Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Hlm.

85-92, Juni 2013

PENGARUH PERBEDAAN METODE PERENDAMAN DAN LAMA


PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA TEPUNG
IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)

THE EFFECTS OF DIFFERENT IMMERSION METHOD AND TIME ON THE


PHYSICO-CHEMICAL CHARACTERISTICS OF SKIPJACK TUNA (Katsuwonus
pelamis) FISH MEAL

Christina Litaay1 dan Joko Santoso2


1
UPT Balai Konservasi Biota Laut-LIPI Ambon; Email: christina_litaay@yahoo.com
2
Departemen Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor

ABSTRACT
High fat content in a dark fleshed fish can affect on nutritional value because it can lead
to odors in fish meal products. Effort Immersion (deffating) is one way to reduce fat
content in fish meal products in order to reduce the products from odor. Research on
methods and durations of immersion effects were conducted from October to November
2011. This study aimed to determine the best method to get quality materials skipjact
tuna fish meal based on methods and durations of immersion. Fish sampling were
taken from the village of Latuhalat, Ambon-Maluku waters. Deffating process used
water, 3% acetic acid, and 0.8% sodium bicarbonate. Immersion durations were 2, 4,
and 6 hours. Deffating method using 0.8% sodium bicarbonate with 6 hours immersion
time exhibited the best quality fish meal with protein content of 82.86% and 1.10% fat
content.

Keywords: deffating, fish meal, skipjact tuna.

ABSTRAK
Kandungan lemak tinggi pada ikan berdaging gelap dapat mempengaruhi kandungan
gizi karena dapat menimbulkan bau pada produk tepung ikan. Upaya perendaman
(deffating) merupakan salah satu cara untuk mengurangi kandungan lemak supaya
tepung ikan yang dihasilkan tidak mudah tengik dan bau. Penelitian pengaruh metode
dan lama perendaman telah dilakukan dari bulan Oktober-November 2011. Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan metode terbaik untuk mendapatkan mutu bahan tepung
ikan cakalang berdasarkan metode perendaman dan lama perendaman. Sampel ikan
diperoleh dari perairan di Desa Latuhalat Kota Ambon-Maluku. Proses deffating
menggunakan air, asam asetat 3% dan natrium bikarbonat 0,8% dengan lama deffating
2, 4, dan 6 jam. Metode deffating dengan menggunakan natrium bikarbonat 0,8% dan
lama perendaman 6 jam memiliki kualitas tepung ikan yang terbaik dengan kadar
protein 82,86% dan kadar lemak 1,10%.

Kata kunci: perendaman, ikan cakalang, tepung ikan.

I. PENDAHULUAN karena selain menjadi ikan konsumsi yang


digemari masyarakat, juga merupakan
Ikan cakalang merupakan salah komoditas ekspor. Kandungan gizi dan
satu komoditas perikanan andalan dari manfaat ikan cakalang pemanfaatannya
perairan Maluku dan menjadi primadona, belum dilakukan secara optimal yang

©Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 85
Pengaruh Perbedaan Metode Perendaman dan Lama Perendaman…

