Anda di halaman 1dari 22

Pengantar Agribisnis

Ir. Wien Kuntari , M.Si


Kelompok 4
1. Ilham Taufik Munandar (J1310201081)
2. Lailah Azizah Syukur (J1310201005)
3. Muhammad Fachri Aziz (J1310201052)
4. Natalia Yohana Putri (J1310201078)
5. Putri Eka Permata (J1310201026)
6. Rama Danugraha (J1310201014)
7. Risna Yuliani (J1310201046)
Sub sistem Hilir
(Pengolahan) Ikan
Patin
Pascapanen
Pascapanen adalah tahap penanganan hasil perikanan pertanian segera setelah
pemanenan. Penanganan pascapanen ikan patin mencakup pembersihan, penyortiran,
pengemasan dan pengangkutan, serta penyimpanan. Penanganan pascapanen ikan
patin yang benar dengan penggunaan teknologi, maka akan menghasilkan nilai
tambah bagi pengolahan ikan patin. Menurut USDA (Amanor Boadu, 2005), nilai
tambah dalam pertanian terbentuk ketika terjadi perubahan dalam bentuk fisik atau
produk pertanian atau adopsi metode produksi atau proses penanganan yang
bertujuan untuk meningkatkan basis konsumen bagi produk tersebut serta
mendapatkan porsi yang lebih besar dari pengeluaran pembelanjaan konsumen yang
tumbuh untuk produsen.
Pascapanen
1. Pembersihan Pembersihan dilakukan setelah ikan patin dipanen, ikan-ikan
disimpan dalam bak. Pembersihan ikan dilakukan dengan menyemprotkan air
bersih ke ikan tersebut, hingga kotoran hanyut. Bakteri yang terdapat pada
lumpur yang melekat pada tubuh ikan jika dibiarkan akan mempercepat proses
pembusukan tubuh ikan.

2. Penyortiran Ikan patin yang sudah dibersihkan, kemudian disortasi. Penyortiran


ikan dilakukan dengan Metode Pengolahan Citra Digital. Pengolahan citra
berbasis komputer digunakan untuk pemilihan ukuran ikan, pemilihan ikan yang
catat sebagai dasar pemilahan (sortasi). Hasil pemilahan kemudian diteruskan ke
sistem mekanik yang berfungsi untuk menyalurkan ikan berdasarkan kategori
yang telah ditentukan sebelumnya ke dalam bak-bak penampung. Penyortiran
dengan sistem ini merupakan nilai tambah bagi pascapanen. Bahkan, ikan yang
cacat yang dipisahkan dapat menjadikan nilai tambah, dengan cara mengolahnya
dalam bentuk produk seperti lem.
Pascapanen
3. Pengemasan dan pengangkutan
a. Pengangkutan ikan patin hidup
1) pengangkutan sistem terbuka
Sistem ini biasanya digunakan untuk pengangkutan melalui jalur darat dan jarak yang akan
ditempuh relatif dekat. Wadah yang digunakan bervariasi, mulai dari yang sederhana atau
bekas pengemasan. Bahan kimia seperti ember, derijen plastik, drum hingga yang didesain
khusus untuk pengangkutan, seperti kemplung dan bak fiber glass. Sifat wadah ini umumnya
kokoh dan kuat.
2) pengangkutan sistem tertutup
Pada sistem tertutup ke dalam wadah angkut dimasukkan oksigen murni dan tekanan
udara lebih tinggi dibanding di luar wadah. Hal ini yang menyebabkan konsentrasi dan
kelarutan oksigen di dalam media air cukup tinggi, sehingga perbandingan volume air
dengan berat ikan pada sistem tertutup lebih tinggi dibanding sistem terbuka, yang berarti
dapat mengurangi ongkos angkut per kg ikan. Dewasa ini hampir semua pedagang ikan
mengangkut ikan dengan sistem tertutup, karena dianggap praktis tetapi aman. Bahan
utama dalam pengemasan ikan untuk pengangkutan sistem tertutup adalah kantung plastik
dan oksigen.
Pascapanen
b. Pengangkutan ikan patin segar
Ikan patin yang sudah disortasi kemudian dikemas dan disimpan dalam cool
box. Pengangkutan produk hasil perikanan dapat dilakukan dengan model
penerapan system rantai dingin. Dalam system ini suhu ikan hasil panen
diupayakan selalu tetap rendah agar terjaga kesegarannya, yakni dengan
mengoptimalkan penggunaan es dalam penyimpanannya. Sistem rantai dingin
yang diterapkan dalam pengangkutan dan transportasi ikan dipersyaratkan bahwa
semua kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan ikan harus mampu
mempertahankan suhu dingin yang dibutuhkan baik untuk ikan segar. Jauh lebih
baik dengan menggunakan pintu dalam yang dapat menutup sendiri dengan
fleksibel untuk mengurangi kehilangan udara dingin waktu pintu kendaraan
pengangkut dibuka. Hal ini merupakan nilai tambah bagi pascapanen ikan patin
agar 9 sampai kepada konsumen secara tepat tanpa terjadi kerusakan.
Pascapanen

4. Penyimpanan
Untuk ikan patin hidup disimpan pada
bak atau wadah lainnya yang berisi air
dengan suhu normal. Sedangkan, untuk
ikan patin segar disimpan ditempat yang
memiliki suhu dingin.
Subsistem Hilir
Subsistem hilir merupakan suatu operasi atau rentetan
operasi terhadap suatu bahan mentah untuk diubah bentuk
atau komposisnya. Terdapat beberapa produk non pangan dari
subsistem hilir ikan patin, salah satunya yaitu lem. Lem
merupakan bahan perekat yang berasal dari bagian ikan
seperti tulang, dan merupakan hasil ekstraksi kolagen dengan
menggunakan pelarut bersifat asam

