Anda di halaman 1dari 8

HIGIENE, SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS SUSU SAPI

DI DUSUN KRAJAN, DESA GENDRO, KECAMATAN TUTUR


KABUPATEN PASURUAN
Hygiene, Sanitation And Bacteriological Quality Of Cow's Milk In Krajan Design,
Gendro Village, Tutur Regency Of Pasuruan District

Ririn Indah Permatasari


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Provinsi Jawa Timur
litmus08082008@gmail.com

Abstrak: Limbah ternak sapi mengandung mikroba Escherichia coli cukup tinggi yang dapat mengontaminasi
produk susu. Berbagai sumber seperti ambing sapi, tubuh sapi, debu di udara, peralatan yang kotor dan manusia
yang melakukan pemerahan dapat menjadi sumber kontaminasi tersebut. Upaya higiene dan sanitasi menjadi
suatu upaya kesehatan lingkungan yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk susu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan higiene peternak, sanitasi kandang dan kualitas bakteriologis
susu sapi (Escherichia coli) di Dusun Krajan, Desa Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini
dilaksanakan melalui rancangan cross sectional. Besar sampel adalah total populasion yaitu 26 orang peternak
yang terdaftar menjadi anggota kelompok peternak Agung II di Dusun Krajan. Higiene peternak dan sanitasi
kandang dianalisis secara deskriptif terhadap kualitas bakteriologis susu sapi (Escherichia coli). Higiene peternak
meliputi 3 komponen yaitu pemakaian APD saat bekerja (sepatu boot, masker, sarung tangan), kebiasaan
mencuci tangan dan kondisi pakaian kerja. Sanitasi kandang meliputi 5 komponen yaitu persyaratan teknis
bangunan kandang, lokasi kandang, arah kandang, penanganan limbah ternak, kebersihan kandang. Kualitas
bakteriologis susu sapi (Escherichia coli) diperiksa di Laboratorium dengan menggunakan teknik isolasi dan
identifikasi. Sebanyak 73% responden masuk dalam kategori higiene peternak buruk dan 65% responden
memiliki sanitasi kandang buruk. Sementara dari pemeriksaan sampel susu sebanyak 65% diketahui
terkontaminasi Escherichia coli. Peningkatan kebiasaan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) serta manajeman
sanitasi kandang perlu dilakukan oleh peternak untuk mencegah terjadinya kontaminasi Escherichia coli pada
produk susu.
Kata kunci : Higiene, Sanitasi, Kualitas bakteriologis susu sapi, Escherichia coli.

Abstrack: Cattle waste contains high enough Escherichia coli microbes that can contaminate dairy products.
Contamination can come from various sources of cow udder, cow body, dust in the air, dirty equipment and
humans who do milking. Hygiene and sanitation efforts are one of the most important environmental health efforts
to prevent dairy contamination. This study aims to analyzed the relationship of hygiene breeders, sanitation cage
and bacteriological quality of cow milk (Escherichia coli) in Krajan Hamlet, Gendro Village, Tutur District,
Pasuruan Regency. This research was conducted with cross sectional design. The sample size used was the total
population of 26 farmers registered to be members of the group of Agung II breeders in Krajan Hamlet. Breeder
hygiene and cage sanitation were analyzed descriptively quantitatively on bacteriological quality of cow's milk
(Escherichia coli). Breeder hygiene includes 3 components: the use of PPE when working (boots, masks, gloves),
hand-washing habits and work clothing conditions. Cage sanitation includes 5 components namely the technical
requirements of the cage building, the location of the cage, the direction of the cage, the handling of livestock
waste, the cleanliness of the cage. Bacteriological qualities of cow's milk (Escherichia coli) were examined in the
laboratory using isolation and identification techniques. As many as 73% of respondents included in the category
of poor farmer's hygiene and 65% of respondents included in the category of poor cage sanitation. While the
examination of milk samples as much as 65% is known to be contaminat Escherichia coli. Increas use of PPE
(Personal Protective Equipment) and cage sanitation management needs to be done by farmers to prevent
contamination of Escherichia coli in dairy products.
Keywords : Hygiene, Sanitation, Bacteriological Quality of Cow's Milk, Escherichia coli.

PENDAHULUAN tersebut (Kementerian Lingkungan Hidup RI,


2010). Salah satu hewan ternak yang banyak
Hewan peliharaan yang produknya dimiliki masyarakat Indonesia adalah sapi perah.
digunakan untuk penghasil pangan, bahan baku Peningkatan populasi sapi perah dapat
industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait meningkatkan jumlah limbah yang berasal dari
dengan pertanian disebut ternak (UU RI No 41 kotoran ternak sapi. Menurut BPTP-NTB (2011)
Tahun 2014). Salah satu hewan ternak yang kotoran yang dapat dihasilkan dari satu ekor sapi
banyak dimiliki masyarakat Indonesia adalah sapi perah rata-rata 10-25 kg/hari. Limbah ternak sapi
perah. Sumber emisi dari sektor pertanian mengandung mikroba Escherichia coli dan
merupakan 24.1% dari kegiatan peternakan. Salmonella yang cukup tinggi. Kedua jenis
Aktivitas pencernaan ternak dan pengelolaan mikroba tersebut memiliki dampak negatif
kotoran ternak merupakan sumber dari emisi terhadap kesehatan terutama jika
343
344 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10 , No.4, Oktober 2018: 343-350

mengkontaminasi makanan atau minuman jika Pada penelitian Simamora, et al (2015) di


