Kelompok 3
Muhammad Soleh 05051181924006
Ingka Selviana 05051181924012
Dyah Ayu Banowati 05051281924025
M. Azhari 05051281924062
Ainun Mardhiyyah 05051281924070
Arafsanjani Arif 05051381924054
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
Pengendalian kondisi lingkungan budidaya agar tetap stabil dan optimal bagi
organisme perairan termasuk ikan sebagai hewan budidaya menjadi sangat perlu
dilakukan. Sehingga secara khusus pengelolahan dan air sebagai tempat budidaya
perlu dilakukan, sehingga banyak manajemen kualitas air yang dilakukan baik
secara fisika, kimia, dan biologi. Kapur dolomit [CaMg(CO3)2] merupakan
material kapur yang biasa digunakan dalam pertanian untuk mengurangi
kemasaman tanah serta menambah unsur kalsium dan magnesium sebagai unsur
hara tanaman. Jumlah kapur yang ditambahkan pada lahan potensial berkisar 5
ton/ha, sedangkan pada lahan sulfat masam 10 ton/ha. Penggunaan kapur dolomit
9 ton/ha setara CaCO3 pada dasar kolam rawa lebak sudah mampu meningkatkan
pH air maksimal 7,7 hingga hari ke 25. Sedangkan untuk pertumbuhan bobot
mutlak tertinggi diperoleh pada pemberian kapur dolomit dengan dosis 15 ton/ha
yang menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak 9,55 g, namun tidak berbeda nyata
dengan pemberian kapur dolomit dengan dosis 12 ton/ha. Penggunaan kapur
dolomit 12 ton/ha setara CaCO3 pada dasar kolam sulfat masam menghasilkan
pertumbuhan panjang mutlak sebesar 3,5 cm, bobot mutlak 7,91 g, kelangsungan
hidup 96,6%, efisiensi pakan sebesar 106,77% dan meningkatkan pH dari 2,85
menjadi 6,77 (Ummari, 2017).
Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo
Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Jenis ikan lele jawa
(Clarias Batrachus) juga dalam tingkatan produktifitasnya sangat tinggi yang
sudah dibudidayakan secara luas di negara Indonesia ini. Lele mempunyai alat
pernapasan tambahan yang disebut arborecent organ, yaitu alat pernapasan
tambahan yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah, yang terletak di bagian
atas lengkung insang kedua dan ketiga, serta berbentuk mirip dengan pohon atau
bunga-bunga. Oleh karena itu, lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara
dengan cara menyembul ke permukaan air. Kualitas air yang dianggap baik untuk
kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30°C, akan tetapi suhu
optimalnya adalah 27°C, kandungan oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3
sebesar 0.05 ppm. Faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele
yang perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan
kualitas air. (Khairuman dan Amri, 2002).
2 Universitas Sriwijaya
3
1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum mata kuliah Manajemen Kualitas Air ini
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai materi yang diperoleh pada
perkuliahan
2. Memberikan pengalaman lapangan sehingga dapat meningkatkan wawasan
mahasiswa dalam bidang manajemen kualitas air
1.3. Manfaat
Manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah mahasiswa memperoleh
pengalaman lapangan untuk memperkuat teori yang diperoleh pada perkuliahan
sehingga mereka bisa mempraktikkan tahap-tahap pengelolaan kualitas air.
3 Universitas Sriwijaya
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4 Universitas Sriwijaya
5
5 Universitas Sriwijaya
6
mengurangi resiko ikan dapat terserang oleh penyakit dan ikan dapat bertahan
hidup (Khairuman dan Amri, 2012).
2.3. Lahan Rawa
Lahan rawa merupakan salah satu ekosistem yang sangat potensial untuk
pengembangan pertanian. Luas lahan ini, diperkirakan sekitar 33,4 juta ha, yang
terdiri atas lahan pasang surut sekitar 20 juta ha dan rawa lebak 13 juta ha. Namun
demikian, ekosistem rawa, secara alami bersifat rapuh oleh sebab itu dalam
memanfaatkan lahan rawa dengan produktivitas optimal dan berkelanjutan,
diperlukan teknologi pengelolaan lahan yang tepat dan terpadu. Lahan rawa
sebenarnya merupakan lahan yang menempati posisi peralihan di antara sistem
daratan dan sistem perairan, yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri,
antara wilayah lahan kering dan sungai atau danau. Karena menempati posisi
peralihan antara perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun, atau dalam
beberapa bulan tergenang dangkal, selalu jenuh air, atau mempunyai air tanah
dangkal. Dalam kondisi alami, sebelum dibuka untuk lahan pertanian, lahan rawa
ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis rumputan (reeds, sedges,
dan rushes), vegetasi semak maupun hutan, tanahnya jenuh air atau mempunyai
permukaan air tanah dangkal, atau bahkan tergenang dangkal (Pratiwi et al.,
2010).
Lahan rawa yang berada di daratan dan menempati posisi peralihan antara
sungai atau danau dan tanah darat ditemukan di depresi, dan cekungan-cekungan
di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-sungai besar, dan
di wilayah pinggiran danau. Mereka tersebar di dataran rendah, dataran
berketinggian sedang dan dataran tinggi. Lahan rawa yang tersebar di dataran
berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit dan terdapat setempat-
setempat. Lahan rawa yang terdapat di dataran rendah, baik yang menempati
dataran banjir sungai maupun yang menempati wilayah dataran pantai, khususnya
di sekitar muara sungai-sungai besar dan pulau-pulau deltanya adalah yang
dominan. Pada kedua wilayah terakhir ini, karena posisinya bersambungan
dengan laut terbuka, pengaruh pasang surut laut sangat dominan. Di bagian muara
sungai dekat laut, pengaruh pasang surut sangat dominan, dan ke arah hulu atau
daratan, pengaruhnya semakin berkurang sejalan dengan semakin jauhnya jarak
6 Universitas Sriwijaya
7
dari laut. Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang
penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh
tumbuhan (vegetasi). Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
(Pratiwi et al., 2010).
2.4. Pengapuran
Pengapuran adalah pemberian pemberian kapur untuk meningkatkan pH
tanah yang bereaksi masam menjadi mendekati netral yaitu sekitar ph 6, ph 5-7.
Salah satu faktor penghambat meningkatnya produksi tanaman adalah karena
adanya masalah keasaman tanah. Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk
pada pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah. Untuk mengatasi
keasaman tanah perlu di lakukan usaha pemberian kapur kedalam tanah. Batu
kapur yang terdapat di alam sangat beragam macam atau jenisnya antara
lain kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit
(FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi
kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya. Beberapa yang
sudah di produksi dan mudah tersedia di pasaran adalah jenis dolomit dan kaptan
hanya bedanya kaptan cuma mengandung unsur CA bentuk CACO3 (Khairuman
dan Amri, 2002).
Dolomit merupakan batuan sedimen laut yang terangkat ke permukaan yang
lebih sering di sebut batu gamping yang umum berwarna putih.Sedangkan untuk
keperluan tanah pertanian batu gamping tersebut harus di haluskan terlebih dahulu
serta memiliki unsur campuran CACO3 dan MGO3 dimana kadar caco3 nya lebih
banyak. Pada dasarnya keterjadian dolomit dengan rumus kimianya CaMg(CO3)2
disebabkan proses leaching atauperesapan unsur magnesium dari air laut ke dalam
batu gamping. Proses berubahnya mineral mejadi dolomit disebut dolomitisasi.
Dan ada juga dolomit yang di endapkan dengan tersendiri sbagaievaporit. Dan
secara jenis batuan dolomite merupakan batuan sedimen. Dolomit adalah pupuk
yang memiliki kandungan hara Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) tinggi dan
sangat bermanfaat untuk pengapuran tanah masam dan dan juga srbagai pupuk
bagi tanah dan tanamanyang berfungsi menyuplai unsur Kalsium (CaO) dan
Magnesium (MgO) untuk kebutuhan tanaman. Manfaat pengapuran adalah untuk
menaikkan pH tanah, menambah unsur–unsur Ca dan Mg, menambah
7 Universitas Sriwijaya
8
ketersediaan unsur-unsur P dan Mo, mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al dan
memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan bintil-
bintil akar. Kebanyakan petani hanya mengetahui fungsi dolomit adalah untuk
menetralkan pH tanah, dengan beberapa manfaatnya sehingga jika kekurangan
kedua hara tersebut akan mengakibatkan beberapaefek bagi tanaman (Khairuman
dan Amri, 2002).
2.5. Pemupukan
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi. Pupuk dapat berfungsi sebagai sumber nutrisi fitoplankton,
pupuk tersebut dapat diuraikan oleh bakteri menjadi bahan-bahan organik untuk
merangsang pertumbuhan fitoplankton. Fitoplankton merupakan produsen atau
sumber daya pakan bagi ikan. Pupuk hayati (biofertilizer) adalah suatu bahan
yang berasal dari jasad hidup, khususnya mikrobia, yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas media tanam dan tanaman. Dalam hal ini
yang dimaksud dengan pupuk hayati cair yaitu berasal dari jasad hidup dan
mengacu pada hasil proses mikrobiologis. Kegiatan pemupukan dalam bidang
perikanan dilakukan untuk membantu media pemeliharaan seperti kolam tanah
dalam menyediakan nutrien secara langsung bagi kesuburan kolam. Nutrien hara
makro yang terkandung dalam pupuk hayati cair adalah N : 0,30%, P : 0,002 %, K
: 0,93 dan C-organik 1,52% ( Pratiwi et al., 2010).
Pupuk terbagi atas 2 jenis, yaitu pupuk kimia dan pupuk organik. Seringkali,
pupuk kimia digunakan secara berlebihan karena dapat menyediakan unsur hara
lebih cepat bagi tanaman. Namun, efek samping yang diberikan kepada tanah dan
lingkungan seringkali dilupakan. Indikator pemupukan kimia yang tidak
seimbang, efisien dan berlanjut seperti tanah sakit karena kesuburan tanah
menurun drastis, produksi menurun hingga pemborosan biaya produksi karena
tanah tidak dapat menyerap unsur hara dari pupuk dengan baik. Pupuk telah lama
dikenal sebagai salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Hal ini terkait dengan fungsi utama pupuk yaitu sebagai penyedia unsur
hara yang dibutuhkan tanaman, yang akan semakin sedikit tersedia di alam karena
diserap tanaman. Kebutuhan unsur hara dan ketersediaannya yang tidak seimbang
di alam, membuat pupuk menjadi solusi atas masalah kecukupan kebutuhan unsur
8 Universitas Sriwijaya
9
hara tanaman yang dibudidayakan. Pupuk hayati ada yang terdiri dari satu jenis
mikroba dan ada juga yang mengandung bermacam-macam jenis mikroba. Salah
satu mikroba aktif yang terdapat dalam pupuk hayati cair adalah Bacillus sp, salah
satu jenis bakteri gram positif berbentuk batangdan pada umumnya bakteri
Bacillus sp dapat ditemukan pada tanah, air, udara dan materi tumbuhan yang
terdekomposisi dan mampu membentuk endospora (Rao, 2013).
2.6. Kualitas air
Air adalah merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya
air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan generasi sekarang maupun
generasi yang akan datang. Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air
meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat dan kualitas air domestik semakin menurun. Air adalah semua air yang
terdapat pada di atas maupun di bawah permukaan tanah termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang dimanfaat di
darat (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001). Pedoman
Penentuan Status Kualitas Air, definisi kualitas Mutu Air adalah tingkat kondisi
kualitas air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber
air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang
ditetapkan (Menteri Negara Lingkungan Hidup No : 115 Tahun 2003).
Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, Sungai, rawa, danau, situ,
waduk, dan muara. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelas air adalah peringkat kualitas
air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Baku
mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang
menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu
9 Universitas Sriwijaya
10
10 Universitas Sriwijaya
11
11 Universitas Sriwijaya
12
bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Salmin, 2000).
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut. Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah
dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya
salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya
proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis.
Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen
terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada
banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung
pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam
keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat
bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen
dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang
kekurangan oksigen terlarut. Kandungan DO minimum adalah 2 ppm dalam
keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun. Kandungan oksigen
terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organism. Idealnya,
kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam
dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa
kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan
biota laut (Salmin, 2000).
Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan
organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya
dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang
dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana
dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka
peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban
pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang
ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan
12 Universitas Sriwijaya
13
pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan
tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme,
sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain
yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Air buangan industri dan limbah sebelum
dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya
(Salmin, 2000).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.2.2. Bahan
Adapun bahan dalam praktikum manajemen kualitas air ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2. Bahan
No Bahan Jumlah
1. Ikan lele 120 ekor
2. Kapur dolomit Secukupnya
13 Universitas Sriwijaya
14
14 Universitas Sriwijaya
15
15 Universitas Sriwijaya
16
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Asfihan. 2021. Amonia adalah : Sifat, Manfaat, Fungsi dan Bahaya Amo
nia. (Online). https://adalah.co.id/amonia/. (Diakses pada tanggal 15 Mei
2021).
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta. Kanasius.
Idris, M. 2013. Diktat Kuliah Manajemen Kualitas Air. Jurursan Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No : 115 Tahun 2003 tentang Pedo
man Penentuan Status Kualitas Air.
Khairuman, K.A. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka : Ja
karta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelola
an Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. PPRI Nomor 82 Tahun
2001 tentang Definisi Kualitas Air.
Pramudyanti, R, I., Purwoko., Pangastuti. 2004. Pengaruh Pengaturan pH de
ngan CaCO3 terhadap Produksi Asam Laktat dari Glukosa oleh Rhizopus
oryzae. Bioteknologi. 1 (1): 19-24.
Pratiwi NTM, Ayu IP dan Frandy YHE. 2010. Keberadaan komunitas plankton di
kolam pemeliharaan larva ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.). Prosiding
Seminar Nasional Limnologi V.
Rana Farassati. 2018. Pemupukan Berimbang Kunci Menjaga Kasuburan Tanah.
(Online). https://agrodite.com/wp-content/uploads/2018/11/Pemupukan-
berimbang-kunci-menjaga-kesuburan-tanah.pdf. (Diakses pada tanggal 15
Mei 2021).
Rao NS. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing Co, New
Delhi.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1. Bandung : Bina
Cipta.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang
(Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI
hal 42 – 46.
Ummari, Z., 2017. Penggunaan Kapur Dolomit [CaMg(CO3)2] pada Dasar
Kolam Tanah Sulfat Masam Untuk Perbaikan Kualitas Air pada
Pemeliharaan Benih Ikan Patin (Pangasius sp.). Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya.
16 Universitas Sriwijaya