Anda di halaman 1dari 4

Isolat bakteri seluolitik mempunyai aktivitas spesifik, sehingga mempunyai penggunaan

fungsi komersil tertentu seperti : pengolahan limbah jerami dan pembuatan kertas koran

(Singleton, 2001).

Singleton, P., D. Sainsbury, 2001, Dictionary of th Biology and Molecular Biology, 3 edition,

John Wiley & Sons ltd, Baffins Lane, Chichester west Sussex PO19 IUD, UK, 70-72, 679.

Hasil isolasi bakteri selulolitik dari cairan rumen sapi diperoleh 7 macam spesies

bakteri selulolitik aerob. Semua bakteri tersebut mampu tumbuh pada media padat CMC,

media cair CMC dan Czapek Modification. Ketujuh spesies bakteri yang didapatkan adalah:

Nitrosomonas europae, Bacillus sphaericus, Cellulomonas cellulans, Cytophaga hutchinsoi,

Acidothermus cellulyticus, Lactobacillus acidophilus, dan Cellvibrio mixtus.

Isolat Bakteri Selulolitik dari Cairan Rumen, dengan Pembesaran 1000x Jurnal Ilmiah

Kedokteran Hewan Vol. 4, No. 1, Februari 2011 Lactobacillus acidophilus Acidothermus

cellulyticus Nitrosomonas europaea Cellulomonas cellulans Cellvibro mixtus Bacillus

sphaericus Cytophoga hutchinsoi

Hasil isolasi bakteri selulolitik aerob dari cairan rumen sapi diperoleh 7 spesies

bakteri yaitu: Nitrosomonas europae, Bacillus sphaericus, Cellulomonas cellulans, Cytophaga

hutchinsoi, Acidothermus cellulyticus, Lactobacillus acidophilus, dan Cellvibrio mixtus.

Ketujuh spesies bakteri yang diperoleh menunjukkan sifat positif dalam uji kemampuan

selulolitik, sehingga dapat diduga ketujuh isolat tersebut mampu mengekskresikan enzim

selulase yang mampu memecah ikatan 1,4 β-glukosida dalam media uji. Kemampuan

selulolitik dapat dilihat dari pertumbuhan koloni pada media CMC padat dan mampu tumbuh

pada media CMC cair. Pertumbuhan bakteri selulolitik pada media CMC cair dapat dilihat

dari perubahan warna media yang menjadi keruh. Degradasi selulosa dilakukan dengan

bantuan enzim selulase menjadi hasil akhir glukosa. Berdasarkan hasil penelitian Alexander
(1976), akibat hidrolisis selulosa menjadi glukosa dalam media padat CMC, disekitar koloni

tampak daerah yang lebih terang, dan daerah ini disebut sebagai zona terang (Cleared zone).

Kemampuan isolat tersebut tumbuh pada media selulosa membuktikan bahwa isolat tersebut

mampu memanfaatkan selulosa sebagai salah satu sumber nutriennya. Menurut Atlas (1981),

selulosa dapat dijadikan sebagai sumber karbon dan energi bagi mikroba. Masing-masing

jenis bakteri selulolitik mempunyai kemampuan tersendiri dalam mendegradasi selulosa.

Bakteri genus Cytophaga menduduki peringkat paling utama dalam mendegradasi selulosa

( Alexander, 1977 ; Campbell, 1985 ).

Bakteri selulolitik merupakan bakteri heterotrop yang termasuk golongan saprofit.

Bakteri saprofit adalah bakteri yang dapat memanfaatkan sisa-sisa tumbuhan yang telah mati

untuk memenuhi kebutuhan sel. Bakteri saprofit ini memerlukan gula (karbohidrat) dalam

jumlah tertentu, nitrogen organik, fosfor dan garam-garam mineral sebagai sumber energi,

beberapa asam amino, vitamin, sterol dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan sel

(Campbell, 1985). Pertumbuhan bakteri selulolitik dalam media CMC melalui fase-fase

tertentu. Pada fase eksponensial terjadi pertambhan sel maksimal. Dimana nutrien masih

dapat mendukung pertumbuhan bakteri sampai fase stasioner. Pada akhir fase ini kandungan

nutrien berkurang yang menandakan proses metabolisme menurun.


Urin sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai

pengatur tumbuh diantaranya IAA. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urin sapi juga memberikan

pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tananaman. Karena baunya yang khas, urin

sapi juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman, sehingga urin sapi juga dapat

berfungsi sebagai pengendalian hama tananman serangga. Menurut Lingga (1991) dalam

Yuliarti (2009), jenis kandungan hara pada urin sapi yaitu N = 1,00%, P = 0,50% dan K =

1,50%.

Proses fermentasi urin sapi menjadi biourin dapat dioptimalkan dengan menambahkan

starter dan memperkaya nutrisi yaitu gula merah. Pemberian starter dan memperkaya nutrisi

sangat berpengaruh pada lama atau cepatnya proses fermentasi. Pengaruh lama atau cepatnya

proses fermentasi disebabkan oleh peningkatan aktivitas bakteri. Kunaepah (2008)

menyatakan memperkaya nutrisi pada proses fermentasi urin dengan penambahan glukosa

sebagai sumber karbon juga berpengaruh terhadap aktivitas bakteri, karena glukosa

merupakan substrat yang mudah dicerna dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan

mikroorganisme. Sanjaya (2010) menambahkan, glukosa berfungsi sebagai sumber energi

dan unsur utama dalam pembentukan sel mikroorganisme. Penelitian ditekankan pada

penentuan konsentrasi starter dan konsentrasi gula merah yang menghasilkan proses

fermentasi biourin yang optimal. Tujuan penelitian adalah mengoptimalisasi proses

fermentasi urin menjadi biourin dengan pemberian starter R. bacillus dan gula merah.
Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri pada media menunjukan ciri-ciri

diantaranya media menjadi berwarna lebih keruh atau berwarna kecoklatan dan media

menjadi lebih cair.

Anda mungkin juga menyukai