Anda di halaman 1dari 42

RESUME BUKU PENGANTAR AKUAKULTUR

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR ILMU


KELAUTAN DAN PERIKANAN

DI SUSUN OLEH :

NAMA: KHALISAH HUWAINA ADANI

NIM : 2011102010003

PROGRAM STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2020
Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Ringkas Akuakultur dan Pemuliaan Ikan

Akuakultur adalah suatu usaha atau kegiatan pemeliharaan organisme akuatik


secara terkontrol baik tidak hanya terbatas pada ikan tetapi juga termasuk
disalamnya moluska, krustasea, dan tumbuhan air, misalnya rumput laut. Usaha
pemeliharaan ikan sudah di praktikkan ribuan tahun yang lalu yaitu lebih dari
4.000 tahun yang lampau, para ahli percaya bahwa akuakultur pertama
dipraktikkan di daratan China karena catatan dokumentasi tentang hal ini
ditemukan pertama kalinya di China, yaitu pada masa Dinasti Zhao (1112-221 SM)
dan Dinasti Tang pada (500 SM).

1.2 Tujuan Pembudidayaan Ikan

Usaha budidaya ikan bertujuan untuk memelihara ikan secara terkontrol,


terutama untuk memacu pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Pemeliharaan
ikan biasanya ditujukan untuk konsumsi dan tujuan lain misalnya restocking atau
pelapasan ke alam dan ikan hiasan.

1.3 Sistem dan Tipe Budidaya Ikan

Secara umum sistem budidaya ikan dapat dikategorikan berdasarkan salinitas air
media pemeliharaan yaitu budidaya laut atau payau (Mariculture), dan budidaya
air tawar (Aquaculture).

Berdassarkan tingkat intensitasnya, budidaya ikan dapat juga diklasifikasikan


menjadi budidaya skala ekstensif, insentif, dan semi intensif. Budidaya ikan
eksentif yaitu, sistem budidaya yang menggunakan manjemen lingkungan,
makanan, penyakit dan predator adalah rendah. Sebaliknya pada sistem budidaya
intensif, memerlukan control dan campur tangan teknologi yang tinggi, padat tebar,
pasokan makan luar dan produksi yang tinggi. Di lain pihak budidaya semi intensif
merupakan kombinasi antara eksentif dan intensif. Pemakaian teknologi dan padat
tebar sedang dan pakan selain megharapkan pasokan dari luar (pakan buatan) juga
masih mengharapkan dari pakan alami di kolam misalnya berupa plankton dan
benthos.

Suatu hal yang paling penting yang membedakan ketiga tingkatan budidaya ini
adalah pemakaian/pemanfaatan teknologi atau manajemen pemberian pakannya.

Suatu metode lain yang juga telah banyak dipraktikkan adalah sistem budidaya
secara terintegritas antara budidaya perikanan dengan peternakkan (animal-cum-
fish techique). Metode ini sebenarnya masih dapat dimasukkan ke dalam tingkatan
budidaya semi intensif. Metode budidaya ikan bersama ternak atau unggas saat ini
sudah banyak diringgalkan karena disinyallir dapat menjadi transmiter beberapa
jenis pathogen yang mungkin berbahaya bagi manusia.

1.4 Profil Perikanan Budidaya Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi


oleh lautan, lebih kurang 70% wilayah indonesia terdiri dari lautan dengan
potensinya diprediksi mencapai 6,2 juta ton/tahun dan potensi lestarinya lenih
kurang 5,1 juta ton/tahun.

Selain potensi perikanan tangkap, indonesia juga memiliki perikanan payau,


indonesia memiliki 830.000 ha (20% dari total area yang ada) hutan mengrove
yang berpotensi memproduksi 950.000 ton udang dan 300.000 ikan/tahun.
Di Aceh, usaha budidaya perikanan belum berkembang dengan baik, dua
penyebab utamanya adalah kendala pada penyediaan pakan yang berkualitas
(pakan mahal) , pasokan bibit yang sulit akibat dari belum berkembangnya industri
pembenihan. Oleh karena itu perlu perhatian yang serius dari para pihak untuk
mengembangkan sektor ini secara serius dan fokus.

Nilai konversi pakan ini tidak hanya tergantung pada makanan yang diberikan
akan tetapi juga pada faktor lain seperti kepadatan ikan, berat ikan, kelas umur,
kesehatan, kualitas air dan metode pemberian pakan (jumlh dn frekuensi
Bab II

EKOLOGI IKAN

2.1 Pendahuluan

Air merupakan medium tempat hidup ikan sepanjang hayat, jika air tidak
tersedia maka sudah pasti ikan tidak dapat ditemui di daerah itu. Di laut atau di
danau, ikan menghuni semua lapisan air mulai dari lapisan permukaan, lapisan
tengah dan dasar perairan.

2.2 Kuantitas Air

Kolam sebaiknya dibangun di kawasan yang memiliki kuantitas air mencukupi


dan tidak berlebihan. Lahan dengan anak sungai yang mengalir perlahan tidak
cocok karena tidak dapat mencukupi pasokan air kolam dan sebaiknya air sungai
yang memiliki aliran air kuat dan tidak stabil juga membahayakan kolam karena
lahan terancam banjir yang dapat merusak pematang dan merusak kolam.

Jumlah air yang diperlukan sangat tergantung pada jenis ikan yang dipelihara,
beberapa spesies ikan memerlukan air dengan kandungan oksigen terlarut yang
tinggi, misalnya ikan Salmon (Salmonidae) di Eropa, ikan Mas (Cypinus
Carpio) di Cina dan ikan Keureling (Tor Spp).

Untuk menghitung jumlah keperluan air kolam, jika sistem pemeliharaan


menggunakan sistem intensif, maka perhitungannya harus berdasarkan keperluan
respirasi.
2.3 Kualitas Air

Kualitas air mempengaruhi semua komunitas di peraian baik bakteri, ikan,


plankton, tanaman air dan lain-lain. Berikut adalah beberapa parameter penting
kualitas air untuk ikan.

2.3.1 Oksigen

Kebutuhan oksigen pada ikan dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu;
kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif.
Kebutuhuan konsumtif yang sangat tergantung pada laju metabolisme ikan. Ikan
memerlukan oksigen pembakaran makanan untuk menghasilkan energi yang
digunakan untuk aktivitas fisik dan fisiologis.

2.3.2 Nitrogen (N2)

Kehadiran nitrogen dalam air secara umum dapat dalam dua bentuk, yaitu
nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Kandungan nitrogen yang terlalu di
dalam air dapat bebahaya bagi ikan karena dapat mengakibatkan bubble disease,
emboli atau gelembung gas dalam darah yang akibat adanya tekanan total gas
yang terlalu tinggi.

2.3.3 Amonia (NH3) , Nitrit (NO2), dan Nitrat (NO3)

Amonia adalah salah satu bentuk nitrogen yang penting di perairan.


Kelarutannya dalam air mencapai 89.9 g/100 ml pada suhu 0 0C. Dalam kondisi
perairan kaya oksigen maka amonia akan teroksidasi menjadi Nitrit (dengan
bantuan bakteri aerobik) dan seterusnya nitrit akan akan teroksidasi menjadi
nitrat, dan dalam kondisi kurang oksigen nitrat dapat tereduksi kembali menjadi
nitrit, kesemua proses ini disebut Nitritfikasi.

