(MAKALAH)
Oleh
21742006
JURUSAN PETERNAKAN
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Tambak atau kolam adalah tempat untuk membudidayakan ikan ataupun hewan
yang hidup di air. Salah satu contohnya adalah udang, dengan adanya tambak untuk
berbudidaya maka nelayan tidak perlu untuk mengarungi lautan, dengan
memanfaatkan lahan kosong maka tambak udangpun dapat dibuat. Salah satu
contoh jenis udang yang dapat dipelihara pada kolam atau tambak adalah jenis
udang putih ( Litopeneaus Vanamei ). Pada usaha budidaya tambak udang ada
faktor yang perlu di perhatikan salah satunya yaitu, Derajat Keasaman (pH). Derajat
keasaman air (pH) merupakan salah satu foktor penting yang perlu di perhatikan
dalam berbudidaya udang, jika pH perairan tambak tidak stabil maka dapat
mempengaruhi perkembangan udang. Besarnya pH air yang optimal untuk
kehidupan udang adalah 7 – 8 (netral), karena pada kisaran tersebut menunjukkan
keseimbangan yang optimal antara oksigen dan karbondioksida serta berbagai
mikroorganisme yang merugikan sulit berkembang. Di Indonesia udang vaname
dibudidayakan di 15 (lima belas) daerah provinsi, termasuk di Provinsi Jawa Timur,
share produksi udang vaname terbesar di Indonesia disumbang oleh Provinsi
Lampung, yaitu mencapai sekitar 19,43%. Selanjutnya nomor dua disumbang oleh
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan share produksi sekitar 18,89%.
Menurut Kharisma (2012:2) , rata-rata udang vaname memiliki kontribusi (share)
dan volume ekspor mencapai sekitar 85%. Udang vaname memiliki karakteristik
spesifik, seperti mampu hidup pada kisaran salinitas yang luas, mampu beradaptasi
dengan lingkungan bersuhu rendah, dan memiliki tingkat keberlangsungan hidup
yang tinggi.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui rancangan serta sarana dan prasarana
yang diperlukkan dalam membuat suatu tambak udang
BAB II
PEMBAHASAN
Teknis budidaya
Pemilihan lokasi
Konstruksi tambak (kemiringan, pematang, tanggul, saluran, dan tata letak)
Sarana prasarana
Sistem budidaya yang digunakan, mulai dari persiapan tambak sampai
manajemen pasca panen.
Teknis budidaya
Seleksi benur dari pembenihan yang baik dengan ciri- ciri benur yang baik
merupakan: Dimensi seragam, organ badan lengkap serta tidak cacat,Wujud badan
ramping memanjang,Corak badan jernih dan bersih dari kotoran serta lumut,
Pergerakannya lincah serta aktif Sehabis benur datang di posisi tambak wajib
diaklimatisasi dulu buat membiasakan temperatur air serta alkalinitas air. Perihal
ini bertujuan buat menjauhi stress benur serta tingkatkan angka kelulusan hidup
benur.Padat tebar benur berkisar antara 100- 125 ekor/ M².
Manajemen air ini berkaitan dengan volume serta mutu air tambak.Ketinggian
air tambak dipertahankan sedemikian rupa serta cuma butuh ditambah sebab
terdapatnya penguapan ataupun kebocoran. Mutu air meliputi temperatur, salinitas,
pH air, isi oksigen terlarut, kandungan ammonia serta kecerahan,Temperatur air
maksimal buat budidaya udang 28°– 30°C,Pada temperatur besar hendak
tingkatkan keasaman serta respon NH₃ di air.Keasaman air( pH) yang dikehendaki
7, 5– 8, 5. Kandungan garam ataupun salinitas yang dibutuhkan buat perkembangan
udan usia 1– 2 bulan berkisar 15– 25 ppt, Sehabis usia lebih dari 2 bulan kandungan
garam dalam air 5– 30 ppt. Isi oksigen terlarut berkisar 4- 6 ppm, Upaya buat
tingkatkan kandungan oksigen terlarut dengan memakai kincir air sebanyak 4– 6
kincir tiap 0, 25 hektar, Pemakaian kincir serta aplikasi SOC GDM 6 liter/ hektar
seminggu sekali bisa merendahkan kandungan ammonia dalam air sebab sisa pakan
berlebih serta hasil sekresi udang bisa dijabarkan oleh bakteri- bakteri SOC GDM,
Ammonia bisa berasal dari sekresi udang ataupun sisa bahan organic di
air.Ammonia ini berikutnya hendak dioksidasi dalam proses nitrifikasi. Nitrit
sangat beresiko untuk udang sebab pengaruhi transport oksigen dalam darah serta
mengganggu jaringan.Kandungan nitrit 6, 4 ppm bisa membatasi perkembangan
udang hingga 50%. Selain itu perlu di perhatikan Kecerahan air tambak berkisar
antara 25– 45 centimeter secchi disc.
Panen
Terakhir adalah tahap panen, yaitu proses memetik hasil dari budidaya vaname
yang telah anda lakukan. Tahap panen dibagi menjadi empat, yaitu panen secara
keseluruhan (panen total), panen sebagian (panen parsial), panen abnormal, dan
panen emergency. Panen normal dilakukan jika abw udang vaname mencapai lebih
dari 14 gram. Panen parsial biasanya dilakukan ketika kapasitas tambak telah
mencapai batas maksimal. Sementara panen abnormal dan panen emergency
dilakukan ketika terjadi hal-hal tertentu saat budidaya, misalnya angka kematian
yang tinggi.
Pemilihan lokasi
Dalam memulai usaha budidaya tambak udang sebenarnya tidak hanya
pemilihan lokasi yang harus Anda perhatikan. Namun juga bagaimana desain kolam
tambak yang baik dan memikirkan
juga tentang konstruksi tambak yang benar.
Tapi kalau Anda bisa memilih lokasi tambak budidaya udang dengan benar, maka
potensi untuk menghabiskan biaya produksi yang lebih besar akan berkurang.Jadi
penting sekali untuk teliti dan hati-hati dalam menentukan lokasi tambak budidaya
udang.Pada dasarnya pemilihan lokasi budidaya tambak udang harus dibangun
dengan kemampuan, untuk bisa mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan
terhadap lingkungan alam dan sosial. Oleh karena itu, ada beberapa persyaratan
yang harus Anda perhatikan ketika akan memilih lokasi tambak budidaya udang :
Memilih lokasi yang memiliki suplai/sumber air yang cukup.
Menghindari daerah lokasi tambak yang kualitas airnya fluktuatif.
Memilih lokasi yang berpotensi memiliki keberlanjutan budidaya untuk
jangka waktu yang lama.
Memilih lokasi yang terintegrasi dengan komunitas sekitar.
Calon lokasi tambak harus bisa dibangun dengan tidak menimbulkan efek
negatif bagi alam.
Setelah memperhatikan syarat-syarat di atas, Anda juga wajib mempelajari
aturan tertulis yang ada dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia nomor 75, berikut ini:
Terletak di daerah pantai dengan fluktuasi pasang-surut air 2-3 meter.
Terhindar dari banjir.
Jenis tanah bertekstur lumpur liat atau lumpur berpasir, dengan kandungan
pasir kurang dari 20%.
Mempunyai sumber air tawar dengan kapasitas yang besar.
Jauh dari limbah pencemaran limbah beracun dan berbahaya.
Lokasi tambak sebaiknya berjarak 50-150 meter dari bibir pantai.
Mempertimbangkan fungsi konservasi dan meminimalisir gangguan
terhadap lingkungan sekitar.
Lokasi tambak harus tersedia prasarana transportasi dan komunikasi yang
memadai.
Di sekitar lokasi harus memiliki green belt sebagai daerah penyangga
berupa hutan bakau.
KESIMPULAN