Anda di halaman 1dari 13

Toksikologi

Pengaruh Roundup terhadap Kelangsungan Hidup


Ikan Lele Mutiara/Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Disusun Oleh :
Muhammad Fauzi (2006103010024)
Suci Fitria (2006103010100)
Eliza Rosadi (2006103010092)
Farah Zayyana (2006103010068)
Adilla Wulandari (2006103010016)
Khairiyah Fitriani (2006103010052)
Elsa Fira (2006103010008)

Dosen Pembimbing :
Dr. Safrida, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021/2022
1. Latar Belakang
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan
Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Rumus
kimianya adalah H2O, yang setiap molekulnya mengandung satu oksigen dan dua atom
hidrogen yang dihubungkan oleh ikatan kovalen. Air sebagian besar terdapat di laut (air
asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga
dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.
Air dalam objek-objek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui
penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air,
sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat
penting bagi kehidupan manusia dan orgaisme hidup lainnya. Dengan perannya yang
sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi atau komponen
lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan organisme jika tidak
dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan
kerusakan pada sumberdaya air. Rusaknya sumber daya air ini dapat disebabkan oleh
adanya pencemaran, baik itu substansi yang bersifat toksik maupun non-toksik.
Toksisitas adalah potensi merusak dari suatu zat kimia terhadap makhluk hidup.
Uji toksisitas merupakan pengujian potensi merusak dari suatu zat kimia ataupun obat
yang masuk atau diabsorbsi oleh tubuh, uji toksisitas dibagi menjadi menjadi tiga jenis
berdasarkan masa pajanannya, yaitu uji toksisitas akut, uji toksisitas sub akut dan uji
toksisitas kronis. Perairan yang tercemar dapat mengakibatkan penurunan kualitas air
yang berdampak pada kehidupan organisme yang ada disekitarnya. Salah satu penyebab
pencemaran air adalah limbah rumah tangga yaitu berupa sisa detergen, pemutih pakaian
dan lain sebagainya.
Roundup atau herbisida merupakan salah satu senyawa kimia yang digunakan
untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida dapat bersifat
racun bagi gulma atau tumbuhan pengganggu juga terhadap tanaman. Gulma diberantas
dengan cara herbisida mengubah pengaruh bahan kimia di dalam jaringan gulma, yang
dapat mematikan jaringan itu atau merusak suatu sistem fisiologis yang dibutuhkan untuk
hidup atau pertumbuhan, pernafasan, fotosintesis, pembelahan sel, dan pemanjangan sel
terganggu (Riadi, 2011). Herbisida yang digunakan, hanya sebagian kecil yang
diaplikasikan benar- benar mencapai gulma target, dan sebagian besar sisanya terlepas ke
lingkungan mengakibatkan pencemaran dan berpotensi mematikan pada spesies non
target lainnya yang mempunyai peranan penting di lingkungan, misalnya alga (Prado,
2009).
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a) Apakah Ikan Lele Sangkuring akan berpengaruh terhadap ketahanan tubuhnya jika di

uji dengan roundup/herbisida dalam air…?

b) Berapa kadar herbisida yang digunakan dalam air pada Ikan Lele tersebut?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui pengaruh Herbisida dalam air terhadap ketahanan tubuh Ikan Lele

Sangkuriang.

b) Mengetahui berapa kadar herbisida yang digunakan dalam air.

4. Tinjauan Pustaka

a. Roundup (Herbisida)

Roundup adalah herbisida purna yang tumbuh dengan bahan aktif glifosat yang

diproduksi dengan Teknologi Biosorb serta menggunakan surfaktan yang dipatenkan 3

kali lebih banyak dan lebih cepat masuk kedalam gulma sehingga tahan hujan 1-2 jam

setelah semprot. Herbisida berdasarkan cara kerjanya terbagi menjadi dua yaitu kontak

dan sistemik. Jenis Herbisida sistemik yang paling banyak digunakan adalah herbisida

yang berbahan aktif glifosat, karena mempunyai kelebihan cukup efektif dalam menekan

pertumbuhan gulma dan mempunyai spektrum yang luas dalam mengendalikan gulma.
Sedangkan dari jenis herbisida kontak yang sampai sekarang masi digunakan salah

satunya adalah jenis paraquat yang sesuai untuk mengendalikan gulma berdaun sempit,

golongan teki dan gulma berdaun lebar.

