Anda di halaman 1dari 22

Laporan Isolasi dan Inokulasi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi mikroorganisme adalah memisahkan mikroba yang berasal dari lingkungan dan
membuahkannya sebagai kultur murni dalam suatu medium. Proses pemindahan mikroba dari
medium lama ke medium baru harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih dahulu harus
diusahakan agar semua alat-alat yang berhubungan dengan medium dan pekerjaan inokulasi
(penanaman) itu benar-benar steril, hal ini untuk menghindari kontaminasi dengan
mikroorganisme yang tidak diinginkan (Indah, 2013).
Mikroba tidak memiliki ciri anatomi yang nyata, sehingga identifikasi didasarkan pada
morfologi, sifat biakan dan sifat biokimiawi. Morfologi mikroorganisme berdasarkan bentuk,
ukuran danpenataan biasanya tidak cukup untuk melakukan identifikasi. Ciri lainnya seperti
pewarnaan, pola pertumbuhan koloni reaksi pertumbuhan pada karbohidrat dan penggunaan
asam amino sangat membantu dalam identifikasi mikroba (Caray, 2013).
Adapun yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
dengan jelas bagaimana cara memisahkan mikroba dari lingkungannya untuk memperoleh
biakan murni atau satu jelas mikroba saja. Selain itu, mahasiswa juga harus dapat mengatahui
teknik-teknik penggoresan yang dapat digunakan mengisolasi bakteri, baik itu bentuk dan
jenis dari penggoresan tersebut.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami
cara mengisolasi bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Isolasi mikroorganisme adalah memisahkan mikroba yang berasal dari lingkungan dan
membuahkannya sebagai kultur murni dalam suatu medium. Proses pemindahan mikroba dari
medium lama ke medium yang baru harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih dahulu harus
diusahakan agar semua alat-alat yang berhubungan dengan medium dan pekerjaan inokulasi
(penanaman) itu benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari kontaminasi dengan
mikroorganisme yang tidak diinginkan (Tim Dosen, 2011).
Inokulasi Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan
agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar
menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).
Pentingnya mengisolasi suatu mikroba dari lingkungan kita seperti pada makanan
(subtrat padat), minuman (subtrat cair) atau pada diri kita sendiri karena banyaknya
mikroba/bakteri yang sulit untuk diamati atau dibedakan secara langsung oleh panca indera.
Sehingga dengan isolasi akan mempermudah kita untuk melihat dan mengamati bentukbentuk pertumbuhan mikroba pada beberapa medium yang berbeda-beda serta melihat

morfologi dari mikroba tersebut. Selain teknik pertumbuhan bakteri atau teknik isolasi di
atas, dikenal juga adanya teknik isolasi mikroba yaitu inokulasi yang merupakan suatu teknik
pemindahan suatu biakan tertentu dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tujuan untuk mendapatkan suatu biakan yang murni tanpa adanya kontaminasi dari mikroba
yang lain (Ghoni, 2013).
Teknik inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang
lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengan demikian
akan diperoleh biakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pembelajaran
mikrobiologi. Pada praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme
pada medium steril untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur murni saja (Emma,
2013).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam keadaan cair atau padat. Dalam biakan cair,
mikroorganisme menunjukkan ciri pertumbuhan tersendiri. Kekeruhan yan dilihat pada
medium terjadi akibat pertumbuhan mikroorganisme. Jumlah mikroorganisme yang
diperlukan cukup banyak agar terlihat keruh (lazimnya sekitar 106 sel/ml) Bila pertumbuhan
mikroorganisme menumpuk maka di bagian dasar tabung akan terlihat sedimen. sebaliknya,
bila pertumbuhan mikroorganisme ini sedikit maka terlihat sebagai partikel berupa lapisan
tipis pada permukaan, Kadangkala pertumbuhan yang terlihat pada medium merupakan
gabungan dari kekeruhan, sedimen, pelikel (Oetomo, 1990).
Penanaman bakteri merupakan pekerjaan memindahkan bakteri dari suatu medium ke
medium baru. Di lingkungan sekitar kita terdapat berbagai macam jenis mikroba yang sangat
beraneka ragam dalam jumlah yang sangat banyak. Secara alami bakteri akan ditemukan
dalam populasi campuran, dimana dalam populasi tersebut terdapat banyak macam dan jenis
bakteri. Hanya dalam keadaan tertentu saja populasi ini ditemukan dalam keadaan murni.
Untuk dapat mempelajari sifat-sifat biakan, morfologi dan sifat faalinya maka mikroba yang
akan diteliti harus dapat dipisahkan. Ini berarti bahwa harus diperoleh biakan murni yang
hanya mengandung satu macam bakteri (Djide, 2011)
Bakteri di alam umumnya tumbuh dalam populasi yang terdiri dari berbagai spesies.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan biakan murni, sumber bakteri harus diperlakukan dengan
pengenceran agar didapat hanya 100-200 bakteri yang ditransfer ke medium, sehingga dapat
tumbuh menjadi koloni yang berasal dari bakteri tunggal (Pelczar, 1986).
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua
pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu
populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal
dengan Isolasai Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu isolasi pada agar
cawan , isolasi pada medium cair, dan isolasi sel tunggal (Yazurah, 2013).
Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan ke biakan segar
tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptic
untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulang kali.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair ataupun padat. Dalam melakukan
isolasi mikroba, terlebih dahulu kita harus memperhatikan alat-alat yang digunakan apakah
sudah steril, agar tidak terkontaminasi oleh udara luar yang dapat merangsang pertumbuhan
mikroba yang tidak kita inginkan pada suatu medium. Untuk tujuan tersebut digunakan media
aseptis untuk mencegah kontaminasi (Indah, 2013).

Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal dengan
istilah inokulasi bakteri ini memerluakn banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus
mengusahakan agar semua alat- alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan
pengerjaan inokulasi benar- benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi,
yaitu masuknya mikrooba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam
medium adalah benar- benar biakan murni (Dwidjoseputro, 1998).
Di alam bebas tidak ada bakteri yang hidup sendiri terlepas dari spesies lainnya. Di
laboratorium, supaya kita hanya mendapat satu spesies saja dalam suatu biakan campuran
menjadi biakan murni memerlukan teknik-teknik untuk mengisolasi. Populasi campuran
menjadi satu populasi sel. Biakan murni adalah biakan yang hanya terdiri dari satu populasi
jenis mikroba yang semuanya berasal dari satu sel induk. Isolasi bakteri artinya memisahkan
satu jenis bakteri dari biakan campuran menjadi biakan murni (Caray, 2013).
Pekerjaan memindahkan mikroba dari medium lama ke medium yang baru harus
dilakukan secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang sangkut
paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril, hal ini untuk menghindari
terkontaminasi, yakni masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan. Beberapa langkah
pada pekerjaan inokulasi dan isolasi mikroba yaitu menyiapkan ruangan, karena tidak
sembarang tempat dilakukan isolasi dan inokulasi dimana ruangan tersebut harus bersih dan
bebas angin. Dinding ruang yang basah menyebabkan butir-butir debu menempel. Pada
waktu mengadakan inokulasi baik sekali bila dilakukan di dalam suatu kotak berkaca.
Kemudian memindahkan dengan kawat inokulasi yang sebaiknya terbuat dari platina atau
nikrom (Indah, 2013).
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya
dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Bakteri
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik
berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik
aseptik ini sangat penting bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk
menjalankan prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow Bila tidak dijalankan dengan
tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh mikroorganisme lain sehingga akan mengganggu
hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri
(Ghoni, 2013).
Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium
tujuannya. Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk menggunakan jarum ose. Pada
medium agar miring, dilakukan metode gores dengan menggunakan loop ose. Pada medium
petridisk, dapat digunakan metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang)
atau spread plate (metode sebar) Setelah inokulasi, dilakukan proses inkubasi, yaitu
menyimpan medium pada alat atau kontainer ada temperatur tertentu dan periode tertentu,
sehingga tercipta lingkungan yang menyediakan kondisi cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke
permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya selsel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal
ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium
selanjutnya agar didapatkan biakan murni (Oetomo, 1990).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara yang berguna untuk
membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan
isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya

mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi
syarat-syarat, yaitu harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba,
harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba
yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Emma, 2013).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke
permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya selsel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal
ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium
selanjutnya agar didapatkan biakan murni.
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi
memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan
media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garisgaris goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi
koloni.Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila
dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang
berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat
goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diamati bahwa Bacillus subtilis dapat diketahui
bentuknya berbentuk bacil, permukaannya cembung, tepi bulat dan warnanya warna ungu.
Sedangkan pada Eschercia coli bentuknya coccus, permukaannya cembung, tepinya bergerigi
dan warna putih pucat.
Jika mau dibandingkan dengan literatur maka dapat diketahui bahwa menurut Tryana,
S.T (2008) menyatakan bahwa Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif akan
mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di
bawah mikroskop dan hal ini sama dengan hasil pengamatan yang telah diamati dibawah
mikroskop dengan warna ungu. Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang
berbentuk batang dan secara alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Sedangkan
Escerchia termasuk dalam famili Enterobacteraceae yang termasuk gram negatif dan
berbentuk batang yang fermentatif
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang diisolasi dan dapat diketahui
bentuknya berbentuk bacil dengan permukaan cembung, tepinya bulat dan warnanya
berwarna ungu. Sedangkan pada Escerchia coli merupakan bakteri gram negatif dan setelah

diisolasi dapat diketahui bentuknya bebentuk coccus dengan permukaan cembung, tepinya
bergerigi dan berwarna putih pucat.
B. Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah :
1. Sebelum melakukan praktek di laboratorium sebaiknya praktikan
mempelajari terlebih dahulu teori teknik isolasi daan inokulasi agar tidak
terjadi kesalahan pada saat praktikum berlangsung.
2. Agar kiranya asisten mengawasi dan membimbing praktikan demi
kelancaran praktikum tanpa ada hambatan.
DAFTAR PUSTAKA
Caray.2013.Pembuatan Media Agar dan sterilisasi.http://makalahdanskripsi
.blogspot.com.(4 Juni 2013).
Djide, M. Natsir.Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Dasar.
Makassar:Unhas.2011
Dwidjoseputro.Dasar dasar Mikrobiologi.Jakarta : Djambatan.1998.
Emma,Kharisma.2013.Isolasi dan Inokulasi.http://emma-kharisma.blogspot.com
/2011/06/isolasi-dan-inokulasi.html.(4 Juni 2013).
Ghoni, Achmad.2013.Isolasi dan Inokulasi Bakteri.http://www.nvtech.ac.id/
isolasi-dan inokulasi bakteri/2007/com.(4 Juni 2013).

Indah.2013.Isolasi.http://isolasi-mikroorganisme-dalam-proses.html.(4 Juli
2013).

Oetomo Hadi, Ratnasari. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:PT Gramedia.1990.


Pelczar, Michael J.Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
1998.
Tim Dosen.Penuntun Praktikum Mikrobiologi Ternak. UIN Alauddin. Makassar.
2011.
Yazurah,Verani.2013.InokulasiBakteri.http://yazura08.blogspot.com/2012/03/laporaninokulasi-bakteri.html.(4 Juni 2013).

laporan mikrobiologi teknik pewarnaan mikroba


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Untuk mengamati bentuk atau ciri-ciri suatu mikroba menggunakan mikroskop dapat
digunakan dua cara yaitu mengamati sel mikroba yang masih hidup tanpa diwarnai dan
mengamati sel mikroba yang telah mati dengan diwarnai. Untuk lebih mudah dilihat
sebaiknya bakteri diwarnai dengan zat warna, beberapa zat yang digunakan untuk mewarnai
bakteri juga dapat digunakan untuk mengamati struktur bagian dalam sel. Dengan adanya
pewarnaan terutama bakteri yang mempunyai sel dengan ukuran yang retif kecil akan lebih
mudah terlihat di bawah mikroskop denagn menggunakan lensa objektif minyak imersi yang
mempunyai tingkat pembesaran yang relatif tinggi.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu
tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Selain itu bakteri yang hidup akan kontras
dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Sedangkan, untuk mengatasi hal
tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat
jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah
satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari
pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa
aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik
baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka
dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula diamati morfologi
sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa, salah satunya adalah dengan
pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah satu prosedur yang paling banyak
digunakan untuk mencirikan banyak bakteri. Dari pewarnaan gram dapat diketahui morfologi
sel antara lain sifat gram, bentuk sel, dan penataan sel. Pewarnaan gram atau metode gram
adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok
besar, Gram positif dan gram negatif, berdasarka sifat kimia dan fisika dinding sel mereka,
metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan denmark hans Christian gram
1884. Pewarnaan Gram dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk karena menggunakan
lebih dari satu macam zat warna. Dan pewarnaan diferensial karena pewarnaan ini mampu
mengdeferensiasi atau membedakan bakteri, sehingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua
yaitu Gram negatif dan Gram positif.
B.

Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1.

Mengetahui dan memahami teknik pewarnaan mikroba

2.

Mempelajari bentuk-bentuk dan struktur sel bakteri

3.

Membedakan golongan bakteri gram positif dan gram negatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil, bentuk
tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1.000
X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa
spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri
merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai 0,3 m. Bentuk bakteri
bermacam macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam
olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan
jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel sel
individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks)
(Pelczar & Chan, 2007).
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop,
memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas
daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan
sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna
pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna
pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana.
Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagianbagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).
Bakteri yang diwarnai dengan teknik pewarnaan Gram terbagi dua golongan, yaitu: Gram
positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap bertahan, dengan
demikian warna se bakteri tampak ungu tua; dan Gram negatif, bila warna zat pewarna
pertama tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna tandingannya, misal: air
fuchsin, safranin, dan oleh zat pewarna tandingan lainnya. (Razali, 1987)
Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif ialah
setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan struktur dan komposisi
dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu dapat merupakan hal yang
penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada umumnnya lebih tipis dari yang dimiliki
bakteri Gram positif. Presentasi kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih tinggi daripada
Gram positif. Kenyataannya dalam eksperimen pengecatan mennjukkan bahwa perlakuan
dengan alkohol mengeskstrak lipid, yang menyebabkan poisitas atau permeabilitas didding
sel meningkat. Denagn demikian, kompleks karbol gentian violet dan lugol dapat disari
keluar dan bakteri Gram negatif terwarnakan. Keterangan lain yang hampir sama juga
mendasarkan pada perbedaan permeabilitas antara kedua golongan bakteri itu, yaitu pada
bakteri Gram negatif kandungan peptidoglikan jauh lebih sedikit sehingga kerapatan
jalinannya jauh lebih sedikit daripada baktri gram posiif. Pori-pori dalam peptidoglikan
bakteri Gram negatif tetap masih cukup besar untuk dapat disari keluar kompleks karbol
gentian violet dan lugol. Selautnya, bila sel-sel Gram psitif diperlakukan dngan lisozim untuk
menyingkirkan dinding selnya, sisa strukturnya yang disebut protoplas atau sel tanpa dinding
akan tercatat juga oleh kompleks karbol gentian violet dan lugol. Tetapi, sel ini mudah
dihapuskan oleh alkohol. Kenyataan ini menunjukkan bahwa struktur dinding sel bakteri
Gram positif itu yag menjadi tempat tertahannya zat pewarna pertama yaitu karbol gentian
violet. (Razali, 1987)

Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna.
Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia
ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan
memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan
bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna
terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat
pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue,
safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4-,
CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih
cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagianbagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur
warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena
adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga
mcam metode pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan
gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial memakai
serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan
yang paling umum digunakan untuk mewarnai sel bakteri (Umsl, 2008).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah satu di antaranya
berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion positif (zat pewarna+
Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif (zat pewarna- Na+).
Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh
adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika bakteri itu
diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan ion positif zat
pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue adalah beberapa zat pewarna basa
yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri
menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya
pewarnaan pada daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar
belakang yang berwarna (Volk & Wheeler, 1993).
Pewarnaan gram ditemukan pada tahun 1884 oleh seorang dokter kebangsaan Denmark
Christian Gram (membuat zat pewarna khusus) pewarna tersebut merupakan pewarna
differensial karena dapat membagi bakteri menjadi dua kelompok fisiologi, yang akan
memudahkan untuk identifikasi. Prosedur pertama dari pewarnaan gram ini adalah memberi
pewarna kristal violet, setelah 1 menit dibilas dan kemudian akan diberikan pewarna yodium,
setelah satu menit dibilas dan kemudian akan diberi laputan alkohol 95% selama 30 detik,
kemudian dibilas dan diberi pewarna safranin atau bismarck (untuk buta warna merah)
selama 1 menit. Zat pewarna kristal violet dan yodium akan membentuk senyawa yang
kompleks. Beberapa bakteri akan melepaskan zat pewarna dengan mudah apabila dicuci dan
beberapa bakteri yang lain zat pewarna akan bertahan walaupun dicuci dengan alkohol 95%.
Bakteri gram positif akan terwarna ungu (kristal violet) dan bakteri gram negatif akan
terwarna merah (safranin) (Umsl, 2008).
Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah pewarnaan Gram dan Ziehl
Nelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui morfologi, struktur, dan karakteristik bakteri.
Pewarnaan Gram dapat mengidentifikasi penyakit infeksi. Prosedur pewarnaan Gram dimulai
dengan pemberian kristal violet, setelah itu ditambahkan larutan iodium maka semua bakteri
akan berwarna biru. Setelah itu ditambah alkohol. Bakteri Gram positif membentuk kompleks