berada di atas ambang batas dalam lingkungan. Kabupaten Karo menunjukkan 66.67% cara
Escherichia coli bisa berdampak pada kesehatan pemerahan dilakukan masih kurang baik karena
pencernaan yaitu mengakibatkan diare, responden peternak membersihkan ambing
sedangkan Salmonella bisa mengakibatkan menggunakan air hangat. Penggunaan air hangat
penyakit typhus. Beberapa jenis Escherichia coli dalam pemerahan dimaksudkan untuk
dapat menyebabkan diare (Agus, et al. 2014). merangsang ambing sapi agar mudah di derah.
Upaya higiene dan sanitasi digunakan Peternak menggunakan margarin sebagai pelicin
sebagai salah satu upaya kesehatan lingkungan agar memudahkan proses pemerahan. Kebiasaan
yang sangat penting. Pada penelitian Vahedi menggunakan margarin karena dirasa lebih cepat
(2013) mendapatkan bakteri yang mencemari dan efektif saat proses pemerahan. Penggunaan
susu pada 100 sampel yaitu Escherichia coli pelicin pada saat proses pemerahan ternyata
sebesar 9%, Coliform sebesar 2% dan memberikan dampak negatif bagi ternak.
Staphylococcus aureus sebesar 2% (Vahedi, et al. Pemerahan menggunakan pelicin bisa menutupi
2013). Salah satu bahan organik yang dapat permukaan puting dan penularan penyakit sulit
menjadi sarana potensial bagi pertumbuhan dan dihindari (Costa, et al. 2013).
penyebaran bakteri adalah produk susu. Semakin meningkatnya jumlah ternak sapi
Mikroorganisme mudah tumbuh di dalam susu perah, maka jumlah limbah ternak juga semakin
disebabkan oleh adanya kandungan protein, meningkat. Peternak sapi perah melakukan kontak
glukosa, lipida, garam mineral dan vitamin dengan langsung dengan limbah ternak setiap harinya
pH sekitar 6,8. Susu yang masih di dalam kelenjar sehingga berisiko mengalami gangguan
susu merupakan produk yang steril, tetapi setelah kesehatan salah satunya diare yang diakibatkan
keluar dari ambing kemungkinan produk tersebut oleh kondisi sanitasi kandang ternak sapi perah
mengalami kontaminasi sangatlah tinggi. yang kurang baik. Terjadinya kontak langsung
Ambing sapi, tubuh sapi, debu di udara, dengan limbah ternak dapat dipengaruhi oleh
peralatan yang kotor dan manusia yang higiene peternak yang akan mempengaruhi risiko
melakukan pemerahan adalah sumber peternak untuk mengalami diare. Proses
kontaminasi potensial untuk produk susu sapi. pemerahan susu sapi juga dipengaruhi oleh
Pada saat proses pemerahan sampai konsumsi higiene peternak. Higiene peternak dan sanitasi
kemungkinan terjadinya kontaminasi menjadi lebih kandang yang kurang baik akan meningkatkan
besar. Ada dua jenis bakteri yang resiko kontaminasi susu sapi oleh bakteri.
mengkontaminasi produk susu tersebut yaitu Di Indonesia populasi sapi perah cenderung
bakteri patogen dan bakteri pembusuk. mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan tahun 2016, di Indonesia terjadi peningkatan
Salmonella sp adalah contoh bakteri patogen jumlah sapi perah yaitu sebesar 533.860 ekor.
pada susu. Sedangkan, Micrococcus sp, Jumlah ini menunjukkan peningkatan disbanding
Pseudomonas sp dan Bacillus sp adalah contoh tahun sebelumnya (BPS, 2016). Hasil Sensus
bakteri pembusuk pada susu (Harjanti, et al. Pertanian ST2013 menyebutkan bahwa Jawa
2016). Timur adalah provinsi dengan jumlah hewan
Di Amerika, dalam kurun waktu tahun 1995 ternak sapi dan kerbau terbanyak di Indonesia
dilaporkan bahwa dalam tiga tahun terakhir telah yaitu 3,84 juta ekor. Hasil sensus yang dilakukan
ditemukan banyak kejadian diare berdarah yaitu setiap 10 tahun sekali ini juga menyebutkan
hemolytic uremic syndrome (HUS) pada bahwa Jawa Timur juga adalah provinsi dengan
masyarakat yang mengkonsumsi daging jumlah sapi perah terbanyak di Indonesia yaitu
sapi/burger dan susu yang tidak dipasteurisasi. 222,91 ekor. Salah sentral peternakan di provinsi
Makanan tersebut dinyatakan telah terkontaminasi Jawa Timur adalah Kabupaten Pasuruan.
E.coli dalam jumlah yang besar. Penularan terjadi Jumlah populasi kerbau dan sapi di
dikarenakan makanan tersebut terinfeksi E.coli Pasuruan berdasarkan Hasil Sensus Pertanian di
baik secara langsung maupun tidak langsung. Tahun 2013 menunjukkan angka 165.007 ekor.
Teknologi industri yang mengolah makanan serta Berdasarkan data tersebut juga apabila dirinci
sumber lain yang telah tercemar oleh kuman ini, menurut wilayah, kecamatan yang memiliki sapi
misalnya di RPH (Rumah Pemotongan Hewan), dan kerbau paling banyak adalah 21.610 ekor di
pada waktu proses pengolahan, distribusi dan Kecamatan Tutur, 18.925 ekor di Kecamatan
penyimpanan daging karkas, pada saat persiapan Lekok, dan 14.255 ekor di Kecamatan Ngulig.
di dapur dan saat penyajian makanan merupakan Sedangkan kecamatan yang memiliki sapi dan
sumber potensial terjadinya penularan dan kerbau paling sedikit dengan jumlah populasi
kontaminasi tersebut (Utami, et al. 2013). sebanyak 158 ekor adalah Kecamatan Pohjentrek
Berdasarkan penelitian Anitasari (2008) di (BPS, 2013). Desa Gendro adalah salah satu
Desa Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten desa di Kecamatan Tutur dengan jumlah peternak
Boyolali, terdapat hubungan antara alat sapi perah sebanyak 387 orang peternak (Desa
perlengkapan, kebersihan kandang, pemanfaatan Gendro, 2017). Pada penelitian in akan diteliti
limbah ternak, penempatan kandang, higiene mengenai higiene, sanitasi dan kualitas
peternak dengan kejadian diare pada peternak bateriologis susu sapi (Escherichia coli) di Desa
sapi perah. Diare merupakan penyakit yang Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan.
berbasis lingkungan.
Ririn Indah Permatasari, Higiene, Sanitasi Dan Kualitas Bakteriologis Susu Sapi 345

