Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ikan bandeng (Chanos chanos Forskal ) merupakan salah satu jenis ikan air
payau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis Ikan ini sudah dikenal oleh
masyarakat luas karena merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai
gizi yang cukup tinggi serta ditunjang dengan rasanya yang enak dan memiliki
kandungan kolesterol yang rendah sehingga aman untuk kesehatan. Pengolahan produk
ikan bandeng yang semakin meningkat pada saat ini, seperti bandeng presto yang semua
tulang dan durinya menjadi lunak, yang menyebabkan meningkatnya jumlah yang
mengkonsumsi ikan bandeng, sehingga permintaan pasar akan ikan bandeng akhir-akhir
ini terus meningkat. Kondisi ini memberikan peluang kepada pembudidaya untuk
mengembangkan usaha budidaya bandeng (Chanos chanos Forskal) di seluruh wilayah
Indonesia yang berpotensi sehingga dapat memenuhi ketersediaan pasokan ikan bandeng.
Untuk

memenuhi

kebutuhan

ikan

bandeng

yang

terus

meningkat

dan

berkesinambungan hanya dapat dilakukan melalui pengembangan budidaya. Dengan


terus berkembangnya teknologi pembenihan ikan bandeng, memungkinkan teknologi
pembesaran ikan bandeng dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak
menjadi kendala dalam teknologi pembesarannya.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara membudidayakan ikan bandeng
2. Mengetahui klasifikasi ikan bandeng
3. Mengetahui persiapan persiapan apa saja yang dilakukan dalam membudidaykan ikan
bandeng
4. Mengetahui metode yang digunakan dalam pemilihan lokasi budidaya
5. Mengetahui identifikasi pemilihan tempat budidaya

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Klasifikasi Ikan Bandeng
secara taksonomi bandeng dapat diklasifiksasikan sebagai berikut:
Class

: Pisces

Sub Class
Ordo

: Teleostei
: Copterygii

Family

: Chanidae

Genus

: Chanos

Spesies

: Chanos chanos Forskal

2.2 Morfologi Ikan Bandeng


Ikan bandeng di Indonesia dikenal juga dengan nama Bandang, Bolu, Muloh, dan
Agam, tetapi dalam perdagangan internasional ikan bandeng dikenal dengan sebutan
Milk fish.
Ikan bandeng memiliki ciri khas yaitu bentuk badan yang langsing berbentuk
torpedo, sirip ekor bercabang (tanda ikan perenang cepat), berwarna keperak-perakan,
mulut terletak di ujung kepala dengan rahang tanpa gigi, lubang hidung terletak di depan
mata, mata diselimuti selaput bening (subcutaneous). Panjang badan di laut dapat
mencapai 1 meter tetapi dalam tambak panjangnya tidak lebih dari 50 cm. Hal ini
disebabkan karena pengaruh keterbatasan ruang gerak, dan karena sengaja dipanen
sebelum menjadi dewasa.
Sebelum melakukan pembudidayaan ikan Bandeng,terlebih dahulu hal yang perlu
dilakukan ialah melakukan survey lokasi atau pemilihan tempat yang cocok untuk
dibudidayakannya ikan bandeng tersebut agar tidak akan terjadi kesalahan kesalahan
dikemudain hari. Adapun metode yang dilakukan dalam survey lokasi ialah dengan
metode wawancara dan observasi langsung ketempat lokasi yang akan dipilih.
Dalam metode observasi langsung hal yang harus diketahui ialah :
1. Pemilihan Lokasi
Lokasi tambak budidaya ikan bandeng yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain:

a. Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5
2,5 m. Pada lokasi yang pasang surutnya lebih rendah dibawah 1 meter maka pengelolaan
air menggunakan pompa.
b. Tersedia air tawar untuk mengatur kadar garam yang sesuai bagi pertumbuhan ikan
bandeng.
c. Tekstur tanah yang ideal adalah liat berpasir, karena tanah ini dapat menahan air dengan
baik.
d. Lokasi ideal terdapat sabuk hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove dengan
panjang minimal 100 m dari garis pantai.
e.

Keadaan sosial ekonomi mendukung operasional budidaya seperti keamanan yang


kondusif.

2. Parameter air yang baik untuk ikan bandeng


Parameter yang harus diukur dalam pemilihan lokasi ikan bandeng terdiri dari
parameter kimia,fisika,dan biologi.
a) Parameter kimia yang diukur ialah :
1. DO(kadar oksigen terlarut) yang baik dalam memelihara ikan bandeng ialah : minimal 4
ppm,dengan penggunaan alat ukur DO METER,
2. pH (keasaman). pH air yang baik pada pemeliharaan ikan bandeng ialah : 6-8 ppt,
dengan alat ukur pH METER,
b) Parameter fisika yang diukur ialah :
1. Salinitas (kadar garam). Salinitas yang baik ialah : 29-32 ppt,dengan menggunakan
Refractometer sebagai alat pengukuran,
2. Suhu yang baik dalam budidaya ikan ini berkisar antara 32 0C sedangkan yang
optimumnya

adalah

29-300C,dengan

menggunakan

thermometer

sebagai

alat

pengukurnya
3. kedalaman air untuk budidaya ikan adalah 60-75 untuk pemeliharaan benih,dengan alat
ukur ialah penggaris/mistar atau alat ukur lain
sedangkan untuk parameter biologi biasanya dilakukan penumbuhan pakan alami atau
diambil langsung dari alam kemudian di culture.
2.3 IDENTIFIKASI LOKASI
Dalam pembudidayaan ikan bandeng hal yang perlu diidentifikaasi ialah lokasi
budidaya,apakah pas atau sesuai syarat-syarat pemilihan lokasi,parameter kualitas
air,serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
a. syarat pemilihan lokasi

o dekat dengan sumber air


o dekat dengan tempat pelelangan
o sarana transportasi memadai
o terhindar dari banjir
o sarana dan prasarana
o mudah memperoleh sarana produksi
b. parameter kuslitas air yang diukur
o salinitas
o pH
o DO
o Suhu
o alkalinitas
o kecerahan dan kekeruhan
2.4 MEMILIH LOKASI BUDIDAYA
Dalam upaya mencapai pertumbuhan ikan yang optimal dan mampu meraih
keuntungan pada proses budidaya khususnya pembesaran ikan, maka langkah awal usaha
berupa pemilihan lokasi sebagai tempat budidaya ikan menjadi faktor penting. Investasi
yang

begitu besar

untuk mendirikan

tambak,

membuat

kolam ikan

maupun

meletakan karamba jaring apung, akan menjadi kurang optimal atau bahkan sia-sia jika
pemilihan lokasi yang kurang baik. Dalam materi ini pemilihan lokasi dibedakan menjadi
2 yaitu pemilihan lokasi kolam dan pemilihan lokasi karamba karing apung.
Secara umum, pemilihan kolasi budidaya ikan meliputi faktor teknis, ekonomis
dan sosial. Faktor teknis berkaitan dengan teknis lahan sebagai wadah budidaya ikan baik
tanah maupun airnya, ekonomis terkait dengan pendukung pemasaran dan biaya
produksi, dan factor sosial berkaitan dengan daya terima masyarakat sekitar lokasi
budidaya ikan
A. Pemilihan Lokasi Kolam/Tambak
1. Faktor Teknis
Faktor teknis adalah faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan terhadap kegiatan teknis budidaya ikan seperti sumber air, jenis tanah, limbah,
dan kualitas air.
a. Sumber air
Lokasi budidaya ikan sebaiknya dekat dengan sumber air yang kontinuitasnya
terjamin sepanjang tahun seta debitnya cukup dan kualitas airnya sesuai degan

persyaratan ikan yang akan dibudidayakan, namun bebas dari pengaruh banjir. Sumber
air ini biasa berasal dari sunggai, mata air, saluran irigasi, sumur atau waduk.
b. Jenis tanah
Tanah dipilih yang tidak porus yaitu tanah liat atau lempung, sehingga kehilangan air
karena filtrasi, rembesan dapat dihindari seminimal mungkin.
c. Jauh dari pembuangan limbah
Karena ikan sangat peka sekali terhadap lingkungan dan hidupnya tergantung sekali
dengan kualitas air, maka hindarilah pemilihan loasi yang sumber airnya tercemar, baik
ituh oleh limbah pabrik atau limbah rumah tangga, karena bias megakibatkan kematian
pada ikan.
d. Kualitas air
Sumber air untuk budidaya ikan harus memenuhi persyaratan kualitas ar yang sesuai,
baik secara biologis, fisika maupun kimia. Yaitu air haarus jernih tapi kaya akan pakan
alami,tidak mengandung bahan-bahan yang beracung serta suhu, pH sesui dengan jenis
ikan yang
dibudidayakan.
2. Faktor non teknis
Faktor non teknis adalah faktor-faktor yang tidak berpengaruh secara lagsung terhadap
untung ruginya usaha dalam budidaya ikan, factor-factor tersebut di antaranya jauh
dekatnya dengan lokasi pemasaran, sarana trasportasi, mudah tidaknya mendapatkan
tenaga kerja, keamanan dan kemuudahann memperoleh sarana produk serta kesesuaian
dengan lingkungan sosial budidaya setempat.
a. Dekat dengan lokasi pemasaran
Jauh dekatnya lokasi budidaya dengan tempat pemasaran ini penting di perhatikan karena
erat kaitannya dengan biaya yang dikeluwarkan untuk pengangkutan, yang akan
berakibat pula pada harga jual ikan yang di prokduksi dan pada akhirnya berakibat pula
pada kemampuan bersaingan di pasaran.
b. Dekat dengan sarana trasportasi
Agar hasil ikan yang dibudidayakan mudah cepat dipasarkan, harus di perhatia juga

sarana trasportasi baik jalan maupun alat angkutnya, halini pula berkaian dengan prinsip
ekonomi seperti halnya jauh dekatnya lokasi pemasaran dengan lokasi budidaya ikan
ditambah dengan system pengepakan dan system pengangkutan yang arus di gunakan
c. Mudah mendapatkan tenaga kerja
Kemudaha dalam mendapatkan tenaga kerja pun harus di perhatikan, terutama
dalam mendapatkan tenaga kerja yang professional dalam menangani ikan serta upah
tenag kerja yang murah,agar biaya produksi yang dikeluwarkan dapat di tekan seminimal
mungkin.
d. Keamana terjamin
Keamana

terjamin

yang

dimaksud

di

sini

adalah

keamana

yang

dapat

menggaggu kelancaran teknis budidaya seperi gangguan hama, gangguan dari orang atau
kemungkinan terjadi bencana alam.
e. Mudah memperoleh sarana produksi
Agar kegiatan produksi dapat ditekan seminimal mungkin, maka memilih lokasi usaha
harus mempertimbangkan dalam kemudahan memperoleh sarana produksi baik bibit atau
benih,pakan, obat-obatan,peralatan dan lain-lain.
B. PERSIAPAN WADAH DI KOLAM ATAU SAWAH
Untuk mendapatkan ikan yang berkualitas baik, perlu diperhatikan kolam yang baik pula,
sebab dengan kolam yang dipersiapakan dengan baik ikan merasa sesuai sehingga akan
cepat pertumbuhannya. Beberapa kegiatan yang perludi lakukan untuk menciptakan
kondisi tersebut adalah sebagai berkut:
1. Pengeringan dasar kolam
Pengeringan dasar kolam bertujuan untuk:
a. Menghilangkan senyawa-senyawa beracun.
b. Membunuh hama dan penyakit yang bersarang dalam kolam.
c. Memperbaiki aerasi (O2) didalam tanah menjadi baik
d. Pengeringan dasar kolam di lakukan selama 3-7 hari (tergantung cuaca dan keadaan
tanah),yang penting dasar tanah menjadi retak-retak.
2. Perbaikan pematang dan pengolahan tanah kolam

Kegiata ini bertujuan untuk:


a. Memperbaiki bagian yang rusak (pematang bocor).
b. Memperbaikai struktur tanah.
c. Meningkatkan daya tahan tanah terhadap air.
d. Menetralisir gas-gas beracun, seperti asam sulfide, amoniak.
e. Pengolongan dasar kolam dilakukan dengan membajak atau mencangkul
3. Pemupukan dan pengapuran
Pemupukan dan pengapuran bertujuan untuk:
a. Memperbaiki pH tanah.
b. Membrantas hama penyakit ikan.
c. Kapur ditaburkan setelah kolam benar-benar kering dan agar merata perlu di aduk
dengan cangkul.
d. Dosis kapur sebanyak 15-25 gram/m.
e. Menyediakan pakan unsur hara bagi tumbuhan pakan alami (plankton) yang menjadi
makanan ikan.
f. Pupuk yang diberikan pupuk organik, dosis 0,25-0,5 kg/m ,TSP dengan dosis 10g/m ,
urea 15g/ m. Dosis pupuk tersebut tidak mutlak tetapai di sesuaikan dengan tingkat
kesuburan,cara pemberian pupuk kandang bias dionggokkan di beberapa tepi kolam atau
di sebar pada dasar kolam. Sedangkan untuk pupuk TSP dan urea di sebar pada dasar
kolam.
4. Pengairan kolam
Pengairan kolam ikan dilakukan setelah kegiatan diatas selesai. Ketinggian air yang di
perlukan antara 40-50 cm, air tersebut di biarkan selama 5-7 hari agar kolam ditumbuhi
plankton.Tanda-tanda air yang ditumbuhi plankton biasanya berwarna kehijau-hijauan.
C. PENEBARAN BENIH
1. Syarat Benih
Benih yang sehat memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a. Gerakannya lincah.
b. Tidak cacat dan tidak luka di tubuh.

c. Tidak ada tanda-tanda terserang penyakit.


d. Besarnya kurang lebis seragam.
2. Penebaran Benih
Benih ikan dapat ditebar di kolam bila kondisi kolam telah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Kedalaman air dapat dipertahankan 60-75 cm.
b. Air sudah ditumbuhi plankton atau makanan alami.
c. Kualitas airnya baik dengan kriteria kandungan oksigen terlarut minimal 4 ppm, pH air
6-8,dan suhu air 23- C.
1) Padat penebaran
Faktor yang menentukan padat penebaran (jumlah ikan) adalah pemberian pakan,
kesuburan kolam, ukuran ikan yang ditebar, lamanya pemeliharaan dan lain sebagainya.
2) Waktu Penebaran
Waktu penebaran benih ikan umumnya dilakukan pada pagih hari atau sore hari, padasaat
airnya sejuk sehingga benih ikan yang ditebar tidak setress (mati).
3) Cara penebaran
Penebaran ikan dilakukan dengan cara aklimatisasi, yaitu penyesuaian suhu air pada
wadah benih dengan air kolam, penyesuaian kualitas air.
Aklimatisasi dilakukan selama 15-30 menit sampai suhu air pada wadah benih sama
dengan air kolam dengan cara kantong plasatik berisi benih ikan langsung di apungkan
dalam air kolam.Pelepasan benih dilakukan dengan cara memiringkan wadah benih
sampai ikan keluar dengan sendirinya.
D. PEMELIHARAAN IKAN
1. Metode Pemeliharaan ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu
monokultur,
polikultur, dan mixkultur.
a. Monokultur
Metode pemeliharaan ikan dimana dalam satu wadah hanya ditanam satu jenis ikan saja,
dan umumnya pemeliharaannya dilakukan secara intensif.
b. Polikultur

Metode pemeliharaan ikan dimana dalam satu wadah hanya ditanan lebih dari satujenis
ikan. Tidak semua jenis ikan dapat dipelihara secara polikultur. Pertimbangan
pemeliharaaan ikan dengan menggunakan metode ini adalah efisiensi penggunaan wadah,
efisiensi penggunaan pakan.
c. Mixkultur
Metode pemeliharaan ikan dimana dalam satu wadah selain ditanami ikan juga ditanami
non ikan seperti padi, itik dan lain sebagainya. Beberapa metode mixcltur yang umum
dilaksanakan saat ini adalah mina padi, mina ayam.
2. Pemberian Pakan
Pakan sangat berperan dalam pertumbuhan ikan, agar pakan yang diberikan optimal maka
jumlah harus tersedia cukup, kualitasnya memadai serta sesuai dengan jenis atau pun
bentuknya.
Juga waktu, frekuensi, dan cara pemberiannya yang tepat.
a. Kandungan pakan ikan
Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan
menganti alat-alat tubuh yang rusak, kelebihannya baru digunakaan untuk pertumbuhan.
Pakan ikan yang diberikan harus menggunakan protein, karbohidrat dan lemak, zat
makanan ini akan di ubah mejadi energi. Protein merupakan sumber energi utama,
kandungan protein pada pakan harus berkisar antara 28-30% (Hapher, 1975).
b. Jumlah pakan yang diberikan
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan. Bila pakan yang diberikan
kurang dari yang di butuhkan kemungkinan yang terjadi adalah pakan tersebut hanya
digunakan hanya untuk memprtahankan kondisi tubuh saja sedangkan bila berlebiha ikan
tidak akan menghabiskannya, sehingga terjadi pembusukan sisa pakan. Menurut Admadja
dkk (1985) pemberian pakan perhari adalah 2-5% dari bobot ikan yang dipelihara.
c. Jenis pakan ikan
Jenis pakan ikan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan
alami adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujudnya masih asli. Keadannya bias
hidup,mati, segar ataupun awetan, contohnya: infusoria, daphnia, jenis yamuk, cacing,
jangkrik,bekicot, dan lain-lain. Pakan buatan adalah pakan yang diberikan pada ikan yang

wujud asalnya tidak nampak lagi. Pakan buatan ini umumnya sudah diramu sehingga
bahan lebih dari satu jenis dan kandungan nutrisinya bias diatur oleh pembuatnya.
d. Bentuk pakan ikan
Bentuk pakan yang dimaksud adalah bentuk pakan buatan, karena pakan buatan bias
dibentuk sesuai keinginana pembuat dan peruntuknya. Macam-macam bentuk pakan ikan
ini diantaranya adalah bentuk emulsi, pasta, tepung, flek, butiran, remah, pellet.
e. Waktu dan frekuensi pemberian pakan
Waktu frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang dipelihara secara intensif seperti di
jaring apung dan kolam air deras pemberiannya rata-rata 5 kali sehari. Sedangkan ika
yang dipelihara secara semi intesif pemberian pakan 3 kali sehari. Untuk ikan yang di
pelihara secara tradisional umumnya hanya mengandalkan paka alami yang ada dikolam,
bila diberipakan pun hanya sekali-sekali saja dan waktunya pun tidak tentu.
f. Cara pemberian pakan
Cara pemberian pakan ikan ada bermacam-macam di antaranya dengan automatic deman
feeder, ditebar, dihamparan. Macam-macam cara pemberian pakan itu tegantung dari
jenis dan ukuran ikan yang dipelihara.
3. Pengamatan pertumbuhan ikan
Untuk mengetahuai pertumbuhan ikan yang dipelihara dapat dilakukan melalu sampling.
Dari hasil sampling tersebut dapat dihitung konversi pakan untuk megetahui kualitas
pakan pakan yang baik dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Konversi pakan =
Keterangan:
F :Jumlah pakan yang diberikan selama pemelihraan
Wo :Berat awal iakn rata-rata
Wt :Berat akhir ikan rata-rata
D :Jumlah berat iakn yang mati selama pemeliharaan
Apakah nilai konversi pakan rendah maka berarti kualitas pakan yang diberikan baik
(analog pertumbuhan ikan baik). Namun bila konversi pakannya tinggi berarti pakannya
kurang baik (analog dengan pertumbuhan ikan kurang baik).
E. PEMANENAN DAN PASCA PANEN

1. Pemanenan
Hal-hal yang berkaitan dengan pemanenan yang perlu diperhatikan agar tidak mengalami
keggalan atau kerugian itu dapat dihindari seminimal mungkin, maka harus diperhatikan
alat yang digunakan baik jumlah, jenis, ukuran, maupun bahannya, cara panen waktu
panen, dan metodenya harus tepat.
a. Alat panen ikan
Pemilihan macam alat yang digunakan harus disesuaikan, karena penggunaan alat
ini tergantung dari ukuran ikan yang akan dipanen, jumlah ikan yang dipanen,jenis ikan
yang dipanen, jumlah tenaga kerja yang tersedia, metode yang digunakan,efisiensi dan
efektifitas yang
diharapkan. Jenis-jenis alat yang digunakan dalam kegiatan panen ikan adaalah hapa,
ember,
seser, anco, dan lain-lain.
Hapa
Hapa ini merupakan alat yang cukup penting untuk pemanenan ikan, fungsinya untuk
penampungan ikan hasil panen sebelum ikan diseleksi dan di pak. Hapa ini dapat
digunakan
untuk semua jenis ikan dan ukuran ikan yang dipanen, hanya ukuran dan mesnay harus
disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipanen, semakin besar ukuraan ikan yang dipanen
semakin besar pula hapanya(baik mes maupun volumenya).
Seser
Kegunaan seser adalah untuk menangkap ikan setelah air kolam surut,namun perlu
diperhatikan besar kecilnya ukuran seser, halus kasarnya mess seser dan kasar halusnya
bahan seser yang digunakan harus disesuaikan dengan besar kecilnya ukuran ikan dan
jenis ikan yang di panen.
Anco
Anco bias digunakan untuk memanen ikan apa bila ikan yang akan dipanen tidak terlalu
banyak serta air kolamnya tidak dikeringkan. Namun perlu diperhatikan pula ukuran dan
jenis ikan yang akan dipanen. Ikan-ikan yang bisa dipanen dengan menggunakan anco
adalah ikan-ikan yang berukuran kecil dan tidak mempunya duri yang tajam serta
jumlahnya tidak terlalu banyak.

b. Metode panen
Prinsip pemanenan ikan dapat dilakukan denga dua metode, yaitu metode panen secara
selektif dan metode panen secara total. Panen selektif yaitu pemanenan ikan hanya
dengan cara hanya memanen sebagian saja, yaitu ikan-ikan yang berukuran atau yang
dikehendaki sesuaai permintaan. Sedangkan panen total adalah ikan dipanen tanpa
melihat besar kecinya ukuran ikan.
c. Cara panen
Cara panen yang digunakan tergantung dari keperluan, efisiensi, efektifitas yang
diharapkan serta wadah budidaya ikan yang dipergunakan. Cara paanen ikan dapat
digunakan dengan dua cara, yaitu dengan cara mengeringkan kolam budidaya lalu ikan
ditangkap atau ikan ditangkap tanpa mengeringkan kolam.
d. Waktu panen
Pemilihan waktu dalam pemanenan ikan ditentukan jauh dekatnya lokasi pemasaran.
Biasanya ikan dipanen sore hari atau pagi hari (subuh).
2. Pasca panen
Setelah ikan selesai dipanen dan sudah terkumpul pada wadah penampungan, tahap
berikutnya adalah menseleksi ikan-ikan yang memenuhi standar untuk dijual, baik dilihat
dari ukurannya, warna, jenis kelamin, bentuk tubuh, dan kesehatannya. Lalu sebaiknya
bila ikan akan diangkut untuk dipasarkan maka sebaiknya dilakukan pengepakan
dengan mengunakan kantong plastik yang berisi air dan ditambah oksigen. Tempat
penampungan ikan biasanya berupa bak yang dilengkapi dengan sarana pengairan atau
berupa aluran yang airnya mengalir terus menerus. Di tempat penampungan ini akan bias
diamati kesehatannya (kualitasnya).
2.5 BUDIDAYA IKAN BANDENG
Pemilihan Lokasi
Lokasi tambak budidaya ikan bandeng yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain:
a. Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah
1,5 2,5 m. Pada lokasi yang pasang surutnya lebih rendah dibawah 1 meter maka
pengelolaan air menggunakan pompa.
b. Tersedia air tawar untuk mengatur kadar garam yang sesuai bagi pertumbuhan ikan
bandeng.

c. Tekstur tanah yang ideal adalah liat berpasir, karena tanah ini dapat menahan air
dengan baik.
d. Lokasi ideal terdapat sabuk hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove
dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai.
e. Keadaan sosial ekonomi mendukung operasional budidaya seperti keamanan yang
kondusif.
Persiapan Tambak
Persiapan lahan adalah proses penyiapan lahan tambak mulai pengeringan lahan sampai
siap ditebar benih untuk pembesaran ikan bandeng. Persiapan tambak sangat menentukan
keberhasilan budidaya. Tahapan Persiapan tambak adalah sebagai berikut:
a. Perbaikan sarana dan Prasarana
Memperbaiki secara menyeluruh mulai pintu air, pematang, caren, saringan, saluran
pemasukan, saluran pengeluaran dan peralatan lainnya seperti pompa air, jala lingkar
(untuk sampling pertumbuhan ikan).
b. Pengeringan Lahan
Lama pengeringan tergantung cuaca dan kondisi tanah. Tanah yang mempunyai ketebalan
lumpur dalam membutuhkan waktu lebih dari 3 minggu sedangkan tanah liat berpasir
membutuhkan waktu cukup 10 hari. Tujuan pengeringan ini adalah mempercepat
penguapan gas racun-racun, memberantas hama penyakit, mempercepat proses
penguraian dan menaikan pH tanah.
c. Pengangkatan Lumpur
Endapan lumpur sisa pemeliharaan periode sebelumnya berwarna hitam dan terletak
ditengah tambak atau didekat pintu pengeluaran. Lumpur ini banyak mengandung bahan
organik dan gas-gas beracun seperti asam sulfida sehingga lumpur ini perlu diangkat.
Endapan lumpur diangkat kepermukaan tanggul.
d. Pengapuran Tanah
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah serta membunuh bakteri pathogen
yang ada dan organisme hama. Kapur yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah kapur
pertanian (CaCO3). Dosis yang digunakan tergantung pada kondisi pH tanah. Semakin
rendah pH tanah maka kebutuhan kapur untuk pengapuran semakin banyak.
e. Pemupukan
Dalam pemeliharaan ikan bandeng penyediaan makanannya dapat berupa makanan alami
dan makanan buatan. Jenis makanan alami ditambak dapat berupa klekap, lumut,
plankton, dan organisme dasar atau benthos. Namun demikian jarang sekali semua jenis
tersebut dapat hidup dan tumbuh dalam tempat dan waktu yang bersamaan. Hal ini
tergantung dari keadaan kualitas tanah dan air serta kedalaman air ditambak.
Dalam penumbuhan pakan alami tersebut mempunyai tatacara yang berbeda tergantung
dari jenis pakan alami yang diinginkan. Sehubungan dengan hal tersebut kebutuhan jenis
pupuk yang digunakan untuk proses penumbuhannya pun berbeda. Untuk penumbuhan
klekap yang merupakan kumpulan jasad renik yang disusun oleh algae biru, benthos,

diatom, bakteria, dan organisme renik hewani, diperlukan pupuk organik seperti dedak
halus, bungkil kelapa, kotoran sapi, kotoran kerbau, dan kotoran ayam.
Jumlah pupuk yang digunakan tergantung dari kesuburan tanah tersebut, pada umumnya
dosis pupuk organik berupa dedak halus diperlukan 500-1000 kg/ha, bungkil kelapa
diperlukan 500-1000 kg/ha, kotoran kerbau/sapi 1000-3000kg/ha, kotoran ayam jumlah
pupuk organik yang diperlukan 500 kg/ha.
Penggunaan pupuk anorganik dalam penumbuhan klekap terdiri dari pupuk Urea dan TSP
yang digunakan dengan perbandingan 2:1. Dosis pupuk urea adalah 100 kg/ha dan TSP
50 kg/ha. Aplikasi pupuk anorganik dilakukan setelah didahului oleh pemasukan air tahap
pertama setinggi 5-10 cm dan dikeringkan kembali. Pada pemasukan air berikutnya
dilakukan dengan ketinggian 10-15 cm yang selanjutnya dilakukan penebaran pupuk
anorganik sesuai dengan dosis tersebut. Penggunaan pupuk organik dilakukan dengan
cara diletakan pada beberapa tempat dibagian tambak secara merata sebelum dilakukan
pemasukan air tahap pertama.
Untuk penumbuhan pakan alami jenis lumut yang komposisi utamanya adalah alga hijau
berfilamen diperlukan kedalaman air antara 40-60 cm. Kisaran kadar garam yang
diperlukan untuk penumbuhan lumut adalah 25 promil atau lebih. Jenis lumut yang
umum tumbuh ditambak adalah lumut sutera (Chaetomorpha sp), dan lumut perut ayam
(Enteromorpha sp). Jenis algae hijau filamen lainnya juga merupakan jenis lumut adalah
Cladophora sp. dan Vaucheria sp.
f. Pengisian Air Sebelum Tebar
Pada saat terjadi pasang naik cukup tinggi air dimasukan kedalam tambak setelah melalui
saringan di pintu air pemasukan (inlet). Ketinggian air dipelataran tambak lebih kurang
10 cm. Kemudian pintu air pemasukan ditutup dan air dalam tambak dibiarkan selama
tiga hari, dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar berada pada kondisi baik
untuk pertumbuhan pakan alami. Pada saat pemasukan air berikutnya dilakukan
penggunaan Saponin (tea seed) untuk pemberantasan hama yang ada di dalam tambak
dan untuk merangsang pertumbuhan phytoplankton. Setelah diberi saponin, tambak
dibiarkan hingga 5-7 hari. Setelah diyakini bahwa berbagai hama di dalam tambak telah
mati, maka pengisian air kembali dilakukan. Pada tahap ini ketinggian air dipelataran
cukup 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari untuk dilakukan pemupukan dasar. Kemudian
setelah pemupukan dilakukan penambahan air pada tambak dilakukan secara bertahap
sesuai dengan pertumbuhan pakan alami (klekap). Pada ketinggian air 40 cm dari
pelataran tambak maka air tambak dipertahankan untuk persiapan penebaran benih ikan.
Persiapan Benih
Dalam persiapan benih ikan bandeng yang akan ditanam dalam proses pembesaran
terdapat beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Adapun
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan Peneneran

Kegiatan peneneran adalah pemeliharaan benih ikan bandeng dari ukuran nener hingga
mencapai ukuran 5-7 cm. Ukuran benih ikan ini sudah dapat digunakan pada kegiatan
penggelondongan. Luas tambak untuk kegiatan peneneran relatif lebih kecil dan biasa
dikenal dengan sebutan baby box. Perbandingan luas petak peneneran, penggelondongan,
dan pembesaran adalah 1:9:90. lama pemeliharaan dipetak peneneran berkisar 30-45 hari
tergantung pada kondisi pakan alami dan ukuran ikan.
b. Kegiatan Penggelondongan
Kegiatan penggelondongan adalah lanjutan pemeliharan benih dari ukuran gelondongan
kecil (pre-fingerling) hingga mencapai ukuran gelondongan. Kegiatan penggelondongan
ini dilakukan kurang lebih selama 30 hari atau pada saat ukuran berat ikan antara 3-5
gr/ekor. Setelah kegiatan penggelondongan baru benih ikan bandeng dapat dipelihara di
petak pembesaran.
Penebaran Benih
Faktor-faktor penebaran benih yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut
(Mudjiman, 1988):
a. Padat Tebar
Benih ikan bandeng yang ditebar dipetak pembesaran untuk menghasilkan ikan ukuran
konsumsi disesuaikan dengan metode pembesaran ikan bandeng yang dilaksanakan.
Untuk padat tebarnya adalah 2-3 ekor/ m2. Lama pemeliharaan pada pembesaran ikan
bandeng dengan metode tradisional yang disempurnakan adalah 4 bulan.

b. Waktu Penebaran
Penebaran benih bandeng harus segera dilaksanakan setelah petakan tambak siap untuk
pemeliharaan. Warna air tambak terlihat kehijauan oleh plankton. Keterlambatan
penebaran akan memberikan peluang hama dan penyakit berkembang didalamnya. Waktu
penebaran dilakukan sore hari atau menjelang matahari terbenam pukul 16.00-18.00 atau
pagi hari sebelum matahari terbit sampai pukul 07.30 karena pada waktu ini kondisi
fluktuasi suhu tidak mencolok, parameter air dan lingkungan tidak banyak berubah.
c.
Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses penyesuaian biota yang dipelihara dengan lingkungan baru
yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Melalaui proses adaptasi ini secara fisiologi
dan kebiasaan hidupnya secara perlahan-lahan disesuaikan dengan lingkungan barunya.
Dalam kegiatan aklimatisasi sebelumnya telah disediakan petakan khusus yaitu petakan
yang sangat sempit yang dibuat hanya untuk sementara dalam kegiatan aklimatisasi atau
penyesuaian benih pada tambak. Ukuran petak ini disesuaikan dengan banyaknya benih
yang akan ditebarkan. Petakan ini dibuat di dekat pintu air dan dibatasi oleh pematang
yang sempit (kecil). Diatas pematang dibangun atap yang terbuat dari gedek bambu yang
dilapisi dengan plastik atau dari daun kelapa (welit). Kegunaan atap ini adalah sebagai

pelindung bagi benih dari sengatan sinar matahari yang kuat dan hujan, karena air hujan
yang langsung mengalir kepetak aklimatisasi dapat menyebabkan kematian pada benih.
Petak aklimatisasi ini diperlukan baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan.
Pemberian Pakan
Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan ikan,
lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis. Kelebihan
pemberian pakan akan menyebabkan bahan organik yang mengendap terlalu banyak
sehingga akan menurunkan kualitas air demikian juga kekurangan pakan akan
menyebabkan pertumbuhan ikan turun dan tubuhnya lemah sehingga daya tahan terhadap
penyakit menurun. Pakan disebarkan secara merata ke dalam tambak.
Jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan
berbentuk pellet dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan ukuran (size) ikan.
Kandungan nutrisi yang dibutuhkan dalam pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forskal)
antara lain protein, karbohidrat, lemak, asam lemak, vitamin serta mineral. Pakan hidup
adalah organisme hidup dalam tambak yang berfungsi sebagai pakan ikan. Pada
umumnya jenis pakan ini adalah plankton. Fungsi plankton disamping sebagai pakan
alami bagi ikan adalah penghasil oksigen dalam air.
Monitoring Pertumbuhan
Monitoring pertumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan dalam petakan
tambak secara individu, populasi dan biomassa yang dilakukan secara periodik.
Pengamatan pertumbuhan dilakukan dalam pengambilan contoh (sampel) dan
pemeriksaan ikan dengan dilakukan penjalaan (Jala tebar). Untuk mengamati respon ikan
terhadap pakan serta kesehatan ikan dapat diamati menggunakan anco, sedangkan
pengamatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup dilakukan pengamatan langsung
berupa jumlah yang mati. Data yang terkumpul selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan jumlah pakan yang akan diberikan.
Monitoring pertumbuhan ini digunakan untuk menentukan jumlah pakan, infeksi hama
penyakit serta waktu panen yang tepat. Pengambilan sampel atau sampling dilakukan
tidak hanya pada satu titik tambak, atau hanya pada sisi tambak dimana ikan sering diberi
pakan, tetapi harus dilakukan pada lima titik tambak, yaitu bagian tengah tambak dan
empat titik yang lainnya yaitu empat sudut pada tambak. Hal ini bertujuan agar sampling
atau pengambilan sampel yang dilakukan dapat benar-benar mewakili organisme yang
dibudidayakan di tambak secara akurat.
Perawatan Tambak Selama pembesaran
Untuk keberhasilan usaha pembesaran bandeng maka perlu dilakukan perawatan dengan
baik selama pemeliharaan. Perawatan tersebut meliputi pengaturan air, perawatan pintu
dan pematang, pemupukan susulan serta pemberian pakan tambahan.
a. Pengaturan Air
Selama pemeliharaan, kualitas dan kedalaman air harus diperhatikan, sehingga benih
dapat hidup dengan layak. Pergantian air yang teratur mempunyai keuntungan dalam

menjaga kualitas air tetap baik. Selain itu, unsur hara dan organisme makanan benih ikan
bandeng dapat disuplai ke tambak. Bila air tambak tidak pernah atau jarang diganti, akan
menyebabkan terakumulasinya bahan beracun di tambak dan itu sangat berbahaya bagi
kehidupan benih. Pergantian air dilakukan secara teratur bersamaan dengan adanya air
pasang. Caranya adalah dengan mengeluarkan setengah atau sepertiga bagian air tambak
sebelum terjadi air pasang, kemudian diganti dengan air pasang yang baru sampai
ketinggian air semula.
Pada saat setelah terjadi hujan, maka air di tambak perlu segera diganti, karena air hujan
akan mengencerkan salinitas. Hal ini dapat membahayakan kehidupan ikan yang sedang
dipelihara. Kemudian juga untuk menjaga salinitasnya agar tetap stabil dan baik (payau)
diperlukan juga sumber air tawar, sumber air tawar bisa diperoleh dari air sungai.
b. Perawatan Pintu dan Pematang
Untuk menunjang keberhasilan pemeliharaan benih, pematang dan pintu tambak harus
selalu diperiksa dan dirawat dengan baik. Maksud perawatan ini adalah untuk mencegah
terjadinya kebocoran atau rembesan air dari dalam tambak serta mencegah hilangnya
benih. Demikian pula saringan di pintu tambak harus dibersihkan dengan sikat, untuk
memudahkan dalam pertukaran air.
c. Pemupukan Susulan
Sebelum kondisi makanan alami di tambak menipis (habis), segera dilakukan pemupukan
susulan. Pemupukan ini dimaksudkan untuk mensuplai unsur hara kedalam tambak,
sehingga dapat menunjang pertumbuhan makanan alami. Jumlah pupuk yang diberikan
tergantung dari kesuburan makanan alami yang ada. Sebagai patokan dapat digunakan
pupuk Urea dan TSP dengan dosis masing-masing 10 kg/ha. Dapat juga ditambah dedak
halus sebanyak 100 kg/ha. Selain sebagai pupuk, dedak halus juga berfungsi sebagai
makanan tambahan.
Mudjiman juga mengatakan bahwa pemupukan sebaiknya dilakukan pada saat ada air
pasang. Hal ini di maksudkan bila hasil pemupukan berpengaruh kurang baik terhadap
kualitas air (seperti terjadi blooming), maka dengan segera dapat dilakukan pertukaran
air. Pemupukan tidak boleh dilakukan pada saat akan turun hujan, karena air hujan dapat
mengencerkan hasil pemupukan tersebut. Selain itu dalam melakukan pemupukan,
pelataran tidak boleh diinjak-injak, karena akan merusak klekap yang tumbuh
d. Makanan Tambahan
Pemberian makanan tambahan dilakukan apabila keadaan makanan alami sudah tidak
dapat lagi menunjang pertumbuhan bandeng yang dipelihara. Jenis makanan buatan yang
digunakan adalah pelet. Jumlah makanan yang diberikan kira-kira 5% dari berat total
tubuh per hari. Pemberian makanan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang sering mengganggu kegiatan budidaya ikan bandeng adalah
sebagai berikut:

a. Jenis-jenis hama berupa:


1) Ikan pemangsa seperti Kakap, Kerong-kerong, Payus, Bulan-bulan dan jenis ikan
penyaing seperti Tilapia, dan Belanak.
2) Ketam/kepiting, Belut, Tonang, yang merupakan hama yang sering membuat lubang
dan merusak pematang pada tambak.
3) Ular air dan Burung seperti, Pucuk ikan, Bangau, dan lainnya, sebagai pemangsa
yang sering mengancam kehidupan ikan dalam kegiatan budidaya di tambak.
Selain itu perlu diperhatikan pengontrolan tambak secara terus-menerus yaitu
mengurangi atau membasmi organisme pengganggu atau pemakan bentik yang tumbuh di
sekitar tambak. Larva chironomid, cacing polychaete, dan siput yang merupakan sumber
penyakit. Penggunaan kapur dan urea pada saat persiapan tambak akan membasmi
organisme tersebut.
b. Metode Pengandalian Hama
Ada 2 metode pengendalian hama yaitu :
1. Secara fisik dan
2. Secara kimiawi
Secara fisik antara lain dengan cara :
a) Pengeringan dasar tambak
b)

Pemasangan saringan pada pintu air

c)

Pemasangan perangkap

d) Pemasangan tali-tali tidak berwarna (nylon) yang direntangkan di atas tambak untuk
mencegah burung pemangsa.
Secara kimiawi, dengan jalan memilih jenis pestisida dan dosis penggunaan berdasarkan
macam hama. Dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Jenis pestisida dan dosis penggunaan berdasarkan jenis hama
o

Jenis Hama

Pestisida

Dosis efektif
(bahan total)
Per hektar

Berbagai jenis
Ikan liar

Trisipan (sumpil)

Bungkil biji teh


(bahan aktif saponin)
Rotenon (tepung)
Akar tuba
Brestan 60 G
Basudin 60 EC
Sumition 50 EC
Diazinon 60 EC

15-20 kg
3-5 kg
7-10 kg
0,5 kg
0,5 lt
0,1 lt
0,1 lt

Larva chironomid
Kepiting

Brantasan (bubuk)
Sumition 50 EC
Sevin (bubuk)

0,3 kg
0,1 lt
2 kg

c. Cara Pemakaian Pestisida


1) Bungkil biji teh ditumbuk hingga halus (bubuk), kemudian direndam dalam air
selama semalam. Disebar merata ke dalam tambak.
2) Bubuk rotenon dicampur dengan air secukupnya, kemudian disebar merata ke dalam
tambak.
3) Akar tuba ditumbuk hingga halus (bubuk), direndam dalam air selama satu malam,
kemudian diambil ekstraknya dan disebarkan merata kedalam tambak.
4) Brestan dicampur air secukupnya, kemudian disebar merata ke dalam tambak.
Setelah aplikasi tambak harus direklamasi (genangi tambak dengan air laut atau payau
selama 1 malam, lalu kuras)
5) Sevin, dengan membuat umpan dari ikan rucah yang dilumuri dengan bubuk sevin,
kemudian ditaruh disekitar lubang kepiting (pada saat pemeliharaan) atau disebar merata
pada saat persiapan tambak (tambak berair sekitar 10 cm) dan setelah aplikasi tambak
perlu dicuci.
Pemanenan
Setelah ikan bandeng mencapai ukuran konsumsi, maka dilakukan pemanenan. Panen
dapat dilakukan secara bertahap (selektif) maupun secara total.
a. Panen Bertahap
Panen bandeng secara bertahap dapat dilakukan dengan metode menyerang air atau yang
dikenal dengan sebutan ngerocok. Hal ini sesuai dengan sifat bandeng yang selalu
menentang arus (aliran air). Caranya adalah pada saat surut air tambak dikeluarkan
sebagian. Kemudian pada saat terjadi pasang yang cukup tinggi, air baru dimasukan ke
tambak melalui pintu air yang ditutup dengan saringan kasar, ikan bandeng akan segera
menyongsong datangnya air baru tersebut. Dengan demikian, ikan akan terkumpul dalam
petak penangkapan (catching pond). Selanjutnya ikan tersebut ditangkap dengan
menggunakan jaring.
b. Panen Total
Pada umumnya panen bandeng secara total dilakukan dengan cara pengeringan tambak.
Caranya adalah air dalam tambak dikeluarkan secara perlahan-lahan sampai air yang ada
didalam tambak hanya mengisi bagian pada caren saja. Ikan bandeng akan berkumpul di
caren tersebut. Pemanenan dapat dilakukan dengan alat berupa jaring yang ditarik
(diseret) sepanjang caren. Dapat juga menggunakan kerai bambu yang didorong
sepanjang caren oleh beberapa orang. Dengan kerai ini, ikan dikumpulkan disuatu tempat
tertentu yang luasnya terbatas (sempit). Selanjutnya dilakukan penangkapan dengan alat
tanggok (scoop net).

Pemasaran
Pemasaran merupakan lanjutan aktivitas pasca panen yang menentukan harga. Tinggi
rendahnya harga di tingkat petani pembudidaya ikan bandeng seringkali merupakan
manipulasi dari pedagang pengumpul atau perantara untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih besar.
Harga sangat dipengaruhi oleh tingkat permintaan dari konsumen dan penawaran dari
produsen yang efektif, pasok uang harga, barang subtitusi, faktor musim, margin
pemasaran, pola distribusi, kebijaksanaan harga dan harga tingkat umum.

BAB III. PENUTUP


KESIMPULAN
Dari bacaan diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan pemilihan
lokasi,terlebih dahulu dilakukan survey lokasi agar,adapun metodde yang dilakukan ialah
dengan wawancara dan observasi langsung ketempat lokasi yang akan dijadikan tempat
budidaya,dalam pemilihan lokasi juga harus diperhatikan persyaratan pemilihan lokasi
sehingga memudahkan memilih lokasi yang sangat tepat dan terhindar dari gangguangangguan yang tidak diinginkan. Dalam budidaya ikan bandeng selain harus
memperhatikan pemilihan induk,kita juga harus memperhatikan parameter-parameter
kualitas air yang sesuai untuk budidaya ikan bandeng.

OLEH :

KELOMPOK
ANDI AWAL ANUGRAH
NURHASANAH

MUHAMMAD IRFAN

Anda mungkin juga menyukai