Anda di halaman 1dari 4

Ragi tape merupakan inokulan berisi kultur mikrobia yang bersifat amilolitik dan

fermentatif. Peranan yeast amilolitik pada fermentasi tradisional sangat besar yaitu bersama
dengan jamur amilolitik akan mempercepat proses degradasi pati menjadi gula sederhana, gula
sederhana yang dihasilkan akan diubah menjadi asam organik dan alkohol membentuk aroma
khas dari tape, sehingga kemampuan amilolitiknya dapat menjadi hal yang menarik dan
mempunyai potensi untuk keperluan praktis (Nuhartadi dan Rahayu, 2011). Bakteri amilolitik
mampu menghidrolisis amilum dengan bantuan enzim amilase. Bakteri amilolitik juga mampu
memproduksi enzim amilase yang berfungsi sebagai biokatalisator yang mampu mengkatalis
proses hidrolisis amilum untuk menghasilkan molekul yang lebih sederhana seperti glukosa,
maltosa dan dekstrin (Forgati, 1983; Nangin, 2015 dalam Hanzen dkk., 2017). Enny (2008)
dalam Hanzen dkk. (2017) juga menyatakan bahwa bakteri amilolitik menghasilkan sedikitnya
3 enzim, yaitu α-amilase, β-amilase dan βglukosidase (Hanzen dkk., 2017).
Isolasi mikroba yaitu memisahkan satu jenis mikroba
dengan mikroba lainnya dari berbagai macam campuran
mikroba dengan tujuan untuk mendapatkan biakan murni (Putri
dan Kusdiyantini, 2018). Untuk mencirikan dan
mengidentifikasi suatu spesies mikrobia tertentu, pertama-tama
spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari mikrobia lain yang
umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan menjadi
biakan murni yaitu biakan di mana sel-selnya berasal dari
pembelahan satu sel tunggal (Jutono dkk., 1980 dalam Septriani,
2009). Fungi yang tumbuh ketika proses isolasi seringkali
membentuk koloni yang tumpang tindih satu sama lain sehingga
diperlukan tahap pemurnian yang berfungsi memisahkan
masing-masing koloni sesuai dengan perbedaan kenampakan
morfologi secara makroskopis (Ed-Har dkk, 2017).
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikrobia, diperlukan
suatu substrat yang disebut media. Sebelum dipergunakan harus dalam keadaan
steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikrobia lain yang tidak diharapkan.
Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikrobia tetapi juga untuk tujuan- tujuan lain, misalnya untuk isolasi, seleksi,
evaluasi dan diferensiasi biakan yang didapatkan (Suriawiria,1986 dalam
Septriani, 2009).

Teknik isolasi mikroa dapat dilakukan dengean beberapa metode.


Beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengisolasi mikrobia, fungi, dan
yeast yaitu dengan menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar,
metode pengenceran serta micromanipulator (Septriani, 2009).

Metode gores (streak plate) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan


mikrobia di dalam media agar dengan cara menstreak (menggores) permukaan
agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur mikrobia.
Dengan teknik ini mikrobia yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan
inokulum bekas dari goresan jarum ose. Metode gores umumnya digunakan
dengan tujuan untuk mengisolasi koloni mikrobia pada cawan agar sehingga
hasil yang diperoleh berupa koloni terpisah dan merupakan biakan murni.
Prinsip metode ini adalah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung
mikrobia pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri. Setelah
diinkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang
mungkin berasal dari 1 sel mikrobia, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut
(Rachdie, 2006 dalam Septriani, 2009).
Metode cawan tuang merupakan metode isolasi mikroba yang pengenceran
dan medianya disediakan lebih dahulu. Pengenenceran yang dipipet sebanyak 1 ml
atau 0,1 ml ( Winiati dan Nurwiti, 2012 dalam Murtius, 2018). Pada metode cawan
ini sampel telebih dahulu dipipet ke dalam cawan petri kemudian baru dimasukan
media agar (Murtius, 2018).
Metode spread plate meliputi penyebaran merata sampel yang diencerkan di
atas media agar. Bila menggunakan metode ini, volume lebih dari 0,1ml sampel
yang telah diencerkan tidak boleh digunakan karena agar tidak akan mampu
menyerap kelebihannya. Menggunakan metode ini menghasilkan koloni yang
terbentuk pada permukaan agar-agar. Bila menggunakan metode pour plate, sampel
yang telah diencerkan dipipet ke dalam cawan petri steril kemudian agar-agar cair
dituangkan dan dicampur dengan sampel. Dengan menggunakan metode ini
memungkinkan volume yang lebih besardari sampel yang diencerkan. Biasanya di
kisaran 0,1-1,0 ml. Metode ini menghasilkan koloni yangmembentuk koloni di
seluruh agar-agar, bukan hanya di permukaan (Yunita dkk., 2015).
Pengenceran yang dilakukan biasanya adalah pengenceran bertingkat yang
bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi
dalam cairan. Penetuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung
kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1:9 untuk
sampel dan pengenceran. Wasteson and Hornes (2009) dalam Yunita dkk., (2015)
juga menyatakan bahwa tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau
mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau
banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam
sampel. Digunakan perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan
selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma
dari pengenceran sebelumnya.

Ed-har, A.A., R. Widyastuti, dan G. Djajakirana. 2017. Isolasi dan identifikasi


mikroba tanah pendegradasi selulosa dan pektin dari rhizosfer Aquilaria
malaccensis. Buletin Tanah dan Lahan. 1(1): 58-64.

Murtius, W.S. 2018. Modul Praktek Dasar Mikrobiologi. Padang: Universitas


Andalas.

Putri, A. L. O. dan E. Kusdiyantini. 2018. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat
dari pangan fermentasi berbasis ikan (Inasua) yang diperjualbelikan di Maluku-
Indonesia. Jurnal Biologi Tropika. 1(2): 6-12.

Septriani, E. E. 2009. Isolasi dan identifikasi Saccharomyces cerevisiae yang


diperoleh dari PG-PS Madukismo Yogyakarta yang digunakan dalam
proses fermentasi alcohol. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.

Yunita, M., Y. Hendrawan, dan R. Yulianingsih. 2015. Analisis Kuantitatif


Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia
Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode Pour Plate. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 3(3): 237-248.

Anda mungkin juga menyukai