METODE PENELITIAN dengan banguanan umum, lokasi lebih tinggi dari


sekitarnya, terdapat penampungan kotoran serta
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian terdapat air dalam jumlah cukup. Penilaian
observasional. Jika didasarkan pada waktu komponen arah kandang meliputi sinar matahari
penelitian maka penelitian ini menggunakan dapat maasuk ke area kandang. Penilaian
rancangan studi cross sectional, sedangkan komponen penanganan limbah ternak meliputi
berdasarkan sifat dan analisis masalahnya, limbah dibersihkan setiap hari, tempat
penelitian ini termasuk deskriptif kuantitatif. Lokasi penampungan limbah > 1m dari kandang, limbah
penelitian dilakukan di Dusun Krajan, Desa diarahkan ke reactor biogas serta mempunyai
Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. saluran limbah khusus. Penilaian komponen
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan April – kebersihan kandang meliputi tidak terdapat
Desember 2017. Populasi meliputi peternak sapi kotoran ternak, tidak terdapat makanan ternak
perah yang terdaftar di kelompok peternak Agung yang berceceran, tidak terdapat genangan air
II Dusun Krajan yang berjumlah 26 orang. serta tidak terdapat sampah yang berserakan.
Pengukuran higiene peternak dilakukan melalui Penelitian ini telah mendapat persetujuan
wawancara dan observasi menggunakan kuisioner dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
meliputi 3 komponen yaitu pemakaian APD saat Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
bekerja (sepatu boot, masker, sarung tangan), dengan Nomor sertifikat kaji etik: 475 – KEPK.
kebiasaan mencuci tangan dan kondisi pakaian
kerja.
Sanitasi kandang diukur melalui observasi HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan lembar penilaian meliputi 5 Karakteristik Peternak di Dusun Krajan,
komponen yaitu persyaratan teknis bangunan Desa Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten
kandang, lokasi kandang, arah kandang,
Pasuruan
penanganan limbah ternak, kebersihan kandang.
Sedangkan kualitas bakteriologis susu sapi Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun
parameter kontaminasi Escherichia coli diukur 2014, orang perseorangan Warga Negara
dengan menggunakan teknik isolasi dan Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha
identifikasi di Labolatorium Politeknik Kesehatan peternakan kemudian disebut peternak.
Surabaya. Sampel yang diperiksa adalah susu Sedangkan segala urusan yang berkaitan dengan
sapi hasil pemerahan yang diperoleh dari hasil sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak
pemerahan di pagi hari pukul 05.00 – 07.00 WIB. ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin
Sampel susu diambil dan dibawa menuju peternakan, budi daya ternak, panen,
Laboratorium dalam waktu <6 jam untuk pascapanen, pengolahan, pemasaran,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan berdasarkan pengusahaan, pembiayaan serta sarana dan
parameter yang ingin diketahui. prasarana disebut peternakan.
Variabel higiene peternak merupakan Terdapat 2 bentuk ternak sapi perah yaitu
perilaku peternak dalam rangka memelihara dan peternakan komersil dan peternakan semi
meningkatkan derajat kesehatannya yang dilihat komersil. Peternakan komersil merupakan
dari pengetahuan, sikap dan tindakannya. peternakan sapi perah yang penghasilan
Variabel ini mencakup 3 komponen. Pemakaian utamanya adalah susu dan telah menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) dinilai baik jika teknologi. Sementara peternakan semi
responden menggunakan APD lengkap dan buruk komersil/peternakan rakyat, cara beternaknya
jika menggunakan sebagian APD, bahkan masih tradisional dan jumlah sapi yang dimiliki
cenderung tidak menggunakan APD. Kebiasaan hanya sedikit (Syarif, et al. 2011). Tabel 1 juga
mencuci tangan dinilai baik jika responden selalu menunjukkan bahwa sebagian besar peternak
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dan sapi perah di Dusun Krajan, Desa Gendro,
buruk jika responden jarang bahkan tidak Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan berjenis
melaksanakan kegiatan cuci tangan kelamin laki-laki yaitu sebesar 58% atau 15 orang.
menggunakan air bersih dan sabun atau Hal tersebut berkaitan dengan proses pemerahan
disinfektan. Kondisi pakaian kerja dinilai baik jika ambing sapi dan pencarian pakan ternak yang
pakaian responden bersih dan merupakan membutuhkan tenaga lebih besar karena masih
pakaian khusus saat bekerja serta buruk jika menggunakan cara manual tradisional tanpa alat
pakaian responden tidak bersih dan bukan sehingga banyak didominasi oleh laki-laki.
merupakan pakaian khusus saat bekerja.
Tabel 1.
Variabel sanitasi kandang merupakan kondisi
Karakteristik Peternak Sapi Perah di Dusun Krajan,
sanitasi kandang ternak yang dapat
Desa Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten
mempengaruhi kesehatan peternak. Variabel ini Pasuruan Tahun 2017
mencakup 5 komponen. Penilaian komponen
persayaratan bangunan kandang meliputi bahan Responden
Karakteristik Peternak
bangunan kandang awet, kuat dan kedap air, n %
terdapat ventilasi, bangunan mudah dibersihkan Usia Peternak
serta kemiringan kandang (2-3 cm). 15-65 Tahun 24 94,0
Penilaian komponen lokasi kandang meliputi >65 Tahun 2 8,0
kandang tidak menjadi satu dengan rumah, jarak Jenis Kelamin
minimal 10 meter dari rumah, tidak berdekatan Laki-Laki 15 58,0
346 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10 , No.4, Oktober 2018: 343-350

Responden hidung dan mulut dari pengaruh oksigen yang


Karakteristik Peternak
n % terkontaminasi dengan partikel debu dan gas yang
Perempuan 11 42,0 dapat merusak atau mengganggu pernafasan
Lama Bekerja serta meminimalisir bakteri menular ke tubuh lain
≤15 Tahun 12 46,0 peternak bisa menggunakan masker sebagai alat
>15 Tahun 14 54,0 pelindung diri (Cahyono, 2010).

Peternak sapi perah di Dusun Krajan, Desa Tabel 2.


Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan Higiene Peternak Sapi Perah di Dusun Krajan, Desa
sebanyak 54% atau 14 orang masuk dalam Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan
kategori lama kerja > 15 tahun. Hal tersebut Tahun 2017
menunjukkan peternak sapi perah memiliki Responden
pengalaman bekerja yang cukup lama. Selain itu, Variabel/ Komponen
usaha peternakan yang dilakukan juga merupakan Variabel n %
usaha turun temurun dari orang tua. Higiene Peternak
Namun, sebanyak 46% atau 12 orang Baik 7 27,0
peternak sapi perah di Dusun Krajan, Desa Buruk 19 73,0
Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan Pemakaian APD
termasuk dalam kategori lama kerja < 15 tahun. Baik 0 0,0
Hal ini berkaitan dengan beberapa peternak yang Buruk 26 100.0
awalnya memiliki kandang jadi satu dengan orang Kebiasaan Mencuci
tuanya memilih untuk memisah kandangnya. Tangan
Kadang ternak yang tergolong baru tersebut Baik 5 19,0
cenderung masih memiliki kontruksi bangunan Buruk 21 81,0
yang belum permanen. Penggunaan Pakaian
Kerja
Higiene Peternak di Dusun Krajan, Desa Baik 10 38,0
Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Buruk 16 62,0
Pasuruan
Dalam bidang peternakan, pemakaian
Higiene peternak diketahui dengan masker saat pemerahan dapat mencegah
menggunakan kuisioner melalui wawancara dan kontaminasi silang dari ternak dan peternak.
observasi langsung pada responden. Beberapa Sedangkan menurut Resnhaleksmana (2014)
komponen higiene peternak adalah pemakaian penggunaan alas kaki sebagai pelindung kaki
APD saat bekerja (sepatu boot, masker, sarung pada peternak dapat digunakan untuk menekan
tangan), kebiasaan mencuci tangan dan kondisi angka infeksi kecacingan yang berisiko dalam
pakaian kerja. Berikut tabel distribusi higiene pekerjaan peternak.
peternak sapi perah di Dusun Krajan, Desa Peternak sapi yang merupakan pekerja yang
Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. beresiko untuk mengalami kecelakaan kerja
Penilaian higiene peternak didasarkan pada sehingga memerlukan Alat Pelindung Diri (APD)
3 komponen yaitu pemakaian APD saat bekerja untuk menghindarkan dirinya mendapatkan
(sepatu boot, masker, sarung tangan), kebiasaan bahaya dalam tempat kerja dan kontaminasi
mencuci tangan dan kondisi pakaian kerja. Tabel produk hasil pemerahan (Pranamyaditia, 2016).
2 menunjukkan bahwa untuk variabel higiene Distribusi frekuensi kebiasaan mencuci tangan
peternak, distribusi responden dengan kategori berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa 81%
higiene buruk yaitu sebanyak 73% atau 19 orang. atau 21 orang responden masuk dalam kategori
Hal ini sejalan dengan penelitian Santoso (2010) buruk. Berdasarkan observasi langsung diketahui
yang menyebutkan bahwa tidak ada pemerah bahwa sebagian besar responden melakukan cuci
dalam kategori higiene yang baik di Desa Balong tangan tanpa menggunakan sabun atau
Anyar, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan. disinfekstan. Kebersihan telapak tangan
Karakteristik peternak yang sama diantara dua mempengaruhi kesehatan dan kualitas susu
lokasi penelitian yakni peternakan yang masih karena tangan atau telapak tangan akan
tradisional sangat memungkinkan terjadinya hal mengandung banyak kuman dan dapat
tersebut. Dari hasil tersebut diketahui faktor mengkontaminasi susu yang sedang diperah jika
penting yang mempengaruhi kualitas susu sapi dalam keadaan kotor dan tidak dibersihkan
agar kontaminasi bakteri yang berasal dari pekerja (Wijiastutik, 2012).
yang sakit atau pekerja yang tidak bersih dapat Menurut Nerlich, et al (2009) kuman dapat
dihindari dan dikurangi adalah upaya higiene dijumpai dalam jumlah 103-106 CFU/cm2 pada
peternak. permukaan kulit yang lembab. Bakteri patogen
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa distribusi bisa sampai 107 CFU/cm2 di bagian bawah kuku
frekuensi penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) tangan atau kaki. Dengan demikian mencuci
meliputi penggunaan sepatu boot, sarung tangan tangan dengan sabun sebelum memerah
dan masker pada responden 100% tergolong merupakan suatu yang harus dilakukan. Distribusi
buruk. Keseluruhan peternak tidak memakai frekuensi kondisi pakaian kerja berdasarkan Tabel
masker sebagai alat pelindung hidung dan mulut. 2 menunjukkan bahwa 62% atau 16 orang
Untuk melindungi tubuh melalui pernafasan responden masuk dalam kategori buruk.
Ririn Indah Permatasari, Higiene, Sanitasi Dan Kualitas Bakteriologis Susu Sapi 347