Kristal iodine yang berwarna biru. Setelah di tambahkan safranin, bakteri Gram positif akan
berwarna ungu. Contoh bakteri Gram positif adalah Streptococcus, Bacillus, Stapilococcus,
Clostridia, Corynebacterium dhypteriae, Peptococcus, Peptostreptococcus, dll. Sedangkan
bakteri Gram negatif akan terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian safranin akan
memberikan warna merah pada bakteri Gram negatif. Contoh bakteri Gram negative adalah
Neisseria, Klebesiella, Vellonella, Shigella, Salmonella, Hemophillus, dll (Cappuccino &
Sherman, 1983).
Proses pewarnaan gram ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi atas dua kelompok
berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Perbedaan ini
berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri. Reagen pertama disebut warna dasar,
berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas. Reagen kedua disebut
bahan pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada
komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak
akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat mengikat warna dasar, maka
warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak tercuci maka
warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil akhir tetap warna dasar. Larutan
yang biasa dipakai adalah ungu kristal, lartan iodium, alkohol dan safranin (Tracy, 2005).
Teori Salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding sel bakteri
Gram negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam pemberian alcohol, maka poripori akan
membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini menyebabkan bakteri menjadi tidak
berwarna. Sedangkan bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi selama pemberian
alcohol. Hal ini akan mengecilkan poripori sehingga menghasilkan kompleks kristal iodium.
Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang kuat dan lapisan peptidoglikan sebanyak 30
lapisan sehingga permeabilitas dinding selnya menjadi berkurang. Sedangkan bakteri Gram
negatif hanya memiliki 12 lapisan peptidoglikan sehingga memiliki permeabilitas dinding
sel yang lebih besar. Pewarnaan Gram terdiri atas Gram A (violet) (Kristal violet, Aalkohol,
Ammonium oksalat, Aquades), Gram B (cokelat) (Iodium, Kalium iodide, Aquades), Gram C
(Aseton, Alcohol), Gram D (merah) (Safranin, Alcohol, Aquades) (Madigan, 2003).
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut: pewarnaan
sederhana, pewarnaan differensial (pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam), pewarnaan
khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan spora, pewarnaan
kapsul, pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri (pewarnaan Neisser
(granula volutin), pewarnaan yodium (granula glikogen) dan pewarnaan negatif (Gozali,
2009)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B.

Pembahasan

Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium
mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik
mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu
(pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal.
Pewarnaan gram dibagi menjadi dua hasil yaitu gram positif dan gram negative, tergantung
dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau Kristal violet. Contoh dari bakteri gram

positif ialah Clostridium perfringens, Staphylococcus aureas, sedangkan bakteri gram


negative misalnya adalah Eschericia Coli.
Proses sterilisasi sangat penting dibutuhkan sebelum memulai maupun mengakhiri sebuah
pekerjaan di laboratorium dengan menggunakan teknik aseptik. Alkohol 70% yang
disemprotkan pada tangan, kaca preparat dan meja, bahkan tangan pun sebelumnya harus
dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal tersebut berfungsi untuk membunuh
mikroorganisme yang tak diinginkan agar mendapatkan pengukuran yang akurat.
Pada proses pewarnaan gram, harus gelas obyek yang bersih. Pembersihan ini dilakukan
supaya gelas obyek bebas lemak dan debu. Pembersihan biasanya menggunakan alkohol.
Setelah di cuci kemudian di beri satu tetes aquades pada permukaan gelas obyek. Kultur
bakteri murni diambil dan diratakan diatas kaca obyek. Pengambilan kultur bakteri tidak
diambil terlalu banyak, karena jika terlalu banyak akan sulit diratakan dan apabila kultur
bakteri tidak dapat diratakan tipis-tipis maka bakteri akan tertimbun hal ini akan
mengakibatkan pemeriksaan bentuknya satu per satu menjadi tidak jelas.
Apabila sudah kering, dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan diatas nyala api. Proses
fiksasi dilakukan supaya bakteri benar-benar melekat pada kaca obyek sehingga olesan
bakteri tidak akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam
proses fiksasi adalah bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala api.
Setelah dilakukan fiksasi kemudian ditetesi dengan larutan gram A (methylene blue)
sebanyak 1-2 tetes dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan
dibiarkan sampai kering dengan cara dianginkan dan menggunakan tissue untuk
mengeringkan bagian bawah ojek gelas. Pencucian dengan air bertujuan untuk mengurangi
kelebihan zat warna dari methylen blue.
Kemudian ditambahkan larutan gram B yang merupakan cat mordan, larutan ini mengandung
yodium dan kalium yodida, Gram B merupakan larutan yang berfungsi untuk meningkatkan
afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri lebih
kuat, memperjelas warna dari zat warna tersebut, mempersulit pelarutan zat warna. Pada
pewarnaan gram, penambahan larutan mordan menyebabkan terbentuknya persenyawaan
kompleks. Tanpa penambahan larutan mordan, zat warna methylene blue akan larut saat
penambahan larutan alkohol. Lalu dibiarkan selama 1 menit untuk dibilas kembali dengan
aquades. Akibat pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik
(lebih kuat).
Alkohol 95% ditambahkan atau diteteskan pada biakan bakteri untuk melakukan penetrasi ke
dalam dinding sel dan melunturkan pewarnaan biru dari komplek methylen blue dan KI pada
gram negatif, karena mengandung lipid sedangkan pada gram positif akan tetap
mempertahankan warna biru karena mengandung peptidoglikan. Larutan ini juga berfungsi
untuk melarutkan lipida pada membrane bakteri gram negatif yang akan menyebabkan poripori sel membesar sehingga meningkatkan daya larut persenyawaan methylene blue.
Perlakuan ini dilakukan tidak membutuhkan waktu yang lama atau secepat mungkin untuk
melakukan pembilasan dengan aquades. Kemudian dilakukan pengeringan.
Pewarnaan selanjutnya dengan menggunakan safranin (gram D) sebanyak 2 tetes dan
diamkan selama 30 detik. Gram D merupakan cat yang terdiri dari campuran safranin 0, 25
gram , etil alkohol 95% 10 ml, dan akuades 90 ml. Safranin pada gram D tidak akan
menyebabkan perubahan warna pada bakteri positif karena persenyawaan kompleks
methylene blue tetap terikat pada dinding sel. Pada bakteri gram negatif penambahan safranin

