id/JMV/about/editorialTeam
HOME ABOUT LOGIN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES ANNOUNCEMENTS Plagiarism Detection
2 of 2 22/11/2020, 13:46
Vol 2, No 2 (2019) https://e-journal.unair.ac.id/JMV/issue/view/1037/showToc
1 of 3 22/11/2020, 13:49
Vol 2, No 2 (2019) https://e-journal.unair.ac.id/JMV/issue/view/1037/showToc
2 of 3 22/11/2020, 13:49
Jurnal Medik Veteriner Oktober 2019, Vol.2 No.2 : 83-88
DOI: 10.20473/jmv.vol2.iss2.2019.83-88 online pada https://e-journal.unair.ac.id/JMV
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Salmonella kontaminasi pada sapi potong
yang disembelih di Rumah Potong Hewan (RPH) Banyuwangi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daging sapi yang diambil pada Januari 2018 yang disembelih di RPH Banyuwangi. Penelitian ini
mengambil 25 gram musculus paha dari daging sapi digunakan sebagai sampel dan jumlah sampel adalah 32
sampel daging sapi yang diambil dari pemotongan sapi di RPH Banyuwangi. Hasil uji isolasi dan identifikasi
menggunakan IMVIC menunjukkan bahwa 3.1% sampel positif Salmonella spp. sedangkan persentase sampel
negatif Salmonella spp. adalah 96.9%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan hasil sampel positif 3.1%
menunjukkan adanya Salmonella spp. ini bisa jadi karena RPH Banyuwangi sebagai tempat pengambilan
sampel memiliki sanitasi yang lebih baik sehingga tingkat kontaminasi yang terjadi tidak terlalu tinggi.
Abstract
The aim of this study was to determine the presence of Salmonella spp. contamination on the beef of
cattle slaughtered at Banyuwangi abattoir. Isolation and identification of Salmonella spp. were done to provide
Safe, Healthy, intact and Halal beef for the people of Banyuwangi. The sample in this study was beef meat
which taken in January 2018 from Banyuwangi abattoir. In this study, 25 grams of thigh musculus from the
meat used as a sample and the number of samples was 32 samples. The results of the isolation and identification
showed that 3.1% samples positive of Salmonella spp., while the percentage of negative samples of Salmonella
spp. was 96.9%. The result of 3.1% positive samples indicates the presence of Salmonella spp. can be caused
by the low contamination rate. Banyuwangi abattoir as a place for sampling has better sanitation.
Suatu produk pangan hewani aman identifikasi melalui uji biokimia. Tahap pertama
dikonsumsi jika tidak mengandung bakteri adalah pra-pengayaan yang dilakukan dengan
patogen, hal ini sangat berbahaya karena dapat cara setiap sampel daging sapi ditimbang 25 g
menimbulkan penyakit pada manusia akibat kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer dan
mengkonsumsi pangan asal hewan yang ditambahkan 225 ml larutan Lactose Broth (LB)
terkontaminasi bakteri patogen tersebut yang aduk perlahan dilanjutkan proses inkubasi pada
dikenal dengan istilah Food Borne Disease suhu 350C selama 24±2 jam. Tahap kedua
(Syarifah dkk, 2015). Bakteri patogen yang pengayaan, biakan pra-pengayaan diaduk
seringkali menjadi penyebab Food Borne perlahan kemudian dipindahkan masing-masing
Disease adalah Salmonella spp. Gejala penyakit 1 ml ke dalam media 10 ml Tethrathionate Broth
yang dialami antara lain rasa mual, diare, kram (TTB) dan diinkubasi pada suhu 350C selama
perut, demam, menggigil, sakit kepala dan 24±2 jam (SNI, 2008).
muntah yang ditimbulkan 8-72 jam setelah Tahap isolasi dilakukan dengan cara
mengkonsumsi pangan yang tercemar (Jay dkk, menggoreskan biakan pada tahap pengayaan
2005). Berdasarkan besarnya resiko yang pada media Salmonella-Shigella Agar (SSA).
disebabkan oleh infeksi Salmonella spp. maka Bakteri yang diduga Salmonella spp.
perlu dilakukan pengawasan terkait cemaran menunjukkan koloni yang tidak berwarna
bakteri pada daging sapi di RPH guna menjaga maupun membentuk black spot pada sentral
kualitas dan keamanan pangan bagi masyarakat. koloni (Sarudji dkk. 2018). Koloni yang diduga
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan Salmonella spp. pada media SSA dilanjutkan
studi terkait keberadaan Salmonella spp. pada pada tahap konfirmasi melalui uji biokimia
daging sapi di RPH Banyuwangi agar aman dan dengan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA),
layak untuk dikonsumsi. Hasil penelitian ini Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP),
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan Simmon’s Citrate Agar (SCA), Sulfide Indol
pertimbangan bagi instansi terkait dalam Motility (SIM), dan uji gula-gula menggunakan
menetapkan kebijakan, dan pengawasan yang media laktosa, sukrosa dan glukosa (SNI, 2009;
lebih intensif terhadap bahan pangan asal hewan. SNI, 2008).
Data yang diperoleh dari cemaran bakteri
METODE PENELITIAN Salmonella dianalisis secara deskriptif. Hasil
yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1-31 batas Standar Nasional Indonesia (2009) yaitu
Januari 2019. Pengambilan sampel dilakukan di Salmonella spp. Negative per 25 gram sampel.
RPH Banyuwangi pada pukul 00.00-03.00 WIB.
Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium HASIL DAN PEMBAHASAN
Instrumen, Universitas Airlangga Progam Studi
Diluar Kampus Utama Banyuwangi. Pelabelan daging sapi diberikan angka (1-
Pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik 32) kemudian diuji menggunakan metode yang
purposive sampling dan data yang diperoleh telah ditetapkan. Hasil penelitian ini diperoleh
dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel sebanyak 26 sampel diduga menunjukkan koloni
daging sapi bagian paha sebanyak 32 sampel spesifik Salmonella spp. pada media SSA.
dilakukan setiap hari kamis dan minggu. Setiap Sampel yang diduga Salmonella spp. kemudian
sampel dipisahkan dalam wadah cawan steril diidentifikasi menggunakan media TSIA, uji
kemudian dibawa ke laboratorium menggunakan IMVIC dan uji gula-gula. Berdasarkan data, 1
cool box untuk dilakukan pengujian. sampel (3.1%) menunjukkan positif Salmonella
Daging sapi diperiksa menggunakan prinsip spp. dan 31 sampel (96.9%) menunjukkan
pengujian bakteri Salmonella spp meliputi tahap negatif Salmonella spp. (Tabel 1).
isolasi pada media selektif dengan pra RPH Banyuwangi perlu memperhatikan
pengayaan, pengayaan dilanjutkan dengan hygine dan sanitasi agar mencegah kontaminasi
bakteri Salmonella spp. pada daging sapi. dengan hygine dan sanitasi yang kurang baik
Sampel daging yang positif adalah sampel daging segar tidak jarang terkontaminasi oleh
dengan label nomer 3 dimana kondisi RPH berbagai jenis dan jumlah mikroorganisme (Jay
Banyuwangi belum dilakukan renovasi (Tabel et al., 2005). Permukaan daging yang baru
1). Berbeda dengan sampel yang diambil pada disembelih biasanya mengandung sekitar 102-104
minggu selanjutnya dimana kondisi RPH bakteri per inci terutama terdiri dari bakteri
Banyuwangi telah dilakukan renovasi dan mesofilik yang berasal dari saluran pencernaan
sanitasi lingkungan lebih diperhatikan sehingga dan permukaan luar hewan tersebut (Saptarini,
berdampak pada tidak ditemukannya 2009). Bakteri yang paling banyak
kontaminasi bakteri Salmonella spp. pada daging mengkontaminasi daging, yakni: Enterococcus,
sapi. Acinetobacter, Aeromonas, Micrococcus,
Jaringan hewan sehat umumnya bebas dari Moraxella, Leuconostoc, Lactobacillus, Bacillus,
bakteri pada saat dipotong, tetapi lingkungan Flavobacterium, Clostiridium, Escherichia,
Campylobacter dan Salmonella (Angraeini, karkas (Huda, 2016; Fikri et al., 2018). Menurut
2005). Mosupye and Holy (2005) kontaminasi awal
Kemampuan pertumbuhan mikroorganisme pada daging berasal dari mikroorganisme yang
pada daging dipengaruhi oleh faktor intrinsik memasuki peredaran darah pada saat
dan faktor ektrinsik. Faktor intrisik meliputi penyembelihan, setelah proses penyembelihan
ketersediaan nutrisi, pH (Potential Hidrogen), kontaminasi selanjutnya dapat terjadi pada saat
aktivitas air (aw) yang terdapat dalam daging, pengulitan, pengeluaran jeroan, pembelahan
potensi oksidasi-reduksi dan ada tidaknya karkas, preservasi, penyimpanan dan distribusi.
substansi penghambat mikroorganisme. Faktor Di sisi lain, ketika proses pengeluaran jeroan dan
ekstrinsik meliputi suhu ruang penyimpanan, pembelahan karkas, maka tumpahan rumen dan
kelembaban relative dan kondisi oksigen cairan usus dapat mencemari pekerja
atmosfer (Jay et al., 2005). (Bloomfield dkk., 2007).
Menurut Soeparno (2005) daging memenuhi Menurut Abdalla et al.,, (2009) lantai di
persyaratan untuk perkembangan RPH yang digunakan selama proses pengolahan
mikroorganisme perusak dan pembusuk karena karkas, secara signifikan menjadi sarana untuk
mempunyai kadar air yang tinggi (68-75%). Air terjadinya kontaminasi oleh Salmonella spp.
merupakan konstituen utama cairan ekstraseluler Studi yang dilakukan di india, menunjukkan
yang di dalamnya terdapat senyawa kimia yang bahwa lantai, bentuk plat lantai, dan dinding
terlarut maupun tersuspensi. Air merupakan adalah tempat paling sering terjadinya
medium transportasi diantara serat daging kontaminasi oleh bakteri. Selain itu kontaminasi
sehingga kadar air berperan penting pada oleh bakteri juga berasal dari kotoran, darah, dan
kehidupan mikroorganisme (Soeparno, 2005). cairan yang keluar dari viscera yang kemudian
Daging kaya akan zat yang mengandung menempel pada lantai dinding, hal ini secara
nitrogen dengan kompleksitas yang berbeda serta signifikan menjadi pencemar pada daging yang
mengandung sejumlah karbohidrat yang dapat telah dipotong (Bhandare et al., 2009). Menurut
difermentasikan oleh bakteri. Daging memiliki Steven et al.,, (2006) pencemaran Salmonella
kandungan mineral dan kelengkapan faktor spp. pada daging yang paling sering biasanya
untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam terjadi selama proses pemotongan hewan yaitu
daging serta pH yang menguntungkan bagi alat yang digunakan dalam dressing (pisau, alat-
sejumlah mikroorganisme (pH sekitar 5,3-6,5) alat yang digunakan untuk membelah dan alat
(Fikri et al., 2017). pengait), air (air yang digunakan mencuci karkas
Salmonella merupakan bakteri yang sering atau untuk membersihkan lantai), kulit, saluran
mengontaminasi makanan seperti telur dan hasil pencemaran (bila secara tidak sengaja keluar
olahannya, ikan dan hasil olahannya, daging pada saat dressing) merupakan hal- hal yang
ayam, daging sapi, serta susu dan hasil dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi
olahannya seperti es krim dan keju (Jay et al., terhadap daging (Lawrie and Ledward, 2006).
2005). Salmonella merupakan bakteri patogen Terjadinya peningkatan jumlah bakteri pada
yang dapat menyebabkan keracunan pangan. daging tergantung pada penanganan dan tingkat
Semua jenis Salmonella merupakan patogen pencemaran selanjutnya. Pembentukan lendir
fakultatif intraseluler dan dianggap sangat dan bau busuk merupakan indikator adanya
patogenik (Bhunia, 2008). Ditemukannya bakteri perkembangan bakteri pada daging. (Buck et al.,
Salmonella spp. pada sampel nomor 3 yang 2009; Kartikasari et al., 2019).
diambil dari daging sapi di RPH Banyuwangi Pelaksanaan dan penyediaan daging di RPH
belum sesuai dengan SNI 7388:2009 yaitu merupakan salah satu penentu dari kualitas dan
negatif per 25 gram untuk Salmonella spp (SNI, keamanan daging. Proses penanganan ternak dan
2009). Kontaminasi pada daging sapi berasal daging di RPH yang kurang baik dan tidak
dari faktor kurang bersihnya kondisi peralatan di memperhatikan faktor-faktor sanitasi dan
RPH yang digunakan selama mempersiapkan higienis, akan berdampak pada mutu, kehalalan
Terdapat 1 sampel (3.1%) menunjukkan Bloomfield, S.F., Aiello, A.E., Cookson, B.,
positif Salmonella dan 31 sampel (96.9%) Boyle, C.O., Larson, E.L. 2007. The
negatif Salmonella pada sampel daging sapi effectiveness of hand hygiene procedures in
yang diambil di RPH Banyuwangi. reducing the risks of infections in home and
community settings including hand washing
UCAPAN TERIMA KASIH and alcohol based hand sanitizer. Am. J.
Infect. Control., 35, 27-64.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Universitas Airlangga PSDKU Banyuwangi atas Buckle K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H.,
dukungan fasilitas sehingga penelitian ini dapat Wootton, M. 2009. Ilmu Pangan. Hari
diselesaikan. Peneliti juga mengucapkan Purnomo dan Adiano. Penerjemah: Jakarta:
terimakasih kepada dosen pembimbing yang Universitas Indonesia Press. Terjemahan
telah membantu sehingga seluruh kegiatan dapat dari : Food Science.
dilaksanakan dengan baik.
Fikri, F., Hamid, I.S., Purnama, M.T.E. 2017.
DAFTAR PUSTAKA Uji organoleptis, pH, uji eber dan cemaran
bakteri pada karkas yang diisolasi dari kios
Abdalla, M.A, Suliman, S.E., Ahmed, D.E, and di Banyuwangi. J. Med. Vet., 1(1), 23-27.
Bakhiet A.O. 2009. Estimation of Bacterial
contamination of Indigenous Bovine Fikri, F., Purnama, M.T.E., Saputro, A.L.,
Carcasses in Khartoum. Afr. J. Microbiol. Hamid, I.S. 2018. Identifikasi Escherichia
Res. Sudan., 3, 882-886. coli dan Salmonella spp pada Karkas Sapi di
Rumah Potong Hewan di Banyuwangi dan
Anggraeni, Y. 2005. Sifat Fisik Daging Dada Resistensi Terhadap Antibiotika. J. Sain
Ayam Broiler Pada Berbagai Lama Vet., 36(1), 123-128.
Postmortem Disuhu Ruang [Skripsi].
***