Berdasarkan observasi pakaian kerja yang berlansung lancar serta saluran pembuangan air
digunakan oleh peternak adalah pakaian sehari- dan limbah ternak lancar sehingga memudahkan
hari, beberapa diantaranya tidak memakai pakaian peternak dalam menjaga kebersihan ternak dan
atas. kandang merupakan beberapa kondisi sanitasi
Tidak semua keadaan pakaian dalam kondisi yang perlu diperhatikan (Yulianto, 2011).
bersih, biasanya digantungkan di kandang dan
akan dipakai kembali pada sore harinya. Tabel 3.
Beberapa peternak mencuci tangan tapi hanya Sanitasi Kandang Peternak Sapi Perah di Dusun
dengan air tanpa menggunakan disinfektan Krajan, Desa Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten
ataupun sabun, sehingga dimungkinkan masih Pasuruan Tahun 2017
adanya bakteri yang menempel pada tangan Variabel/ Komponen Responden
pemerah. Selain itu air yang digunakan untukl Variabel n %
mencuci tangan belum terjamin kebersihannya. Sanitasi Kandang
Mikroorganisme yang mengkontaminasi produk Baik 9 35,0
susu berasal dari mikoorganisme di kelenjar susu Buruk 17 65,0
yang berada di saluran putting (Cahyono, 2013). Persyaratan
Bangunan Kandang
Sanitasi Kandang di Dusun Krajan, Desa Baik 19 73,0
Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Buruk 7 27,0
Pasuruan Lokasi Kandang
Sanitasi kandang diketahui dengan Baik 6 23,0
menggunakan kuisioner melalui wawancara dan Buruk 20 77,0
observasi langsung pada responden. Beberapa Arah Kandang
Baik 21 81,0
komponen sanitasi kandang adalah persyaratan
Buruk 5 19,0
teknis bangunan kandang, lokasi kandang, arah
Kebersihan Kandang
kandang, penanganan limbah ternak, kebersihan Baik 6 23,0
kandang. Penilaian mengenai teknis bangunan Buruk 20 77,0
kandang melalui observasi yang meliputi Penanganan Limbah
bangunan kandang, keberadaan ventilasi, Ternak
kontruksi lantai dan kemiringan lantai kandang. Baik 10 38,0
Penilaian mengenai lokasi kandang melalui Buruk 16 62,0
observasi yang meliputi jarak kandang dari rumah,
keberadaan bangunan umum di sekitar kandang, Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi
ketinggian lokasi kandang, keberadaan tempat frekuensi persyaratan bangunan kandang
penampungan kotoran dan kecukupan kebutuhan sebanyak 73% atau 19 kandang termasuk dalam
air. kategori baik. Sebagian besar bangunan kandang
Penilaian mengenai arah kandang melalui sudah permanen, memiliki ventilasi, mudah
observasi sinar matahari yang masuk ke kandang. dibersihkan dan memiliki kontruksi lantai yang
Penilaian mengenai kebersihan kandang melalui miring. Ventilasi kandang yang digunakan berupa
observasi kebersihan kandang meliputi ventilasi alami dengan menggunakan dinding
keberadaan kotoran ternak, makanan genangan terbuka atau semi terbuka. Ventilasi kandang
air dan sampah yang berceceran. Penilaian berfungsi untuk menghilangkan bau yang tidak
mengenai penanganan limbah ternak melalui sedap akibat kelembaban yang tinggi, dan
observasi kebersihan kandang meliputi frekuensi menghindari perputaran angin yang terlalu lama di
membersihkan limbah ternak, tempat dalam kandang sebagai akibat hembusan angin
pengumpulan limbah ternak, penerapan reaktor langsung yang dapat menyebabkan sapi-sapi
biogas dan keberadaan saluran pembuangan menjadi stress (Costa, et al. 2013).
khusus limbah ternak. Distribusi frekuensi lokasi kandang
Tabel 3 menunjukkan bahwa untuk variabel berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa 77%
sanitasi kandang, distribusi responden dengan atau 20 kandang tergolong kategori buruk.
kategori sanitasi buruk yaitu sebanyak 65% atau Sebagian besar kandang jaraknya masih
17 orang. Hal ini sejalan dengan penelitian berdekatan dengan rumah (<10 meter), bahkan
Wijiastutik (2012) di Desa Manggis, Kabupaten beberapa diantaranya masih menjadi satu dengan
Boyolali yang menyebutkan sanitasi kandang rumah. Tempat penampungan kotoran juga tidak
sebesar 70,5% dari jumlah responden kurang ada, kotoran ternak dibiarkan di kandang sampai
baik. tiba waktunya membersihkan kandang. Tempat
Produksi sapi perah berupa air susu yang penampungan kotoran sapi dapat berupa drainase
mudah rusak mengharuskan kandang dan atau parit. Adanya parit atau drainase dapat
lingkungannya tetap dalam keadaan bersih. memudahkan pengumpulan air pembersihan
Ketersediaan air bersih yang cukup juga mutlak lantai, air pembersihan sapi, air kencing dan
diperlukan dalam usaha pemeliharaan sapi sekaligus kotoran sapi mengumpul menjadi satu.
(Qomarudin, et al. 2011). Jumlah kontaminasi Di lantai bagian belakang kandang dan di
bakteri ke dalam susu dalam dikurangi dengan sekeliling kandang dapat dibuatkan parit dengan
beberapa tindakan sanitasi wajib. Sinar matahari lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm (BPTP
dapat masuk ke dalam kandang, sirkulasi udara Ungaran, 2011).
348 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10 , No.4, Oktober 2018: 343-350

Distribusi frekuensi arah kandang Kesehatan Surabaya dengan teknik isolasi dan
berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa 81% identifikasi. Keberadaan Escherechia coli bersifat
atau 21 kandang tergolong kategori baik. Hampir patogen, yang berarti mereka dapat menyebabkan
seluruh bangunan bangunan kandang memiliki penyakit, diare atau penyakit luar saluran usus.
arah bangunan yang dapat membuat sinar Jenis Escherechia coli yang dapat menyebabkan
matahari masuk ke dalam dengan lancar. diare dapat ditularkan melalui air atau makanan
Menurut Costa, et al (2013) Sinar matahari yang terkontaminasi, atau melalui kontak dengan
yang masuk dapat mengurangi kondisi lembab di hewan atau orang (Centers for Disease Control
dalam kandang. Ruangan yang lembab memang and Prevention, 2015). Diseluruh dunia
dapat memacu pemunculan virus dan bakteri. Escherechia coli telah disebarkan dan ditularkan
Semua penyakit yang bersumber dari virus dan bersama air atau makanan yang terkontaminasi
bakteri biasanya cepat tumbuh di daerah yang oleh tinja. Mikroorganisme ini juga merupakan
lembab. Sinar matahari pagi berfungsi sebagai indikator analisis air, kehadirannya merupakan
desinfektan dan membantu pembentukan vitamin bukti bahwa air tersebut terpolusi oleh bahan tinja
D pada sapi karena kaya akan ultraviolet. atau hewan (Sartika, et al. 2015).
Distribusi frekuensi kebersihan kandang Berikut tabel distribusi kualitas bakteriologis
berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa 77% susu sapi parameter keberadaan Escherechia coli
atau 20 kandang tergolong kategori buruk. di Dusun Krajan, Desa Gendro, Kecamatan Tutur,
Sebagian besar kandang tidak memiliki tempat Kabupaten Pasuruan. Tabel 4 menunjukkan
pakan tersendiri membuat pakan ternak bahwa untuk variabel kualitas bakteriologis
berserakan di kandang. Selain itu, beberapa lantai susu sapi parameter keberadaan Escherechia
kandang masih berupa tanah dan tidak lebih tinggi coli, distribusi responden dengan kategori
dari sekitarnya sehingga masih ditemukan sampel susu positif Escherechia coli yaitu
genangan air bekas kegiatan membersihkan sebanyak 65% atau 17 orang.
kandang. Kotoran ternak yang terkumpul tepat
dibelakang kandang tanpa penutup membuat Tabel 4.
kebersihan kandang terlihat kurang baik. Kualitas Bakteriologis Susu Sapi Parameter
Menjaga kebersihan kandang merupakan Keberadaan Escherechia coli di Dusun Krajan, Desa
salah satu tindakan biosekuriti untuk mencegah Gendro, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan
penyebaran penyakit. Kandang, selain berfungsi Tahun 2017
sebagai pelindung ternak dari pengaruh
lingkungan yang jelek, juga sebagai tempat Variabel/ Komponen Responden
berbaring atau beristirahat. Seekor sapi bisa Variabel n %
menghabiskan 60% dari waktunya dalam sehari Keberadaan
untuk berbaring di dalam kandangnya. Dengan Escherechia coli
menjaga kebersihan kandang dan sapi, berarti kita Negatif 9 35,0
menjaga kualitas susu yang dihasilkan dari Positif 17 65,0
kemungkinan risiko kontaminasi bakteri, kuman
atau virus (Kasnodjiharjo, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian Sartika, et
Distribusi frekuensi penanganan limbah al (2015) yang menunjukkan bahwa sebagian
ternak berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa besar susu sapi segar yang dipasteurisasi (73.7%)
62% atau 16 kandang tergolong dalam kategori dan berasal dari Peternakan Sapi Perah (PSP)
buruk. Beberapa kandang tidak mempunyai dan pedagang/industri skala rumah tangga telah
tempat penampungan dan saluran khusus limbah terkontaminasi oleh Escherechia coli pada daerah
ternak. Limbah ternak yang diproduksi setiap peternakan sapi perah di Kukusan, Depok dan
harinya ditangani secara manual dan dialirkan ke Batutulis, Bogor. Penelitian Kusumaningsih dan
ladang setelah beberapa hari. Saat observasi Ariyanti (2015) di Cibungbulang, Bogor, Jawa
dilakukan, terlihat limbah ternak masih menumpuk Barat pada sentra peternakan sapi perah
dibelakang kandang tanpa penutup. Kandang menunjukkan penghitungan kuatitatif dari 34
sebaiknya dilengkapi dengan penampung feses sampel susu segar diperoleh hasil isolasi dan
yang mudah dibersihkan, dan minimal dua kali identifikasi bakteri Escherechia coli sebanyak 14
sekali dibersihkan. Akan lebih baik jika dari 34 (41,18%).
penampung dilengkapi dengan kantong untuk Di saluran pencernaan ternak dan manusia,
menyimpan feses yang dapat diikat dan saluran Escherichia coli merupakan flora normal. Strain
khusus untuk kotoran ternak yang berupa cairan Eschericia coli yang bersifat patogen yang dapat
(Kasnodjiharjo, 2013). menimbulkan infeksi dan foodborne disease.
Kualitas Bakteriologis Susu Sapi di Dusun Eschericia coli merupakan salah satu
Krajan, Desa Gendro, Kecamatan Tutur, mikroorganisme yang menginfeksi susu. Susu
Kabupaten Pasuruan segar sangat mudah terkontaminasi oleh
Escherichia coli, hal ini karena sebagian besar
Kualitas bakteriologis susu sapi yang dinilai peternak kurang memperhatikan kebersihan
adalah parameter kontaminasi Escherichia coli. sanitasi dan higiene (Cahyono, 2013).
Sampel yang diperiksa adalah susu sapi hasil Tingginya kontaminasi Escherechia coli pada
pemerahan di pagi hari pukul 05.00 – 07.00 WIB. penelitian ini kemungkinan dikarenakan keadaan
Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Politeknik sanitasi dan higiene peternak yang kurang.
Ririn Indah Permatasari, Higiene, Sanitasi Dan Kualitas Bakteriologis Susu Sapi 349

