ABSTRACT
High fat content in a dark fleshed fish can affect on nutritional value because it can lead
to odors in fish meal products. Effort Immersion (deffating) is one way to reduce fat
content in fish meal products in order to reduce the products from odor. Research on
methods and durations of immersion effects were conducted from October to November
2011. This study aimed to determine the best method to get quality materials skipjact
tuna fish meal based on methods and durations of immersion. Fish sampling were
taken from the village of Latuhalat, Ambon-Maluku waters. Deffating process used
water, 3% acetic acid, and 0.8% sodium bicarbonate. Immersion durations were 2, 4,
and 6 hours. Deffating method using 0.8% sodium bicarbonate with 6 hours immersion
time exhibited the best quality fish meal with protein content of 82.86% and 1.10% fat
content.
ABSTRAK
Kandungan lemak tinggi pada ikan berdaging gelap dapat mempengaruhi kandungan
gizi karena dapat menimbulkan bau pada produk tepung ikan. Upaya perendaman
(deffating) merupakan salah satu cara untuk mengurangi kandungan lemak supaya
tepung ikan yang dihasilkan tidak mudah tengik dan bau. Penelitian pengaruh metode
dan lama perendaman telah dilakukan dari bulan Oktober-November 2011. Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan metode terbaik untuk mendapatkan mutu bahan tepung
ikan cakalang berdasarkan metode perendaman dan lama perendaman. Sampel ikan
diperoleh dari perairan di Desa Latuhalat Kota Ambon-Maluku. Proses deffating
menggunakan air, asam asetat 3% dan natrium bikarbonat 0,8% dengan lama deffating
2, 4, dan 6 jam. Metode deffating dengan menggunakan natrium bikarbonat 0,8% dan
lama perendaman 6 jam memiliki kualitas tepung ikan yang terbaik dengan kadar
protein 82,86% dan kadar lemak 1,10%.
86 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt51
Litaay dan Santoso
A1 A2 A3
B1 B2 B3
C1 C2 C3
Gambar 1. Tepung ikan cakalang proses perendaman air selama 2 jam (A1); air selama 4
jam (A2); air selama 6 jam (A3); asam asetat 3% selama 2 jam (B1); asam
asetat 3% selama 4 jam (B2); asam asetat 3% selama 6 jam (B3); natrium
bikarbonat 0,8% selama 2 jam (C1); natrium bikarbonat 0,8% selama 4 jam
(C2) dan natrium bikarbonat 0,8% selama 6 jam (C3).
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Juni 2013 87
Pengaruh Perbedaan Metode Perendaman dan Lama Perendaman…
3.1. Rendemen Tepung Ikan Cakalang 3.2. Kadar Air Tepung Ikan
(Katsuwonus pelamis) Kadar air terendah dan tertinggi
Rendemen tepung ikan cakalang berturut-turut dihasilkan oleh kombinasi
yang dihasilkan dengan perendaman perlakuan metode perendaman asam asetat
dalam media air, asam asetat dan natrium 3% selama 2 jam sebesar 6,04% dan
bikarbonat selama 2 jam berturut-turut metode perendaman air selama 2 jam
sebesar 43,95; 40,06 dan 38,79%; sebesar 16,05% (Gambar 3). Kadar air
sedangkan selama 4 jam berturut-turut terendah diperoleh pada perlakuan
sebesar 42,96; 41,91 dan 38,44% dan perendaman ikan dalam asam asetat 3%
selama 6 jam berturut-turut sebesar 42,93; selama 2 jam. Hasil penelitian
41,85 dan 38,32% (Gambar 2). Perlakuan menunjukkan bahwa asam asetat 3%
metode perendaman dengan natrium sebagai media perendaman dapat menarik
bikarbonat 0,8% dan asam asetat 3% air keluar dari sel-sel jaringan ikan
menghasilkan rendemen yang lebih sehingga dapat menurunkan kadar air.
