PENGEMASAN DAN BRANDING, STUDI KASUS: OLAHAN IKAN ASIN POKLAHSAR JAYA
BAROKAH PULAU PASARAN, TELUK BETUNG, BANDAR LAMPUNG
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan
dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan
yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk
jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Ikan sebagai
bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino
essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,
dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna oleh konsumen (Adawyah,
2007).
Salah satu sentra pengolahan ikan asin yang sedang berkembang berskala rumah
tangga di Lampung berada di Pulau Pasaran. Pulau Pasaran luasnya hanya sekitar 12
hektar. Secara administratif kawasan masuk di wilayah kecamatan Teluk Betung
Barat, Kota Bandar lampung. Usaha pengolahan berskala rumah tangga tersebut
kemudian membentuk Kelompok-kelompok Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan atau disebut Poklahsar. Salah satu Poklahsar tersebut adalah Kelompok
Jaya Barokah yang bergerak dibidang pengolahan ikan asin. Poklahsar Jaya barokah
berdiri pada tahun 2011, dengan terdiri dari 3 pengurus dan 7 anggota kelompok.
Adanya kegiatan usaha pengolahan dalam kelompok Poklahsar seperti ini, akan
memberikan keuntungan lebih bagi anggota kelompok, jika dibandingkan dengan
hanya menjual hasil perikanan tangkap atau tanpa adanya proses pengolahan
terlebih dahulu. Dimana ikan memiliki sifat yang sangat mudah busuk disebabkan
kandungan airnya yang sangat tinggi (70-80%) sehingga perlu penanganan yang baik
setelah ditangkap/panen sehingga bakteri dapat tumbuh dengan mudah (Naiu, A.S.,
2018 ).
Tetapi seiring dengan berjalan waktu, Poklahsar Barokah Jaya dihadapkan pada
berbagai masalah yaitu mulai dari produksi dan pasca produksi, mutu ikan asin yang
dihasilkan dan Pemasarannya. Kemudian dalam peningkatan nilai tambah produk
olahan hasil perikanan melalui perbaikan kemasan yang diusulkan diharapkan dapat
mewujudkan beberapa perubahan antara lain Meningkatkan pendapatan pengolah,
Memperpanjang masa simpan produk, Menambah estetika produk, Perluasan pasar
(Ningsih Trisna. 2017).
Berdasarkan paparan di atas maka perlu adanya identifikasi permasalahan-
permasalahan yang timbul dan memberikan solusi menghadapi permasalahan
tersebut. Dengan harapan produk olahan hasil perikanan dapat meningkatkan citra
produk melalui Teknologi pengemasan dan Branding serta memajukan pendapatan
dan kesejahteraan para anggota kelompok Jaya Barokah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
a. Identifikasi permasalahan dan solusi pada produksi dan pasca-produksi ikan asin
layur pada Poklahsar Jaya Barokah Pulau Pasaran
b. Identifikasi Permasalahan dan solusi yang berkaitan mutu produk ikan asin layur
pada Poklahsar Jaya Barokah Pulau Pasaran
c. Identifikasi Permasalahan dan solusi dalam pemasaran ikan asin layur pada
Pokhlasar Poklahsar Jaya Barokah Pulau Pasaran
d. Rekomendasi untuk Poklahsar Jaya Barokah yang berkaitan dengan peningkatan
citra produk ikan asin layur melalui teknologi pengemasan, branding dan metode
pemasaran
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Bagi mahasiswa adalah sebagai pemenuhan tugas 2 mata kuliah Pengolahan Hasil
Perikanan, Program Studi Magister Ilmu Kelautan, Universitas Terbuka;
b. Bagi pembaca adalah sebagai sumber data dan informasi untuk menambah
pengetahuan tentang permasalahan dan solusi yang dialami oleh Poklahsar Jaya
Barokah Kotaagung Pulau Pasaran berkaitan tentang produk olahan ikan asin
layur
c. Bagi Pemerintah maupun pihak terkait adalah sebagai sumber referensi kondisi
lapangan di Poklahsar Jaya Barokah Pulau Pasaran dan bisa menjadi dasar
pengambilan kebijakan dalam menyelesaikan permasalahan yang di alami oleh
para pelaku usaha khususnya pengolah ikan asin.
2. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Produksi dan Pasca Produksi Ikan Asin Layur
Permasalahan
Produksi :
- Pasokan ikan teri tersendat dikarenakan musim hujan dan Pengeringan ikan asin
terkendala musim hujan, ikan asin tidak cepat kering membutuhkan waktu lama
- Garam yang digunakan merupakan garam krosok dimana mengandung unsur-
unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat
menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.
- Ikan yang berukuran besar tidak dibelah tengah. Karena mempengaruhi proses
pengasinan akan membutuhkan waktu yang semakin lama dan garam yang lebih
banyak.
- Kurang menjaga sanitasi dimana tempat pengolahan tidak higienis, mulai dari
kebersihan pengolah dan tempat, para-para penjemuran ikan, bak atau wadah
perebusan ikan, sampai pada tempat perendaman ikan.
- Tidak ada saluran pengolah limbah buangan sisa pencucian ikan, hanya dibuang
disekitar tempat pengolahan
Pasca Produksi :
- Pada saat pasca produksi, ikan asin dikemas hanya di dalam keranjang tanpa
berlapis plastik atau karton kemudian langsung dijual, sehingga bisa menurunkan
mutu ikan asin karena terkontaminasi bakteri
- Pada saat pengemasan tidak menjaga kebersihan tangan atau tidak menggunakan
sarung tangan
- Lokasi pengemasan tidak tersendiri tetapi langsung pada saat setelah penjemuran
dilokasi para-para penjemuran ikan
Solusi
Produksi :
- Jika pasokan bahan baku tersendat saat musim hujan sebaiknya mencari pasokan
dari daerah lain sebagai alternatif, dan melakukan penyimpanan ikan di cold
storage jika ikan sedang banyak
- Penggunaan alat pengering inovasi yang sudah banyak digunakan seperti
Penggunaan Panel Surya dan alat tambahan seperti fan atau blower diperlukan
untuk mengalirkan udara pengering ke produk yang dikeringkan (konveksi paksa)
dan sensor suhu sebagai pengontrol suhu ( Mukkun dan Dana, 2016 )
- Sebaiknya menggunakan garam yang sesuai dengan standar mutu garam konsumsi
dimana kadar Nacl sebesar 94,7 % - 97,1 % (Pusat Standarisasi Industri, 1994)
- Sebaiknya ikan-ikan besar yang besar dibelah tengah, atau diiris tipis sebelum
diasinkan, agar proses pengeringan lebih cepat dan garam terserap dengan baik
- Menerapkan SSOP ( Standar Sanitation Operational Procedur ) kondisi sanitasi
tempat pengolahan agar prosedur yang dihasilkan aman berhubungan dengan
semua sarana pengolahan ( Peralatan ), sarana kebersihan, personil dan
lingkungan di Unit Pengolah Ikan
Pasca Produksi :
- Sebaiknya ikan asin dikemas dengan baik menggunakan plastik dan ditimbang
sesuai permintaan. Ini untuk mencegah kontaminasi dan meminimalisir
penurunan mutu ikan asin.
- Menerapkan ketentuan-ketentuan dalam SSOP salah satunya yaitu pekerja
menggunakan sarung tangan serta pakaian luar yang bersih
- Sebaiknya tempat pengemasan jauh dari tempat produksi ( tempat penjemuran
ikan ), dimana terlindung dari debu dan kontaminasi.
Solusi
Adapun solusi dari permasalahan mutu ikan asin jaya barokah adalah :
- Agar kadar air berkurang maka perlu dilakukan pengeringan yang lebih lama,
pemotongan bagian ikan lebih tipis atau dibelah dua agar cepat kering
- Menggunakan teknologi pengeringan oven dengan blower, yang dimodifikasi
disambungkan ke panel surya dengan menggunakan arus dari baterai. Oven panel
surya ini dapat mengefisiensikan waktu pengeringan dari ±180 menit menjadi ±90
menit dengan kualitas ikan yang terbaik ( Mashuri, et al. 2021)
- Menurut Buckle, (1987), faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kadar air dan
ALT pada ikan asin yaitu dipengaruhi oleh udara, air, tanah, dan debu. Ikan yang
dijual biasanya disimpan dan diletakkan terbuka tanpa kemasan sehingga garam
mempunyai sifat higroskopis menyerap air dalam udara di lingkungan. Untuk itu
perlu dilakukan pengemasan meminimalisir kontaminasi ikan asin agar mutu ikan
asin terjaga.