Berdasarkan observasi dapat diketahui bahwa Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten


peternak membersihkan ambing dengan Boyolali Tahun 2008. Skripsi. Universitas
menggunakan air hangat dan kemudian Muhammadiyah Surakarta.
mengusapnya dengan minyak goreng tanpa BPS. (2013). Laporan Hasil Sensus Pertanian
menggunakan disinfektan terlebih dahulu. Selain Nasional 2013. Jakarta : BPS. Tersedia di
itu, air yang digunakan sebagai sarana https://st2013.bps.go.id/st2013esya/booklet/at0
membersihkan ambing sapi juga memiliki 000.pdf
BPS. (2016). Populasi Sapi Perah Menurut Provinsi
kemungkinan menjadi sumber kontaminasi
2009-2016. Jakarta: BPS. Tersedia di
Escherechia coli.
https://www.bappenas.go.id/download.php?id=
14936?id=14936
KESIMPULAN DAN SARAN BPTP-Ungaran. (2011). Sanitasi Kandang Sapi
Perah. Jawa Tengah: BPTP Ungaran. Tersedia
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu higiene di
peternak di Dusun Krajan termasuk dalam http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/agritek/lip5
kategori buruk 73% meliputi penggunaan APD 0120.pdf
(Alat Pelindung Diri) buruk 100%, kebiasaan cuci BPTP-NTB. (2011). Nilai Tambah Kompos dari
tangan buruk 81%, penggunaan pakaian kerja Kotoran Sapi. Mataram : BPTP-NTB.
buruk 62% dan kebiasaan mandi baik 50%. Cahyono, A.B. (2010). Keselamatan Kerja Bahan
Sanitasi kandang di Dusun Krajan termasuk dalam Kimia di Industri. Yogyakarta: UGM Press.
kategori kurang 65% meliputi teknis bangunan Badan Penerbit dan Publikasi Universitas
kandang baik 73%, lokasi kandang kurang 77%, Gadjah Mada.
arah kandang sesuai 81%, kebersihan kandang Cahyono, D. (2013). Microbiological Qualities (TPC,
kurang 77% dan penanganan limbah ternak Enterobacteriaceae, Staphylococcus aureus) of
Fresh Milk from Subdistrict Krucil Probolinggo.
kurang 62%. Kemudian, sebanyak 65% sampel
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April
susu milik peternak sapi di Dusun Krajan 2013, Hal 1-8. Vol. 8, No. 1 ISSN : 1978 –
terkontaminasi Escherechia coli. 0303. Tersedia di
Saran yang dapat diberikan adalah http://jitek.ub.ac.id/index.php/jitek/article/view/1
meningkatkan penggunaan APD (Alat Pelindung 70
Diri) saat bekerja di kandang, terutama saat Centers for Disease Control and Prevention. (2015).
melakukan proses pemerahan. APD (Alat Escherichia coli. Avaible at:
Pelindung Diri) masih belum terbiasa digunakan https://www.cdc.gov/ecoli/general/
oleh peternak terutama sarung tangan dan Costa C H J, Hotzel J M, Longo C, Balcao F L.
masker. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) (2013). A survey of management practices that
seperti sepatu boot, sarung tangan dan masker influence production and welfare of dairy cattle
dapat mengurangi risiko kontaminasi bakteri on family farms in southern Brazil. Journal Dairy
khususnya Escherechia coli pada produk susu Sci. 96(1):307–317. Tersedia di
hasil pemerahan. Kemudian memberikan https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2310296
sosialisasi mengenai pentingnya mencuci tangan 0
menggunakan air bersih dan sabun, sehingga Harjanti ,D.W., J. Y. Ridho., S. Priyo dan
diharapkan kebiasaan cuci tangan sebelum dan Nurwantoro. (2016). Evaluasi Kualitas Susu
setelah bekerja dapat meningkat dan mengurangi Segar di Kabupaten Klaten. Jurnal
Agromedia,Vol 34, No. 1 Maret 2016.
risiko kontaminasi bakteri khususnya Escherechia
Semarang; Indonesia: Fakultas Peternakan dan
coli pada produk susu hasil pemerahan.
Pertanian; Universitas Diponegoro. Tersedia di
Saran mengenai kondisi sanitasi kandang http://www.jurnalkampus.stipfarming.ac.id/index
adalah menyediakan tempat pembuangan limbah .php/am/article/view/125
khusus yang sederhana sehingga limbah ternak Kasnodihardjo. (2013). Cage Environmental
tidak tercecer di sekitar lokasi kandang dan Sanitation, Behavior, Aviant Influenza. National
meningkatkan frekuensi membersihkan kandang Public Health Journal Volume 8 Nomer 3 Tahun
minimal 2 kali/hari untuk menjaga kebersihan 2013. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
kandang dari limbah ternak, sisa makanan ternak Masyarakat Badan Penelitian dan
dan sampah lainnya. Pengembangan Kesehatan Kementerian.
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Tersedia di
DAFTAR PUSTAKA http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/35
7
Agus, C. F, Eny. W, Dewi. dan Benito, H.P. (2014). Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Peran Mikroba Starter dalam Dekomposisi Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang RI
Kotoran Ternak dan Perbaikan Kualitas Pupuk Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Kandang. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009
Vol. 21, No. 2, Juli 2014: 179-187. Pusat Studi Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada Tersedia di
(UGM) Tersedia di http://fkh.unsyiah.ac.id/uploads/1/7323c1d84c-
https://jurnal.ugm.ac.id/JML/article/view/18542 uu412014perubahan-atas-undang-undang-
Anitasari, P. (2008). Hubungan Antara Kondisi nomor-18.pdf
Sanitasi Kandang Ternak dengan Kejadian Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Diare pada Peternak Sapi Perah di Desa (2010). Indonesia Second National
350 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10 , No.4, Oktober 2018: 343-350

Communication. Under The United Nations Escherichia Coli pada Hasil Olahan Hewan
Framework Convention on Climate Change Sapi dalam Proses Produksinya. Jurnal
(UNFCCC). Jakarta. Makara, Kesehatan, VOL. 9, NO. 1, Juni 2005:
Kusumaningsih A dan Ariyanti T. (2013). Cemaran 23-28. Tersedia di
Bakteri Patogenik pada Susu Sapi Segar dan http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/vie
Resistensinya terhadap Antibiotika. Jurnal wFile/365/361
Biologi April 2013 12(4): 9–17. Tersedia di Simamora T, Fuah A.M , Atabany A, Burhanuddin.
http://e- (2015). Evaluation of Technical aspects on
journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/ Smallholder Dairy Farm in Karo Regency of
article/view/513 North Sumatera. Jurnal Ilmu Produksi dan
Nerlich B, Brown B and Crawford P. (2009). Health, Teknologi Hasil Peternakan. Vol. 03 No. 1,
Hygiene And Biosecurity: Tribal Knowledge Januari 2015. Hlm: 52-58. Tersedia di
Claims in The UK Poultry Industry. Journal http://journal.ipb.ac.id/index.php/ipthp/article/vie
Health, Risk & Society 11 (6). pp. 561-577. w/10814
ISSN 1369-8575. Tersedia di Syarif E.K dan Harianto B. (2011). Beternak dan
http://eprints.nottingham.ac.uk/1304/ Bisnis Sapi Perah. Jakarta: PT Agromedia
Pranamyaditia, C.D. (2016). Risiko Keselamatan dan Pustaka
Kesehatan Kerja pada Pekerja Peternakan Sapi Utami, K. Binari., Radiati dan L. Endahwati. (2013).
di PT X Cabang Kota Kediri. Skripsi. Kajian Kualitas Susu Sapi Perah PFH (Studi
Universitas Airlangga. Kasus pada Anggota Koperasi Agro Niaga di
Qomarudin, M., N. Putra dan Ahmad. (2011). Studi Kecamatan Jabung Kabupaten Malang). Jurnal
Manajemen Pemberian Pakan Pada Ternak Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2): 58 – 66 ISSN:
Sapi Potong Di Kelompok Tani Ternak Mekar 0852-3581. Tersedia di
Sari Desa Tambak Rigadung Kecamatan http://jiip.ub.ac.id/index.php/jiip/article/view/174
Tikung Kabupaten Lamongan. Jurnal Ilmiah Vahedi M, Nasrolahei M, Sharif M and Mirabi AM.
Ternak Volume 2 No.1 Juni 2011. Tersedia di (2013_. Bacteriological Study of Raw and
http://journal.unisla.ac.id/pdf/18212011/muridi.p Unexpired Pasteurized Cow's Milk Collected at
df the Dairy Farms and Supermarkets in Sari City
Resnhaleksmana, W. (2014). Prevalensi Nematoda in 2011. Journal of Preventive Medicine and
Usus Golongan Soil Transmitted Helminthes Hygiene. 54(2): 120-123. Tersedia di
(STH) pada Peternak di Lingkungan Gatep https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC
Kelurahan Ampenan Selatan. Jurnal Media 4718392/
Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Volume 8 Wijiastutik, D. (2012). Hubungan Higiene dan
No.5, Agustus 2014. Tersedia di http://jurnal- Sanitasi Pemerahan Susu Sapi dengan Total
online.um.ac.id/data/artikel/artikel960DE0C44A Plate Count pada Susu Sapi di Peternakan
7C9D5D0F24CCD873D1268A.pdf Sapi Perah Manggis Kabupaten Boyolali. Jurnal
Santoso, B. (2010). Studi Higiene dan Sanitasi Susu Kesehatan Masyarakat Volume 1 Nomer 2
Sapi Segar serta Kualitas Bakteriologis yang Tahun 2012. Universitas Diponegoro. Tersedia
Mempengaruhinya. Skripsi. Universitas di http://eprints.undip.ac.id/38709/1/4485.pdf
Airlangga Yulianto, P. (2011). Penggemukan Sapi. Bogor:
Sartika, Ratu A., Yvonne M., Indrawani., Trini dan Penebar Swadaya
Sudiarti. (2005). Analisis Mikrobiologi

Anda mungkin juga menyukai