Anda di halaman 1dari 7

Tugas Review Ekologi Perairan

Kelompok 4

Kelas :A

Prodi : Akuakultur

Mata Kuliah : Ekologi


Perairan

Nama Anggota :
1. Berliana Sevin Arum Pakarti (146221018)

2. Faizul Mahzumi (146221019)

3. Aulia Mahdavikia Syaharani (146221020)

4. Adelia Inas Shafira (146221021)

5. Farah Salsabila Ainiya (146221022)

Hubungan Timbal Balik Chlorophyta dengan


Lingkungan Perairan Lotik

Gambar Chlorophyta

Organisme selalu saling berinteraksi secara timbal balik di sebuah ekosistem


lingkungannya. Ekosistem merupakan sistem dasar yang menyangkut suatu interaksi antar
organisme hidup dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan abiotik (tak
hidup) dan biotik (hidup). Organisme yang saling berinteraksi membentuk hubungan yang saling
mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan
lingkungannya disebut ekologi. Ekosistem merupakan bagian dari ekologi. Kata ekologi berasal
dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat
tinggal, sedangkan logos adalah ilmu atau pengetahuan. Lingkungan dalam suatu ekologi berupa
air, tanah, unsur hara, dan lain-lain.

Kata ekologi pertama kali dikenalkan oleh Ernst Haeckel yang merupakan ahli biologi
Jerman pada tahun 1866. Pakar biologi di abad ke 18 dan 19 juga telah mempelajari lingkup
ekologi ini, salah satunya Anthony van Leeuwenhoek yang menjadi pioner dalam
berkembangnya regulasi populasi dan rantai makanan. Dalam suatu ekosistem komponen biotik
(produsen, konsumen dan pengurai). Interaksi antara beberapa tingkatan trofik membentuk suatu
rantai makanan untuk menyalurkan energi yang biasa dikenal dengan food chains atau tingkatan
trofik (feeding level). Seperti pendapat (Krohne, 2001) bahwa di dalam ekosistem terdapat
interaksi yang sangat kompleks antara food chains yang satu dengan yang lain dikenal sebagai
jaring-jaring makanan atau food web. Secara singkat, lingkup ekologi digambarkan melalui
organisasi kkzehidupan sebagai berikut : Makromolekul->protoplasma->sel->jaringan-
>organtubuh->sistemorgan->organisme->populasi->komunitas->ekosistem->biosfer;

Gambar Ekosistem Sungai

Ekosistem air yang terdapat di daratan secara umum dibagi dua yaitu lentic water atau
perairantenang misalnya danau, rawa dan waduk; dan lotic water atau perairan berarus misalnya
sungai (Barus, 2003). Perairan lotik merupakan perairan yang memiliki arus air dan
kecepatannya tergolong variatif (Muhtadi & Cordova, 2016). Dapat dikatakan bahwa sungai,
parit, dan kanal kondisi perairannya mengalami perubahan atau tidak tetap, karena bergantung
pada musim Menurut Lensun dan Tumembouw (2013), sungai mempunyai sifat terbuka artinya
mudah mendapat pengaruh dari luar, hal ini dapat mempengaruhi komunitas yang hidup di
dalamnya. Ekosistem sungai merupakan habitat bagi biota air yang keberadaannya sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Penurunan kualitas sungai akan berdampak pada status
kesehatan dan kondisi kehidupan biota-biota sungai di dalamnya. Sungai dapat didefinisikan
sebagai tempat- tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air, mulai dari mata air
sampai muara, dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sepadan.
(Nazar, 2019). Kualitas lingkungan perairan yang cocok merupakan salah satu fasilitas yang
memungkinkan makroalga tumbuh dan berkembang dengan baik (Strajhar et al., 2016).
Fitoplankton juga dapat dijadikan sebagai indikator biologis dalam pencemaranair sungai
(Dimenta et al., 2020).

Alga merupakan segolongan organisme autotrof atau heterotrof yang mempunyai organ
dengan ciri perbedaan dan fungsi yang semu. Alga tidak selalu memiliki organ seperti, akar,
batang,daun dan lain sebagainya. Alga sering dianggap di kehidupan sehari-hari biasanya disebut
rumput laut. Alga biasanya tersebar hidup di perairan laut maupun air tawar atau daerah lembab
seperti rawa- rawa, tepi sungai, danau. Chlorophyta atau alga hijau merupakan salah satu dari
kelas alga. Chlorophyta atau alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga dan
termasuk kedalam divisi Chlorophyta. Chlorophyta termasuk dalam kelompok makroalga dengan
akar, batang, dan daun sejati yang disebut dengan talus. Kelas ini disebut alga hijau yang dapat
menghasilkan pigmen klorofil a dan b yang lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofil.
Penyusun hasil asimilasi beberapa amilum sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu
amilosa dan amilopektin (Mudrikah, 2021). Beberapa xanthofil jumlahnya melimpah ketika
organisme tersebut masih muda dan sehat, xanthofil lainnya akan tampak dengan bertambahnya
umur. Pigmen selalu berada dalam plastid ini disebut kloroplas (Awalia, 2017). Chlorophyta
dapat menyerap 2 sprektrum cahaya berwarna biru- hijau (450- 475 nm) dan merah (630-675 nm)
(Arsad et al., 2019). Chlorophyta merupakan kelompok fitoplankton yang mendominasi pada
petak tambak 1 dan 2 sehingga berwarna hijau (Arifin et al., 2018).

Jenis alga di kelas ini adalah kelompok alga yang sangat beragam, mulai dari yang bersel
tunggal, berkoloni, dan bersel banyak. Jenis Alga ini banyak terdapat di danau, kolam, tetapi
banyakjuga yang hidup di laut. Alga ini mencangkup sebanyak 7.000 spesies, keduanya hidup di
darat maupun air. Sejumlah alga hijau tumbuh di laut, tetapi kelompok ini lebih khas untuk alga
air tawar. Alga bertindak sebagai produsen utama dalam ekosistem. Berbagai jenis alga hidup
secara bebas diair terutama yang bersel satu dan juga dapat bergerak secara aktif yaitu penyusun
fitoplankton. Sebagian besar fitoplankton merupakan anggota alga hijau, pigmen klorofil yang
efektif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen primer di suatu
ekosistem perairan. Chlorella merupakan salah satu anggota dari Chlorophyta yang memiliki
kandungan gizi yang sangat tinggi dibandingkan dengan nilai tubuh yang lainnya. Di dalam sel
Chlorella terdapat chlorelin, yaitu sejenisantibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.

Berbagai jenis makroalga masing-masing memiliki kemampuan adaptasi pada lingkungan


apalagi jika makroalga tersebut memiliki tipe substrat yang berbeda. Maka, hal ini dapat
menentukan bahwa perbedaan tipe substrat tersebut mengindikasikan makroalga mempunyai
kemampuan penempelannya yang berbeda-beda. Ira et al. (2018) menyatakan makroalga divisi
Chlorophyta pada jenis macroalga bisa tumbuh di substrat yang beragam karena kemampuan
adaptasinya tinggi dengan holdfast berupa kumpulan akar serabut yang dapat menarik substrat
kasar ataupun partikel berupa pasir. Menurut Ira (2018) perairan yang tenang justru tidak baik
bagi habitat makroalga, karena akan menyebabkan akumulasi endapan lumpur sehingga
menghambat pertumbuhan makroalga. Menurut (Wulandari et al., 2015) arus membawa zat hara
yang ada di perairan sehingga zat hara yang ada di perairan dapat tersebar dan gerakan air
memengaruhi melekatnya makroalga.

Chlorophyta bersimbiosis mutualisme dengan perairan lotic yang berada di sungai.


Lingkungan perairan yang lembab digunakan chlorophyta untuk tempat tinggal. Chlorophyta
menyediakan proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung hubungan
timbal balik tersebut. Faktor yang pertama adalah cahaya matahari, penetrasi cahaya matahari
yang rendah dapat mengakibatkan produktivitas alga terutama jenis Chlorophyta menurun hal ini
disebabkan oleh absorban atau refleksi bahan-bahan polutan seperti: partikel lumpur, adanya
erosi, limbah pertanian, industri yang mana hal ini dapat menghalangi penetrasi cahaya matahari
ke dalam air. Ketika cahayatidak cukup alga hijau juga tidak dapat berfotosintesis sehingga tidak
ada ketersediaan makanan bagi zooplankton dan ikan. Tidak hanya cahaya matahari saja, suhu
lingkungan mempengaruhi laju proses fotosintesis. Semakin cepat laju proses fotosintesis maka
semakin meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim. Meningkatnya suhu akan
menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang dapat mempercepat fotosintesis.

Sebaliknya, ketika suhu menurun kerapatan air meningkat berbanding lurus dengan
bertambahnya kedalaman dalam suatu perairan yang mengakibatkan peningkatan
berbagai zat kimia (racun) Ketersediaan nutrient di dalam perairan mempengaruhi jumlah
chlorophyta yang ada di dalam sungai, nutrient menjadi komponen yang dibutuhkan oleh alga
untuktumbuh dan melakukan metabolisme, kebutuhan nutrient paling besar yang dibutuhkan alga
adalah nitrogen dan fosfor dengan kisaran 0,203-0,790 N-mg/L dan 0,029-0,587 P-mg/L.
Menurut Chu danWardoyo, 1982 menyampaikan bahwa kisaran kadar nitrat 0,3-0,9 mg/L cukup
untuk pertumbuhan organisme dan >3,5mg/L dapat membahayakan perairan. Maka, dapat
disimpulkan kisaran nitrat di perairan masih dalam batas aman kesuburan suatu perairan.

Pergerakan air yang dibantu oleh paddle wheel (kincir air) dapat meningkatkan kelarutan
oksigen (DO) melalui difusi dan mensirkulasikan air yang nantinya dapat meningkatkan
pemanfaatan nutrient yang digunakan di dalam pertumbuhan alga. Selain itu, arus berpengaruh
pada kesuburan makroalga melalui pergerakan air, karena nutrien yang dibawa oleh arus dapat
diserap dan terdistribusi melalui perantara thalus. Menurut (Mubarak, 1982) kecepatan arus ideal
untuk pertumbuhan makroalgae adalah 20-40 cm/det dan > 40 cm/det dapat merusak konstruksi
budidaya dan mematahkan makroalga. Chlorophyta dapat melakukan fotosintesis dengan ph air
yang optimal yaitu sekitar 7-8. Selain hal tersebut salinitas di lingkungan perairan sangat
mempengaruhi laju pertumbuhan chlorophyta. Faktor-faktor di atas merupakan faktor pendukung
pertumbuhan Clorophyceae sehingga alga hijau ini dapat melakukan hubungan timbal balik
dengan organisme lainyang berada di dalam perairan lotik atau pada sungai.

Morfologi Chlorophyta dapat ditentukan dengan pola hidupnya digunakan untuk


Chlorophyta planktonik, epifit dan bentik yang dipengaruhi oleh beberapa hal dan mampu
digunakan sebagai indikator kualitas suatu perairan. Peran Chlorophyta di bidang pakan alami
ditemukan mengandung nutrisi yaitu karbohidrat, protein dan lemak terdapat kandungan tertinggi
terdapat pada protein. Chlorophyta yang dapat melewati senyawa bioaktif adalah karotenoid,
PUFA’s, peptida, fenol, polisakarida tersulfatasi dan fitosterol guna dimanfaatkan pada bidang
kesehatan. Pigmen dariklorofil a, klorofil-b dan karoten di Chlorophyta terdapat metabolit yang
bisa dimanfaatkan sebagai kosmetik. Hidrokarbon dalam bentuk lipid atau lemak yang ada dalam
sel spesies Chlorophyta dimanfaatkan untuk menghasilkan produk bioenergi. Chlorophyta
digunakan untuk agen fitoremediasi mempunyai mekanisme memanfaatkan nutrien berupa N, P,
K, Ca, Mg, Fe, Cu dan Mn terdapat pada air limbah sehingga memiliki peran sebagai agen
pengolahan limbah. Chlorophyta dalam pertumbuhannya mempunyai beberapa tahapan dan
terpengaruh oleh beberapa hal yaitu ketersediaan nutrien, suhu, pH, CO2, salinitas, intensitas
cahaya.

Persebaran Chlorophyta yang luas di berbagai macam lingkup habitat perairan dan dapat
menghasilkan berbagai metabolit sekunder selama masa pertumbuhannya yang dapat menjadikan
Chlorophyta untuk sumber potensi bagi pengaplikasian banyak bidang. Klas Chlorophyta
memiliki potensi yang sangat besar diantaranya sebagai pakan alami, pakan ternak, suplemen,
penghasil komponen bioaktif bahan farmasi dan kedokteran (Gunawan, 2021). Chlorophyta
dalam budidaya ikan kelimpahannya dipengaruhi oleh unsur hara yang dapat dihasilkan dari sisa
pakan dalam media budidaya (Andriyani et al., 2014).

Chlorophyceae mempunyai sejumlah manfaat bagi lingkungan tempat tinggal kita. salah
satumanfaatnya bisa melakukan fotosintesis yang dapat menghasilkan oksigen dan glukosa yang
digunakan untuk membentuk bahan organik yang berguna bagi makhluk hidup lainnya. Maka
dari itu alga hijau sering disebut sebagai produsen utama di lingkungan perairan karena dapat
menghasilkan dasar mata rantai makanan di perairan yaitu fitoplankton mengandung klorofil
yang berperan melakukan fotosintesis. Alga hijau memiliki klorofil yang berperan dalam
fotosintesis yang menghasilkan bahan organik dan oksigen terlarut yang digunakan sebagai dasar
mata rantai pada siklus makanan di perairan (Abizar & Rahmah, 2020). Selain itu alga hijau bisa
digunakan sebagai tempat penempelan telur-telur ikan dan biasanya bisa menjadi tempat hidup
makhluk hidup lainnya.

Chlorophyta dapat diolah yang salah satunya untuk pakan dasar biota laut yang umumnya
dapat disebut chlorella sp. Chlorella sp sendiri merupakan produsen dari makanan ikan yang
kaya akan nutrisi dan gizi sehingga memiliki pengaruh dalam kualitas ikan yang semakin baik,
hal ini bisa diikutsertakan dalam kebutuhan pangan untuk manusia di masa depan bila terjadi
krisis makanan. Mikroalga terkhusus untuk divisi chlorophyta dapat dimanfaatkan untuk
biodiesel karena banyak terkandung minyak di tubuhnya. Kemudian manfaat biodiesel untuk
lingkungan termasuk beragam, salah satunya adalah dapat mengurangi substansi beracun atau
pencemaran lingkungan di perairan.
Gambar Blooming Algae Chlorophyta

Organisme perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena habitat,


mobilitasdan umurnya yang relative lama mendiami suatu wilayah perairan tertentu (Nybakken
dalam Abadi et al., 2014). Chlorophyta dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran air
karena Chlorophyta Umumnya cepat berkembang pada kondisi perairan yang tercemar, baik
yang sedang maupun yang sangat tercemar (Zikriah et al., 2021). Kelimpahan atau juga disebut
blooming fitoplankton merupakan petunjuk dari kesuburan di suatu lingkungan perairan (Sofarini
dalam Gurning et al., 2020). Kategori perairan subur adalah apabila kelimpahan >15.000 ind/L
(Aminah dalam Gurning et al., 2020). Peningkatan populasi fitoplankton yang berlebihan terjadi
dikarena kondisi lingkungan di perairan yang mendukung seperti peningkatan kadar nutrien.
Ledakan populasi fitoplankton yang diikuti keberadaan jenis-jenis fitoplankton yang beracun
dapat menyebabkan meledakan populasi alga yang dapat berbahaya atau disebut juga Harmful
Algal Bloom.

Harmful Algal Bloom (HAB) adalah sebuah peristiwa yang sering terjadi dalam perairan
karena disebabkan kekayaan unsur hara. Definisi Harmful Algal Bloom (HAB) adalah
pertambahan populasi fitoplankton yang dapat menimbulkan kerugian bagi ekosistem di
sekitarnya, biota yang hidup didalamnya, maupun manusia yang hidup di wilayah pesisir.
Keberadaan populasi fitoplankton HAB ini dipicu oleh beberapa faktor. Salah satunya yang
menyebabkan terjadi blooming fitoplankton adalah kekayaan unsur hara. Nutrien yang dominan
ini mengakibatkan pengkayaan unsur hara adalah nitrat dan fosfat. Pengamatan terhadap
kelimpahan fitoplankton yang dapat menyebabkan HAB serta kaitannya dengan kandunganunsur
hara dalam perairan sangat menentukan nilai ekonomis dan daya guna perairan sebagai sumber
pangan (Tungka dalam Gurning et al., 2020).

Penelitian pengambilan sampel di Sungai Kasie Kota Lubuklinggau dan pengamatan


sampelchlorophyta di Laboratorium Biologi STKIP PGRI Lubuklinggau dilakukan pada April-
Mei 2019. Pengamatan menggunakan alat plankton net ukuran 20 mesh, mikroskop listrik, pH
meter, secchi disk, thermometer dan DO serta bahan sampel air dan etanol 85%. Metode kerja
berupa mengukur faktor fisik yaitu suhu, kecerahan, oksigen terlarut dan keasaman (pH) di 3
stasiun, mengambil sampel plankton menggunakan plankton net, memindah sampel ke botol
disemprot spray, memberi etanol 85% 2-3 kali, menutup botol, memberi label, mengidentifikasi,
dan menganalisis keanekaragaman, dominansi, dan keseragaman. Hasil pengamatan chlorophyta
di Sungai Kasie terdiri dari: 4 Kelas, 6 Ordo, 7 Famili, 7 Genus, dan 9 Spesies. Spesiesnya terdiri
dari: Microspora sp, Scenedesmus opoliensis, Scenedesmus sp, Ulothrix sp, Rhizoclonium sp,
Rhizoclonium hieroglyphicum, Microthamnion sp, Stigeoclonium sp, dan Bulbochaete sp
(Harmoko & Sepriyaningsih, 2020). Hasil keanekaragaman chlorophyta rata-rata bernilai 1,22
termasuk keanekaragaman kecil berdasarkan indeks nilai keanekaragaman. Hasil dominansi rata-
rata bernilai 0,35 termasuk dominansi rendah berdasarkan nilai dominansi. Semakin tinggi nilai
indeks dominansi maka semakin terlihat biota mendominasi perairan. Jika nilai indeks dominansi
mendekati nol maka tidak ada biota yangmendominasi dan terkadang diikuti nilai keseragaman
yang tinggi begitu juga sebaliknya. Hasil keseragaman rata-rata bernilai 0,56 termasuk komunitas
tertekan berdasarkan nilai keseragaman. Semakin kecil indeks keseragaman maka semakin kecil
keseragaman populasi.

Penelitian pengambilan sampel di Sumber Air Taman Hutan Rakyat Sultan Adam
Mandiangin, Banjarbaru dan pengamatan sampel chlorophyta di Laboratorium Dasar Fakultas
MIPA Unlam. Pengamatan menggunakan alat lapangan dan alat laboratorium serta bahan
formalin 4%. Metode kerja berupa mengambil sampel di 5 stasiun dengan 3 kali pengulangan
setiap stasiun, menyaring air 30 liter menggunakan plankton net, memindah sampel ke botol,
meneteskan formalin sebanyak 3 tetes, dan menganalisis indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman, dan indeks dominansi. Hasil pengamatan ditemukan kelas chlorophyceae
merupakan kelas yang memiliki jenis paling banyak, diikuti oleh cyanophyceae, chrisophyceae,
cryptophyceae, bacillariophyceae, dan rhodophyceae (Gunawan, 2018). Kelas chlorophyta
sebanyak 17 jenis dengan jenis Chlorococcum sp yang dominan.

Kesimpulannya adalah chlorophyta atau yang bisa disebut alga hijau memiliki hubungan
timbal balik dengan lingkungan perairan, khususnya pada ekosistem lotik atau ekosistem
perairan mengalir. Hubungan timbal balik yang terpenting dari chlorophtya adalah dapat
menyediakan fotosintesis yang dapat dipengaruhui oleh beberapa faktor yang salah satunya yaitu
cahaya matahari. Kegunaan dan manfaat chlorophyta sendiri sangat beragam bagi lingkungan
tempat tinggal kita. Contohya dapat melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen dan
glukosa yang digunakan untuk membentuk bahan organik utama di dalam sistem perairan.
Kegunaan yang lain dari chlorophyta yaitu dapat sebagai bahan makanan, obat untuk berbagai
macam penyakit, Serta dapat digunakan sebagai bahan kosmetik yang dapat meningkatkan
jumlah pendapatan manusia.
Daftar Pustaka

Abadi, Y. P., Suharto, B., & J Bambang, R. W. 2014. Analisa kualitas perairan Sungai
KlinterNganjuk berdasarkan parameter Biologi (plankton). Jurnal Sumberdaya
Alam Dan Lingkungan, 1(3), 36–42.
Abizar, & Rahmah, S. W. 2020. Alga hijau (chlorophyceae) yang ditemukan di sungai
sumaterabarat green alga (chlorophyceae) found in the west sumatera river.
Jurnal Biologi Dan Pendidikan Biologi Bioconcetta, 6(1), 21–26.
Andriyani, H., Widyastuti, E., & Widyartini, D. S. 2014. Kelimpahan Chlorophyta Pada
MediaBudidaya Ikan Nila. Scripta Biologica, 1, 49–54.
Arifin, N. B., Fakhri, M., Fakhri, M., Yuniarti, A., Yuniarti, A., Hariati, A. M., & Hariati, A.
M. 2018. Komunitas Fitoplankton Pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname,
Litopenaeusvannamei di Probolinggo, Jawa Timur <br><i>[Phytoplankton Community
at Intensive Cultivation System of White Shrimp, Litopenaeus vannamei in Pr. Jurnal
Ilmiah PerikananDan Kelautan, 10(1), 46.
Arsad, S., Zsalzsabil, A., Prasetiya, F., Safitri, I., Saputra, D., & Musa, M. 2019. Komunitas
mikroalga perifiton pada substrat berbedadan perannya sebagai bioindikator perairan.
SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology, 15(1),
73–79.
Awalia, R. 2017. Biodiversitas Makroalga di Pantai Puntondo Kecamatan Mangara
BombangKabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi, 128.
Dimenta, R. H., Agustina, R., Machrizal, R., & Khairul. 2020. Kualitas Sungai Bilah
BerdasarkanBiodiversitas Fitoplankton Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.
Ilmu Alam Dan Lingkungan, 11(2), 24–33.
Gunawan, G. 2018. Keragaman Mikroalga Di Sumber Air Taman Hutan Rakyat Sultan
AdamMandiangin, Banjarbaru. Bioscientiae, 8(2), 32–35.
Gunawan, G. 2021. PENGARUH PERBEDAAN pH PADA PERTUMBUHAN
MIKROALGAKLAS CHLOROPHYTA. Bioscientiae, 9(2), 62.
Gurning, L. F. P., Nuraini, R. A. T., & Suryono, S. 2020. Kelimpahan Fitoplankton Penyebab
Harmful Algal Bloom di Perairan Desa Bedono, Demak. Journal of Marine Research,
9(3),251–260.
Harmoko, H., & Sepriyaningsih, S. 2020. Keanekaragaman Mikroalga Chlorophyta Di
SungaiKasie Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. Quagga: Jurnal
Pendidikan Dan Biologi, 12(1), 52.
Mudrikah, L. 2021. Modul Pembelajaran Taksonomi Tumbuhan Rendah ( Algae ). Skripsi.
Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Raden Intan.Lampung.
Nazar, A. 2019. KEANEKARAGAMAN PLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR
KUALITASPERAIRAN SUNGAI KRUENG BARU LEMBAH SABIL SEBAGAI
REFERENSI TAMBAHAN MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMA
NEGERI 9 ACEH BARAT DAYA. Skripsi. UIN AR-RANIRY.
Strajhar, P., Schmid, Y., Liakoni, E., Dolder, P. C., Rentsch, K. M., Kratschmar, D. V.,
Odermatt,A., Liechti, M. E., Ac, R., No, N., No, C., Oramas, C. V., Langford, D. J.,
Bailey, A. L.,
Chanda, M. L., Clarke, S. E., Drummond, T. E., Echols, S., Glick, S., … Mogil, J. S.
2016.KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS MAKROALGA DI PERAIRAN PANTAI
JIKUMERASA, PULAU BURU. Nature Methods, 7(6).
Zikriah, Z., Bachtiar, I., & Japa, L. 2021. The Community of Chlorophyta as Bioindicator of
WaterPollution in Pandanduri Dam District of Terara East Lombok. Jurnal Biologi Tropis,
20(3), 546–55.

Anda mungkin juga menyukai