Anda di halaman 1dari 2

Kenali Penyakit Mulut dan Kuku

serta Penanganannya
Penyakit mulut dan kuku atau biasa disebut PMK pada hewan ternak kerap dijumpai
akhir-akhir ini. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bersifat merusak jaringan sel.
Kerugian dari dampak penyakit ini bukan hanya dirasakan oleh peternak, namun juga
dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, edukasi mengenai penyakit
mulut dan kuku pada hewan ternak ini penting dimiliki.

“Penyakit ini merupakan penyakit akut, cepat, mendadak kemudian sangat menular
dan sangat infeksius. Bisa mengenai ruminansia, babi, dan juga sejenis rusa,” ujar
Prof. drh. R. Wasito, M.Sc., Ph.D., Dosen FKH UGM, dalam Bincang Desa Apps
UGM pada Sabtu (21/5).

Karena selain dapat menginfeksi hewan ternak ruminansia virus juga dapat
menginfeksi rusa, Menurut informasi yang diterima, PMK sudah menyebar ke 15
provinsi dalam waktu yang cepat. Virus ini memiliki waktu inkubasi dalam kurun
waktu 2-14 hari. Dalam beberapa kasus, tanda gejalanya sudah muncul dalam waktu
kurang dari 24 jam setelah virus menginfeksi. Virus ini akan berkembang dalam
jaringan faring, kulit, dan menyebar keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah kemudian
akan terbentuk lepuh pada faring.

“Gejala awal akut yaitu hipersalivasi (saliva berlebih), sapi tampak tidak bahagia,
demam, dan nafsu makan menurun. Kalau gejala sudah kronik akan terbentuk lepuh,
erosi, dan mengelupas,” ungkap Wasito.

Walaupun banyak sumber yang menyatakan penyakit ini tidak menular ke manusia,
tetapi ditemukan beberapa kasus penularan ke manusia. Yaitu pada tahun 1834,
manusia terinfeksi dari meminum susu sapi yang terinfeksi PMK serta pada tahun
1966 yang tercatat menjadi kasus infeksi FMK terakhir pada manusia.

Vaksin sebagai upaya pencegahan saat ini pun belum bisa memberikan perlindungan
yang baik terhadap hewan. Dalam penanganannya, PMK juga tidak memiliki
pengobatan yang spesifik. Obat antibiotik yang diberikan hanya dapat mematikan
bakteri sekunder dan tidak dapat untuk mematikan virus. Disamping itu, virus PMK
ini akan tetap menetap dalam hewan dalam waktu yang lama.

“Di Inggris, penanganan PMK, wajib dipotong dan dimasukan ke insinerator untuk
hewan yang sakit atau untuk hewan yang kontak dengan hewan yang sakit. Kemudian
pemerintah memberi ganti rugi dana tanggap darurat,” terang Wasito.

Menurutnya, tindakan ini merupakan tindakan terbaik untuk memutus penularan


PMK. Ia mengharapkan adanya kebijakan yang serius dari lembaga yang berperan
dalam sertifikasi HALAL  dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia sehingga tidak
terjadi penurunan nilai gizi dan degradasi keamanan pangan. Sebagai konklusi, Wasito
menegaskan kompensasi perlu diberikan kepada petani dan peternak sehingga proses
penyerahan hewan yang terinfeksi dapat lebih tertib berjalan.

Anda mungkin juga menyukai