Anda di halaman 1dari 4

Penyakit Kuku dan Mulut

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit mulut dan kuku, atau sering disebut PMK, adalah salah satu penyakit menular
pada hewan dan sangat ditakuti oleh hampir semua negara di dunia, terutama negara-negara
pengekspor ternak dan produk ternak. Indonesia pertama kali tertular PMK pada tahun 1887 di
daerah Malang, Jawa Timur. Upaya pemberantasan dan pembebasan PMK di Indonesia terus
dilakukan sejak tahun 1974 hingga 1986. Pada tahun 1990, penyakit tersebut benar-benar
dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia telah diakui bebas PMK oleh Badan Kesehatan
Hewan Dunia atau Office International des Epizooties (OIE). Keberhasilan Indonesia bebas dari
PMK merupakan hasil kerja keras berbagai pihak dalam penanggulangan wabah PMK serta
didukung oleh kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam
melokalisasi penyakit ini.
Apabila PMK masuk kembali ke Indonesia, penyakit tersebut akan menyebabkan
kerugian ekonomi yang sangat besar, bukan hanya karena mengancam kelestarian populasi
ternak di dalam negeri, tetapi juga mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan hasil
ternak. Oleh karena itu, peran aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk mewaspadai
kemungkinan masuknya kembali penyakit tersebut ke Indonesia melalui pengetahuan yang
cukup tentang PMK dan langkah-langkah yang perlu diambil.
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau yang secara internasional dikenal sebagai foot and
mouth disease merupakan penyakit hewan yang paling ditakuti oleh semua negara di dunia,
karena sangat cepat menular dan menimbulkan kerugian ekonomi yang luar biasa besarnya.
Seluruhnya ada 15 jenis penyakit hewan menular berbahaya, yang secara ekonomis sangat
merugikan, yang dimasukkan dalam daftar A oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office
International des Epizooties). Salah satu penyakit tersebut adalah Penyakit Mulut dan Kuku
(PMK). Ledakan wabah PMK pertama kali diketahui di Indonesia tahun 1887 di daerah Malang,
Jawa Timur, kemudian penyakit menyebar ke berbagai daerah seperti Sumatera, Sulawesi dan
Kalimantan. Kampanye vaksinasi massal memberantas PMK dimulai tahun 1974 sehingga pada
periode 1980 - 1982 tidak tercatat lagi kasus PMK. Pada tahun 1983 tiba-tiba muncul lagi kasus
di Jawa Tengah dan menular kemana-mana. Melalui program vaksinasi secara teratur setiap
tahun, wabah dapat dikendalikan dan kasus PMK tidak muncul lagi. Pada tahun 1986 Indonesia
menyatakan bebas PMK. Hal ini diakui di lingkungan ASEAN sejak 1987 dan diakui secara
internasional oleh organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties
OIE) tahun 1990. Pada tahun 2001 hanya ada 5 negara di dunia yang bebas dari PMK yaitu
Kanada, Australia, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Indonesia.
B. PEMBAHASAN
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah salah satu penyakit menular pada sapi, kerbau,
babi, kambing, rusa ,domba dan hewan berkuku genap lainnya seperti gajah, mencit, tikus, dan
babi hutan. Kasus yang menyerang manusia sangat jarang. PMK atau yang secara internasional
dikenal sebagai foot-and-mouth disease merupakan penyakit hewan yang paling ditakuti oleh
semua negara di dunia, terutama negara-negara pengekspor ternak dan produksi ternak, karena

sangat cepat menular dan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat luar biasa besarnya.
Seluruhnya ada 15 jenis penyakit hewan menular berbahaya, yang secara ekonomis sangat
merugikan, yang dimasukkan dalam daftar A oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office
International des Epizooties). Salah satu penyakit tersebut adalah PMK.
Meskipun persoalan PMK sampai dengan saat ini dianggap hanyalah merupakan
masalah kesehatan hewan dan tidak menyentuh kesehatan manusia, akan tetapi dampak PMK
menjadi sangat luas mengingat keterkaitannya dengan aspek penting yang mempengaruhi
kehidupan manusia yaitu aspek ekonomi dan perdagangan.

a.
b.
c.
d.