ditunjukkan oleh tingkat pemanfaatan untuk mengurangi lemak. Penelitian ini


masih rendah, seperti pengelolaan usaha bertujuan menentukan metode terbaik
perikanan berskala kecil dan bersifat untuk mendapatkan mutu bahan tepung
tradisional (Wardja, 2011). ikan cakalang berdasarkan proses
Untuk meningkatkan pemanfaatan perendaman dan lama perendaman.
dan nilai tambahnya, ikan cakalang dapat Dengan adanya penelitian ini diharapkan
diolah menjadi tepung ikan. Pemanfaatan dapat memberi informasi yang dibutuhkan
ikan cakalang dalam produk untuk mendukung potensi perikanan dan
pangan sebagai tepung ikan belum pernah kebijakan di bidang ketahanan pangan.
dilakukan. Tepung ikan merupakan
sumber protein yang sangat baik karena II. METODE PENELITIAN
dapat meningkatkan konsumsi makanan
(Solangi et al. 2002). Tepung ikan yang 2.1. Pengambilan Sampel
dipasarkan memiliki protein kasar 65%, Penelitian ini dilaksanakan pada
tetapi dapat bervariasi dari 57-77% ter- bulan Oktober hingga November 2011.
gantung pada spesies ikan yang digunakan Sampel ikan cakalang (Katsuwonus
(Maigualema dan Gernet, 2003). Menurut pelamis) berasal dari Desa Latuhalat Kota
Jassim (2010) komposisi kimia tepung Ambon-Maluku. Penelitian dilakukan di
ikan, yaitu protein kasar 60%, kadar air beberapa laboratorium antara lain
2,5%, lemak 2,54%, dan kadar abu 1,2%. Laboratorium Pengolahan LIPI Ambon,
Ikan tuna memiliki komposisi proksimat Laboratorium Preservasi Hasil Perairan
adalah kadar air 6,6%, protein 61,3%, (THP IPB) dan Laboratorium Kimia
lemak 13,6%, dan abu 19,4 % (Tekinay et Terpadu Pusat Antar Universitas IPB
al., 2009). Bogor.
Ikan cakalang merupakan hasil
perikanan yang bersifat mudah rusak dan 2.2. Pembuatan Tepung Ikan
membusuk (perishable) karena memiliki Proses pembuatan tepung ikan
daging berwarna gelap atau merah dan terdiri dari pencucian dan penyiangan,
memiliki kandungan lemak yang tinggi pemfiletan, perendaman ikan dalam air,
(Guenneugues dan Morrissey, 2005). Hal asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat
ini dapat berpengaruh dalam pembuatan 0,8% masing-masing selama 2, 4, dan 6
tepung ikan karena mengakibatkan jam. Penggunaan asam asetat 3%
ketengikan atau bau. Untuk mengatasi merupakan konsentrasi terbaik dalam
masalah ini diperlukan proses meng- menentukan karakteristik mutu fisika
hilangkan lemak atau meminimumkan (Setiawati, 2009) sedangkan natrium
lemak pada daging ikan. bikarbonat dengan konsentrasi 0,8%
Salah satu upaya untuk merupakan salah satu konsentrasi yang
meminimumkan lemak adalah melakukan dapat mengurangi lemak (Suzuki dan
perendaman menggunakan asam dan Watabe, 2011). Lama perendaman dengan
alkali (Nolsoe dan Ingrid, 2009). taraf (2, 4, dan 6 jam) merupakan rentang
Rawdkuen et al. (2009) melaporkan waktu yang digunakan karena mem-
bahwa pengurangan mioglobin dan lemak pengaruhi karaktersitik kimia (Ulfah,
lebih mudah terjadi dalam proses alkali 2011). Tahap selanjutnya adalah
o
atau asam, bila dibandingkan dengan pengukusan pada suhu 80 C selama 10
proses konvensional. Menurut Suzuki dan menit kemudian dilakukan pengepresan
Watabe (2011) ikan pelagis yang memiliki selama 10 menit, pengeringan di oven
daging merah perlu penambahan natrium pada suhu 50 oC selama 5 jam, dan
bikarbonat dengan konsentrasi 0,5-1,0% penepungan dengan saringan 60 mesh.

86 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt51
Litaay dan Santoso

2.3. Pengujian Tepung Ikan lanjut BNT dilakukan apabila ANOVA


Tepung ikan yang dihasilkan pada perlakuan berpengaruh nyata.
kemudian dilakukan pengujian meliputi
rendemen, kadar air, kadar abu, kadar III. HASIL DAN PEMBAHASAN
protein dan kadar lemak (AOAC, 1980).
Rendemen merupakan perbandingan Hasil penelitian menunjukkan
antara produk akhir (tepung ikan bahwa bentuk tepung ikan cakalang pada
cakalang) dengan bahan baku (ikan masing-masing kombinasi perlakuan
cakalang). Rendemen dapat dijadikan memiliki warna mulai dari kekuningan
sebagai parameter yang sangat penting sampai kecoklatan. Kombinasi perlakuan
untuk mengetahui nilai ekonomis produk dengan perbedaan metode perendaman
ikan tersebut. dan lama perendaman meliputi proses
perendaman dengan air selama 2 jam (A1),
2.4. Analisis Statistik 4 jam (A2), dan 6 jam (A3), selanjutnya
Data karakteristik tepung ikan perendaman dengan asam asetat 3%
dianalisa dengan RAL Faktorial dengan selama 2 jam (B1), 4 jam (B2), dan 6 jam
dua faktor perlakuan yaitu faktor media (B3), dan perendaman dengan natrium
perendaman dan lama perendaman. Uji bikarbonat 0,8% selama 2 jam (C1), 4 jam
(C2), dan 6 jam (C3) (Gambar 1).

A1 A2 A3

B1 B2 B3

C1 C2 C3

Gambar 1. Tepung ikan cakalang proses perendaman air selama 2 jam (A1); air selama 4
jam (A2); air selama 6 jam (A3); asam asetat 3% selama 2 jam (B1); asam
asetat 3% selama 4 jam (B2); asam asetat 3% selama 6 jam (B3); natrium
bikarbonat 0,8% selama 2 jam (C1); natrium bikarbonat 0,8% selama 4 jam
(C2) dan natrium bikarbonat 0,8% selama 6 jam (C3).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Juni 2013 87
Pengaruh Perbedaan Metode Perendaman dan Lama Perendaman…

3.1. Rendemen Tepung Ikan Cakalang 3.2. Kadar Air Tepung Ikan
(Katsuwonus pelamis) Kadar air terendah dan tertinggi
Rendemen tepung ikan cakalang berturut-turut dihasilkan oleh kombinasi
yang dihasilkan dengan perendaman perlakuan metode perendaman asam asetat
dalam media air, asam asetat dan natrium 3% selama 2 jam sebesar 6,04% dan
bikarbonat selama 2 jam berturut-turut metode perendaman air selama 2 jam
sebesar 43,95; 40,06 dan 38,79%; sebesar 16,05% (Gambar 3). Kadar air
sedangkan selama 4 jam berturut-turut terendah diperoleh pada perlakuan
sebesar 42,96; 41,91 dan 38,44% dan perendaman ikan dalam asam asetat 3%
selama 6 jam berturut-turut sebesar 42,93; selama 2 jam. Hasil penelitian
41,85 dan 38,32% (Gambar 2). Perlakuan menunjukkan bahwa asam asetat 3%
metode perendaman dengan natrium sebagai media perendaman dapat menarik
bikarbonat 0,8% dan asam asetat 3% air keluar dari sel-sel jaringan ikan
menghasilkan rendemen yang lebih sehingga dapat menurunkan kadar air.
rendah dibandingkan dengan air. Hal ini Menurut Wijaya (2001), perendaman
disebabkan oleh air yang tidak banyak dengan asam asetat mengakibatkan
memecah protein dan lemak, sedangkan banyaknya ikatan hidrogen yang terputus
jenis asam dan alkali dapat mengurangi pada kolagen sehingga ikatan antara asam
atau meminimalkan lemak (Nolsoe dan amino penyusunnya semakin lemah. Hal
Inggrid, 2009). Menurut Rawdkuen et al. ini berpengaruh pada banyaknya air yang
(2009) pengurangan mioglobin dan lemak terjerat pada ikatan tersebut, dimana
lebih mudah terjadi dalam proses alkali kekuatan mengikat molekul air berkurang
atau asam dibandingkan proses dan mengakibatkan kadar air menurun.
konvensional, sehingga rendemen menjadi
lebih sedikit.
60.00
50.00 43,95 (a) 40,06 (a) 42,96 (a) 41,91 (a) 42,93 (a) 41,85 (a)
Rendemen (%)

38,79 (b) 38,44 (b) 38,32 (b)


40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
2 jam 4 jam 6 jam
Lama perendaman
Gambar 2. Histogram rerata rendemen tepung ikan cakalang setelah perlakuan
perendaman air, asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat 0,8%.

20.00
16,05 (a)
15.00
Kadar air (%)

11,33(b) 10,78(c)
8,79(e) 9,38(d)
10.00 7,96(f)
6,04(h) 6,89(g) 6,15(h)
5.00

0.00
2 jam 4 jam 6 jam
Lama perendaman
Gambar 3. Histogram rerata kadar air tepung ikan cakalang setelah perlakuan
perendaman air, asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat 0,8%.

88 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt51
Litaay dan Santoso

3.3. Kadar Abu Tepung Ikan antara 71,46% hingga 82,86% (Gambar
Kadar abu dikenal sebagai unsur 5). Perlakuan metode perendaman natrium
mineral atau zat anorganik. Abu bikarbonat 0,8% selama 6 jam meng-
merupakan salah satu komponen dalam akibatkan kadar protein tepung ikan lebih
bahan makanan. Komponen ini terdiri tinggi. Penggunaan natrium bikarbonat
dari mineral-mineral seperti kalium, 0,8% dengan proses perendaman yang
fosfor, natrium, dan tembaga (Winarno, lebih lama menye-babkan kadar protein
2004). Hasil penelitian menunjukkan yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini
bahwa kadar abu tepung ikan yang ditunjukkan dengan kadar protein tepung
dihasilkan berkisar antara 1,96% hingga ikan cakalang dari 76,55% tanpa deffating
2,89% (Gambar 4). Kadar abu terendah meningkat menjadi 82,86% dengan
dihasilkan oleh perlakuan asam asetat 3% perendaman natrium bikarbonat 0,8%.
dengan lama perendaman 4 jam, Menurut Santoso et al. (2011), peng-
sedangkan kadar abu tertinggi merupakan gunaan natrium bikarbonat dapat
hasil perendaman menggunakan natrium meningkatkan kandungan protein
bikarbonat 0,8% dengan lama perendaman miofibril. Natrium bikarbonat juga
2 jam. Perlakuan metode perendaman memiliki kemampuan mengikat molekul
natrium bikarbonat 0,8% dengan lama air. Molekul air akan terperangkap dalam
perendaman 2 jam mengakibatkan kadar struktur gel yang dibentuk oleh natrium
abu tepung ikan meningkat sebesar bikarbonat, sehingga protein pada bahan
2,89%. Hal ini disebabkan oleh unsur- yang turut larut dalam air juga akan ikut
unsur mineral yang terdapat pada daging terperangkap dan mengakibatkan kadar
ikan belum terdekomposisi pada saat protein meningkat atau dapat diper-
perendaman. Hasil penelitian tahankan. Hasil penelitian ini sesuai
membuktikan bahwa penggunaan metode dengan penelitian Subatin (2004), yaitu
perendaman natrium bikarbonat 0,8% penggunaan natrium bikarbonat dapat
dapat meningkatkan kadar abu tepung meningkatkan kadar protein. Kadar
ikan, hal ini disebabkan oleh penambahan protein meningkat juga dipengaruhi oleh
senyawa natrium bikarbonat 0,8% jumlah asam amino dalam bahan. Ikan
mengandung unsur natrium yang cakalang memiliki asam amino yang
merupakan komponen mineral. lengkap dan banyak, sehingga semakin
banyak asam amino akan meningkatkan
3.4. Kadar Protein Tepung Ikan kadar protein.
Kadar protein pada tepung ikan
cakalang dalam penelitian ini berkisar
3.50 2,80 (b) 2,89 (a)
3.00 2,54 (b) 1,96 (b) 2,78 (a) 2,42 (b) 2,38 (b) 2,64 (a)
2,26 (b)
Kadar abu (%)

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
2 jam 4 jam 6 jam
Lama perendaman

Gambar 4. Histogram rerata kadar abu tepung ikan cakalang setelah perlakuan
perendaman air, asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat 0,8%.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Juni 2013 89
Pengaruh Perbedaan Metode Perendaman dan Lama Perendaman…

120.00
100.00 80,32 (b)
79,56 (b) 77,67 (c) 78,29 (c) 77,00 (cd) 82,86 (a)
Kadar protein

80.00 71,46 (e) 75,92 (cd) 74,16 (d)


60.00
40.00
20.00
0.00
2 jam 4 jam 6 jam
Lama perendaman

Gambar 5. Histogram rerata kadar protein tepung ikan cakalang setelah perlakuan
perendaman air, asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat 0,8%.

3.5. Kadar Lemak Tepung Ikan lemak dibandingkan perendaman dengan


Nilai kadar lemak tepung ikan air dan alkali. Menurut Said (2011), asam
tertinggi diperoleh dari perendaman air asetat dapat menurunkan kadar lemak. Hal
dengan lama perendaman 6 jam yaitu ini disebabkan karena larutan asam
1,95%. Nilai kadar lemak tepung ikan dengan sifatnya yang cenderung lebih
terendah adalah 0,78% yang merupakan kuat dalam membuka struktur ikatan pada
hasil perendaman asam asetat 3% dengan protein, dapat menyebabkan terlarut lebih
lama perendaman 4 jam (Gambar 6). banyak protein yang akan mengikat
Gambar 6 menunjukkan bahwa molekul lemak dan lemak tersebut akan
kadar lemak dengan metode perendaman terbuang bersama dengan protein,
asam asetat 3% dengan lama perendaman sehingga kadar lemak menjadi lebih
4 jam memiliki kadar lemak rendah. Nolsoe dan Ingrid (2009) menya-
terendah. Hasil penelitian ini lebih rendah takan bahwa penggunaan asam dan alkali
dibandingkan dengan penelitian Susanto dapat menghilangkan lemak atau memini-
dan Nurhikmah (2008) sebesar 5,11%. mumkan lemak. Penurunan kadar lemak
Perbedaan kadar lemak tersebut sangat berpengaruh terhadap daya awet
dipengaruhi oleh adanya penggunaan bahan, apabila kadar lemak bahan tinggi
metode perendaman, dimana sifat asam maka akan mempercepat ketengikan
yang dapat memecah lemak menga- akibat terjadinya oksidasi lemak (Ketaren,
kibatkan terjadinya penurunan kandungan 2005).

2.50
1,95 a
1,83 a 1,78 a
2.00
Kadar lemak (%)

1,24 b
1.50 1,24 b 1,10 b
1,05 b
1.00 0,78 c 0,89 c

0.50

0.00
2 jam 4 jam 6 jam
Lama perendaman

Gambar 6. Histogram rerata kadar lemak tepung ikan cakalang setelah perlakuan
perendaman air, asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat 0,8%.

90 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt51
Litaay dan Santoso

IV. KESIMPULAN elevated levels of Tilapia


(Oreochromus niloticus) by
Interaksi perlakuan metode product meal on Broiler perfor-
perendaman dan lama perendaman pada mance and Carcass characteristics.
proses deffating mempengaruhi J. Poultry Sci., 2:195:199.
karakteristik fisiko-kimia tepung ikan Nolsoe, H. and U. Inggrid. 2009. The acid
cakalang. Tepung ikan yang dihasilkan and alkaline solubilization
dengan metode perendaman natrium processfor the isolation of muscle
bikarbonat 0,8% selama 6 jam proteins: State of the Art. J. Food
memberikan hasil yang lebih baik. Bioprocess Technol., 2:1-27.
Karakteristik tepung ikan menunjukkan Ulfah, M. 2011. Pengaruh konsentrasi
bahwa metode perendaman natrium larutan asam asetat dan lama
bikarbonat 0,8% selama 6 jam waktu perendaman terhadap sifat-
menghasilkan kadar protein yang lebih sifat gelatin ceker ayam. J.
tinggi sebesar 82,86% dan lemak yang Agritech., 31(3):161-167.
rendah sebesar 1,10%. Rawdkuen, S., S. Sai-Ut, S. Khamsorn, M.
Chaijan, and S. Benjakul. 2009.
UCAPAN TERIMAKASIH Biochemical and gelling properties
of tilapia surimi and protein
Penulis mengucapkan terima kasih recovered using an acid-alkaline
kepada Kementerian Riset dan Teknologi process. J. Food Chem., 112:112–
yang telah memberikan dana bagi 119.
kegiatan penelitian ini. Terima kasih juga Said, M.I., S. Triatmojo, Y. Erwanto, dan
penulis sampaikan kepada semua pihak A. Fudholi. 2011. Karakteristik
yang telah berpartisipasi dalam penelitian gelatin kulit kambing yang
ini. diproduksi melalui proses asam
basa. J. Agritech., 31(3):190-200.
DAFTAR PUSTAKA Santoso, J., F. Ling, dan R. Handayani.
2011. Pengaruh pengkomposisian
[AOAC] Association of Official dan penyimpanan dingin terhadap
Analytical Chemist. 1980. Official perubahan karakteristik surimi
methods of analysis. Virginia: ikan pari (Trygon sp.) dan ikan
AOAC Inc. USA. 1018p. kembung (Rastrelliger sp.). J.
Guenneugues, P. and M.T. Morrissey. Akuatika., 11(2):145-159.
2005. Surimi resources. Dalam: Setiawati, I.H. 2009. Karakterisasi mutu
Park J.W. (ed.). Surimi and surimi fisika kimia gelatin kulit ikan
seafood. Ed ke-2. Boca Ratton kakap merah (Lutjanus sp.) hasil
Florida: CRC Press, Inc. 375- proses perlakuan asam [skripsi].
433pp. Bogor: program studi Teknologi
Jassim, J.M. 2010. Effect of using local Hasil Perikanan. Institut Pertanian
fish meal (Liza abu) as protein Bogor. 67hlm.
concentration in broiler diets. J. Solangi, A.A., A. Memon, T.A. Qureshi,
Poultry Sci., 9(12):1097-1099. H.H. Leghari, G.M. Baloch, and
Ketaren, S. 2005. Pengantar teknologi M.P. Wagan. 2002. Replacement
minyak dan lemak pangan. Jakarta: of fish meal by soybeen meal in
UI Press. 272hlm. broiler ration. J. Anim. Vet. Adv.,
Maigualema, M.A. and A.G. Gernet. 1:28-30.
2003. The effect of feeding

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Juni 2013 91
Pengaruh Perbedaan Metode Perendaman dan Lama Perendaman…

Subatin, E. 2004. Pengaruh tingkat Winarno, F.G. 2004. Kimia pangan dan
penambahan udang dan NaHCO3 gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
(Natrium Bikarbonat) terhadap Utama. 253hlm.
kadar protein, kadar air, daya
kembang dan organoleptik Diterima : 30 April 2013
kerupuk susu [skripsi]. Malang: Direvisi : 8 Juni 2013
Fakultas Peternakan-Perikanan, Disetujui : 27 Juni 2013
Universitas Muhammadiyah.
84hlm.
Susanto, A. dan A. Nurhikmat. 2008.
Pengaruh proses perebusan,
pengukusan dan pengepresan
terhadap kualitas tepung ikan.
Prosiding seminar nasional
tahunan V hasil penelitian
perikanan dan kelautan. Pasca
Panen Hasil Perikanan dan
Bioteknologi. Yogyakarta: UGM.
[terhubung berkala] http://www.fa-
perta.ugm.ac.id/semnaskan/abstrak
/prosiding2008/oral/a_PP_A.php.
[Diakses: 21 Mei 2012].
Suzuki, T. and S. Watabe. 2011. New
processing technology of small
pelagic fish protein. Food Rev.
Inter., 2(3):271-307.
Tekinay, A.A., E. Deveciler, and D.
Guroy. 2009. Effects of dietary
tuna by-product on feed intake and
utilization of rainbow trout
Oncorhychus mykiss. J. Fish
Intern., 4:8-12.
Wardja, N. 2011. Optimalisasi penang-
kapan perikanan cakalang di Laut
Banda. [terhubung berkala]
http://psp06perikananunpatti.blogs
pot.com. [Diakses: 9 Juni 2012].
Wijaya, H. 2001. Pengaruh konsentrasi
asam asetat dan lama perendaman
kulit ikan pari (Trygon spp) pada
pembuatan gelatin [skripsi].
Bogor: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, IPB. 44hlm.

92 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt51

Anda mungkin juga menyukai