2.3 Pemasaran
Permasalahan
Di saat pandemi Covid-19 terjadi permasalahan dalam pemasaran ikan asin di pulau
pasaran pada pengiriman barang ke luar pulau Sumatera seperti Jakarta, Cianjur dan
Bandung mengalami kendala karena diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB).
Solusi
Sementara melakukan pemasaran di sekitaran lokal ( Lampung ) dan mencari
alternatif lokasi pemasaran di daerah yang tidak berdampak PSBB dengan
membangun kemitraan.
Selain sebagai identitas sebuah produk, Pelabelan / Branding mempunyai fungsi lain
yaitu sebagai cerminan inovasi produk, menunjukkan bahwa produk tersebut dikelola
dengan baik dan professional sehingga akan menumbuhkan kepercayaan konsumen
pada produk/merek. Kaitannya dengan pemasaran, kemasan juga memegang
peranan penting sebagai daya tarik bagi konsumen, sehingga akan meningkatkan
citra produk. Berikut ini merupakan contoh rekomendasi label / branding pada
kemasan :
3. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama
pada saat produksi dan pasca produksi adalah pasokan bahan baku, kurangnya
menjaga sanitasi peralatan dan lingkungan serta penggunaan garam yang tidak sesuai
standar. Kemudian permasalahan pada mutu ikan asin yaitu mutu sensori bernilai 5,
kadar air masih tinggi ( 41-59 % ) dan Angka Lempeng Total nilainya sangat tinggi
yaitu 3,1 x 105. Dari permasalahan tersebut solusinya yaitu saling terkait dimana
perlu pengetahuan tingkat penerapan kelayakan dasar (GMP, SSOP). Dengan
penerapan GMP dan SSOP tersebut diharapkan pengolah ikan asin kering dapat
memberikan jaminan untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman di
konsumsi yang sesuai syarat SNI.
Sedangkan pada pemasaran mengalami kendala karena diterapkan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) pada daerah tujuan pengiriman, dengan solusinya
melakukan pemasaran di sekitaran lokal ( Lampung ) dan mencari alternatif lokasi
pemasaran di daerah yang tidak berdampak PSBB dengan membangun kemitraan
serta memanfaatkan sosial media pada marketplace, facebook dan instagram.
Untuk rekomendasi teknologi pengemasan sebaiknya menggunakan plastik bahan PE
dan diberi label / brand. Karena selain sebagai identitas sebuah produk, branding
juga memiliki fungsi sebagai daya tarik bagi konsumen, sehingga akan meningkatkan
citra produk khususnya produk olahan ikan asin.
4. SARAN
Perlunya komitmen para pelaku pengolah ikan bahwa dengan meningkatkan
higienitas dan mutu kemasan adalah cerminan adanya inovasi produk. Kemasan yang
berkualitas merupakan investasi dalam membangun citra brand yang pada gilirannya
dapat menjadi faktor peningkat daya saing produk di pasaran.
5. DAFTAR PUSTAKA
Mashuri, et al. (2021). Pengeringan Ikan Asin dengan Panel Surya di Pulau Pasaran Kota
Bandar Lampung. TeknoKreatif: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, [S.l.], v.
1, n. 1, p. 15-20. ISSN 2807-1751.
Mukkun, Y. Dana, S. ( 2016 ). Pembuatan Alat Pengering Ikan Ramah Lingkungan Dengan
Menggunakan Panel Surya. Jurnal Ilmiah FLASH Volume 2. Nomor 2.Naiu, A.S.
(2018).
Ningsih Trisna. (2017). Peningkatan Nilai Tambah Produk Olahan Hasil Perikanan Melalui
Perbaikan Kemasan. Laporan Proyek Perubahan Instansional Diklat
Kepemimpinan Tingkat III Angkatan XI. Halaman 21
O, Nawansih, et al .(2017). Uji Mutu Dan Keamanan Ikan Asin Kering (Teri Dan Sepat) Di
Pasar Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung. Halaman 4-7.