Gambar ternak penderita PMK .


Dengan semakin meningkatnya arus lalu lintas orang dan barang serta semakin
derasnya arus perdagangan antar negara di era globalisasi, maka upaya untuk memperkirakan
tingkat kemungkinan terulangnya kembali kejadian wabah PMK di Indonesia merupakan suatu
hal yang perlu dilakukan. Ekboir (1999) mengatakan jalur masuk potensial PMK ke negaranegara yang statusnya bebas telah mulai berubah dalam tahun-tahun terakhir ini.
Penyakit mulut dan kuku disebabkan oleh enterovirus yang sangat kecil dari famili
Picornaviridae, Genus Aphtovirus. Ada tujuh tipe virus PMK, yakni A, O, C, Asia South
African Teritorry (SAT) 1, 2, 3. Setiap tipe virus PMK masih terbagi lagi menjadi sub tipe dan
galur (strain). Sejauh ini di Indonesia hanya ada satu virus PMK, yakni virus tipe O. Virus
penyebab PMK ini berdiameter 10 20 milimikron dan terbentuk dari Ribonucleic acid (RNA)
serta diselubungi oleh protein. Sifat-sifat virusnya yaitu :
Sangat labil
Antigenisitasnya cepat dan mudah berubah
Tidak tahan pH asam dan basa, panas, sinar UV, desinfektans
Karena terdapat protein virus PMK tahan berbulan-bulan terhadap kekeringan dan dingin
Sumber penular virus PMK adalah semua hewan yang peka terhadap virus PMK,
yakni hewan berkuku genap, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, babi, gajah, jerapah, dan
menjangan. (Suseno,P.P. 2008)
Pada Manusia ini hampir selalu bersifat subklinis, tetapi virus dapat bertahan di
farings dan onsil sampai dua minggu. Mungkin terdapat demam dengan vesikel pada bibir,
mulut, kaki, dan tangan untuk beberapa hari.
Pada Hewan Secara klinis, tanda-tanda hewan yang terserang PMK adalah
lesu/lemah, suhu tubuh meningkat (dapat mencapai 41 0C), hipersalivasi, nafsu makan
berkurang, enggan berdiri, pincang, bobot tubuh berkurang, produksi susu menurun bagi ternak

penghasil susu, dan tingkat kesakitan sampai 100%. Tingkat kematian pada hewan dewasa
umumnya rendah, namun biasanya tinggi pada hewan muda mycocarditis. Tanda khas PMK
adalah lepuh-lepuh berupa tonjolan bulat yang berisi cairan limfe pada rongga mulut, lidah
sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, langit-langit, lekukan antara kaki dan di ambing susu.

a.
b.
c.
d.

a.

Gambar lesi terbuka


Diagnosis dari penyakit mulut dan kuku didasarkan pada gejala klinis yang
ditimbulkan. Selain itu dilakukan koleksi sampel pada hewan yang menderita untuk diperiksa
dilaboratorium. Sampel isolasi dapat diambil melalui cairan lepuh, keropeng bekas lepuh, dan
sampel darah.
Pada hewan, penularan virus PMK umumnya terjadi secara kontak dalam kelompok
hewan atau per os lewat makanan, minuman, atau alat-alat yang tercemar virus. Meskipun virus
PMK relatif peka terhadap lingkungan di luar tubuh hewan, namun angka kesakitan dapat sangat
tinggi karena hewan tertular mengeluarkan virus dalam jumlah sangat banyak lewat ekskreta
(tinja, urine), terutama air liur. Penularan virus PMK dapat pula terjadi lewat bahan makanan
beku yang mengandung tulang atau kelenjar limfe. Sebenarnya, virus PMK dalam daging
menjadi inaktif (mati) saat terjadi pelayuan daging, ketika pH daging menjadi asam, namun virus
PMK yang berada di dalam sumsum tulang dan kelenjar limfe masih tetap hidup. Oleh karena
itu, beberapa negara mensyaratkan pengiriman daging dari negara tertular PMK tidak boleh
mengandung tulang dan kelenjar limfe, di samping persyaratan lain. Orang yang bertugas di
kandang dokter hewan, dan petugas kesehatan hewan dapat menularkan penyakit dari suatu
peternakan tertular ke peternakan lainnya lewat sepatu atau alat lain yang tercemar virus PMK.
Manusia : Tidak tentu. Hewan : 1 21 hari tetapi biasanya 3 8 hari.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah masuknya binatang dan hasilhasilnya dari negara-negara dimana terdapat penyakit tersebut. Vaksinasi binatang yang rentan
terhadap penyakit pada daerah perbatasan antara daerah yang terinfeksi dan yang tidak.
Pemusanahan hewan-hewan yang terinfeksi dan yang kontak dengannya ketika terjadi wabah di
daerah yang bukan enzootik. Tindakan Kewaspadaan PMK Pemantauan dan Antisipasi oleh
Petugas Dinas Peternakan/ Kehewanan dan Karantina Petugas Dinas Peternakan/Kehewanan dan
Karantina dapat mengantisipasi masuknya PMK melalui impor ternak.
Untuk mengendalikan penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi , tergantung pada
keadaan setempat. Mengendalikan arus lalu lintas ternak,dalam hal ini pengawasan dagingdaging ternak ,seperti tempat pemotongan daging,pasar dan lain-lain. Melalui cara sebagai
berikut :
Daging PMK boleh dijual belikan asalkan dilayukan selama 24 jam
Tulang, jeroan, dan kepala : direbus dahulu
Kulit : pemanasan dan pengeringan sempurna
Air susu : pasteurisasi susu tidak cukup untuk membunuh virus karena virus dapat berlindung
dalam bahan-bahan susu seperti: lemak, sisa-sisa sel dsb.nya.
Ketika terjadi wabah,maka perlu dilakukan penanggulangan melalui Kebijakan
sebagai berikut.
Pengamatan terhadap manusia, hewan berkuku genap

b. Pengobatan terhadap penderita


c. Pemberantasan hewan terinfeksi
Kerugian Akibat PMK akan mendatangkan kerugian yang cukup besar karena
mengakibatkan penurunan produktivitas kerja ternak. Pada sapi potong, produktivitas kerja
ternak penderitan PMK akan menurun. Penurunan bobot hidup.Ternak yang menderita PMK
sulit mengonsumsi, mengunyah dan menelan pakan, bahkan pada kasus yang sangat parah,
ternak tidak dapat makan sama sekali. Akibatnya, cadangan energi tubuh akan terpakai terus
hingga akhirnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi lemas. Gangguan fertilitas. Ternak
produktif yang terserang PMK akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan setahun setelah
terserang penyakit tersebut. Ternak baru dapat beranak kembali setelah dua tahun kemudian. Jika
pada awalnya seekor ternak mampu beranak lima ekor, karena penyakit ini kemampuan
melahirkan menurun menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%.
Kerugian ekonomi akibat penutupan pasar hewan dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi
serangan PMK, seluruh kegiatan di pasar hewan dan rumah pemotongan hewan (RPH) ditutup.
Akibatnya, pekerja di pasar hewan dan RPH, pedagang ternak, serta pengumpul rumput akan
kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang tidak menentu. Hilangnya peluang
ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil bahan hewan, dan pakan. Pada manusia ketika terjadi
kontak dapat menimbulkan gejala seperti flu, dan akibat terburuknya dapat menyebabkan
kelumpuhan bahkan kematian.
Sumber : www.ilmuternak.com

Anda mungkin juga menyukai