2.3.4 pH

Secara umum, nilai pH akan rendah bersama dengan rendahnya kandungan


mineral dan sebaliknya. Nilai pH air sangat dipengaruhi oleh aktivitas
fotosintesis oleh kehidupan tanaman air. Untuk tujuan budidaya ikan khususnya
pada kolam yang tergenang, nilai pH yang optimum berkisar 6,7 sampai 8,2.

2.3.5 Karbondioksida

Secara umum,perairan alami memiliki kandungan karbondioksida lebih kurang


2 mg L-1. Keberadaan karbondioksida dalam air akan menentukan nilai pH air
tersebut karna karbon dioksida akan bereaksi dengan air. Umumnya nilai pH
akan berfluktuasi setiap hari tergantung pada kemampuan fotosintesis tumbuhan
air, pada umumnya nilai pH pada pagi hari rendah dan semakin meningkat pada
siang hari dan akan menurun pada sore hari.

2.4 Pengelolaan Kualitas Air

Tujuan pengelolaan air adalah untuk meningkatkan produktivitas kolam, yaitu


dengan cara pengayaan nutrien melalui pemupukan. Pemupukan akan dapat
meningkatkan produktivitas mencapai 100%. Penglolaan kualitas air juga harus
mempertimbangkan berbagai hal yang lain misalnya bagaimana meningkatkan
kandungan oksigen terlarut dan memisahkan bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Suatu cara meningkatkan kandungan oksigen dan memisahkan bahan yang ada
dalam air adalah dengan aerasi dan pengendapan atau penyaringan baik secara
mekanis, biologis, maupun kimiawi.
Bab III

KEBUTUHAN GIZI DAN PENGELOLAAN PAKAN

3.1 Keperluan Energi

Ikan memerlukan makanan sebagai sumber energi untuk keperluan fisiologis


dan aktifitasnya. Berbeda dengan hewan darat, ikan sangat mengandalkan
protein sebagai sumber energinya diikuti oleh lemak dan karbohidrat. Kebutuhan
energi pada ikan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, bebrapa faktor
dijelaskan sebagai berikut

3.1.1 Spesies

Masing-masing spesies ikan memerlukan energi yang berbeda dengan spesies


yang lain. Perbedaan keperluan makanan ini juga akan berdampak pada
perbedaan keperluan atau konsumsi oksigen, karena keperluan energi yang tinggi
akan memerlukan suplai makanan yang banyak untuk itu diperlukan juga
oksigen yang banyak untuk mengoksidasi makanan tersebut menjadi energi.

3.1.2 Ukuran

Kecepatan metabolisme ikan yang berukuran kecil akan lebih cepat


dibandingkan ikan besar.

3.1.3 Umur

Umur mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan karena umur menentukan


laju pertumbuhan dan metabolisme.
3.1.4 Aktivitas Fisiologis

Aktivitas fisiologis sangat dipengaruhi oleh faktor dalam, misalnya hormon


dan enzim serta faktor luar misalnya suhu dan cahaya.

3.2 Sumber Energi

Berikut ini beberapa penjelasan ringkas tentang sumber energi atau zat gizi

3.2.1 Protein

Protein adalah molekul organik yang berukuran besar dan mengandung


karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang-kadang mengandung sulfur.

3.2.2 Lemak (Lipid)

Pada ikan lemak hanya digunakan sebagai sumber energi saja dan lemak juga
dapat dicerna cukup baik oleh ikan.

3.2.3 Karbohidrat

Secara umum ikan tidak dapat menyimpan karbohidrat ,dan hanya digunakan
sebagai energi.

3.3 Unsur Nutrisi Yang Lain (Vitamin dan Mineral)

Vitamin sangat diperlukan oleh ikan untuk menjaga kesehatan dan


pertumbuhan dan juga bertindak sebagai faktor pendamping (Cofactors) atau
sebagai subtrat dalam beberapa reaksi metabolik dan mereka diperlukan dalam
jumlah yang kecil.
Mineral diperlukan oleh ikan untuk mejaga proses metabolisme berjalan
dengan baik sebagai bahan utama pembentukan struktur elemen, misalnya
tulang, gigi, dan sisik serta berperan penting dalam proses osmoregulasi.

3.4 Kualitas Pakan

Makanan ikan harus mempunyai kualitas yang baik dari segi fisik, kimia, dan
biologi. Sifat fisik dinilai dari aspek kekerasan dan daya tahannya didalam air.
Dari segi kimia menyangkut kandungan gizi seperti protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan juga kelembabannya, sedangkan dari segi biologis, dinilai
dari aspek kontaminasi jamur, bakteri, dan bau.
Bab IV

TEKNIK FORMULASI PAKAN BUATAN

4.1 Petingnya Pakan Buatan

Pemberian apakan buatan adalah salah satu untuk meningkatkan produksi ikan
yang dibudidayakan. Jika makanan buatan diberikan maka kepadatan ikan yang
akan dipelihara dapat ditingtkatakan.pilihan makanan secara rutin (intensif0 atau
tidak sebenarnya adalah masalah pertimbangan ekonomi, hal ini tergantung pada
biaya yang tersedia dan rasionkonversikan pakan. Rasio konversikan adalah
jumlah makanan (kg) yang diprlukan untuk menghasilkan 1 kg ikan. Rasio
konversi pakan di bedakan menjuadi dua yaitu: rasio konversi pakan mutlak dan
rasio konversi pakan relatif. Rasio konversi pakan mutlak adalah jumlah
makanan yang diberikan (kg) dibagi dengan pertambahan bobot ikan.
Sedangkan rasio konversi pakan relatif ikut mempertimbnagkan faktor-faktor di
atas.

Nilai konversi pakan ini tidak hanya tergantung pada makanan yang diberikan
akan tetapi juga pada faktor lain seperti kepadatan ikan, Berat ikan, kelas
umur, kesehatan, kualitas air dan metode pemberian pakan (Jumlah dan
frekuensi pemberian).

4.2 pemilihan bahan makanan

bahan mentah yang dijadikan makanan ikan harus memenuhi beberapa


persyaratan: (1) bukan makanan utama manusia (2) tidak beracun (3) mudah
didapat dan berharga relatif murah dan (4) disukai dan dapat dicerna oleh ikan.
Ikan lebih memerlukan protein untuk pertumbuhannya, Oleh karena itu
kadar protein dalam makanan yang akan dibuat perlu ditetapkan. secara umum
sumber protein berasal dari protein hewani dan protein nabati. sebaiknya
disarankan untuk mengkombinasikan kan Kedua jenis protein tersebut dalam
makanan ikan. untuk menekan biaya produksi, karena protein hewani seperti
tepung ikan berharga mahal bila dibandingkan dengan protein nabati seperti
tepung kedelai. namun dari segi kualitas protein nabati yang lebih rendah dan
sulit dicerna oleh ikan Oleh karena itu pemakaian protein nabati tidak boleh
terlalu berlebihan.

pemilihan bahan mentah untuk ikan nila dapat dikatakan mudah karena ikan
nila tergolong ikan omnivorous. Oleh karena itu sumber protein dari bahan
hewani dapat ditekan, karena sumber ini relatif mahal dibandingkan dengan
nabati.

4.3 Meramu Pakan Ikan

Biaya yang dikeluarkan untuk pakan dapat mencapai 70% dari total biaya
produksi Oleh karena itu juga biaya ini dapat ditekan maka dipastikan petani
ikan akan menuai keuntungan yang cukup signifikan.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menyiapkan pakan ikan
nila secara mandiri. bahan-bahan dapat dipilih dari alam yang mudah diperoleh
dan harga murah. keunggulan dari Ikan nila salah satunya adalah dapat
mencerna dengan baik sumber protein nabati Oleh karena itu penggunaan
sumber protein hewani yang relatif mahal dapat ditekan.

Dari segi peralatan juga tidak terlalu rumit atau canggih, untuk skala rumah
tangga cukup hanya dengan alat penggiling daging dan mixer anda sudah dapat
menyiapkan pakan sendiri. ada beberapa metode yang dapat dipakai namun
disini kami hanya menunjukkan cara yang paling mudah dan praktis saja yaitu
metode kuadrat.

a. meramu pakan dari dua jenis bahan mentah

langkah-langkahnya adalah:

1. Pilih bahan mentah yang akan diramu setiap bahan mentah yang akan
dipakai harus diketahui komposisi gizinya.
2. Tentukan kadar protein pakan yang akan kita buat.
3. kelompokkan bahan-bahan tersebut menjadi 2 kategori kelompok pertama
bahan-bahan dengan kadar protein dibawah 20% dan kelompok kedua
adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein diatas 20%.
4. buat sebuah bujur sangkar, tempatkan nilai protein yang ingin kita buat di
tengah-tengah bujur sangkar tempatkan angka bahan basah pada sudut kiri
atas dan nilai merata bahan suplemen pada sudut kiri bawah dan Buat garis
diagonal diantaranya.
5. hitung selisih nilai pinggir dengan nilai di tengah bujur sangkar dan
tempatkan nilai selisih tersebut secara diagonal dan jumlahkan ke bawah
angka di sisi kanan.
6. maka keluarlah hasil persentase masing-masing bahan yang akan
diperlukan.

Lengkapi pakan ikan kita perlu menambahkan vitamin mix dan mineral mix
jumlah masing-masing adalah 1% vitamin dan 2% mineral serta minyak 5%
sebagai sumber lemak.
untuk pemula penambahan vitamin mineral dan lemak dapat dilakukan
secara langsung namun hasil akhir pelet yang diproduksi akan lebih dari 100 kg hal
ini mungkin sedikit akan menyebabkan error dalam perhitungan protein akhir. cara
yang paling akurat adalah dengan cara mengurangkan berat total pelet yang akan
diproduksi dengan baik vitamin mineral dan minyak. hasilnya baru dikalikan
dengan persentase masing-masing bahan.

b. meramu nilai pakan ikan lebih dari 2 jenis bahan mentah.

1. Kelompokkan bahan-bahan tersebut menjadi dua kategori kelompok pertama


bahan basal dan kelompok kedua bahan suplemen.
2. dari hasil pengelompokan diperoleh bahan basah adalah tepung jagung
tepung sagu dan halus sedangkan bahan suplemen adalah tepung udang
rebon dan tepung kedelai.
3. buat sebuah bujur sangkar tempatkan nilai protein yang ingin kita buat di
tengah-tengah bujur sangkar, tempatkan angka bahan basah pada sudut kiri
atas dan nilai rata-rata kata bahan suplemen pada sudut kiri bawah, dan Buat
garis diagonal diantaranya.
4. hitunglah selisih nilai pinggir dengan nilai di tengah bujur sangkar dan
tempatkan nilai selisih tersebut secara diagonal dan jumlahkan ke bawah
angka di sisi kanan.
5. lalu hitunglah persentase masing-masing bahan.

4.4 Mencetak pelet ikan

4.4.1 peralatan
peralatan yang diperlukan untuk mencetak pelet adalah alat penggiling dan
pengayak, alat penimbang dan penakar alat pengaduk dan pencampur alat pemasak
alat, pengering dan alat penyimpan.

4.4.2 Cara pembuatan

bahan yang dipilih dan telah diketahui jumlahnya semuanya harus dalam
bentuk tepung kering atau dalam bentuk pasta sebelum ditimbang.

Setelah semua bahan ditimbang dan ditempatkan dalam wadah yang


berlainan. campuran dimulai dari bahan yang paling sedikit, dengan cara
berangsur-angsur sampai homogen. bahan yang paling banyak ditambah paling
akhir, juga dengan cara berangsur-angsur sampai semuanya homogen. Jika ada
bahan yang berupa pasta dicampur kan paling akhir, dengan cara meremas-remas
nya dengan baik yang lain sampai semuanya tercampur sempurna.

setelahnya masukkan minyak sedikit demi sedikit setelah rata baru


Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk aduk atau bisa gunakan
mixer sampai berbentuk adonan roti dan tidak mudah pecah. selanjutnya adonan
dimasukkan dalam alat pencetak dan digiling. Letakkan Hasil cetakan pada tampah
dan potong-potong 2-3 cm dan selanjutnya di dijemur di Panas matahari sampai
kering atau dioven.

setelah karing, pelet ikan dapat diberikan langsung pada ikan atau disimpan
dengan cara memasukkannya dalam wadah baskom atau plastik yang tertutup rapat
dan disimpan dalam alat pendingin.

Bab V

PEMBESARAN IKAN DALAM KOLAM


5.1 Pendahuluan

Kolam ikan dapat dibangun di mana saja namun harus mempertimbangkan


beberapa hal diantaranya adalah topografi lahan dan sumber air yang menyangkut
volume dan kualitas air. Hal Yang paling penting dipertimbangkan sebelum
membangun kolam adalah pemilihan tanah dan Reka bentuk kolam yang meliputi
Pematang dan sistem pengairannya yaitu saluran masuk dan keluar air. selain itu
kedalaman kolam juga perlu diperhatikan kolam tidak boleh terlalu dalam atau
dangkal. Ke dan dalam yang baik berkisar 0,75 sampai 2 m. Kolam Yang
dibangun harus dapat dikeringkan dengan cepat melalui Parit atau saluran air yang
terdiri dari saluran primer atau sekunder. Rangkaian saluran air dalam kolam harus
memiliki penghalang untuk mencegah ikan keluar biasanya terbuat dari kepingan
papan yang dapat disesuaikan jumlahnya mengikuti tinggi air yang diinginkan.

5.2 Jenis-jenis kolam

BedasarkanSumber airnya, kolam dapat dibagi menjadi:

a. Kolam mata air, Yaitu kolam yang airnya bersumber dari mata air di dasar
kolam atau yang terdapat di sekeliling kolam atau dapat pula bersumber dari air
bawah tanah.
b. Kolam tadah hujan, yaitu kolam Yang airnya berasal dari air hujan atau air
limpahan.
c. Kolam anak sungai, Yaitu kolam-kolam yang sumber airnya berasal dari
anak sungai Biasanya berbentuk Mini dan dibangun secara parallel atau secara
berseri.
Berdasarkan bahan pembuatannya kolom dapat dibagi menjadi kolam
semen, kolam tanah, dan kolam terpal atau plastik. Selain Itu kolam dapat
pula dikategorikan berdasarkan penggunaannya misalnya kolam induk,
kolam peneluran, kolam penetasan, kolam Larva dan kolam pembesaran.
Dan Dapat pula dibedakan berdasarkan pada spesies ikan yang dipelihara
misalnya kolam ikan lele, kolam ikan mas dan lain-lain.

5.3 Pemilihan Lokasi

Lokasi yang baik harus memenuhi persyaratan secara ekologis (


Kualitas, kuantitas dan kontinuitas air) , teknis, sosial dan Penunjang.

5.3.1 Persyaratan ekologis

Pada dasarnya ikan nila dapat dibudidayakan dalam kolam baik kolam
tanah, semen maupun kolam terpal dan di perairan umum baik sistem
keramba jaring apung maupun jenis keramba lainnya seperti keramba bambu
atau kayu tenggelam.

untuk kelangsungan hidup Ikan peliharaan lokasi yang dipilih harus


memenuhi persyaratan air dari segi kualitas kuantitas dan kontinuitas
pasokan air.

a. Suhu

Suhu Adalah salah satu variabel lingkungan yang penting dan harus
menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi budidaya. Suhu akan
mempengaruhi secara langsung kecepatan metabolisme ikan dan ikut
mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air.
Lokasi yang baik adalah yang memiliki perbedaan suhu air yang kecil
antara siang dan malam hari. Perbedaan suhu air siang dan malam hari tidak
boleh lebih 2°C.

Ikan nila menyukai perairan yang hangat biasanya ikan ini hidup
dengan baik pada kisaran suhu 28-32 °C, Namun kenaikan suhu secara
mendadak dapat menyebabkan gangguan pada sistem metabolisme dan
menyebabkan kematian. Nafsu makan akan terganggu pada suhu 16-17 °C.
Perbedaan suhu yang terlalu besar dapat menyebabkan ikan stress nafsu
makan menurun dan daya tahan tubuh juga ikut menurun Sehingga mudah
terserang penyakit pada kondisi yang ekstrem kelarutan oksigen rendah di
lain pihak kecepatan metabolisme meningkat sehingga memerlukan pasokan
Oksigen yang banyak sehingga menyebabkan ikan kekurangan oksigen dan
mengalami kematian massal.

b. Salinitas

Salinitas Atau kadar garam dapat didefinisikan sebagai jumlah gerak


organik dalam 1 liter air laut dinyatakan dalam satuan PPT atau promil
(°/°°). Pada dasarnya ikan nila adalah ikan air tawar, Namun demikian ikan
ini dapat pula hidup dengan baik pada kondisi payau 5-15 ppt , hal ini hanya
dapat dilakukan pada ikan yang masih tahap Larva atau ikan benih, jika
sudah dewasa tingkat kematiannya menjadi lebih tinggi karena sistem
osmoregulasi sudah tetap dan mapan.

c. Potensi Hidrogen (pH)


Potential hidrogen atau yang lebih dikenal dengan pH adalah total
logaritma ion hidrogen dalam air nilai ini akan mempengaruhi Derajat
keasaman air. pH Air sangat berkaitan dengan produktivitas perairan air
dengan pH rendah akan dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton dan
menurunkan produktivitas primer perairan. Di lain pihak, nilai pH Juga akan
menentukan daya racun beberapa senyawa, misalnya nitrit pada pH tinggi
daya racun listrik dapat meningkat dua kali lipat.

Nilai pH Air ditentukan oleh beberapa faktor antaranya adalah


akumulasi bahan organik dan kandungan spirit tanah. perairan yang kaya
akan bahan organik menunjukkan nilai ph yang rendah akibat dari pada
proses penguraian bahan organik oleh bakteri yang akan menghasilkan CO 2

dan bereaksi dengan air akan menghasilkan ion OH dan Selanjutnya terurai
-

menjadi ion H yang menyumbang pada penurunan nilai pH.


+

d. Oksigen terlarut

Oksigen dibutuhkan oleh ikan untuk pernapasan atau respirasi yaitu untuk
membakar makanan yang akan menghasilkan energi yang akan digunakan
aktivitas harian fisiologis basal sel-sel tubuh dan reproduksi serta sisanya
digunakan pertumbuhan. Oleh karena itu kebutuhan oksigen pada ikan
tergantung pada laju metabolisme nya dan aktivitas hariannya. ikan yang
memiliki laju metabolisme yang tinggi akan memerlukan jumlah Oksigen
yang lebih banyak sedangkan laju metabolisme ikan dipengaruhi antara lain
oleh umur dan suhu air. pada masa Larva metabolismenya lebih tinggi
dibandingkan ikan dewasa dan kenaikan suhu air akan meningkat pula
metabolisme ikan ikan-ikan yang sedang matang kelamin memerlukan
energi lebih banyak Sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat
secara umum ikan memerlukan kadar oksigen terlarut lebih besar dari 4
ppm.

e. Karbondioksida (CO ) 2

Karbon dioksida diperlukan oleh tanaman air seperti Phytoplankton


dan Alga perairan untuk proses fotosintesis yang akan menghasilkan
oksigen. Namun demikian dalam jumlah yang melebihi ambang batas
karbondioksida akan mengganggu proses respirasi ikan karena darah ikan
cenderung lebih mudah mengikat karbondioksida akibatnya darah
kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan ikan mati ikan nila berada
pada Ambang di bawah 15 ppm.

f. Amonia (NH )3

Anemia adalah hasil penguraian protein dari makhluk hidup baik yang
berasal dari hewan maupun tumbuhan. Ikan nila misalnya masih dapat
mentoleransi kadar amonia sampai 0.02 ppm namun air yang baik untuk
budidaya ikan mengandung Amonia tidak lebih dari 0.016 ppm. Pada
Kondisi oksigen rendah, amonia akan diubah menjadi bentuk nitrit yang
bersifat racun bagi ikan pada pH tinggi daya racun nitrit akan meningkat.

g. Kecerahan

Kecerahan air dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesuburan


suatu perairan. Air dengan kecerahan tinggi menginditifikasikan bahwa
perairan tersebut miskin makanan alami atau fitoplankton dan sebaliknya
jika terlalu rendah menunjukkan kelimpahan Plankton terlalu tinggi.
Kelimpahan Plankton yang terlalu tinggi dapat merugikan ikan karena dapat
menguras oksigen pada malam hari sehingga kadar oksigen terlarut
berkurang bahkan habis dan dapat menyebabkan kematian ikan atau
hipoksia kecerahan yang baik adalah berkisar antara 25-35 cm.

h. Kedalaman air

kedalaman air perlu diketahui terutama untuk tipe budaya dalam ramba di
perairan umum bertujuan untuk menyesuaikan kedalaman atau ketinggian keramba
dalam air dan memastikan karamba tidak sampai menyentuh Dasar atau
menggantung.

kedalaman yang dimaksud disini adalah kedalaman rata-rata selama dua musim
yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

i. pasang surut

pada perairan laut atau perairan yang masih dipengaruhi oleh pasang surut
ketinggian pasang surut perlu diketahui bertujuan untuk memastikan proses
pemasukan dan pengeluaran air dapat berjalan baik tanpa perlu
mengeluarkan biaya ekstra untuk pompa.

5.2.3 persyaratan teknis


a. sumber bibit

jika bibit tidak tersedia dekat lokasi budidaya dapat didatangkan dari
luar daerah namun akan dapat meningkatkan biaya produksi karena
harga yang harus dibayar menjadi tinggi.

lokasi yang baik untuk pembangunan kolam ikan memiliki


kemiringan 5 sampai 7% artinya terjadi pertambahan ketinggian lahan
sebesar 5 sampai 7 cm setiap 100 meter secara horizontal.
b. sumber makanan obat-obatan

pada budidaya intensif, ketersediaan pakan buatan mutlak diperlukan


dan biasanya biaya pakan hampir mencapai 60 sampai 70% dari total
biaya produksi yang dikeluarkan

c. tenaga kerja

faktor ketersediaan tenaga kerja di kawasan budidaya juga perlu


menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi.

5.3.3 persyaratan sosiologis dan pendukung

a. keamanan

faktor keamanan merupakan hal yang cukup penting untuk dijadikan


faktor penentu keberlanjutan usaha

b. regulasi/kebijakan

Konsultasi dengan pemerintah dijalankan, untuk menghindari usaha


yang sedang dirintis ditutup karena masalah perizinan dan tata guna
lahan yang tidak sesuai.

C. transportasi

lokasi yang dipilih harus mudah dijangkau dan tersedia sarana


angkutan yang memadai untuk suplai saprodi maupun pemasaran
hasil.

5.4 Persiapan kolam


secara umum Terdapat tiga jenis kolam yang sering digunakan dalam
budidaya ikan yaitu ; kolam induk/kolam pemijahan, kolam
benih/kolam pendederan, dan kolam pembesaran.

5.5 teknik pembesaran

tahapan kegiatan dalam usaha pembesaran ikan adalah sebagai


berikut

- pengeringan kolam dan pengecekan kondisi kolam

- pemeriksaan keasamaan tanah

- pemupukan

- pemasukkan air

- penebaran benih

- pemberian pakan

- panen dan pasca panen

5.6 pengolahan produk perikanan

5.6.1 ikan sebagai sumber makanan

produk termasuk salah satu produk makanan yang cepat busuk Oleh
karena itu diperlukan teknologi untuk mengolah bahan mentah atau
bahan jadi yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dan tahan
lama. sebagian besar Hasil produk daerah tropis tergolong yang
mengandung lemak dan hanya sedikit yang tergolong rendah lemak.
5.6.2 pengawetan dan pengolahan

terdapat minimal dua cara untuk menghindari atau memperlambat


proses pembusukan produk perikanan yaitu secara pengawetan dan
pengolahan. metode pengawetan lebih menekankan untuk
mempertahankan ikan dalam kondisi rasa segar titik sedangkan
pengolahan biasanya mengubah bentuk menjadi bahan dalam bentuk
lain yang lebih tahan lama sehingga karakteristik ikan juga berubah

a. metode pengawetan

ada metode pengawetan yaitu; kontrol suhu, pendinginan,


pembekuan, radiasi dan penyinaran.

b. metode pengolahan

Beberapa faktor metode pengolahan diantaranya adalah ah ke sukaan


konsumen, cuaca, biaya produksi, ketersediaan fasilitas dan
ketersediaan bahan mentah.

Bab VI

Pembesaran dalam keramba jaring apung

Pembesaran ikan dalam keramba jaring apung di Indonesia mulai berkembang


sejak tahun 1990 an. sistem budidaya ini biasanya dilakukan di perairan terbuka
yang memiliki kedalaman air yang cukup besar yaitu lebih dari 10 meter.

6.1 pemilihan lokasi


selain harus memenuhi beberapa persyaratan ekologis atau kualitas air dan teknis,
lokasi yang akan dipilih harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah
tipe perairan dan arus

6.2 persiapan

berikut persiapan ; konstruksi rangka dan geladak serta penempatan keramba dan
pembuatan dan pemasangan jaring.

6.3 Teknik Pemeliharaan

6.3.1 Pemilihan dan penebaran benih

Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum dilepaskan benih
harus diaklimatisasi terlebih dahulu selama 30 menit.

6.3.2 pemberian pakan

Selain jumlah pakan yang perlu juga diperhatikan adalah frekuensi pemberian titik
sampai akhir bulan kedua, pakan diberikan tiga kali sehari, mulai bulan ke-3
sampai panen diberikan dua kali sehari dari jatah ransum harian yang telah
diketahui di atas.

6.3.3 Panen

pemanenan ikan dalam jaring apung tidaklah sulit, secara otomatis ikan akan
terkumpul pada salah satu sisi kemudian tinggal dengan serokan atau tanggung dan
memasukkannya kedalam keranjang atau tangki yang berisi air Jika ikan akan
dijual dalam kondisi hidup, jika ikan akan diangkut ke tempat yang agak jauh atau
lebih dari 30 menit perjalanan maka tangki berisi ikan hidup perlu diberi airasi
untuk memastikan ikan tidak kekurangan oksigen.
Bab VII

Pembesaran dalam kolam terpal

Selain untuk tujuan bisnis, pemeliharaan ikan dalam kanvas juga dapat
dimanfaatkan untuk tujuan rekreasi atau kolam hias yang di tempat di samping
atau pekarangan rumah.

7.1 pemilihan lokasi

pemeliharaan seperti ini cocok dikembangkan di kawasan dengan keterbatasan


lahan misalnya di kota-kota, Selain itu memiliki keunggulan lain yaitu tidak
merusak lahan atau tanah, mudah dialih pindahkan, mudah dalam manajemen
pakan dan kualitas air dan pengontrolan hama penyakit serta panen

7.2 pembuatan rangka dan kolam terpal

tangki kanvas dibuat dengan menggunakan kain terpal, kain terpal disebut
dibentuk sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk empat persegi panjang dimana
pada satu sisi atasnya tetap dibiarkan terbuka titik pada sisi bagian atas lengkapi
lubang yang dilapisi plat besi atau aluminium yang digunakan untuk lubang
pengait.

7.3 Sistem pengairan dan aerasi

sistem pengairan yang sesuai adalah air mengalir dengan debit air 1-2 liter/menit
.Instalasi air masuk dan keluar dibuat sedemikian rupa sehingga saling
berhubungan antara satu unit kolam terpal dengan kolam yang lainnya.
7.4 teknik pemeliharaan

karena dipelihara pada kepadatan tinggi Maka pastikan pasokan oksigen dalam
kolam mencukupi Oleh karena itu aerasi harus dijalankan 24 jam/hari, dan
pergantian air sebanyak 2 liter/menit

7.5 Panen

ikan dapat dipanen setelah 4 bulan pemeliharaan atau setelah mencapai 300
gram/ekor. panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat matahari tidak
lagi terlalu terik dengan cara mencabut pipa pengontrolan tinggi air sehingga air
dapat keluar sehingga kolam kering.