akan menyebabkan warna bakteri berubah menjadi merah karena warna biru yang dihasilkan
oleh methylene blue telah luntur dengan lisisnya membran sel sehingga safranin dapat terikat.
Oleh sebab itu, gram D atau zat pewarna kedua berfungsi sebagai pembeda terhadap zat
warna kristal violet (Lay, 1994). Kemudian cuci dengan air mengalir dan kering dianginkan,
Cat ini berwarna merah. Cat ini merupakan cat sekunder atau kontras. Cat ini berfungsi
untuk memberikan warna mikroorganisme non target. Cat sekunder mempunyai spektrum
warna yang berbeda dari cat primer. Kemudian preparat dikeringkan dengan cara dianginanginkan lalu dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.
Pemberian methylen blue pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna biru.
Perbedaan respon terhadap mekanis pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada
struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan
gram negative mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis.
Pemberian alkohol (etanol) pada praktikum pewarnaan bakteri, menyebabkan terekstraksi
lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam
sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada
bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori pori
mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak
dapat masuk sehingga sel berwarna biru.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding
selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma
organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram
negatif dengan pencucian alkohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif
memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan
bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop, diidentifikasi bakteri jenis termofilik
yang mempunyai bentuk coccus (bulat) dan berwarna biru, bakteri ini digolongkan ke dalam
bakteri gram positif karena ciri-cirinya menunjukkan ciri bakteri gram positif. Sedangkan
untuk sampel bakteri kedua, diidentifikasi bakteri E.coli yang mempunyai bentuk basil
(batang) dan berwarna merah, bakteri ini digolongkan ke dalam bakteri gram negatif, karena
menunjukkan ciri-ciri dari bakteri gram negatif.
Hasil pengamatan tersebut dapat dinyatakan berhasil dan benar, karena berdasarkan literatur
yang ada bakteri E.coli merupakan golongan bakteri gram negatif.
BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan difrensial karena dapat digunakan untuk
membedakan antara bakteri gram negatif dan gram positif. Pewarnaan ini sering digunakan
untuk identifikasi dan klasifikasi bakteri. Komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda
dengan bakteri gram negatif sehingga hasil pewarnaan gram akan berbeda.
2.
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan warna methylene blue
sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri ini mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal.

3.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan warna methylene blue
sewaktu prose pewarnaan gram. Bakteri ini mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis.
4.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diidentifikasi bahwa bakteri E.coli merupakan
golongan bakteri gram negatif, sedangkan bakteri jenis termofilik merupakan golongan
bakteri gram positif.

B.

Saran

Diharapkan kepada praktikan diharapkan lebih memahami prinsip percobaan dan prosedur
kerja pada percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Cappuccino, J., G., & Natalie., S, 1983, Microbiology A Laboratory Manual, Addison-Wesley
Publishing Company : New York.
Gozali, Amir, 2009, Pewarnaan Gram, http://www.gozali.blogspot.com/ gram/pewarnaangram-prinsip.html . Diakses pada tanggal 14 April 2012.
Hadiotomo, Ratna Siri., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.
Lay, B.W, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Madigan, M.T, 2003, Brock Biology of Microorganism, Pearson Education : inc. United State
of America.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S, 2007, Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company :
New York.
Razali, U., 1987, Mikrobiologi Dasar, Jatinangor: FMIPA UNPAD.
Sutedjo, M., 1991, Mikrobiologi Tanah, Rineka Cipta. Jakarta.
Tracy, 2005, Gram Staining, www.tracy.k12.ca.us/ thsadvbio/ pdfs/ gram%20stain.pdf,
Diakses pada tanggal 14 April 2012.
Umsl, 2008, Staining Bacteria, www.umsl.edu /~microbes/pdf/ stainingbacteria.pdf, Diakses
pada tanggal 14 April 2012.
Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta

laporan mikrobiologi teknik isolasi mikroba


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Pada umumnya mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran.
Sangat jarang mikroba di alam dijumpai sebagai spesies yang tunggal. Dengan demikian,
agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan, sehingga mudah dipelajari sifat pertumbuhan,
morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka langkah pertama yang harus
dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam
habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari
sel-sel dari satu spesies.
Mikroorganisme tersebar luas di dalam lingkungan baik di tanah, air,maupun udara.
Keberadaan mikroorganisme baru dapat kita rasakan melewatimakanan yang kita konsumsi
dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh
berbagai mikroorganisme. Bahan panganselain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga
sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan atau
perkembangan mikroorganisme dalam makanan sangat erat hubungannya dengan kehidupan
manusia.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air maupun
udara. Untuk itu perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan mikroorganisme
tersebut. Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai mikroba terdapat dalam tubu
manusia termasuk dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Isolasi adalah cara untuk
memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh
kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal
dari pembelahan dari satu seltunggal. Kultur murni atau biakan murni diperlukan karena
semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi
mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis,maupun
serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Adapun yang melatar belakangi sehingga peraktikum ini dilaksanakan adalah untuk
mengetahui dan menguasai teknik isolasi mikroba dari wadah yang satu ke wadah yang lain
sehingga hanya biakan murni yang dapat tumbuh.

B.

Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan Teknik Isolasi Mikroba adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami teknik pengisolasian mikroba.
2. Untuk mengetahui teknik pemindahan biakan mikroba dari wadah satu ke wadah yang
lain sehingga tidak bercampur dengan bakteri lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang
berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap
pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan
metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk
memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu
jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam
mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan
serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwidjoseputro, 2005).
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh
biakan murni yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode
cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme
adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan ( 50 oC ) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di
dalam spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu
dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut
mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini
memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun
untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya
diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan
akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam
kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari
mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk
digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk
menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang
digoreskan (Ratna, 1990).
Menurut Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar
lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut :
1.
Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi.
Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar, serum

kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbul
mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang
berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada
yang keriting.
2.
Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni
dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa duri, serupa tasbih,
serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3.
Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin.
Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk koloni yang
tidak dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak mengencerkan
gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika bakteri mampu
mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk, serupa
corong, pundi-pundi dan berlapis.
Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan estelah inkubasi
akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat, dan berbagai
ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba tersebut pada media
pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini sangat penting untuk diperhatikan
(Ratna,1990).
Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar terutama jika
menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya koloni maka harus
digunakan agar benar-benar kering (Djida, N., 2000).
B. Pembahasan
Percobaan kali ini membahas tentang cara-cara atau teknik yang biasa digunakan dalam
mengisolasi mikroba dari habitat alaminya. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu
usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar lingkungan alamiahnya. Pemisahan
mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang
sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya atau yang disebut biakan murni. Di
kehidupan normalnya atau di habitat alamiahnya mikroba sulit ditemukan dalam bentuk
koloni sendiri. Mikroba ini pasti ditemukan dalam bentuk koloni yang hidup bersama-sama
dengan koloni mikroba yang lainnya. Oleh karena itu, pengisolasian ini dilakukan.
Percobaan ini diawali dengan tahap pengenceran. Dalam hal ini, medium agar yang
digunakan diencerkan terlebih dahulu selama 15 menit pada Hot Plate dengan suhu 300C.
Hal ini bertujuan agar medium yang digunakan dapat mencair setelah disimpan selama
beberapa hari di refrigerator. Setelah diencerkan dengan menggunakan Hot Plate, medium ini
didinginkan sekitar 5 menit namun tidak jangan sampai dingin sekali. Hal ini dilakukan untuk
menghindari medium agar tidak kembali mengeras. Setelah agak dingin, medium ini pun siap
untuk digunakan.
Pengisolasian ini dilanjutkan dengan pembuatan medium tempat mikroba ini nantinya akan
tumbuh atau dengan kata lain membuat habitus sintetisnya. Medium ini terlebih dahulu
disterilkan dengan cara melidah-apikan mulut botol tempat penyimpanan medium agar
tersebut. Begitupun dengan cawan petri itu sendiri. Sebelum semua prosedur kerja dilakukan
terlebih dahulu tangan harus disterilkan menggunakan alcohol 70% yang disemprotkan ke
seluruh permukaan tangan.