Penggunaan herbisida dengan dosis besar dan dilakukan secara terus menerus

akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu herbisida akan terakumulasi

pada produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan

produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang berdampak buruk

terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami keracunan baik akut maupun kronis yang

berdampak pada kematian. Salah satu herbisida yang digunakan untuk mengendalikan

gulma di perkebunan adalah herbisida glifosat. Herbisida ini bersifat sistemik dan non

selektif. Herbisida glifosat mampu mengendalikan berbagai jenis gulma (Rakian, T. C

dan Muhidin, 2008).

Kematian ikan akibat penggunaan herbisida disebabkan masuknya herbisida

melalui insang yang merupakan alat pertukaran gas, selanjutnya akan masuk ke saluran

darah, dan mengganggu kerja enzim pengatur saraf, hal ini mengakibatkan saraf

bekerja tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kematian pada ikan (Yudhi, 2014).

Ikan yang hidup di air tawar yang bertulang sejati salah satunya yaitu ikan lele.

Ikan ini di kelompokan dalam ordo siluriformes. Ciri morfologinya tubuh yang licin,

pipih memanjang dan memiliki sungut yang menyembul dari daerah sekitar mulut.

Nama ilmiahnya Clarias sp. (bahasa Yunani "chlaros"), berarti "kuat dan lincah",

Istilah Inggris disebut dengan catfish, mudfish dan walking catfish (Hilwa, 2004).

Uji toksisitas dilakukan agar dapat mengetahui efek letal suatu senyawa toksik

yaitu untuk mengetahui kematian biota uji akibat konsentrasi senyawa kimia tertentu
yang terkandung dalam suatu limbah, dicatat sebagai median letal concentration (LC50)

(Al-Attar, 2005). Uji toksisitas bertujuan memperkirakan dampak dari pajanan zat kimia /

bahan asing, dikarenakan semuanya berdampak jelek bagi makhluk hidup dan semua zat

asing tersebut memiliki tingkat toksisitas yang berbeda (Lu, 2006). Uji toksisitas dengan

menggunakan organisme memberikan dampak penting terhadap perkembangan

manajemen budi daya perikanan (Le et al, 2005). Penelitian ini mengunakan penerapan

uji toksisitas akut lethal concentration 50-96 hours (LC50-96h) yang mengacu pada

USEPA (2002). Lele sangkuriang sebagai organisme non target. Ikan lele ini dipilih

sebagai objek pengamatan dalam penelitian karena dianggap memiliki daya hidup yang

kuat, dapat hidup di tempat dengan jumlah air yang sedikit dengan keadaan air keruh.

b. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Ikan Lele (Clarias gariepinus) hidup di perairan tawar. Ikan lele dapat hidup dan

berkembang dengan baik di suangai dengan aliran air yang tidak terlalu deras, saluran

irigasi, kolam dengan sumber air dari air tanah maupun air sumur di perairan yang tenang

seperti danau, telaga, rawa. Lele bahkan dapat hidup dengan baik di perairan dengan

kondisi yang buruk, seperti air selokan, perairan yang berlumpur maupun di sawah

dengan ketinggian air 10-15 cm, asalkan tidak di perairan yang mengandung air sabun,

deterjen dan bahan racun lainnya. Ikan lele juga dapat hidup di perairan yang miskin

kandungan oksigen terlarutnya, seperti perairan berlumpur karena lele mempunyai

arboreschent atau labyrinth yang memungkinkan ikan lele mampu mengambil oksigen

langsung dari udara untuk pernapasannya (Aliani, 2018).

Pertumbuhan ikan lele sangkuriang tertinggi dengan perlakuan penambahan

probiotik A dalam pakan yang menunjukkan peran aktif bakteri pada saluran pencernaan.
Bakteri yang terkandung dalam probiotik A yaitu bakteri Lactobacillus, Acetobacter, dan

ragi (yeast) yang beraktivitas ketika masuk dalam saluran pencernaan yaitu tumbuh

kemudian berkoloni. Lactobacillus akan mengubah karbohidrat menjadi asam laktat,

kemudian asam laktat dapat menciptakan suasana pH yang lebih rendah. Dalam keadaan

asam, Lactobacillus memiliki kemampuan untuk menghambat bakteri pathogen dan

bakteri pembusuk .Suasana asam pada usus akan meningkatkan sekresi enzim proteolitik

(kecernaan pakan) dalam saluran pencernaan merombak protein menjadi asam amino

yang kemudian diserap lebih cepat oleh usus. Aktivitas bakteri dalam pencernaan akan

berubah dengan cepat apabila ada mikroba yang masuk melalui pakan atau air yang

menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan bakteri yang sudah ada dalam

usus (saluran pencernaan) dengan bakteri yang masuk. Adanya keseimbangan antara

bakteri saluran pencernaan ikan menyebabkan bakteri probiotik bersifat antagonis

terhadap bakteri pathogen sehingga saluran pencernaan ikan. Pakan merupakan salah satu

unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan

hidup ikan budidaya (Muhammad, 2014).

Kelangsungan hidup ikan budidaya selama proses pemeliharaan memberikan arti penting

karena tingkat kelangsungan hidup yang tinggi berimplikasi pada keberhasilan budidaya dan

nilai ekonomi. Tingkat kelangsungan hidup merupakan kemampuan ikan untuk bertahan hidup

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidupnya dalam periode waktu tertentu (Sugiharti, 2019).

c. Uji Toksikologi

Toksisitas adalah sifat relatif toksikan berkaitan dengan potensinya

mengakibatkan efek negatif bagi makhluk hidup. Toksisitas dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain komposisi dan jenis toksikan, konsentrasi toksikan, durasi dan

frekuensi pemaparan, sifat lingkungan, dan spesies biota penerima. Toksikan merupakan
zat (berdiri sendiri atau dalam campuran zat, limbah, dan sebagainya) yang dapat

menghasilkan efek negatif bagi semua atau sebagian dari tingkat organisasi biologis

(populasi, individu, organ, jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk merusak struktur

maupun fungsi biologis. Toksikan dapat menimbulkan efek negatif bagi biota dalam

bentuk perubahan struktur maupun fungsional, baik secara akut maupun kronis/sub

kronis. Efek tersebut dapat bersifat reversibel sehingga dapat pulih kembali dan dapat

pula bersifat irreversibel yang tidak mungkin untuk pulih kembali (Halang, 2004).

5. Metode Penelitian

a. Alat dan Bahan

Alat :

- 5 cup pop ice

- Stopwatch

- Sendok takar

Bahan:

- 5 Ikan Lele Sangkuriang

- Roundup (Herbisida)

b. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah peneliti dan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan pada bulan oktober 2021.

c. Metode penelitian: penelitian ini bersifat eksperimental dengan data kualitatif dan

dianalisis secara deskriptif dari hasil pengamatan dan sumber referensi dari jurnal dan

buku. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) non faktorial dengan 4 perlakuan dan satu kali ulangan.


d. Perlakuan Penelitian

(P0 Control) : 1 ikan lele + 400 ml air

(P1) : 1 ikan lele + 400 ml air + 5 ml roundup

(P2) : 1 ikan lele + 400 ml air + 10 ml roundup

(P3) : 1 ikan lele + 400 ml air + 15 ml roundup

(P4) : 1 ikan lele + 400 ml air + 20 ml roundup

6. Hasil dan Pembahasan

WAKTU P1 (5 ml ) P2 (10 ml) P3 (15 ml) P4 (20 ml)


1 Menit Bergerak aktif Bergerak aktif Bergerak aktif Bergerak aktif
Bergerak aktif,
2 Menit Bergerak aktif Bergerak aktif Bergerak aktif gelembung muncul
dengan cepat
Bergerak sangat
aktif, insang
Bergerak aktif, Bergerak aktif,
bergerak cepat,
3 Menit Bergerak aktif Mulai muncul Mulai muncul
gelembung udara
gelembung gelembung
membentuk
lingkaran 1,2 cm
Mati melayang
Bergerak aktif, dengan keadaan
4 Menit Mulai muncul Bergerak aktif Bergerak aktif tegak serta perut
gelembung yang
menggembung
Diam, insang Diam, insang Mati
5 Menit Bergerak aktif
bergerak normal bergerak normal
Diam, insang bergerak Diam, insang Mati
6 Menit Bergerak aktif
normal bergerak normal
7 Menit Bergerak aktif Bergerak aktif Bergerak aktif Mati
Bergerak aktif, Mati
Diam,insang gelembung udara
8 Menit Bergerak aktif
bergerak normal hampir membentuk
lingkaran
Bergerak sangat Mati
9 Menit Bergerak aktif Bergerak aktif aktif, insang
bergerak normal
Bergerak sangat Mati
aktif, insang
bergerak cepat,
10 Menit Bergerak aktif Bergerak aktif
gelembung udara
membentuk
lingkaran
Diam, insang bergerak Mati sedikit Mati
11 Menit Bergerak aktif
dengan normal melayang
Bergerak aktif, Mati
Diam, insang bergerak
12 Menit gelembung udara Mati
dengan normal
masih terbentuk
Bergerak aktif, Mati
13 Menit Bergerak aktif gelembung udara Mati
semakin banyak
14 Menit Bergerak aktif Bergerak aktif Mati Mati
Bergerak sangat aktif, Mati
15 Menit Bergerak aktif insang bergerak Mati
normal
Bergerak aktif, insang Mati
16 Menit Bergerak aktif Mati
mulai bergerak cepat
Diam, insang Mati
Ikan diam, namun
17 Menit bergerak dengan Mati
insang masih bergerak
normal
Diam, insang Mati
18 Menit bergerak dengan Mati ke dasar wadah Mati
normal
19 Menit Bergerak aktif Mati Mati Mati
20 Menit Bergerak aktif Mati Mati Mati
21 Menit Bergerak aktif Mati Mati Mati
22 Menit Bergerak aktif Mati Mati Mati
23 Menit Bergerak aktif Mati Mati Mati
24 Menit Diam Mati Mati Mati
25 Menit Bergerak sangat Mati Mati Mati
aktif, insang
bergerak normal
Bergerak sangat
26 Menit aktif, insang Mati Mati Mati
bergerak cepat
27 Menit Mati ke dasar wadah Mati Mati Mati
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil pada pengamatan
perlakuan control, yaitu 1 ikan lele dalam 400 ml air tanpa campuran roundup, hasil
menunjukkan bahwa ikan lele tersebut tidak mati, bergerak bebas, kadang diam dan tidak terjadi
gejala apa-apa.
Pada perlakuan 1, yaitu ikan lele dalam 400 ml air dan 5 ml roundup, hasil menunjukkan
bahwa ikan lele mati pada menit ke-27, pada permukaan air terdapat sedikit gelembung udara,
sesaat sebelum mati ikan terlihat kesulitan bernapas hal ini dilihat dari insangnya yang bergerak
dengan cepat. Kemudian pada saat mati perut ikan lele terlihat sedikit lebih menggembung dari
sebelumnya.
Pada perlakuan 2, yaitu ikan lele dalam 400 ml air dan 10 ml roundup, hasil
menunjukkan bahwa ikan lele mati pada menit ke-18, pada permukaan air terdapat lebih banyak
gelembung udara. Kemudian pada saat mati perut ikan lele juga terlihat menggembung.
Pada perlakuan 3, yaitu ikan lele dalam 400 ml air dan 15 ml roundup, hasil
menunjukkan bahwa ikan lele mati pada menit ke-11, pada permukan air terdapat gelembung di
sepanjang lingkaran cup atau wadah dengan (ketebalan ±1 cm). Kemudian pada saat mati perut
ikan lebih menggembung dari perlakuan 2.
Pada perlakuan 4, yaitu ikan lele dalam 400 ml air dan 20 ml roundup, hasil
menunjukkan bahwa ikan lele mati pada menit ke-4, hal ini disebabkan karena ikan seperti
kesulitan pada saat bernapas dan terdapat banyak gelembung di permukaan air dengan (ketebalan
±1.2 cm). Kemudian pada saat mati perut ikan terlihat lebih menggembung dari perlakuan 3.
Selain itu dari hasil penelitian juga didapat bahwa tidak terlihat gangguan fisik lain pada tubuh
ikan seperti pada mata serta insangnya, hal ini disebabkan karena ukuran ikan yang masih kecil.
Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas
dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan rutin suatu limbah.
Kematian ikan Nila dan ikan Bandeng pada uji toksisitas akut diduga karena rusaknya organ-
organ pernapasan seperti insang. Insang merupakan organ yang sangat berperan dalam mengatur
pertukaran ion, osmoregulasi, pertukaran gas, menjaga keseimbangan pH, dan eksresi nitrogen
(Mathan et al., 2010). Organ insang yang bersentuhan langsung dengan media air menyebabkan
insang sangat berpeluang terkontaminasi toksikan (Ay et al., 1999). Kerusakan pada jaringan
insang dapat mengurangi konsumsi oksigen dan mengganggu fungsi osmoregulasi (Mishra dan
Mohanty, 2008).

Secara umum bahan pencemar baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi proses fisiologi dalam tubuh dan pertumbuhan biota air. Ikan yang terkena
kepekatan subletal dari jenis pestisida memperlihatkan perubahan dalam aksi fisiologis,
pertumbuhan, kegagalan dalam perkembangbiakan dan pengaruh lainnya.” Pernyataan ini
diperkuat oleh Connell dan Miller (1995) bahwa semakin tinggi konsentrasi pestisida yang
masuk ke dalam perairan secara langsung maka akan mempengaruhi proses-proses fisiologis
pada ikan dan kondisi puncaknya dapat menyebabkan kematian. Proses kematian ini diduga
karena hewan mengambil pestisida secara langsung melalui penelanan makanan, pengambilan
air melalui membran insang dan penyerapan langsung dari sedimen.
Herbisida sintetik yang telah diaplikasikan dengan hewan uji mempunyai kemampuan
untuk membunuh benih ikan lele, karena didalam herbisida sintetik berbahan aktif IPA glifosat
terdapat kandungan senyawa kimia terpenting dalam herbisida yaitu senyawa glifosat
[N(phosphonomethyl)glysin] merupakan salah satu herbisida dari golongan phosphono amino
acid yang bersifat non selektif (Taufiq, 2003). Herbisida mempunyai cara kerja yang
menyebabkan kematian pada ikan yaitu masuknya herbisida melalui insang yang merupakan alat
pertukaran gas,selanjutnya akan masuk ke saluran darah,dan mengganggu kerja enzim pengatur
saraf. Hal ini mengakibatkan saraf bekerja tanpa dapat dikendalikanmenyebabkan kematian pada
ikan(Yudhi, 2014).
Produksi Ikan Lele merupakan salah satu jenis komoditas ikan air tawar yang paling
diminati oleh masyarakat dengan rata-rata kenaikan produksi 47,21% dari tahun 2012– 2013.
Permintaan yang tinggi disebabkan karena rasa daging dan pengolahannya yang mudah (Wijaya
dkk. 2011). Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan salah satu varietas Ikan Lele
yang paling banyak dibudidayakan karena pertumbuhannya yang lebih cepat 14,61% dari ikan
lele Dumbo, FCR yang tinggi, abnormalitas yang rendah dan lebih tahan terhadap penyakit
(Bastian,2018).

7. Kesimpulan

Kematian ikan akibat penggunaan herbisida disebabkan masuknya herbisida melalui insang
yang merupakan alat pertukaran gas, selanjutnya akan masuk ke saluran darah, dan
mengganggu kerja enzim pengatur saraf, hal ini mengakibatkan saraf bekerja tanpa dapat
dikendalikan dan menyebabkan kematian pada ikan. ikan lele dalam 400 ml air dan 20 ml
roundup, hasil menunjukkan bahwa ikan lele mati pada menit ke-4, hal ini disebabkan karena
ikan seperti kesulitan pada saat bernapas dan terdapat banyak gelembung di permukaan air
dengan (ketebalan ±1.2 cm). Kemudian pada saat mati perut ikan terlihat lebih menggembung.
Selain itu dari hasil penelitian juga didapat bahwa tidak terlihat gangguan lain pada tubuh ikan
seperti pada mata serta insangnya, hal ini disebabkan karena ukuran ikan yang lebih kecil.
Daftar Pustaka
MEWAKANI, S., & PASARIBU, H. (2019). Respon pertumbuhan benih lele sangkuriang (Clarias sp.)
akibat penambahan probiotik pada pakan komersil dengan dosis yang berbeda. TABURA: Jurnal
Perikanan Dan Kelautan, 1:1, 32-42.
Arief, M., Fitriani, N., & Subekti, S. (2014). Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda pada Pakan
Komersial terhadap Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp.)[The
Present Effect Of Different Probiotics On Commercial Feed Towards Growth And Feed
Efficiency Of Sangkuriang Catfish (Clarias Sp.)]. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 6:1, 49-
54.
Prado, R., Rioboo, C., Herrero, C., Cid,A. 2009. TheHerbicide Paraquatinduces Alterations in The
Elemental and Biochemical Compositionof Non-Target Microalgal Species. Chemosphere. 76:
1440–1444.
Hilwa, Z. 2004. Karakterisasi Genotip Ikan Lele Mutiara dengan Metode PCR-RFLP ADN Mitokondria.
Institut Pertanian Bogor.
Yudhi, N.L. 2014. Uji Toksisitas Akut Insektisida Diazinon Dan Klorpirifos Terhadap Biota Uji Ikan
Guppy (Poecilia Stratiotes) Dan Tumbuhan Kayu Apu (Pistia Stratiotes). Tugas Akhir Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Riadi, M. 2011. Mata Kuliah: Herbisida dan Aplikasinya. Bahan Ajar. Universitas Hasanuddin. 138 hlm.
Al-Attar AM. 2005. Changes in Haematological Parameters of the Fish, Oreochromis niloticus Treated
with Sublethal Concentration of Cadmium. Pakistan Journal of Biological Sciences. 8(3):
421424.
Bastian Hartanto Damanik , Herman Hamdani , Indah Riyantini , Hetti Herawati. UJI EFEKTIVITAS
BIO FILTER DENGAN TANAMAN AIR UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS AIR PADA
SISTEM AKUAPONIK IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus). Jurnal Perikanan
dan Kelautan Vol. IX No. 1 /Juni 2018 (134-142) 134

Anda mungkin juga menyukai