Bab VIII

Pembenihan

8.1 Pemilihan induk

Induk ikan nila yang unggul memiliki ciri-ciri antara lain; memiliki Fekunditas
yang tinggi sehingga akan dapat dihasilkan benih dalam jumlah yang besar dengan
kualitas yang tinggi, pertumbuhannya cepat, Biasanya merupakan kan hasil seleksi
bertingkat pada sejumlah calon induk; responsif terhadap makanan buatan yang
diberikan kan; resisten terhadap penyakit it; mudah menyesuaikan diri atau
beradaptasi lingkungan perairan yang relatif buruk.

Untuk membedakan antara induk jantan dan betina dapat digunakan petunjuk atau
tanda-tanda sebagai berikut :
8.1.1 induk betina:

terdapat 3 buah lubang pada urogenital yaitu: dubur lubang pengeluaran telur dan
lubang urine. Ujung sirip berwarna kemerahan, warna perut putih keperakan,
warna dari gue juga demikian.

8.1.2 induk jantan:

pada urogenital terdapat 2 buah lubang saja yaitu anus dan lubang pengeluaran
sperma, warna perut agak gelap atau agak kehitaman, warna dagu kehitaman dan
kemerah-merahan.

8.2 Teknik produksi kelamin tunggal ikan nila

teknik yang sering dipakai adalah perendaman telur atau Larva dan pemberian
melalui pakan.

8.2.1 persiapan induk

induk jantan dan betina yang telah matang gonad berumur lebih kurang 4 bulan
dengan berat lebih dari 400 gram dipilih dari sekumpulan induk yang ada. induk
yang telah dipilih ditempatkan dalam kolam semen dengan perbandingan jantan :
betina adalah 2:1, bak semen ukuran 3 x 2 x 1 (m) dapat dilepaskan induk jantan
14 ekor dan betina 7 ekor .

Induk diberi pakan komersial bermutu tinggi dengan kadar protein tidak kurang
30%, sebanyak 3% dari berat total ikan sebanyak 3 kali sehari 5% dibagi 3 bagian
setiap pemberian diberikan 1 bagian saja. Larva dikumpulkan dengan cara
menangkap induk betina dan buka mulutnya untuk mengeluarkan larva.
8.2.2 pembuatan pakan dengan campuran hormon

pakan yang digunakan adalah pakan buatan yang mutu tinggi , sebelum dicampur
kan dengan hormon pakan Larva udang berbentuk bubuk. larva yang digunakan
adalah yang berumur 1 minggu dan sudah mulai makan makanan tambahan.

8.2.3 Identifikasi jenis kelamin

jenis kelamin secara manual baru dapat diidentifikasikan setelah ikan bermulut
lebih dari 2 bulan. jenis kelamin dapat dilakukan secara morfologis maupun
histologis titik secara morfologis yaitu dengan cara melihat penampakan luar tubuh
misalnya dari warna dan penampakan alat kelamin luar. pengamatan secara
histologis merupakan cara yang paling akurat, pengamatan ini dilakukan dengan
cara melihat gonad nya langsung sehingga dapat ditentukannya jenis kelamin
Apakah testis atau ovarium ini disebut sebagai ciri seksual primer.
BAB IX.

HAMA DAN PENYAKIT

9.1 Penyebab

Timbulnya penyakit merupakan interaksi antara tiga factorpenting yaitu


lingkungan, patogen dan kondisi ikan sendiri Patogen berupa virus bakteri dan
lain-lain senantiasa ada alam air. Ikan memiliki ketahanan secara alami terhadap
serangan penyakit atau patogen. Patogen akan menyerangkan ikan nila ketahanan
tubuh menurun akibat faktor lingkungan melampaui nilai kritis.

Penyakit pada ikan dapat kita golongan menjadi penyakit yang bersifat
menular dan penyakit yang tidak menular. Penyakit yang menular biasanya
disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, protozoa dan
metazoan. Sedangkan penyakit yang tidak menular disebabkan oleh stress,
keracunan dan kekurangan zat gizi. Kebayakan infeksi oleh virus dan keracunan
terjadi secara mendadak dan menyebabkan kematian ikan secara masal, pada kasus
keracunan misalnya ikan dapat mati dalam beberapa jam, sedangkan pada kasus
infeksi oleh virus ikan dapat mati setelah beberapa hari terinfeksi.

9.2 Penyakit Tidak Menular

9.2.1 Stres

Biasanya stress pada ikan disebabkan oleh perubahan lingkungan, misalnya


meningkatnya suhu air yang dapat menyebabkan meningkatnya laju metabolisme
ikan, faktor lainnya adalah transportasi. Stres dapat mengakibatkan turunnya
sistem kekebalan tubuh sehingga ikan akan mudah terserang penyakit menular
yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur.

9.2.2 Keracunan

Keracunan biasanya disebabkan oleh adanya kandungan nitrit yang tinggi


dalam air yang kemudian masuk melalui insang ke dalam darah karena kadar nitrit
dalam air lebih tinggi dari kadar dalam darah, hal ini sering terjadi pada kolam
yang mempunyai pH tinggi dan banyak sisa-sisa bahan organik di dasar kolam
misalnya sisa pakan yang tidak dimakan dan feces ikan atau pada kondisi
peliharaan dengan padat tebar yang tinggi.

9.2.3 Kurang Gizi

Kurang gizi atau defisiensi pada ikan biasanya sering terjadi pada budidaya
ikan secara ekstensif karena pada sistem budidaya ini makanan ikan sangat
tergantung pada alam sehingga mungkin tidak mencukupi dari segi jumlah maupun
komposisi zat gizinya.

Ikan memerlukan zat gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral dengan jumlah dan komposisi yang seimbang tergantung pada jenis ikan.
Ikan yang kekurangan gizi akan mengganggu pertumbuhan menyebabkan
kecacatan sehingga mudah terserang penyakit menular lainnya.

9.3 Penyakit Menular

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa penyakit menular adalah penyakit yang


umumnya disebabkan oleh mikroorganisme antara lain; virus, bakteri, jamur,
protozoa dan myxozoa
9.3.1 Penyakit yang disebabkan oleh virus

Virus memiliki struktur sangat sederhana yang terdiri dari asam nukleat
yang dikelilingi oleh pelindung dari protein. Virus dapat digolongkan berdasarkan
bentuknya, jenis asam nukleat, pilinan tunggal atau ganda, berat molekul, atau
pekekaan terhadap bahan kimia. Gejala umum ikan yang terserang penyakit
yangdisebabkan oleh virus adalah terjadinya pendarahan pada bagian organ, perut
mengembung, eksoptalmia, kulit menjadi pucat.

Pengobatan penyakit yang disebabkan oleh virus secara khusus belum


ditemukan, sehingga cara yang paling efektif adalah dengan cara menjaga
kebersihan kolam dan memastikan kualitas air pada ambang optimum sehingga
kekebalan tubuh ikan tetap baik.