Dalam percobaan ini, kami menggunakan jarum ose sebagai media untuk memindahkan
mikroba tersebut dari habitus alaminya. Jarum ose tersebut terlebih dahulu harus disterilkan
dengan cara membakarnya pada bunsen sampai jarumnya pijar. Lalu jarum ose tersebut
didiamkan selama 2 menit, tujuan hal ini yaitu untuk mendinginkan jarum ose-nya yang
habis dipijarkan tadi agar ketika jarum ose itu digoreskan ke dalam cawan petri yang berisi
objek mikroba yang akan diisolasi, tidak segera mematikan mikrobanya.
Praktikum kali ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara goresan. Teknik
goresannya dilakukan dalam cawan petri. Dengan menggunakan jarum ose yang sebelumnya
dipanaskan pada api bunsen lalu dicelupkan pada alkohol untuk sterilisasi jarumnya. Goresan
diberikan sangat tipis sekali pada permukaan atas medium dalam cawan petri secara zig-zag,
Pada percobaan ini mikroba yang digunakan hanya satu jenis yaitu bakteri dan menggunakan
dua medium yakni medium NA dan medium PDA.
Medium NA berfungsi untuk membiakan berbagai macam mikroorganisme serta kultur
bakteri. Sedangkan medium PDA berfungsi untuk menumbuhkan fungi jenis kapang. Pada
praktikum ini kita mempelajari bagaimana melakukan teknik inokulasi biakan
mikroorganisme pada medium steril sehingga bisa mendefinisikan bahwa teknik inokulasi
adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama kemedium baru dengan tingkat
ketelitian sangat tinggi dan dituntut untuk bekerja secara aseptic yaitu bebas dari pengaruh
kontaminan mikroorganisme yang lain. Teknik aseptic dilakukan dengan penyediaan alat-alat
kerja yang steril dan bekerja didekat api Bunsen agar terhindar dari kontaminan udara.pada
waktu inokulasi jarum yang digunakan untuk meindahkan mikroba harus dipijarkan diatas api
segera sebelum dan sesudah melakukan pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan semua
bentuk kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat pemindahan, setelah di inokulasi
biakan bakteri disimpan dan diinkubasi dalam lingkungan yang sesuai untuk petumbuhan.
Setelah diinkubasi selama 48 jam diperoleh hasil pertumbuhan mikroba hanya pada medium
NA, sedangkan pada medium PDA tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Hal ini
dikarenakan mikroba yang diisolasi adalah jenis bakteri, dan bakteri hanya dapat tumbuh
pada medium NA. Jadi yang akan dibahas pada kali ini adalah bagaimana pertumbuhan
mikroba pada medium NA. Pada cawan petri pertama, jumlah koloni yang tumbuh adalah
sebanyak 8 koloni dan memiliki morfologi seperti warna putih susu, tepi berlekuk, bentuk tak
beraturan dan menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri kedua,
jumlah koloni yang ditemukan adalah sebanyak 4 koloni dan berwarna kream, tepi berlekuk,
bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri
ketiga dan keempat, masing-masing ditemukan mikroba dengan jumlah 5 koloni dan 1
koloni, dan untuk morfologinya sama dengan pada cawan petri kedua. Untuk cawan petri
terakhir ditemukan mikroba sebanyak 6 koloni, dan memiliki morfologi seperti warna kream,
tepi tak beaturan, bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul dan tekstur kusam.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut diatas maka dapat dikatakan percobaan tersebut belum
berhasil. Menurut Ratna (1990), bila menggunakan teknik menggores yang baik maka pada
suatu area tertentu pada permukaan medium yang digores, sel-sel bakteri akan terpisahkan
satu dari lainnya. Sel-sel tunggal yang terpisahkan seperti ini disebut sel induk. Bagi
kebanyakan bakteri, setelah masa inkubasi selama 24 jam, satu koloni murni dapat terdiri dari
50-72 generasi sel yang timbul dari satu sel induk tunggal. Dengan perkataan lain, satu koloni
murni terdiri dari bermilyar-milyar sel anak. Karena itu, hendaklah dipahami bahwa
pertumbuhan bakteri sesungguhnya merupakan pertambahan jumlah sel dan bukan ukuran sel

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Adapun yang dapat disimpulkan dari percobaan Teknik Isolasi Mikroba adalah sebagai
berikut:
1.
Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar
dari lingkungan alamiahnya, untuk memperoleh biakan murni. Biakan murni yaitu mikroba
yang sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya.
2.
Teknik yang digunakan untuk teknik isolasi mikroba adalah teknik goresan, yaitu
metode goresan radian, langsung dan kuadran.
3.
Medium yang digunakan untuk biakkan murni adalah medium NA untuk biakkan
bakteri dan medium PDA untuk biakkan kapang.

B.

Saran

Pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi pada saat
praktikum dilaksanakan.
Agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil yang bisa
mempengaruhi hasil yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, L., 2004, Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala (Suplemen
pikiran rakyat untuk iptek), Farmasi FMIPA ITB : Bandung.
Djida, N., 2000, Metode Instrumental dalam Mikrobiologi Umum, UNHAS
Makassar

Press :

Dwidjoseputro, 1980, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.


Hadioetomo, R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia : Jakarta.
Nur Indriyani, Asnani, 2007, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Unhalu : Kendari.
Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Jakarta : Gramedia.

Dasar Teori
DNA merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup, yang
membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari makhluk dalam keseluruhannya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Molekul DNA terdapat pada nukleus, mitokondria,
plastida dan sentriol. Molekul DNA pada nucleus memiliki bentuk sebagai benang lurus dan
tidak bercabang, sedangkan DNA yang terletak pada mitokondria dan plastida berbentuk
lingkaran (Suryo, 2012 : 59).
DNA pada makhluk hidup dapat diisolasi secara sederhana. Pengisolasian DNA secara
sederhana dapat dilakukan dengan memecahkan dinding sel, membran plasma dan membran
inti baik secara mekanik maupun secara kimiawi. Isolasi DNA merupakan suatu teknik yang
digunakan untuk memperoleh DNA murni, yaitu tanpa protein dan RNA dari suatu sel dalam
jaringan.
Pemecahan dinding sel secara mekanik dapat dilakukan dengan pemblenderan atau penggerus
menggunakan mortar dan pistil. Sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dengan
pemberian detergen. Penambahan sabun cair dan garam dapur adalah untuk melisiskan
membran inti untuk mengeluarkan isi inti sel yang berisi DNA.
Setelah menunggu beberapa saat terjadi presipitasi pada lapisan atas bukan lapisan bawah,
yang menunjukkan bahwa DNA tidak larut dalam etanol tetapi larut dalam air. Ketika
molekul DNA terlarut, mereka tersebar dalam larutan sehingga tidak terlihat. Ketika molekul
tersebut berpindah kedalam larutan yang bukan pelarut meraka akan berkumpul/
menggumpal sehingga dapat dilihat. Presipitat DNA terlihat seperti serabut-serabut putih
yang terkumpul diatas permukaan larutan karena masa jenis etanol lebih kecil dari pada masa
jenis air. Etanol yang digunakan harus benar-benar dingin dan berasal dari lemari pendingin,
hal ini bertujuan untuk menyempurnakan presipitasi. Apabila etanol yang digunakan kurang
dingin, maka mengakibatkan pembentukan presipitat kurang sempurna.
F.

Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan pada tabel 1, diperoleh hasil bahwa setiap buah memiliki waktu
yang berbeda-beda dalam pembentukan molekul DNA dan ketebalan DNA yang terbentuk.
Saat penetesan etanol ke tabung reaksi yang berisi alikot melon, dibutuhkan waktu 10,76
detik untuk terbentuknya benang-benang DNA. Sementara pada alikot nanas dan tomat
membutuhkan waktu 9 detik untuk pembentukan benang DNA. Waktu untuk pembentukan
benang DNA yang tersingkat terjadi pada buah jeruk, yaitu hanya membutuhkan waktu
selama 7 detik. Buah semangka membutuhkan waktu 10 detik untuk membentuk benangbenang DNA. Dan buah strawberry memiliki waktu yang paling lama untuk membentuk
benang-benang DNA, yaitu selama 77 detik.
Ketebalan DNA yang terbentuk pun bervariasi, mulai dari yang tipis sampai yang tebal.
Lapisan DNA yang paling tebal berada pada alikot buah jeruk dengan ketebalan 4,4 cm, tetai
terdapat gumpalan berwarna kuning di bagian atas lapisan benang DNA. Sementara pada
alikot buah lain tidak terjadi gumpalan seperti pada alikot buah jeruk. Ketebalan benang
DNA pada buah semangka dan melon sama, yaitu hanya 0,3 cm. Sementara pada buah nanas
dan tomat ketebalan benang DNA memiliki angka yang lebih besar, yaitu 0,5 cm. Dan pada
buah semangka diperoleh ketebalan benang DNA sepanjang 1,6 cm.
Buah dengan kadar air tinggi akan menghasilkan isolat yang berbeda jika dibandingkan
dengan buah berkadar air rendah (kaya serat). Semakin tinggi kadar air maka sel yang terlarut

di dalam ekstrak akan semakin sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit.
Suatu sumber menyatakan bahwa dalam proses pembuatan sumber DNA untuk isolasi DNA
hendaknya jangan terlalu encer karena semakin encer sumber DNA, DNA yang terpresipitasi
akan semakin sedikit. Karena sel yang lisis di dalam air tentunya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sumber DNA yang lebih kental (Anonim, 2005). Namun, masalah
pengaruh keenceran terhadap hasil isolasi DNA dapat diatasi dengan pengurangan jumlah
Akuades yang digunakan sehingga walaupun sumber DNA yang digunakan adalah buah
dengan kadar air tinggi, tetap dapat diperoleh ekstrak yang cukup kental.
Dengan adanya garam (kation kovalen seperti Na+) dan pada suhu dibawah 20 C atau
kurang, ethanol absolut akan mempresipitasikan asam nukleat polimerik dengan baik.
Pemekatan ini dilakukan dengan penambahan ethanol pada lapisan atas sampel sehingga
terjadi pesipitasi DNA pada perbatasan kedua larutan. Dalam proses ini ion Na+ akan
memblokir (membentuk ikatan) dengan kutub negatif ion fosfat DNA. Kutub tersebut bisa
menyebabkan molekul-molekul saling tolak menolak satu sama lain sehingga pada saat ion
Na+ membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA, DNA akan berkumpul. garam juga
berperan penting, yaitu untuk menghilangkan protein dan karbohidrat karena garam dapat
menyebabkan keduanya terpresipitasi, dan bersama-sama dengan detergent,
G.

Kesimpulan

1.
DNA dapat diisolasikan dari sumber DNA berupa buah dengan penambahan larutan
deterjen dan etanol serta garam untuk membantu presipitasi DNA.
2.
Hasil isolasi DNA sangat dipengaruhi oleh jenis buah. Terbukti dari hasil pengamatan,
pada masing-masing buah didapatkan hasil yang berbeda.
3.
Semakin encer alikot, DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit. Karena sel yang
lisis di dalam air tentunya lebih sedikit jika dibandingkan dengan sumber DNA yang lebih
kental.
Daftar Pustaka
http://zuzoqu.wordpress.com/tag/genetika/, diakses pada 17 September 2012
http://mubtadiahc.blogspot.com/2012/04/isolasidna-dengan-metode-kitchen.html,
pada 16 September 2012

