh manis yang
ditambahkan garam seujung sendok. Apabila anak muntah, ditunggu lebih
dahulu 5-10 menit, agar anak tenang. Setelah itu, baru diberikan cairan
pengganti
dari
sendok
secara
perlahan-lahan.
Sedangkan
untuk
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa:
1. Togaviridae merupakan kelompok virus yang memiliki materi genetik
berupa RNA saja. Famili Togaviridae memiliki RNA berantai dan
bersegmen tunggal dengan polaritas positif. Replikasi RNA terjadi di
sitoplasma dan dilakukan melalui pembentukan RNA komplementer yang
bertindak sebagai cetakan RNA genom. Virion dari famili Togaviridae
memiliki selubung, berbentuk nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3 4
jenis protein utama dan berdiameter 60 70 nm.
2. Dua genus dari famili Togaviridae yang paling sering menginfeksi manusia
diantaranya adalah Alphavirus dan Rubivirus. Contoh virus yang sering
menginfeksi manusia dari genus Alphavirus adalah Chikungunya virus
sedangkan virus yang sering menginfeksi manusia dari genus Rubivirus
adalah Rubella virus. Penyakit chikungunya ditularkan melalui gigitan
Rotavirus
mengandung
11
segmen
genom,
dimana
DAFTAR PUSTAKA