----------- ----------- ----------- -----------


---- ---- ---- ----
Subsistem Hilir
Subsistem Hilir
1. Alat dan bahan
a. Alat b. Bahan
1) waterbath 1) tulang ikan patin
2) penyaring vakum 2) asam asetat
3) pH meter 3) asam nitrat
4) Evaporator 4) aquadest/air suling
5) beaker glass 10
6) pan alumunium
7) oven
8) mesin penggilingan
9) wadah tahan keasaman
10) mesin pemotong
Subsistem Hilir
2. Cara Pembuatan

2019
Subsistem Hilir
2. Cara Pembuatan
a. Degreasing Untuk memudahkan pembersihan maka dilakukan
perendaman pada air bersuhu antara 60-70°C selama 1-2 menit.
Kemudian memotong kecil-kecil.
b. Demineralisasi Perendaman dengan asam asetat sebanyak 7% dalam
wadah tahan keasaman sampai terbentuk ossein selama 24 jam. Ossein
adalah tulang yang lunak. Ossein dicuci dengan menggunakan air suling
sampai pHnya netral.
1 c. Ekstraksi Ossein tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass dan
ditambahkan aquadest/air suling, perbandingan ossein dengan
aquadest/air suling adalah 11 1: 3. Kemudian, diekstraksi dalam
waterbath pada suhu 25°C dan disaring dengan penyaring vakum. Hasil
saringan dipekatkan dengan evaporator.
2
Subsistem Hilir

d. Pengeringan Cairan pekat gelatin yang diperoleh dari penguapan dengan


evaporator itu dituang ke dalam pan aluminium yang dialasi plastik untuk
dikeringkan dalam oven pada suhu 50°C, kemudian menggilingnya.
e. Penambahan asam nitrat pekat
f. Perebusan
g. Pengenceran dengan asam asetat dan penambahan fenol 1% sebagai pengawet
h. Pengemasan dengan kemasan yang sudah disediakan.
Subsistem Hilir
D. Resiko dan Upaya
1. Resiko
a. Lem ikan kurang tahan lama dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang berapa
persentase pemanfaatan zat aditif.
b. Lem ikan memiliki bau yang menyengat dikarenakan kurangnya pengetahuan
tentang penanggulangan tulang ikan yang amis.
2. Upaya
c. Upaya yang telah dilakukan agar lem ikan tahan lama, yaitu dengan pemberian zat
aditif berupa fenol sebesar 1%. Upaya yang akan dilakukan, yaitu dengan
penambahan persentase zat aditif berupa fenol sebanyak 2%, seperti informasi yang
telah diberikan oleh pihak lembaga penelitian saat penyuluhan
d. Upaya yang telah dilakukan agar lem ikan tidak memiliki bau yang menyengat,
yaitu pada awal proses sudah dilakukan pembersihan dengan perendaman tetapi hal
itu ternyata kurang berhasil dalam menghilangkan bau yang menyengat. Upaya
yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu, yaitu mendidihkan tulang ikan
dengan sedikit air dan ditambahkan dengan 1 % sodium phosphate, dan 0,025%
saccharine, seperti informasi yang telah diberikan oleh pihak lembaga penelitian
saat penyuluhan.
Kesimpulan
Ikan patin merupakan salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil
didomestikasi. Ikan patin begitu terkenal dan digemari oleh masyarakat karena daging ikan patin
sangat gurih dan lezat untuk dikonsumsi. Selain dikonsumsi ikan patin pun bisa menjadi ikan hias
dan diolah menjadi produk non pangan seperti lem, karena tulang dari ikan patin menjadi bahan
utama untuk pembuatan lem. Lem dari tulang ikan patin itu sendiri merupakan lem yang ramah
lingkungan.
Dengan melakukan pengolahan terhadap ikan patin maka harga jual dapat meningkat, masa
simpan menjadi lama dan jangkauan pemasaran lebih luas. Kegiatan pengolahan pascapanen atau
agroidustri sangat diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah (value added). Peningkatan nilai
tambah produk pertanian dapat dilakukan dari pengolahan secara terpadu yang memperhatikan
pengoptimalan setiap tahapan proses dan pemanfaatan hasil samping sehingga dapat menambah
pendapatan petani. Dalam pengolahan produk non pangan dari ikan patin ini sendiri, terdapat
resiko-resiko dalam pelaksanaannya. Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan baik, sehingga
produk yang dihasilkan itu berkualitas.
Thank you
BACK TO SCHOOL
PowerPoint Template
This is title
This is title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut lobortis, purus et rutrum
adipiscing elit. Ut lobortis, purus et rutrum imperdiet, turpis est varius est.
imperdiet, turpis est varius est.

This is title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur
This is title
adipiscing elit. Ut lobortis, purus et rutrum Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur
imperdiet, turpis est varius est. adipiscing elit. Ut lobortis, purus et rutrum
imperdiet, turpis est varius est.
BACK TO SCHOOL
PowerPoint Template

This is title
56% Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut
lobortis, purus et rutrum imperdiet, turpis est varius est.

This is title
20% Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut
lobortis, purus et rutrum imperdiet, turpis est varius est.

15% This is title


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut
lobortis, purus et rutrum imperdiet, turpis est varius est.
BACK TO SCHOOL
PowerPoint Template

This is title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut
lobortis, purus et rutrum imperdiet, turpis est varius est.

This is title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut
lobortis, purus et rutrum imperdiet, turpis est varius est.

This is title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut
lobortis, purus et rutrum imperdiet, turpis est varius est.

Anda mungkin juga menyukai