Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang digemari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan kisaran salinitas yang luas. Kendala dalam usaha budidaya perikanan yang banyak dikeluhkan petani salah satunya adalah mahalnya harga pakan komersil. Pakan sebagai sumber energi untuk tumbuh merupakan komponen biaya produksi yang jumlahnya palingbesar yaitu 40-89%. Selain itu, pakan komersil memiliki kandungan protein sekitar 26-30%, sehingga jika manajemen pemberian pakan kurang baik maka dapat menyebabkan akumulasi amonia yang mempercepat penurunan kualitas air (Mulyani et al., 2014). Untuk mencapai ikan yang maksimal diperlukan pemeliharaan yang intensif seperti penambahan pakan tambahan. Pakan buatan dibagi menjadi 3 berdasarkan kebutuhannya yaitu pakan tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama. Fungsi pakan tersebut digunakan untuk kelangsungan hidup dan peningkatan produksi ikan. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan nila antara lain pH air antara 6,5-8,6, suhu air berkisar 25-30oC, oksigen terlarut (DO) > 5 mg/l (ppm), kandungan amoniak (NH3) < 0,02 ppm, debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, kualitas air harus bersih tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun. Pola budidaya nila perlu dikembangkan lebih intensif karena laju konversi lahan tambak terjadi sepanjang waktu. Berkembangnya industri dan kota baru dikhawatirkan akan berdampak pada penurunan produksi dan produktifitas nila. Di sisi lain kebutuhan nila terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan makin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi sumber protein yang menyehatkan dan berlemak rendah. Untuk melindungi kawasan tambak diperlukan upaya yang sinergis antara pengambil kebijakan, pembudidaya dan pengusaha agar budidaya nila lebih luas (Salsabila et al., 2018).
2.2 Efisiensi Pakan Ikan Nila
Pakan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam upaya meningkatkan produktivitas ikan yang dibudidaya. Namun, permasalahan yang sering muncul pada pembesaran ikan adalah biaya pakan yang tinggi yang lebih dari 60% dari total biaya produksi ikan yang dipelihara. Kebutuhan pakan yang sangat besar dapat menimbulkan permasalahan bagi petani ikan dimana harga pakan yang semakin mahal, sehingga makin memperbesar biaya produksi. Selain itu sering kali pemberian pakan dilakukansecara berlebihan sehingga akan menimbulkan permasalahan baru lagi dalam usaha budidaya karena pakan yang tidak terkonsumsi akan menjadi racun bagi ikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan ikan yang dibudidaya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pakan melalui manajemen pemberian pakan ialah dengan metode pemuasaan. Pemuasaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi konsumsi pakan maupun akumulasi ammonia. Ikan yang tidak diberi pakan tidak akan tumbuh karena tidak memperoleh energi. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ikan yang sementara waktu tidak diberi pakan (dipuasakan) akan tumbuh lebih cepat ketika pemberian pakan dimulai lagi, dan bahkan pertumbuhan lebih tinggi dari ikan yang diberi pakan setiap hari. Pemuasaan secara periodik mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan ikan setara bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanpa pemuasaan. Fase dari pertumbuhan yang lebih besar dari normal, yang berkaitan dengan pemberian pakan kembali pada hewan darat dan air setelah mengalami masa pengurangan pemberian pakan disebut dengan pertumbuhan pengganti (Sari et al., 2017). Pembuatan pakan ikan pada prinsipnya adalah pemanfaatan sumber daya alam yang tidak layak dikonsumsi secara langsung oleh manusia atau pemanfaatan surplus yang memiliki nilai nutrisi dan nilai ekonomis yang lebih kecil daripada bahan pangan hewani yang akan dihasilkan. Pakan juga merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Jenis-jenis ikan budidaya komersial yang dipelihara secara semi-intensif, pakan yang dimakan sepenuhnya mengandalkan suplai yang diberikan oleh pembudidaya. Sedangkan ikan yang dipelihara secara tradisional atau ikan yang hidup bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang tersedia secara alami. Itulah yang menyebabkan mengapa laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan yang dipelihara secara intensif dan semi intensif jauh lebih tinggi daripada ikan yang dipelihara secara tradisional atau yang hidup bebas di alam. Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya. Apabila pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi dan kondisi lingkungan mendukung maka dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan menjadi cepat sesuai yang diharapkan. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan berkualitas jelek, jumlahnya tidak mencukupi dan kondisi lingkungannya tidak mendukung dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat (Yanuar, 2017).
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan Nila
Pertumbuhan merupakan proses bertambahan panjang dan berat suatu organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, umur dan kualitas air. Hasil dari analisis sidik ragam menunjukkan pertambahan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, dan laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan nila gesit tidak berpengaruh nyata (P>0,05) pada penggunaan sistem akuaponik. Hal ini diduga ketiga perlakuan memiliki kemampuan yang sama dalam proses resirkulasi air dalam media pemeliharaan ikan nila gesit, serta diduga terjadinya proses filterisasi yang optimal pada setiap perlakuan sehingga menghasilkan kualitas air yang baik di dalam media pemeliharaan ikan nila gesit dan pemberian pakan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran ikan baik dalam berat, panjang maupun volume selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh perubahan jaringan akibat pembelahan sel otot dan tulang yang merupakan bagian terbesar dari tubuh ikan sehingga menyebabkan penambahan berat atau panjang ikan (Mulqan et al., 2017). Begitu pula jika kualitas air kurang baik maka mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan adalah pencemaran limbah organik, bahan buangan zat kimia dari pabrik, serta pestisida dari penyemprotan di sawah dan kebun. Selain kualitas air, oksigen berperan penting dalam laju pertumbuhan ikan nila. Kadar oksigen merupakan faktor lingkungan yang penting, apabila konsentrasi oksigen terlarut rendah, nafsu makan organisme yang dibudidayakan (ikan nila) menurun sehingga mempengaruhi pertumbuhan serta daya tahan terhadap penyakit, sebaliknya jika konsentrasi oksigen terlarut rendah terus berlangsung maka kemungkinan organisme yang dibudidayakan akan mati karena kekurangan oksigen (Yanuar, 2017).
2.4 Kandungan Gizi Ikan Nila
Ikan menurut habitatnya terdiri dari ikan air laut dan ikan air tawar yang jenisnya sangat beragam dan mempunyai beberapa kelebihan salah satunya adalah ikan nila. Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu ikan air tawar yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan mudah dipijahkan sehingga penyebarannya di alam sangat luas, baik di daerah tropis maupun di daerah beriklim sedang. Ikan nila (Oreochromis niloticus) umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, waduk, rawa, sawah, saluran irigasi dan danau. Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi. Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas, mempunyai air yang tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu. Danau adalah badan air yang dikelilingi daratan dan dikelompokkan sebagai salah satu jenis lahan basah. Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal serta cepat berkembang biak. Selain disukai oleh konsumen ikan nila harganya relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat di Indonesia. Meningkatnya jumlah permintaan akan ikan nila saat ini, menyebabkan banyaknya ikan nila yang beredar di pasaran tidak diketahui asal usul ikan yang diperdagangkan (Ramlah, 2016). Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan diseluruh pelosok tanah indonesia dan menjadi ikan konsumsi masyarakat yang cukup popular. Nilai gizi ikan sangatlah baik karena mempunyai nilai cerna dan nilai biologis yang lebih tinggi dibanding daging hewan lain. Ikan mengandung protein dengan asam amino esensial sempurna. Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang banyak digemari oleh masyarakat, selain gizinya yang tinggi nilai gizi ikan sangatlah baik karena mempunyai nilai cerna dan nilai biologis yang lebih tinggi dibanding daging hewan lain. Ikan mengandung protein dengan asam amino esensial sempurna. Komposisi daging ikan secara umum adalah 15% - 24% protein. Komposisi daging ikan ini sangat bervariasi tergantung faktor biologis dan faktor alam. Protein ikan mudah rusak selama penanganan dan pengolahan seperti degradasi, denaturasi, dan koagulasi. Interaksi antara protein dan lemak yang teroksidasi juga dapat menyebabkan penurunan nilai gizi protein. Denaturasi dapat terjadi oleh beberapa faktor seperti panas dan bahan kimia yang merusak ikatan hydrogen dalam protein tersebut. Terdapat banyaknya konformasi antara asli molekul protein dan konfirmasi dimana rantai protein ada dalam keadaan rambang sempurna meruang. Pada konfirmasi terakhir ini, protein dikatakan mengalami denaturasi sempurna. Akan tetapi, terjadinya keadaan rambang sempurna rantai protein tidak harus berarti hilangnya fungsi biologis. Fungsi biologis memiliki aktivitas maksimum pada keadaans aslinya, dan suatu perubahan dalam struktur yang menyebabkan hilangnya fungsi alami protein tersebut. Adapun salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kadar protein pada ikan nila yaitu suhu dan lama waktu pengawetan. Kandungan air yang meningkat mengakibatkan kadar protein pada ikan nila semakin menurun. Penurunan daya pengikat air disebabkan oleh makin banyaknya asam laktat yang terakumulasi, akibatnya banyak protein miofibril yang rusak sehingga hal tersebut kehilangan kemampuan protein untuk mengikat air. Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan. Pendinginan adalah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih diatas titik beku bahan (Ningrum et al., 2019).