9.3.2 Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang


sederhana. Ciri-ciri bakteri adalah sifatnya yang dapat membiak dalam kelompok,
berbentuk rantai atau benang halus atau kasar metabolismenya bersifat aerob atau
anaerob, dan memerlukan media tertentu untuk dikultur yang menghasilkan asam
atau gas. Bakteri dapat diisolasi dari ikan sakit selanjutnya dikultur dan
diidentifikasi jenisnya

Beberapa jenis bakteri yang sering menyerang ikan antara lain; Flexibacter
columnaris, Edwardsiella tarda, Edwardsiella ictalurus, Vibrio anguillarum,
Aeromonas hydrophila dan Aeromonas salmonicida
9.3.3. Penyakit yang disebabkan oleh jamur

Jamur adalah tumbuhan mikroskopis yang tidak dapat dibedakan antara


akar, batang dan daun, dapat dibedakan menjadi yang berklorofil dan yang tak
berklorofil.

Hanya tiga jenis jamur yang sering menyerang ikan budidaya yaitu
Ichthyophonus sp, Branchyomycetes sp dan Saprolegnia sp. Ketiganya dapat
dengan mudah diidentifikasi karena hanya menyerang organ-organ sasaran tertentu
dan bentuk yang khusus pula. Ichthyophonus sp biasanya menyerang organ inti lal
ikan. Branchyomycetes sp menyerang pembuluh darah dan insang. Saprolegnia sp
biasanya menyerang kulit.\

9.3.4 Penyakit yang disebabkan oleh protozoa

Protozoa merupakan hewan yang paling kecil yang terbentuk dari satu sel
yang mempunyai membran Pembiakannya secara aseksual. Protozoa bias terjadi
jika kualitas air menurun terutama tingginya nilai nitrit dan goncangan pH.
Beberapa protozoa hanya menyerang organ internal saja, protozoa yang bersifat
patogen antara lain yang termasuk dalam filum Myxozoa, Sarcomastigophora,
Sporozoa, dan Ciliophora.

9.3.5 Penyakit yang disebabkan oleh metazoa

Metazoa adalah hewan yang bersel banyka dengan berbagai struktur internal
seperti organ pencernaan, organ reproduksi dan organ perekat. Beberapa metozoa
yang sering menyerang ikan adalah Monogenea dan Digenea. Dactylogyrus adalah
ektoparasit pada insang. Digenea adalah bersifat endoparasit pada ikan jika ikan
merupakan inang terakhir, dan apabila ikan sebagai inang perantara maka burung
adalah inang terakhir.
9.3.6 Penyakit yang disebabkan oleh Cestoda dan Nematode

Cestoda mempunyai cirri-ciri pada bagian kepala (Scolex) mempunyai organ


perekat berupa sucker. Dalam inang perantara, tahap larva dapat ditemui dalam
otot atau dalam rongga tubuh lain misalnya pada usus kecil. Ligula intestinalis
yang dapat menyebabkan perut bengkok pada ikan. Sedangkan Nematoda adalah
bersifat endoparasit pada ikan dengan organ sasaran yang sering diserang adalah
usus. gelembung renang atau otot.

9.3.7 Crustacea dan golongan lintah

Golongan Crustacea yang bersifat ektoparasit pada ikan antara lain;


kopepoda misalnya Lemea sp. Ergasilus sp; branchiura misalnya Argulus sp, dan
isopoda. Lintah Hirudinea kadangkala juga menyerang ikan. Parasit ini mempunyai
alat penghisap pada kedua ujung tubuhnya. Lintah menghisap darah segar dalam
jumlah yang banyak sehingga ikan kekurangan darah, lemas dan mudah terserang
penyakit sekunder lainnya.

9.4 Pencegahan Penyakit

Pepatah mengatakan mencegah lebih baik dari pada mengobati (prevention


is better than cure). Ada beberapa kaedah yand dapat dipakai untuk mengawal
penularan penyakit antara lain:

9.4.1 Uji dan musnahkan

Cara ini dinilai cukup baik untuk menghindari merebaknya penyakit.


Pertama-tama ikan sampel diambil dari setiap kolam secara acak selanjutnya diuji
dan dianalisis kemudian diambil kesimpulan. Jika kesimpulan yang diambil adalah
ikan peliharaan terserang penyakit, maka semua ikan dalam kolam yang terkena
penyakit harus dimusnahkan dan bangkainya dibakar atau ditanam.
9.4.2 Karantina dan isolasi

Metode ini bertujuan untuk menghalanggi penyakit merebak dari satu daerah
atau negera ke negera lain. Ikan-ikan yang akan didatangkan dari luar daerah atau
luar negeri perlu terlebih dahulu dikarantina sebelum diizinkan masuk. Ikan-ikan
yang diduga terkena penyakit selanjutnya diisolasi selanjutnya dimusnahkan atau
dipulangkan ke daerah asalnya, sedangkan ikan-ikan yang sehat diizinkan masuk.

9.4.3 Pengobatan dan menjaga kebersihan

Beberapa bahan kimia dapat digunakan untuk mencegah berkembangnya


penyakit antara lain methylene blue, klorin, formalin dan antibiotic. Namun
demikian perlu kehati-hatian dalam penggunaan terutama dosis, jika terlalu rendah
penyakit tidak mati bahkan bibit penyakit menjadi kebal terhadap obat tersebut.
Selain itu pula dosis yang terlalu tinggi akan berpengaruh pada ikan dan bersifat
mubazir.

9.4.4 Imunisasi

Vaksin dapat juga digunakan untuk mencegah ikanNterserang penyakit.


Namun karena harga yang mahal cara ini sesuai diterapkan pada ikan-ikan yang
berharga mahal dan langka, atau tujuan-tujuan penelitian dan konservasi. Masalah
serangan penyakit juga dapat aiatası dengan menghasiLkan strain ikan yang tahan
terhadap penyakit melalui proses kawin silang atar ikan-ikan yang diketahui tahan
terhadap penyakit.

9.4.5 Mengontrol dan membasmi hewan inang perantara


Biasanya patogen memerlukan inang perantara sebelum menyerang ikan,
misalnya siput yang menjadi inang perantara bagi cacing, maka perlu diberantas
dari kolam. Selain itu juga ikan-ikan liar dapat juga bertindak sebagai inang bagi
beberapa penyakit oleh karena itu juga perlu dikawal keberadaan ikan-ikan liar di
kolam.

9.4.6 Mencegah dan mengontrol bahan-bahan beracun

Bahan beracun dapat membunuh ikan secara mendadak dan massal oleh
karena itu peternak mesti selalu waspada terhadap sumber-sumber racun dari
bahan limbah pabrik, limbah rumah tangga dan pencemaran logam berat. Selain itu
bahan-bahan dari limbah pertanian seperti pestisida juga berpotensi masuk ke
dalam kolam. Kelimpahan fitoplankton yang tinggi juga membahayakan ikan
karena ikan akan kekurangan oksigen pada malam hari, karena pada malam hari
fitoplankton akan mengunakan oksigen dan memproduksi CO2 yang berbahaya
bagi ikan.

9.5 Pengidentifikasian Penyakit

Untuk mengidentifikasi penyakit secara pasti diperlukan kepakaran


tersendiri, oleh karena itu jika ikan terserang penyakit atau diduga terserang
penyakit langkah yang paling bijak adalam meminta nasehat dari pakar penyakit
ikan, yang dapat ditemui di Universitas atau pusat-pusat penelitian atau balai-balai
budidaya perikanan. Jamur biasanya menyerang jika organ-organ pada ikan
mengalami luka. Secara umum dapat dijelaskan bahwa ikan yang terserang
penyakit akan terlihat lemah, berenang tidak normal, hilang nafsu makan, badan
kurus dan pertumbuhan lambat atau bahkan akan mengalami kematian.
9.6 Pengobatan Penyakit

Penyakit yang disebabkan oleh virus sampai saat ini belum dapat diobati,
sedangkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan crustacea dapat
diobati. Pada dasarnya ada dua metode pengobatan yang sering digunakan yaitu
pengobatan luar dan pengobatan dalam

9.6.1 Pengobatan luar

Metode pengobatan ini digunakan untuk mengobati jangkitan pada bagian


luar badan ikan dan sekaligus juga untuk menghilangkan atau mengurangkan bibit
penyakit dalam bak atau kolam pemeliharaan. Obat atau antiseptik yang digunakan
harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:

• Dapat dicampur dengan air


• Dapat mengontrol atau menghambat pertumbuhan bakteri atau parasit pada
konsentrasi yang tidak berbahaya pada ikan yang diobati
• Tidak meresap masuk ke dalam tubuh ikan atau jaringan
• Dapat digunakan berkali-kali tanpa membawa efek negative pada ikan
• Berharga relatif murah dan mudah didapat Keberhasilan pengobatan luar
sangat tergantung pada dosis obat yang digunakan. Oleh karena itu petani
harus memiliki informasi dasar mengenai dosis yang dianjurkan. Sebagai
contoh dapat dilihat pada Tabel 9.1.

Jenis Pengobatan Untuk Pengobatan Dosis dan Lama


Rawatan
Asam cuka Bakteri 1:20 (5%) selama 1 menit
Garam dapur Bakteri dan jamur 6% selama 5-10 menit
Acrifalin Bakteri 500 ppm selama 20 menit
(untuk telur)
Klorin Semua parasit 10 ppm selama 30 menit
Copper sulfate Bakteri 1-4 ppm selama 1 jam
Kristal Violet Jamur 5 ppm selama 1 jam
Formalin Protozoa dan jamur 250 ppm selama 1 jam
Furanace Myxobakteri 2ppm selama 1 jam
Malachite green Jamur 67 ppm selama 10-30
detik
Methylena blue Krustasea 0,25 ppm selama 1 jam 1-
4 kali seminggu
Roecal Jamur 4 ppm selama 1 jam

9.6.2 Pengobatan dalam

Pengobatan ini dilakukan dengan cara mencampurkan obat dengan makanan


yang diberikan. Dosis dan lama waktu pemberian juga perlu mendapat perhatian.
Sebagai panduan dapat digunakan petunjuk pada Tabel 9.2

Jenis Obat Untuk Pengobatan

Aureomycin Bakteri (Aeromonas dan Pseudomonas)


Di-N-Butil Tin Oxide Cacingan
Epsom salts Protozoa
Erythromycin Bakteri streptococcus
Mebendazole Cacingan
Oxxyleiracyline terramycin Kudis/luka
9.7 Kasus: penyakit yang sering menyerang ikan lele

Ikan lele yang dipelihara dalam kolam biasanya sering terserang oleh
beberapa jenis penyakit antara lain penyakit yang disebabkan oleh virus dan
bakteri Penyakit Channel catfish virus diseases atau CVD adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus DNA misalnya virus herpes, Herpes virus. Namun demikian
virus ini jarang menyerang ikan lele Afrika atau ikan lele Asia . Gejala kepala retak
atau pecah kadangkala juga pada ikan lele, penyakit ini diduga ada kaitannya
dengan kekurangan zat vitamin dan mineral pada makanan ikan.

9.8 Beberapa jenis parasite yang menyerang ikan di perairan Aceh

Hasil penelitian Muchlisin et al. (2014) melaporkan ikan kerling (Tor


tambra) di kolam budidaya terserang oleh beberapa jenis ektoparasit, diantaranya
yaitu: Trichodina sp., Argulus dan Lernea. Selain terserang ektoparasit, ikan kering
di sana juga terserang endoparasit cacing dari jenis Bothriocephalus acheilognathi
(Gambar 9.1; Muchlisin et al., 2015). SIki Bothriocephalus acheilognathi
memerlukan inang perantara berupa kepopoda yang bersifat planktonic (Gambar
9.2 Serangan parasit ini umumnya disebabkan karena kebersihan. kolam yang
buruk terutama adanya endapan sisa pakan atau di dasar kolam yang menjadi
tempat yang nyaman bagi parasite untuk berkembang biak.
Muchlisin et al. (2017) juga melaporkan adanya serangan endoparasite dari
jenis Nematode pada ikan sidat (ileah) Anguilla bicolor dari perairan Aceh, dalam
laporan tersebut dinyatakan bahwa ikan sidat terserang dua jenis endo parasite,
yaitu:

• Proca mallan us sp.


• Anisaki S sp.
Bab X

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

dalam studi kelayakan ekologis parameter yang digunakan mengacu kepada


persyaratan ekologis dan teknik serta beberapa parameter tambahan jika
diperlukan.

10.1 studi kelayakan ekologis

10.1.1 persiapan tabel parameter yang diukur

Langkah pertama adalah menabulasikan semua parameter yang ingin dinilai dan
berikan range lainnya berdasarkan literatur yang ada. Kemudian tentukan beberapa
parameter kunci, parameter paling penting dan parameter tambahan berikan bobot
lebih tinggi pada parameter kunci misalnya bobot 3 parameter penting 2 dan
parameter tambahan bobot 1. Berikan ranking untuk nilai setiap parameter.

10.1.2 cara penilaian dan pengisian tabel

contoh pengisian; misalnya kita ingin mengukur suhu air, alat yang dipakai adalah
digital termometer dengan cara mencelupkan termometer dalam kolam air bisa
dilakukan pengukuran suhu permukaan suhu dasar dan suhu pertengahan badan air
dan rata-rata kan, hasil pengukuran suhu permukaan 28 derajat Celcius, Suhu dasar
26 derajat Celcius, dan suhu pertengahan kolom air adalah 27 derajat Celcius,
maka Suhu rata-rata adalah 27 derajat Celcius. Setelah semua parameter dihitung
nilai yang telah dilingkari pada kolom 5 dan disimpulkan masuk dalam kelayakan
tingkat apa.
10.2 kelayakan ekonomis ( analisis usaha)

10.2.1 budidaya ikan dalam keramba jaring apung

biaya produksi atau biaya variabel dapat Kita bedakan menjadi 2 yaitu biaya tetap
fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost. biaya tetap adalah biaya yang
penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi diantaranya biaya
pembuatan atau Rehab kolam, beli atau sewa lahan dan pembelian peralatan yang
dapat dipakai beberapa kali siklus produksi. sedangkan biaya tidak tetap adalah
biaya yang dikeluarkan dalam 1 kali siklus produksi habis dalam satu kali
pemakaian misalnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit pupuk pakan
obat-obatan upah dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai