Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN


PERAIRAN MENGGENANG

Kelompok 7
Syarifuddin La Dia 05061082227014
Lidya 05061182227005
Nabila Adis Syahfitri 05061182227008
Sangkut Bharata Yudha 05061182227022
Msy. Dera Halimatussa’diyah 05061282227061
Yholanda Bella Fisky 05061282227066
Regi Febriansyah 05061382227072
Anindya Nafiera Putri Syatia 05061382227073
Ruhaini Jiyonowati 05061382227075

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN

Universitas Sriwijaya
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen yang
saling berinteraksi sehingga membentuk suatu kesatuan. Ekosistem air tawar
merupakan ekosistem air yang relatif kecil di muka bumi jika dibandingkan
dengan ekosistem darat dan lautan. Ekosistem air tawar adalah suatu tatanan yang
ada di dalam air tawar dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup di
dalamnya dan lingkungan air tawar itu sendiri. Ekosistem ini disebut juga perairan
darat. Ciri-ciri ekosistem ini antara lain variasi suhu tidak mencolok, penetrasi
cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Secara fisik dan biologis
ekosistem ini merupakan perantaraan ekosistem darat dan laut, yang sering
disebut sebagai perairan air payau (lingkungan estuarin), estuarin merupakan
lingkungan perairan setengah tertutup di pinggiran daratan yang terpengaruh oleh
pasang surut air laut. Jenis tumbuhan yang subur adalah ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Ekosistem air tawar memiliki kepentingan yang sangat berarti dalam kehidupan
manusia karena ekosistem air tawar merupakan sumber paling praktis dan murah
untuk memenuhi kepentingan domestik dan industri (Soendjojo, 2016 ).
Ekosistem air tawar secara umum dapat dibagi 2 yaitu perairan lotik (perairan
berarus) misalnya sungai dan perairan lentik (perairan tenang) misalnya waduk,
rawa, danau. Perairan Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar
yang ada di permukaan bumi. Danau sebagai suatu ekosistem, secara fisik
merupakan suatu tempat yang luasmempunyai air yang tetap, jernih atau beragam
dengan aliran tertentu. Danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang
sepanjang tahun dan mempunyai mutual air tertentu yang beragam dari satu danau
ke danau yang lain serta mempunyai produktivitas biologis yang tinggi.
Ekosistem danau termasuk kedalam habitat udara tawar yang memiliki perairan

Universitas Sriwijaya
cukup tenang yang dipenuhi oleh arus yang sangat lambat sekitar 0,1-1 cm/detik
atau bahkan tidak memiliki arus yang sama sekali. Oleh karena itu waktu tinggal
(waktu tinggal) udara bisa cenderung berlangsung lebih lama (Asriyana, 2012).
Ekosistem perairan tergenang (lentik) terdiri atas zona litoral, limnetik, dan
profundal. Zona litoral merupakan perairan dangkal, umumnya pada tepian
mengarah ke daratan sehingga memungkinkan cahaya matahari menembus hingga
ke dasar perairan. Pada zona ini banyak ditemukan organisme salah satunya yaitu
fitoplankton. Fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas
lingkungan akuatik. Fitoplankton memiliki kemampuan untuk merespon dengan
cepat dinamika lingkungan perairan. Selain itu, sebagai produsen primer di
perairan, fitoplankton berperan sebagai penghasil oksigen dan menjadi makanan
bagi organisme lain. Sebagai produsen primer, fitoplankton menjadi awal dari
jejaring makanan di suatu ekosistem perairan. Fitoplankton juga dapat menjadi
salah satu komponen penentu tingkat pencemaran bahan organik di
perairanterdapat beberapa jenis fitoplankton yang dapat digunakan sebagai
indikator untuk mengetahui kualitas lingkungan perairan. Perubahan dari
kelimpahan dan komposisi fitoplankton menjadi indikasi dinamika berbagai
parameter fisika kimia dan biologi perairan (Nugroho, 2006).

1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur parameter fisika
(warna perairan, kecerahan, tipe substrat, suhu, dan kedalaman), parameter kimia
(pH, DO, COD), parameter biologi (bentos, perifiton, dan plankton).

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perairan Menggenang


Perairan lentik atau menggenang disebut juga perairan tenang yaitu perairan
dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air terakumulasi dalam
periode waktu yang lama, arus tidak menjadi faktor pembatas utama bagi biota
yang hidup didalamnya. Ekosistem perairan tawar (freshwater ecosystem)
diklasifikasikake dalam dua sistem, yaitu sistem lotik atau mengalir (lotic or
flowing system) seperti sungai dan saluran air, dan lentik atau menggenang (lentic
or standing system) misalnya kolam dan danau. Salah satu hal penting yang perlu
dikaji pada perairan menggenang adalah adanya stratifikasi termal. Stratifikasi
termal ini mempunyai pengaruh penting terhadap distribusi organisme dan bahan
kimia lainnya di dalam air. Misalnya, model stratifikasi termal pada danau
menjelaskan bahwa pada musim panas, massa air di lapisan atas danau menjadi
lebih hangat dibandingkan massa air di lapisan bawah danau. Akibatnya hanya air
lapisan permukaan saja yang bersirkulasi atau bergerak dan tidak bercampur
dengan lapisan air yang lebih dingin atau lebih kental di bawahnya. Hal ini
menciptakan suatu daerah dengan gradien suhu yang kuat (Asri, et al., 2023).
Waduk merupakan ekosistem perairan tipis yang sengaja diciptakan oleh
manusia dengan membentuk bendungan di sungai. Berbeda dengan danau, waduk
memiliki kemiringan yang curam di satu sisi dan kemiringan yang landai di sisi
lainnya. Kedalaman waduk bervariasi antara 30-100 m dengan ketinggian air
permukaan berkisar antara 5 hingga 25 meter dan seringnya terjadi pergantian air
karena muara sungai dan saluran keluar yang mirip bendungan. Umumnya waduk
dibuat untuk menjamin ketersediaan air irigasi. Ekosistem air tawar lainnya yang
menggenang adalah rawa. Rawa adalah perairan yang besar, dangkal, dan
tergenang, biasanya terletak di dataran rendah. Ciri-ciri morfologi rawa antara lain
kemiringan lereng yang landai, kedalaman 1-30 meter, fluktuasi air permukaan,

Universitas Sriwijaya
pergantian air yang sangat sering, garis pantai yang lebar, dan kandungan bahan
organik yang tinggi. Bahan organik ini biasanya berasal dari sisa tanaman dengan
konsentrasi sangat tinggi proses penguraiannya lambat (Retnaningdyah, 2019).
2.2. Ikan Gabus
Ikan gabus adalah ikan tawar yang kaya albumin, banyak asumsi dari
masyarakat bahwa daging dari ikan gabus rasanya seperti susu. Adapun klasifikasi
ilmiah ikan gabus, adalah sebagai berikut (Lawang, 2013).
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perceformes
Famili : Channidae
Genus : Ophiocephalus
Spesies : Ophiocephalus striatus
Gambar 2.1. Ikan gabus (channa striata)
Ikan gabus diketahui mengandung Albumin
dan jenis protein lainnya yang sangat penting
bagi kesehatan. Penggunaan ikan gabus untuk
pengobatan telah dilakukan di beberapa daerah.
Di Sulawesi Selatan, ikan gabus dikonsumsi oleh perempuan yang baru
melahirkan. Dengan mengonsumsi ikan gabus, diharapkan perempuan yang
melahirkan cepat sembuh dan menghasilkan ASI (air susu ibu) yang banyak untuk
kebutuhan bayinya. Di daerah Tanah Toraja dan Enrekang, ikan gabus diberikan
sejak dulu kepada anak-anak karena dipercaya dapat meningkatkan kekebalan
tubuh anak- anak. Ikan gabus memiliki kandungan protein yang tinggi yang
diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau menyusui. Angka
Kecukupan Protein (AKP) orang dewasa adalah 0,75 g/kg berat badan, kebutuhan
protein manusia dewasa per hari tidak boleh kurang dari 0,6- 0,7 g protein per
berat kilogram berat badan. Khususnya bagi mereka yang tidak memiliki kelainan
metabolisme. Pada pria dewasa dengan bobot 65 kg dibutuhkan sedikitnya 37- 62
g protein per hari. Pada wanita dewasa dengan bobot 55 kg dibutuhkan sedikitnya
29- 48 g protein per hari. Para peneliti di Asia Tenggara, khususnya Malaysia dan

Universitas Sriwijaya
Indonesia, telah membuktikan bahwa ikan gabus merupakan salah satu ikan
penting bagi kesehatan manusia (Tawali, et al. 2012).
2.3. Hydrilla
Hydrilla adalah tumbuhan Spermatophyta yang hidup di air, sehingga ia
memiliki bentuk adaptasi yang berbeda dengan Spermatophyta darat. Dinding
selnya tebal untuk mencegah osmosis air yang dapat menyebabkan lisisnya sel.
Sel. Hydrilla berbentuk segi empat beraturan yang tersusun seperti batu bata.
Memiliki kloroplas dan klorofil yang terdapat didalamnya. Pada daun hydrilla,
dapat pula diamati proses aliran sitoplasma, yaitu pada bagian sel – sel penyusun
ibu tulang daun yang memanjang di tengah daun. Pada hydrilla juga terdapat
trikoma berfungsi mencegah penguapan yang berlebihan. Tumbuhan ini asli dan
hidup di perairan hangat hingga dingin dari Asia, Afrika, Australia, dan tersebar di
Eropa. Hydrilla berasal dari Afrika dibawa ke AS sebagai tanaman akuarium.
Kemudian tersebar luas di negara-negara selatan Washington, Indiana dan Maine.
Hydrilla kurang toleran dingin hydrilla adalah jenis tanaman air berumur panjang
yang tumbuh di perairan tawar, seperti danau dan sungai. Tanaman ini sering
dianggap gulma air karena bisa tumbuh subur dan menutupi permukaan air
dengan cepat. Hydrilla menjadi masalah dalam ekosistem air yang penggunaan
organisme pemakan hydrilla seperti ikan yang memakan (Artiyani, 2011).
Hydrilla merupakan tumbuhan air yang tidak beracun, teksturnya seragam
dan tidak memiliki lendir. Fungsi hydrilla sebagai bahan pengisi untuk
meminimalisir kerusakan fisik selama pengemasan dan memberikan kelembaban
tinggi selama transportasi. Oleh karena itu, penggunaan hydrilla dimungkinkan
dapat mengurangi kerusakkan fisik dan terbentuknya lendir pada ikan selama
transportasi kering. Tanaman yang mampu mengurangi tingkat racun pada air
Hydrilla verticillata merupakan tanaman yang resisten terhadap lingkungan yang
tercemar, sehingga dilakukannya penelitian dengan menggunakan media tanam
limbah selokan mampu memberikan informasi terhadap kemampuan tanaman
tersebut menetralkan air yang tercemar. Selain dengan menggunakan limbah
selokan pada media tumbuh tanaman juga diberikan natrium. Natrium merupakan
bukan hara esensial, tetapi dengan dosis pemberian yang tepat mampu
menggantikan peran Kalium pada tanaman-tanaman yang kekurangan unsur

Universitas Sriwijaya
kalium hydrilla verticillata mudah dikembangbiakan dan mampu menurunkan
logam secara efektif dalam limbah cair kerajinan (Dulay, 2010).
2.4. Bentos
Bentos sebagai organisme dasar perairan yang memiliki habitat yang relatif
tetap. Dengan sifat yang demikian, perubahanperubahan kualitas air dan substrat
tempat hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kemelimpahannya.
Komposisi maupun kemelimpahan makro invertebrata tergantung kepada
toleransinya terhadap perubahan lingkungan. Setiap komunitas memberikan
respon terhadap perubahan kualitas habitat dengan cara penyesuaian diri pada
struktur komunitas Benthos merupakan organisme yang mendiami dasar perairan
dan tinggal didalam atau di permukaan substrat dasar perairan. Organisme ini
terdiri atas kelompok hewan (zoobenthos) dan tumbuhan (fitobenthos). Hewan
bentos atas tiga golongan yaitu: Makrofauna atau makrozoobentos yang
merupakan 156 kelompok hewan bentos berukuran ≥ 0,5 mm, mesofauna atau
mesozoobentos yang merupakan kelompok hewan bentos berukuran 0,5 – 0,1
mm, mikrofauna atau mikrozoobentos yang merupakan kelompok hewan bentos
berukuran < 0,1 mm. Hewan-hewan bentos adalah organisme yang hidup di dasar
perairan, seperti laut, sungai, dan danau. Ini adalah beberapa contoh. Udang
Berbagai jenis udang, misal udang karang dan udang merah (Effendi,2013).
Komunitas bentos adalah organisme yang hidup di perumkaan maupun di
sedimenperairan. Berdasarkan ukurannya fauna benthos dibagi menjadi
makrofauna (> 0,5 mm), meiofauna (10-500 µm) dan mikroorganisme (< 10 µm)
Ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis biota, di antaranya
biota penempel pada pohon, membenamkan diri dan biota dan tumbuh makrozoo
bentos. indeks keanekaragaman makrozoobenthos cenderung meningkat seiring
kelimpahan serta akan dan bertambahnya umur tanaman mangrove di kawasan
rehabilitas. Kelimpahan makrozoobenthos lebih di pengaruhi oleh keadaan
substrat tanah yaitu tekstur, pH tanah, dan kandungan karbon yang merupakan
dampak dari bertambahnya umur tanaman mangrove Komunitas makrofauna
bentos termasuk gastropoda dapat digunakan sebagai indicator berfungsinya
vegetasi mangrove sebagai penyedia habitat dari suatu struktur komunitas.
Gastropoda dapat berada pada beberapa tingkatan vegetasi mangrove. Kondisi

Universitas Sriwijaya
habitat vegetasi mangrove yang meliputi komposisi dan kerapatan jenisnya akan
menentukan karakteristik fisika, kimia dan biologi perairan (Sujatmiko, 2013).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Adapun kegiatan praktikum kali ini dilaksanakan pada tanggal 2 November
2023 pukul 15.00 WIB. Di Kolam Percobaan Budidaya Perairan sampai degan
selesai , dan laboratorium dasar-dasar perikanan Program studi Budidaya
Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum kali ini adalah
Termometer, pH meter, saringan kecil, botol biasa, botol kaca hitam dan bening,
gosok gigi, sechidisc, bambu, pengaris, plankton net, spidol, tali dan bahan yang
digunakan adalah formalin dan lugol.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
3.3.1. Pengukuran Kecerahan
Pengukuran kecerahan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
3.3.1.1 Ambil tongkat yang telah diberi skala dan diikatkan pada pusat secchi disc
3.3.1.2 Masukkan kedalam perairan dan baca skala pada tongkat tersebut
3.3.1.3 Perhitungan dengan menggunakan
rumus : D = (K1 + K2) / 2
Keterangan:
D : Kedalaman kecerahan air
K1: Kedalaman secchi disc yang masih dapa terlihat
K2 : Kedalaman secchi disc yang tidak dapat terlihat
3.3.2. Pengukuran Temperatur
Pengukuran dengan menggunakan thermometer pada setiap unit
pengamatan persatuan waktu. Thermometer diletakkan +10 cm di bawah

Universitas Sriwijaya
permukaan air dan dilihat skala yang ditunjukkan thermometer tersebut.

3.3.3. Pengukuran Kedalaman


Pengukuran kedalaman dilakukan dengan menggunakan tongkat
kedalaman yang telah diberi skala.
3.3.4. Pengukuran Arus
Pengukuran arus menggunakan botol plastik yang diikat pada tali rapia
sepanjang 1 meter, selanjutnya dengan menggunakan stopwatch, dihitung waktu
bola arus bergerak dari 0 sampai 1 meter.
3.3.5. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH pen atau Kertas pH
(disediakan).
3.3.6. Pengambilan Plankton
Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan plankton
net. Air sampel diambil menggunakan ember 10 liter. Selanjutnya dimasukan
kedalam plankton net yang diberi botol film pada bagian bawahnya. Sampel
yang ada didalam botol film diberi lugol 3-4 tetes. Identifikasi dilakukan
dilaboratorium.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun Hasil dari praktikum Ekologi Perairan dengan materi Air
Menggenang di Danau BDA adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1.1. Hasil Pengamatan Parameter Fisika Danau BDA
Stasiun Warna Kecerahan Total Arus (s) Suhu (T)
Kedalaman
1 Kuning Kecoklatan 131 cm 100 cm 0,025 33,0
2 Kuning Kecoklatan 142 cm 120 cm 0,028 33,2
3 Kuning Kecoklatan 150 cm 154 cm 0,030 33,3

Tabel 4.1.2. Hasil Pengamatan Parameter Kimia Danau BDA


Stasiu Tingkat Keasaman (pH) Keterangan
n
1 4,5 Per 220 ml sampel dalam air
2 4,1 Per 220 ml sampel dalam air
3 4,1 Per 229 ml sampel dalam air

Tabel 4.1.3. Hasil Pengamatan Paramater Biologi Danau BDA


Stasiun Zooplankton Fitoplankton Organisme Lain
1 - - Purun tikus (Eleocharis dulcis)
2 - - Hydrilla (H. verticillata)
3 - - Ikan Gabus (Channa striata)

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Pada praktikum Ekologi Perairan dengan materi Air Menggenang di Danau
BDA kali ini praktikan diminta untuk mengamati organisme yang ada didanau
Budidaya Perairan sesuai dengan stasiun yang ditentukan oleh asisten. Saat berada
di stasiun atau pos 3 akan diukur tingkat kedalamannya dan juga tingkat
kecerahan dengan menggunakan secchi disk dengan cara menenggelamkan secchi
disk secara perlahan lalu menandai jarak secchi disk yang terlihat dan tidak
terlihat. Pada praktikum kali ini kami dapatkan jarak secchi disk terlihatnya
adalah 130 cm serta jarak secchi disk yang tidak terlihat adalah 154 cm. kami
mendapatkan tingkat kecerahan air yang ada di danau BDA bagian kami adalah
142 cm. Pengukuran selanjutnya adalah ke dalaman danau BDA dengan
menggunakan bambu lalu diukur dengan menggunakan penggaris dan di dapatkan
ke dalaman di stasiun 3 sekitar 154 cm dengan kuat arus yang diukur dengan
menggunakan botol didapatkan dalam waktu 0,030 detik. Pengambilan oksigen
terlarut dilakukan di perairan yang masih tenang dengan air yang belum
tercampur dengan substrat yang ada di dasar danau BDA. Suhu rata-rata yang
didapatkan ditiap-tiap stasiun berkisar antara 30-33,3℃. Setiap adanya
peningkatan dari suhu perairan makan akan terjadi penurunan jumlah konsentrasi
oksigen terlarut atau DO yang ada di perairan, begitupun sebaliknya.
Pada danau BDA ternyata banyak terdapat sampel-sampel yang berupa
parameter biologi, misalnya nekton, makrofita, neuston, bentos dan perifiton.
Nekton adalah sejenis organisme akuatik yang bergerak aktif dan lincah untuk
berpindah tempat, nekton yang kami dapatkan adalah anakan ikan gabus yang
sangat aktif dan juga lincah. Selanjutnya makrofita atau tumbuhan air yang
hidupnya mengapung, tenggelam, melayang, dan tumbuh baik di dasar atau
permukaan perairan. Makrofita yang kami temukan adalah hydrilla yang banyak
hidup di pinggiran danau BDA. Neuston atau organisme baik itu flora atau fauna
yang hidup mengapung dipermukaan air, neuston yang kami temukan adalah
hydrilla dan juga serangga air. Selanjutnya ada bentos, bentos merupakan sejenis
hewan yang hidup di dasar perairan, namun di sini kami tidak menjumpai bentos
yang hidup didanau BDA untuk bagian kelompok 7 dan 8. Selain itu ada beberapa
jenis flora yang tumbuh di pinggiran danau BDA yang dapat kami amati.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari Praktikum Ekologi Perairan materi Air
Menggenang di Danau BDA adalah sebagai berikut.
1. Ekosistem air tawar secara umum terbagi menjadi dua yaitu perairan lotik
(berarus) dan perairan lentik (tergenang).
2. Perairan lotik terdiri dari sungai, sedangkan perairan lentik terdiri dari waduk,
rawa dan danau.
3. Pada danau BDA ternyata banyak terdapat sampel-sampel yang berupa
parameter biologi, misalnya nekton, makrofita, neuston, bentos dan perifiton.
4. Makrofita yang kami temukan adalah hydrilla yang banyak hidup di
pinggiran danau Kolam Percobaan Budidaya Perairan serta. kami
mendapatkan tingkat kecerahan air yang ada di danau Kolam Percobaan
Budidaya Perairan bagian kami adalah 142 cm.
5. Kedalaman danau BDA tersebut sekitar 154cm, pH air danaunya bersifat
asam dan kuat arus di danau tersebut adalah 0,030 detik.

5.2. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan pada Praktikum Ekologi Perairan
materi Air Menggenang di Danau BDA adalah sebaiknya praktikan membaca
kembali modul praktikum dam menonton ulang video yang sudah dikirimkan oleh
asisten praktikum hingga menguasai matateri yang ingin dipraktekkan, agar saat
praktikum berlangsung tidak akan terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel
atau kesalahan prosedur kerja.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Artiyani A. 2011. Penurunan kadar N-total dan P-total pada limbah cairan tahu dengan
metode fitoremediasi aliran batch dan kontinyu menggunakan tanaman Hydrilla
verticillata. J. Spectra. 9 (18): 9-14.
Asriyana, Y. 2012. Produktivitas perairan. Bumi Aksara, Jakarta.
Dulay, E.B.C., 2010, Phytoremediation of Cadmium Contaminated Water By Hydrilla.
SLU Research Journal, 41(1): 23–33.
Effendi, Hefni. 2013. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Lawang, T.A. 2013. Pembuatan Dispersi Konsentrat Ikan Gabus (Ophiocephalus
Striatus) Sebagai Makanan Tambahan (Food Supplement). Skripsi. UNHAS:
Makassar.
Nugroho, A. 2006. Bioindikator kualitas air. Universitas Trisakti, Jakarta.
Soendjojo D. 2016. Ekologi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sujatmiko, Bagus. K, & Aunurohim. Studi Distribusi Makrofauna Benthos terdapat
Zonasi Mangrove Pulau Poteran, Madura, Jawa Timur. Jurnal Sains dan itu
Semoga Pomits, 2(1), 1-5.
Tawali, A. B. 2012. Difusi Teknologi Produksi Konsentrat Protein Dari Ikan Gabus
Sebagai Food Supplement Di Jayapura. UNHAS: Makassar.
Whardani., 2017. Model Dinamik Konsentrasi Nutrient di Perairan Estuaria. Jurusan
Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN GAMBAR

Mengukur secchi disk Kedalaman secchi disk Kedalaman secchi disk


terlihat 130 cm tidak terlihat 154 cm

Neustron anggang- Nekton ikan gabus Plankton net


anggang

Sikat bambu untuk Perifiton Makrofita hydrilla


mendapatkan perifiton

Universitas Sriwijaya
Suhu 33,3℃ Arus 0,028 s DO (Disolved Oxygen)

LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS

Nama Praktikan Pembagian Tugas


Ruhaini Jiyonowati BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Sangkut Bharata Yudha 2.1. Perairan Menggenang
Nabila Adis Syahfitri 2.2. Anggang-anggang
Regi Febriansyah 2.3. Hydrilla
Regi Febriansyah 2.4. Bentos
Syarifuddin La Dia BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat
3.2. Alat dan bahan
3.3. Prosedur kerja
Anindya Nafiera Putri Syatia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Msy. Dera Halimatussa’diyah BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Sangkut Bharata Yudha Daftar Pustaka
Yholanda Bella Fisky Lampiran Gambar
Yholanda Bella Fisky Lampiran Pembagian Tugas
Lidya Cover
Lidya Menggabungkan Laporan
Regi Febriansyah Revisi

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai