Anda di halaman 1dari 9

PENGOLAHAN HASIL SAMPING PRODUK

PERIKANAN DAN PETERNAKAN

Nama : Dwi Septiana


Kelas : IX F
Absen : 06

SMP N 2 SUMBANG
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
PENGOLAHAN HASIL SAMPING PRODUK
PERIKANAN DAN PETERNAKAN

PENGOLAHAN HASIL SAMPING PRODUK PERIKANAN


Industri pengolahan limbah ikan atau udang adalah industry yang mengolah
bahan baku limbah ikan atau udang menjadi produk olahan yang memiliki nilai
lebih tinggi baik secara ekonomis maupun kegunaanya.
      1.     PEMBUATAN KERUPUK IKAN
Bahan : ikan atau udang (perbandingan 1 : 1 dengan tepung tapioca), garam
(200gr), bawang putih (200gr), gula (250gr), telur (3 butir untuk 6 kg).
Cara pembuatan :
- Udang/ikan dihaluskan sampai menjadi surimi (daging surimi halus)
- Kemudian haluskan semua bumbu
- Campurkan semua adonan dengan ditambahkan telur
- Tambahkan air sedikit demi sedikit  hingga adonan melumat
- Kemudian cetak dalam bentuk silinder dan bungkus dengan daun pisang
atau cetakan seng
- Kukus selama 2 jam atau sampai masak
- Angkat dan dinginkan selama 2 hari
- Iris tipis-tipis dan lakukan penjemuran hingga kering.

      2.      PEMBUATAN PETIS
Bahan : sari udang pada waktu mengolah ebi atau sari ikan dari pengolahan
pindang atau bisa juga dengan menggunakan daging ikan/udang
Bumbu : gula pasir / gula merah,  garam (bila perlu), tepung beras (bahan
pengisi), dan air tajin untuk memperbanyak hasil petis dan memperbaiki
konsistensi atau teksturnya.
Cara Pengolahan Petis
1). Petis sari udang
Rebus udang tanpa dikupas terlebih dahulu selama satu jam, kemudian saring
dan ambil hanya air rebusannya, sedangkan udangnya dijemur untuk dijadikan
ebi. Rebus sari udang dan tambahkan gula merah (500 gr untuk 1 kg udang).
Sebelum air rebusan mengental, disaring lagi untuk memisahkan kotoran-
kotoran yang berasal dari gula merah atau yang lainnya. Rebus kembali dan
tambahkan air tajin. Setelah hamper kental, masukkan garam secukupnya,
kemudian masak hingga kental
Apabila petis kelihatan ada Kristal-kristal gula, perlu ditambahkan air tajin,
sedangkan bila terlalu elastis (seperti lem) perlu ditambahkan gula merah.

2). Petis Daging Ikan atau Udang


Udang bassah yang telah dicuci bersih kemudian ditumbuk sampai halus lalu
diremas-remas dengan menggunakan tangan dan ditambahkan sedikit air,
remasan udang disaring untuk diambil airnya. Ampas udang ditumbuk lagi dan
diberi air lalu disaring dan hasilnya ditambahkan pada hasil saringan yang
pertama. Kemudian rebus air hasil saringan dan ditambahkan gula dan garam.
Pekerjaan selanjutnya sama dengan pengolahan petis sari udang. Mutu petis
yang diolah dengan cara ini biasanya lebih rendah dibandingkan cara
pengolahan petis sari udang.

      3.      PENGOLAHAN MINYAK IKAN


1). Minyak Ikan
Yang dimanfaatkan adalah lemak ikan yang terdapat di dalam daging ikan atau
yang disimpan di dalam rongga perut ikan. Jenis ikan yang diambil lemaknya,
di dalam hatinya tidak banyak mengandung minyak (hatinya kecil). Ekstraksi
dilakukan dengan pengukusan ikan utuh melalui pemanasan atau proses silase
(silage). Minyak ikan dipisahkan dari air dan dimurnikan. Satu kelompok asam
lemak yang terkandung di dalam minyak yaitu kelompok omega 3, dipisahkan
daari kelompok asam lemak lainnya. Kelompok omega 3 mempunyai khasiat
menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dan mencegah proses penyempitan
pembuluh darah manusia, dengan demikian omega 3 memiliki kemampuan
mencegah timbulnya serangan penyakit jantung. Pemanfaatan minyak ikan
sebagai obat menjadi sangat penting untuk dikembangkan.
2). Minyak Hati Ikan ( Fish Liver Oil )
a. Bahan Mentah
Bahan untuk membuat minyak hati ikan adalah hati ikan cucut/hiu, ikan pari,
atau kadang-kadang hati ikan tuna. Tidak semua hati ikan cucut mengandung
minyak dengan kadar vitamin A yang tinggi. Yang mengandung minyak dengan
vitamin A yang tinggi adalah jenis cucut permukaan.
Ada juga ikan cucut yang hidup di kedalaman lebih dari 100 meter, yaitu ikan
cucut botol. Minyak hati ikan cucut botol dimanfaatkan untuk bahan baku
produk kosmetik (yang digunakan adalah kandungan senyawa  hidrokarbon
yang disebut Squalene).
b. Peralatan
- Pisau (untuk mencincang hati)
- langseng (untuk mengukus)
- pemampat/alat pengepres (untuk memisahkan cairan dengan ampas)
- Sentrifugal/corong pemisah (untuk memisahkan minyak dengan air)
- Peralatan Lab. (untuk memurnikan minyak)
c. Cara Pengolahan
- hati ikan dicuci dan dipotong kecil-kecil
- kukus hati dalam langseng hingga minyaknya keluar
- setelah cukup dingin, hati dimampatkan untuk mengeluarkan cairan minyak
- pisahkan minyak dari air dengan alat sentrifugal/corong pemisah
- minyak yang diperoleh harus dimurnikan di laboratorium.

       4.      PENGOLAHAN UBUR-UBUR
1). Bahan
- Ubur-ubur jenis cendol (nama daerah)
- Garam
- Tawas kal (SO4)24 H2O
2). Peralatan
- Tong penggaraman (kedap air)
- Sikat plastic
- Tutup dari kayu
- Pemberat
- Timbangan
- Keranjang plastic
3). Proseddur Pengolahan
Ubur-ubur diberi campuran garam dan tawas masing-masing 35% dan 2% dari
berat ubur-ubur.
Penggaraman Pendahuluan
-          Ubur-ubur ditimbang kemudian dicampur dengan 40% garam dan 50% tawas,
sebelum dicampur diaduk hingga merata. Penggaraman dilakukan sedemikian
rupa sehingga ubur-ubur terletak diantara dua lapisan campuran garam dan
tawas dan lapisan atas harus tertutupi oleh garam.
-          Campuran ditutup dengan lembaran papan dan diberi pemberat secukupnya,
sehingga ubur-ubur terendam dalam cairan yang terbentuk, lalu tong ditutup.
Lama penggaraman pendahuluan yaitu sekitar 2 x 24 jam.
-          Keesokan harinya bagian atas susunan lapisan dipindahkan ke bawah
( dibalik).
Ikan cepat menjadi busuk dan rusak apabila dibiarkan di udara terbuka (kurang
lebih 5 – 8 jam setelah tertangkap). Penyebabnya karena semua proses
pembusukan memerlukan air, smentara itu 80% dari tubuh ikan terdiri dari air.
Cara pengawetan ikan yang paling mudah adalah pengeringan.

      5.      PEMBUATAN CHITIN DAN CHITOSAN


Khitin adalah senyawa penyusun rangka atau dikenal sebagai asetil glukosamin
yang berikatan 1,4 beta, yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengeras
dan pengental.
Khitosan adalah khitin yang telah mengalami proses deasetilasi, yang dapat
digunakan sebagai bahan pengisi, pengemulsi untuk kosmetik dan obat.
Keduanya berguna sebagai bahan baku untuk produksi pembuatan lensa kontak
(soft lens).
Chitin dan Chitosan merupakan produk turunan dari kulit dan kepala udang atau
kepiting dan dari family Chrustacea lainnya.
Cara membuat Chitin dan Chitosan
-          Bahan : - Kepala dan kulit udang              (40 kg)
-  NaOH 98%                              (70kg)
-  HCL      98%                           (10 liter)
-       Cara Membuat
1). Chitin / Khitin
- cuci bersih limbah udang (kepala dan kulit) yang akan digunakan
- Potong kecil-kecil (ukuran 1 cm)
- Rebus dan tiriskan. Air rebusan dapat diolah menjadi petis udang
- Jemur limbah tersebut dan kemudian digiling (40-60 mesh)
- Masukan ke dalam larutan HCL 1,25 N dengan perbandingan 1:8 kemudian
panaskan selama 1 jam pada suhu 90o C
- Cuci sampai bersih padatan yang tersisa hingga PH-nya netral
- Campur padatan yang telah netral dengan NaOH 35% perbandingan 1:5
kemudian panaskan selama 1 jam pada suhu 90o C
- Setelah dingin, padatan dicuci hingga PH-nya netral
- Keringkan dengan oven (80o C) selama 24 jam atau dijemur di bawah terik
matahari hingga kering
- Kemas padatan ke dalam plastic, padatan tersebut yang kita namakan
dengan chitin, proses pembuatan chitin telah selesai.
2). Chitosan / Khitosan
- Campur chitin yang sudah kering dengan NaOH 60% kemudian panaskan
selama 90 menit dengan suhu 140o C. (Chitin : NaOH = 1 : 10)
- pisahkan chitin dan larutan dengan disaring kemudian padatan yang
diperoleh dicuci hingga PH netral
- Keringkan padatan dengan oven (70o C) selama 24 jam
- Kemas padatan ke dalam plastic, padatan tersebut yang kita namakan
dengan chitosan, proses pembuatan chitosan telah selesai.