diakses

BAB I
PENDAHULUAN
Teori kehidupan di muka bumi ini bergantung pada fotosintesis, baik langsung maupun tidak
langsung. Fotosintesis menghasilkan oksigen dalam atmosfer yang penting bagi mahluk
hidup, serta menghasilkan karbohidrat atau amilum yang juga berguna bagi mahluk lain
sebagai sumber tenaga. Organisme fungsi suatu sel hidup bergantung pada proses
pembakaran energi yang tidak henti-henti sumber energi ini tersimpan dalam molekulmolekul organik seperti karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Fotosintesis
merupakan suatu proses pembentukan bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan
cahaya matahari dan klorifil.
Tujuan praktikum Biologi dengan materi fotosintesis adalah untuk membuktikan
terbentuknya zat pati atau amilum pada proses fotosintesis yang terjadi pada daun gamal yang
mengandung klorofil. Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui secara nyata dan
benar tentang terjadinya proses fotosintesis pada tumbuhan dengan bantuan cahaya matahari
secara langsung dan yang tidak terkena matahari secara langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian fotosintesis
Fotosintesis menyediakan makanan bagi hampir seluruh kehidupan dunia baik secara tidak
langsung maupun secara langsung. Fotosintesis adalah suatu proses dimana terjadi sintesa
karbohidrat tertentu dari karbondioksida dan air yang dilakukan oleh sel-sel yang berklorofil
dengan adanya cahaya matahari dan dibebaskan gas oksigen (Campbell, 2002). Di dalam
daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar. Pada kedua
jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil. Pigmen ini
merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap energi
matahari (Prawirohartono, 2005). Klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam
fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung
kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun (Hopkins dan Hner, 2004).
2.2. Macam-macam fotosintesis
2.2.1. Reaksi terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi
ini memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton
oleh pigmen sebagai antena (Alberts, 2002). Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang
saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700,
yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700
nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya
pada panjang gelombang 680 nm (Raven, et al. 2005).
2.2.2. Reaksi gelap
Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan
untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula (Taiz dan
Zeiger, 2002). Dalam reaksi gelap terjadi proses embentukan karbohidrat dari CO2 dengan

menggunakan hasil-hasil dari reaksi fotokimia atau reaksi terang. Hasil pertama fotosintesis
yang stabil adalah PGA (Phosphat Gliseric Acid) dan ribulase diphosphat sebagai aseptor
CO2 (Campbell, 2002).
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor yang dapat mempengaruhi
secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak mempengaruhi secara
langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting bagi proses fotosintesis.
Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran
cahaya matahari, suhu lingkungan, konsentrasi karbondioksida (CO2). Faktor lingkungan
tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju
fotosintesis. Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi
optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktorfaktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan
laju optimum fotosintesis (Andrews, 2008). Sedangkan faktor dari dalam tumbuh-tumbuhan
terhadap fotosintesis ialah kadar klorofil, hidrasi dari protoplasma dan anatomi dari daun
(Campbell, 2002).
2.4. Indikator JKJ
JKJ merupakan suatu yang berfungsi sebagai indikator atau petunjuk untuk
mengetehui adanya larutan amilum atau glukosa (Campbell, 2002). JKJ dapat bekerja apabila
adanya kandungan zat amilum ( Recce, 2002).

Berdasarkan hasil praktikum mengenai fotosintesis, daun gamal yang ditutupi aluminium foil
setelah direbus dalam alkohol dan klorofilnya larut kemudian ditetesi JKJ terlihat bagian
yang ditutupi aluminium foil tetap berwarna kekuningan sedangkan bagian yang tidak
tertutupi aluminium foil berubah menjadi gelap karena bagian daun tersebut mengandung
amilum hasil dari fotosintesis. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Campbell (2002) JKJ
merupakan suatu larutan yang mengandung idium yang berfungsi sebagai indikator atau
petunjuk untuk mengetehui adanya larutan amilum atau glukosa. Dan ditambahkan oleh
Recce (2002) JKJ dapat bekerja apabila adanya kandungan zat amilum.
Berdasarkan hasil praktikum daun gamal yang tidak ditutupi oleh alumunium foil
setelah direbus dalam alkohol dan ditetesi JKJ, ternyata warnanya berubah menjadi gelap
atau hitam. Klorofil sangat penting sebagai penangkap cahaya matahari sebagai sumber
energi dalam proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hopkins dan Hner
(2004) yang menyatakan bahwa klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam
fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung
kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Warna hitam pada daun gamal
disebabkan karena daun gamal mengandung amilum yang merupakan hasil fotosintesis yang
dibantu oleh cahaya matahari. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Andrews (2008) yang
menyatakan bahwa proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi
lingkungan meliputi kehadiran cahaya matahari, suhu lingkungan, konsentrasi
karbondioksida (CO2). Dan warna gelap terbentuk karena JKJ bereaksi terhadap amilum atau
glukosa. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Recce (2002) yang menyatakan bahwa JKJ
dapat bekerja apabila adanya kandungan zat amilum.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa fotosintesis membutuhkan
cahaya matahari, tanpa cahaya matahari fotosintesis tidak akan berlangsung sehingga zat
amilum juga tidak terbentuk. Fotosintesis dapat dilakukan oleh tumbuhan berklorofil.
Fotosintesis sangatlah penting bagi seluruh mahluk hidup karena ialah penghasil amilum
sebagai sumber energi dan oksigen untuk proses respirasi. Oksigen juga berperan dalam
mencegah naiknya suhu bumi. Pemberian JKJ digunakan agar mengetahui apakah ada
amilum yang merupakan hasil fotosintesis.
5.2. Saran
Berdasarkan praktikum kali ini disarankan agar praktikan lebih teliti dan cermat saat
melaksanakan praktikum, agar pelaksanaan praktiku berjalan secara lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts et al. 2002. Molecular Biology of The Cell 4th Edition. New York, Garland
Publishing.
Andrews N R. 2008. The effect and interaction of enhanced nitrogen deposition and reduced
light on the growth of woodland ground flora.
Campbell, N. A. 2002. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Hopkins WG, Hner NPA. 2004. Introduction to Plant Physiology. Hoboken: John Wiley &
Sons.
Prawirohartono S. 2005. Sains Biologi. Jakarta : Bumi Aksara.
Raven, Peter H, Ray F. Evert, Susan EE. 2005. Biology of Plants, 7th Edition. New York:
W.H. Freeman and Company Publishers.
Taiz L, Zeiger E. 2002. Plant Physiology Third Edition. Sunderland: Sinauer Associates.

Anda mungkin juga menyukai