Anda di halaman 1dari 5

VIRUS RABIES

PENDAHULUAN
Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus
rabies.[1] Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.[1] Virus
rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun,
dan kelelawar.[1]
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan
genus Lysavirus.[6] Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya
memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen.[6] Virus ini hidup pada
beberapa jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. [7] Spesies hewan
perantara bervariasi pada berbagai letak geografis.[7] Hewan-hewan yang diketahui
dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung
(Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan
anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki
tingkat rabies yang masih tinggi [7] Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa
berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. [1][2] Infeksi juga dapat terjadi
melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka.[1][2] Setelah infeksi, virus
akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan
bereplikasi di sana.[2] Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan
non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. [2] Hewan yang
terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang. [8] [9] Pada
rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan
menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah
kemudian menjadi lumpuh dan mati.[8][9] Pada rabies jinak/tenang, hewan yang
terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di
tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan
[8][9]

TAKSONOMI PADA VIRUS RABIES


Klasifikasi dan penamaan virus telah dirintis sejak 1966 oleh International Commitee on
Taxonomy of Viruses (ICTV) dan terpisah dari klasifikasi makhluk hidup. Taksonomi virus terdiri
atas empat tingkat, yaitu ordo, famili, genus, dan spesies. Taksonomi adalah ilmu klasifikasi
makhluk hidup, mengelompokkannya secara berurut sesuai dengan derajat persamaan dan
perbedaan antara mereka, lalu memberinya nama ilmiah.
Berikut contoh klasifikasi virus ebola berdasarkan ICTV

Ordo

Mononegavirales

Famili

Filoviridae

Genus

Filovirus

Spesies

Ebola virus zaire

Sebagian ahli mengelompokkan virus berdasarkan jenis asam nukleat yang dimilikinya.

EPIDOMOLOGI VIRUS RABIES.

Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat luka gigitan, selama dua minggu virus tetap
tinggal pada tempat masuk dan dekatnya. Kemudian virus akan bergerak mencapai ujung-ujung
serabut saraf posterior tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi virus
ini berkisar antara dua minggu sampai dua tahun. Tatapi pada umumnya 3-8 minggu, tergantung
jarak tempuh virus sebalum mencapai otak. Sesampainya virus di otak, virus akan
memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama
mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak.
Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak ke arah
perifer dalam serabut saraf eferen, volunter dan otonom. Dengan demikian, virus ini menyerang
hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan
seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Puncaknya virus ini akan mencapai otak yang
akhirnya dapat menyebabkan kematian.
EKOLOGI
Pada saat virus telah memasuki saraf, virus berimigrasi menuju sasaran ke dalam sistem saraf
pusat dan akhirnya menyebar ke seluruh sistem saraf pusat dan masuk ke dalam jaringan otak
yang kaya akan sel saraf, termasuk otot dan saraf tulang belakang. Perjalanan virus dapat potong
kompas sekitar sumsum tulang dan menjalar melalui alat fiber-panjang langsung menuju ke
bagian tertentu dari otak. Dengan cara ini, virus dapat secara cepat memperbanyak diri dan
menyebar ke seluruh tubuh sebelum hewan mengalami perubahan patologik yang ekstensif di
sumsum tulang. Hal ini penting karena mobilitas dari hewan merupakan faktor penting untuk
kelanjutan transmisi rabies ke hewan lain.
MORFOLOGI
Agen penyebab rabies adalah virus dari genus Lyssa virus, termasuk keluarga Rhabdoviridae.
Ciri virus rabies berbentuk memanjang atau bentuk basil. Satu sisinya bentuk bulat, sedangkan
sisi satunya tumpul seperti bentuk peluru berukuran (130-300) nm panjang dan diameter 70 nm,
dengan tiga lapis sampul lipoprotein berisi peplomer virus-spesifik dan bentukkan gelembung
pada ujung tumpul dari partikel.
Penularan Rabies

Setiap spesies mamalia rentan terhadap infeksi virus rabies, namun hanya ada beberapa spesies
penting sebagai pembawa penyakit. Di Amerika ada beberapa strain berbeda dari virus rabies
yang telah diidentifikasi dari sigung, rubah, rakun, dan coyote. Ada juga sejumlah spesies
kelelawar yang merupakan kurir untuk strain virus rabies.
Penularan virus rabies biasanya diawali ketika air liur dari inang yang terinfeksi akan diteruskan
ke pembawa yang tidak terinfeksi. Sementara penularan rabies yang jarang didokumentasikan
melalui cara lain, seperti kontaminasi dari hidung, mata, atau mulut, juga telah terjadi. Transmisi
rabies juga dapat terjadi melalui transmisi aerosol atau melalui transplantasi organ atau kornea,
meskipun sangat ini sangat jarang.
Tanda dan Gejala Rabies

Virus rabies menginfeksi sistem saraf pusat dari makhlukhidup yang terinfeksi, manusia ataupun
hewan, pada akhirnya akan menyebabkan penyakit pada otak dan akhirnya membawa kematian.
Gejala awal rabies pada manusia mirip dengan penyakit umum seperti sakit kepala, demam,
kelemahan umum dan ketidaknyamanan. Seseorang mungkin juga akan merasakan seperti
ditusuk tusuk atau rasa gatal di tempat diarea tubuh yang telah digigit.
Gejala umum spesifik dari terinfeksi rabies:

Kegelisahan

Insomnia

Perangsangan

Kebingungan

Takut air

Halusinasi

Kesulitan menelan

Peningkatan produksi air liur

Gejala di atas dapat berlangsung antara dua hingga sepuluh hari, dan dianggap sebagai bagian
dari fase akut infeksi rabies. Setelah tanda-tanda klinis infeksi muncul pada penyakit ini, hampir
selalu membawa akibat yang fatal. Pengobatan orang yang terinfeksi biasanya masih
mendukung. Ada kurang dari sepuluh kasus yang terdokumentasi dari orang yang selamat dari
rabies klinis, hanya dua yang tidak tercatat baik oleh langkah-langkah perawatan pra atau pasca
infeksi.

Mendiagnosis Rabies

Rabies didiagnosis pada hewan melalui tes antibodi langsung, (DFA) . Uji DFA untuk mencari
keberadaan antigen virus rabies pada jaringan otak. Untuk Manusia, berbagai tes diperlukan
untuk mendiagnosis infeksi rabies.
Infeksi rabies pada manusia menuntut laboratorium untuk mendiagnosis cepat dan akurat, untuk
memastikan orang tersebut segera dapat menerima perawatan secepatnya. Dalam waktu beberapa
jam, laboratorium diagnostik menentukan apakah ada atau tidak binatang yang telah menggigit
seseorang , dan menginformasikan kepada petugas kesehatan untuk mengobati orang yang
terinfeksi. Hasil lab bisa menyelamatkan orang dari trauma psikologis dan fisik yang tidak perlu,
serta keuangan, jika hewan yang menggigit tidak terinfeksi rabies.
Pengobatan Rabies

Rabies seratus persen dapat dicegah melalui pemberian globulin untuk kekebalan tubuh
manusia, dan suntikan dengan vaksin rabies. Namun faktanya, lebih dari lima puluh lima ribu
orang, sebagian besar di Asia dan Afrika, meninggal akibat rabies setiap tahun. Sekitar satu
orang di negara-negara ini meninggal akibat rabies setiap sepuluh menit.
Pengobatan rabies setelah seseorang dikatakan positif terkena, terdiri dari pemberian dosis
immune globulin rabies yang ditambah dengan empat dosis vaksin rabies pada hari yang sama
ketika orang itu terkena. Orang yang menerima pemberian yang sama immune globulin dan
vaksin rabies, tiga, tujuh, dan empat belas hari setelah terpapar rabies. Vaksin ini diberikan
melalui suntikan dalam otot, biasanya dibagian lengan atas orang tersebut. Vaksinasi sangat
efektif untuk mencegah rabies, jika diberikan sesegera mungkin setelah seseorang terkena
gigitan rabies.
Jika seseorang telah menerima vaksinasi sebelum mereka terkena rabies, atau menerima mereka
setelah terkena di lain waktu, mereka hanya akan membutuhkan dua dosis vaksin setelah terkena
rabies lagi. Dalam kedua kasus ini, orang tersebut akan menerima vaksin pada hari mereka
kembali terkena rabies, dan kemudian tiga hari kemudian. Orang tidak perlu immune globulin
rabies lagi.
Biasa bagi orang yang mendapatkan reaksi negatif dari vaksin rabies, atau suntikan immune
globulin. Ilmu kedokteran saat ini telah menggunakan vaksin baru yang mengandung efek
samping lebih sedikit, daripada yang vaksinyang tersedia sebelumnya. Orang mungkin akan
mengalami beberapa reaksi lokal dan ringan karena vaksin, seperti kemerahan, nyeri, bengkak,
atau gatal-gatal di sekitar tempat suntikan. Pada suatu kesempatan yang langka, orang mungkin
juga akan mengalami gejala mual, sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, dan pusing. Kekebalan
yang ditembak globulin mungkin berefek samping seperti nyeri lokal, atau demam ringan.

Ketika seseorang telah terkena rabies dan memulai proses vaksinasi, penting bagi mereka untuk
melanjutkan proses vaksinasi. Pencegahan Rabies adalah masalah yang serius, dan perubahan
dosis vaksin yang dijadwalkan tidak harus berubah. Dokter juga menyarankan untuk orang yang
telah terkena rabies agar menerima suntikan tetanus, yaitu vaksin yang perlu diperbarui setiap
sepuluh tahun sekali.

Anda mungkin juga menyukai