   
Hasil Samping Peternakan
yang Bisa Kamu Jadikan Produk Bernilai Ekonomis
Peternakan adalah salah satu sektor yang banyak menyumbang terhadap ketersediaan pangan.
Kebutuhan protein hewani konsumen dipenuhi melalui sektor peternakan.

Kebutuhan akan daging sapi di Indonesia selalu saja dianggap kurang. Sehingga selalu
melakukan impor. Sebenarnya kebutuhan protein hewani bisa didapat dari produk peternakan
yang lain.

Produk utama peternakan tidak hanya daging, ada juga susu dan telur. Daging juga berbagai
macam, bisa daging ayam, kambing, kerbau, unta dan lain lain. Alternatif untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani.

Namun apakah kamu tahu sebenarnya peternakan juga punya produk lainnya? Produk yang
disebutkan di atas adalah produk utama dari peternakan. Produk lainnya biasa disebut dengan
hasil samping.

Meskipun dibilang hasil samping ketika diolah dengan benar maka bisa menjadi sebuah
produk bernilai jual tinggi. Kebanyakan hasil samping ini akan menjadi limbah yang
merugikan bila tidak diolah dengan benar.

Bulu

Kalau bulu pasti kamu berpikir langsung ke shuttlecock untuk badminton. Tidak salah juga
namun untuk shuttlecock bulunya didapat dari peternakan yang memang sengaja produksinya
berupa bulu.
Jadi belum bisa dikatakan produk sampingan. Bulu yang diolah dengan benar bisa dijadikan
pakan ternak. Pengolahan bulu menjadi tepung bulu melalui proses tertentu.

Kadar protein kasar yang cukup tinggi membuat para peneliti tertarik mengolah bulu menjadi
bahan pakan untuk ternak. Namun bulu dan rambut merupakan protein yang sulit dicerna,
diperlukan pengolahan yang tepat agar kualitas pakan bagus.
Tulang

Tulang sebenarnya termasuk dalam kategori hasil samping. Namun dengan kreatifitas
manusia, tulang bisa dijadikan bahan masakan. Biasanya digunakan untuk membuat kaldu
atau kuah sup. Menambah cita rasa tertentu pada makanan.

Selain dibuat produk pangan untuk manusia, tulang seringkali dibuat menjadi produk pakan
ternak yaitu MBM. Mungkin buat kamu yang tidak berkecimpung dalam dunia peternakan
jarang mendengar istilah MBM.

MBM adalah Meat bone meal atau lebih dikenal dengan tepung tulang. Tepung tulang
bertujuan meningkatkan kandung mineral seperti kalsium dalam pakan ternak.
Kulit

Kalau untuk kulit mungkin kamu sudah banyak tahu produk apakah biasa dibuat dari kulit
ini. Kulit ayam bisa dibuat untuk pelengkap dalam sate, karena kulit mengeluarkan minyak
yang banyak, membuat sate menjadi lebih enak.

Kulit kambing, sapi dan kerbau biasa dibuat untuk menjadi alat musik pukul. Misalnya bedug
yang biasa digunakan di masjid. Namun untuk sekarang penggunaan kulit untuk membuat
bedug sudah jarang.
Kulit ternak lebih banyak masuk ke perusahaan makanan pembuat kerupuk kulit. Rasanya
yang gurih dan renyah membuat kerupuk kulit sangat disukai dan pembuat kerupuk kulit
bermunculan.

Kotoran Ternak

Jijik, kotor dan bau yang tidak sedap, itulah yang muncul ketika mendengar kata kotoran
ternak. Kotoran ternak memang merupakan hasil samping dari sektor peternakan yang sangat
merepotkan dan tingkat polusi paling besar.

Namun dari kotoran ini bisa didapat keuntungan yang sangat besar bil diolah dengan benar.
Lalu produk apa sajakah yang dihasilkan dari kotoran ternak?

Ada biogas yang dibuat dengan memfermentasikan kotoran ternak sapi dan kerbau
menggunakan bakteri metanogenik atau bakteri yang menguraikan kotoran dan menghasilkan
gas metana.

Bisa juga dijadikan sebagai pupuk untuk tanaman, tentunya dengan proses yang benar. Bisa
langsung diberikan ke tanah namun akan lebih lama bagi tanaman untuk menyerapnya,
berbeda dengan pupuk yang sudah di olah.

Kotoran unggas bisa dijadikan pakan untuk ternak sapi dengan fermentasi menggunakan
bakteri khusus. Kotoran unggas masing mengandung banyak protein yang dibutuhkan oleh
ternak sapi.

Anda mungkin juga menyukai