rendah dibandingkan dengan air. Hal ini Menurut Wijaya (2001), perendaman
disebabkan oleh air yang tidak banyak dengan asam asetat mengakibatkan
memecah protein dan lemak, sedangkan banyaknya ikatan hidrogen yang terputus
jenis asam dan alkali dapat mengurangi pada kolagen sehingga ikatan antara asam
atau meminimalkan lemak (Nolsoe dan amino penyusunnya semakin lemah. Hal
Inggrid, 2009). Menurut Rawdkuen et al. ini berpengaruh pada banyaknya air yang
(2009) pengurangan mioglobin dan lemak terjerat pada ikatan tersebut, dimana
lebih mudah terjadi dalam proses alkali kekuatan mengikat molekul air berkurang
atau asam dibandingkan proses dan mengakibatkan kadar air menurun.
konvensional, sehingga rendemen menjadi
lebih sedikit.
60.00
50.00 43,95 (a) 40,06 (a) 42,96 (a) 41,91 (a) 42,93 (a) 41,85 (a)
Rendemen (%)
20.00
16,05 (a)
15.00
Kadar air (%)
11,33(b) 10,78(c)
8,79(e) 9,38(d)
10.00 7,96(f)
6,04(h) 6,89(g) 6,15(h)
5.00
0.00
2 jam 4 jam 6 jam
Lama perendaman
Gambar 3. Histogram rerata kadar air tepung ikan cakalang setelah perlakuan
perendaman air, asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat 0,8%.
88 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt51
Litaay dan Santoso
3.3. Kadar Abu Tepung Ikan antara 71,46% hingga 82,86% (Gambar
Kadar abu dikenal sebagai unsur 5). Perlakuan metode perendaman natrium
mineral atau zat anorganik. Abu bikarbonat 0,8% selama 6 jam meng-
merupakan salah satu komponen dalam akibatkan kadar protein tepung ikan lebih
bahan makanan. Komponen ini terdiri tinggi. Penggunaan natrium bikarbonat
dari mineral-mineral seperti kalium, 0,8% dengan proses perendaman yang
fosfor, natrium, dan tembaga (Winarno, lebih lama menye-babkan kadar protein
2004). Hasil penelitian menunjukkan yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini
bahwa kadar abu tepung ikan yang ditunjukkan dengan kadar protein tepung
dihasilkan berkisar antara 1,96% hingga ikan cakalang dari 76,55% tanpa deffating
2,89% (Gambar 4). Kadar abu terendah meningkat menjadi 82,86% dengan
dihasilkan oleh perlakuan asam asetat 3% perendaman natrium bikarbonat 0,8%.
dengan lama perendaman 4 jam, Menurut Santoso et al. (2011), peng-
sedangkan kadar abu tertinggi merupakan gunaan natrium bikarbonat dapat
hasil perendaman menggunakan natrium meningkatkan kandungan protein
bikarbonat 0,8% dengan lama perendaman miofibril. Natrium bikarbonat juga
2 jam. Perlakuan metode perendaman memiliki kemampuan mengikat molekul
natrium bikarbonat 0,8% dengan lama air. Molekul air akan terperangkap dalam
perendaman 2 jam mengakibatkan kadar struktur gel yang dibentuk oleh natrium
abu tepung ikan meningkat sebesar bikarbonat, sehingga protein pada bahan
2,89%. Hal ini disebabkan oleh unsur- yang turut larut dalam air juga akan ikut
unsur mineral yang terdapat pada daging terperangkap dan mengakibatkan kadar
ikan belum terdekomposisi pada saat protein meningkat atau dapat diper-
perendaman. Hasil penelitian tahankan. Hasil penelitian ini sesuai
membuktikan bahwa penggunaan metode dengan penelitian Subatin (2004), yaitu
perendaman natrium bikarbonat 0,8% penggunaan natrium bikarbonat dapat
dapat meningkatkan kadar abu tepung meningkatkan kadar protein. Kadar
ikan, hal ini disebabkan oleh penambahan protein meningkat juga dipengaruhi oleh
senyawa natrium bikarbonat 0,8% jumlah asam amino dalam bahan. Ikan
mengandung unsur natrium yang cakalang memiliki asam amino yang
merupakan komponen mineral. lengkap dan banyak, sehingga semakin
banyak asam amino akan meningkatkan
3.4. Kadar Protein Tepung Ikan kadar protein.
Kadar protein pada tepung ikan
cakalang dalam penelitian ini berkisar
3.50 2,80 (b) 2,89 (a)
3.00 2,54 (b) 1,96 (b) 2,78 (a) 2,42 (b) 2,38 (b) 2,64 (a)
2,26 (b)
Kadar abu (%)
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
2 jam 4 jam 6 jam
Lama perendaman
Gambar 4. Histogram rerata kadar abu tepung ikan cakalang setelah perlakuan
perendaman air, asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat 0,8%.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Juni 2013 89
Pengaruh Perbedaan Metode Perendaman dan Lama Perendaman…
120.00
100.00 80,32 (b)
79,56 (b) 77,67 (c) 78,29 (c) 77,00 (cd) 82,86 (a)
Kadar protein
Gambar 5. Histogram rerata kadar protein tepung ikan cakalang setelah perlakuan
perendaman air, asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat 0,8%.
2.50
1,95 a
1,83 a 1,78 a
2.00
Kadar lemak (%)
1,24 b
1.50 1,24 b 1,10 b
1,05 b
1.00 0,78 c 0,89 c
0.50
0.00
2 jam 4 jam 6 jam
Lama perendaman
Gambar 6. Histogram rerata kadar lemak tepung ikan cakalang setelah perlakuan
perendaman air, asam asetat 3%, dan natrium bikarbonat 0,8%.
90 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt51
Litaay dan Santoso
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 1, Juni 2013 91
Pengaruh Perbedaan Metode Perendaman dan Lama Perendaman…
Subatin, E. 2004. Pengaruh tingkat Winarno, F.G. 2004. Kimia pangan dan
penambahan udang dan NaHCO3 gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
(Natrium Bikarbonat) terhadap Utama. 253hlm.
kadar protein, kadar air, daya
kembang dan organoleptik Diterima : 30 April 2013
kerupuk susu [skripsi]. Malang: Direvisi : 8 Juni 2013
Fakultas Peternakan-Perikanan, Disetujui : 27 Juni 2013
Universitas Muhammadiyah.
84hlm.
Susanto, A. dan A. Nurhikmat. 2008.
Pengaruh proses perebusan,
pengukusan dan pengepresan
terhadap kualitas tepung ikan.
Prosiding seminar nasional
tahunan V hasil penelitian
perikanan dan kelautan. Pasca
Panen Hasil Perikanan dan
Bioteknologi. Yogyakarta: UGM.
[terhubung berkala] http://www.fa-
perta.ugm.ac.id/semnaskan/abstrak
/prosiding2008/oral/a_PP_A.php.
[Diakses: 21 Mei 2012].
Suzuki, T. and S. Watabe. 2011. New
processing technology of small
pelagic fish protein. Food Rev.
Inter., 2(3):271-307.
Tekinay, A.A., E. Deveciler, and D.
Guroy. 2009. Effects of dietary
tuna by-product on feed intake and
utilization of rainbow trout
Oncorhychus mykiss. J. Fish
Intern., 4:8-12.
Wardja, N. 2011. Optimalisasi penang-
kapan perikanan cakalang di Laut
Banda. [terhubung berkala]
http://psp06perikananunpatti.blogs
pot.com. [Diakses: 9 Juni 2012].
Wijaya, H. 2001. Pengaruh konsentrasi
asam asetat dan lama perendaman
kulit ikan pari (Trygon spp) pada
pembuatan gelatin [skripsi].
Bogor: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, IPB. 44hlm.
92 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt51