Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan teologi dimulai pada masa pemerintahan Usman dan Ali,
yaitu disaat terjadinya pergolakan-pergolakan politik di kalangan umat
Islam. Perjuangan politik untuk merebut kekuasaan selalu dibingkai dengan
ajaran agama, sebagai payung pelindung. Baik bagi kelompok yang
menang demi untuk mempertahankan kekuasaannya, maupun kelompok
yang kalah untuk menyerang lawan-lawan politiknya. Dari sini dapat
dikatakan mahzab-mahzab fikih dan aliran-aliran teologi dalam Islam lahir
dari konflik politik yang terjadi di kalangan umat Islam sendri, untuk
kepentingan dan mendukung politik masing-masing kelompok, ulama dari
kedua kelompok pun memproduksi hadits-hadits palsu dan menyampaikan
fatwa-fatwa keberpihakan.
Adanya keterpihakan kelompok pada pertentangan tentang Ali bin
Abi Thalib, memunculkan kelompok lainnya yang menentang dan
beroposisi terhadapnya. Begitu pula terdapat orang-orang yang netral, baik
karena mereka menganggap perang saudara ini sebagai suatu fitnah
(bencana) lalu mereka berdiam diri, atau mereka bimbang untuk
menetapkan haq dan kebenaran pada kelompok yang ini atau itu.1
Aliran Murjiah adalah aliran Islam yang muncul dari golongan
yang tak sepaham dengan Khawarij. Ini tercermin dari ajarannya yang
bertolak belakang dengan Khawarij. Pengertian murjiah sendiri ialah
penanggulangan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di
pengadilan Allah SWT kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang
Muslim yang berdosa besar, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman
terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT, sehingga seorang
1 Abul Ala Al-Maududi. Khalifah dan Kerajaan, Penerbit Kharisma, Bandung,
2007. Hal: 253

Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai
muslim dan punya harapan untuk bertobat.
Murjiah, baik sebagai kelompok politik maupun teologis,
diperkirakan lahir bersamaan dengan kemunculan syiah dan khawarij. 2
Pada mulanya kaum Murjiah merupakan golongan yang tidak mau turut
campur dalam pertentangan-pertentangan yang terjadi ketika itu dan
menyerahakn penentuan hukum kafir atau tidak kafirnya orang-orang yang
bertentangan itu kepada Tuhan.3
Lebih lanjut kelompok ini menganggap bahwasanya pembunuhan
dan pertumpahan darah yang terjadi di kalangan kaum muslimin sebagai
suatu kejahatan yang besar. Namun mereka menolak menimpakan
kesalahan kepada salah satu di antara kedua kelompok yang saling
berperang.4
Pada mulanya kaum Murjiah ditimbulkan oleh persoalan politik,
tegasnya persoalan khalifah yang membawa perpecahan di kalangan umat
Islam setelah Usman bin Affan mati terbunuh. Munculnya permasalahan
ini perlahan-lahan menjadi permasalahan tentang ketuhanan. Oleh karena
itu, akan membahas tentang Murjiah dan perkembangan pemikirannya
dalam mewarnai pemahaman ketuhanan dalam Agama Islam.
Awal Kemunculan Kelompok Murjiah dibagi menjadi 2 sebab
yaitu:
1. Permasalahan Politik
Ketika terjadi pertikaian antara Ali dan Muawiyah, dilakukankanlah
tahkim (arbitrase)

atas usulan Amr bin Ash, seorang kaki tangan

2 Abdul Rozak dan Rosihan Anwar. Ilmu Kalam. CV Pustaka Setia,Bandung


2007. Hal:56
3 Harun Nasution. Teologi islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UIPress,jakarata, 1986 Hal:22
4 Abul Ala Al-Maududi. Op. cit. 2007. Hal: 254

Muawiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi 2 kubu, yang pro kontra.


Kelompok kontra akhirnya keluar dari Ali yakni Khawarij. Mereka
memandang bahwa tahkim bertentangan dengan Al-Quran, dengan
pengertian , tidak ber-tahkim dengan hukum Allah. Oleh Karena itu
mereka berpendapat bahwa melakukan tahkim adalah dosa besar, dan
pelakunya dapat dihukumi kafir, sama seperti perbuatan dosa besar
yang lain.5
Seperti yang telah disebutkan diatas kaum khawarij, pada mulanya
adalah penyokong Ali bin Abi Thalib tetapi kemudian berbalik menjadi
musuhnya. Karena ada perlawanan ini, pendukung-pendukung yang
tetap setia pada Ali bin Abi Thalib bertambah keras dan kuat
membelahnya dan akhirnya mereka merupakan golongan lain dalam
islam yang dikenal dengan nama Syiah.6
Dalam suasana pertentangan ilmiah, timbul suatu golongan baru yang
ingin bersikap netral tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan
yang terjadi antara golongan yang bertentangan ini. Bagi mereka
sahabat-sahabat yang bertentangan ini merupakan orang-orang yang
dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu
mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa sebenarnya yang salah, dan
lebih baik menunda (arjaa) yang berarti penyelesaian persoalan ini di
hari perhitungan di depan Tuhan.7
Gagasan irja atau arja yang dikembangkan oleh sebagian sahabat
dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat islam ketika

5 Abdul Rozak dan Rosihan Anwar. Op. Cit. 2007. Hal: 57


6 Harun Nasution. Op. Cit. 1986 Hal: 22
7 Ibid..,

terjadi pertikaian politik dan juga bertujuan untuk menghindari


sekatrianisme.8
2. Permasalahan Ke-Tuhanan
Dari permasalahan politik, mereka kaum Murjiah pindah
kepada permasalahan (teologi) yaitu persoalan dosa besar yang
ditimbulkan kaum Khawarij, mau tidak mau menjadi perhatian dan
pembahasan pula bagi mereka. Kalau kaum Khawarij menjatuhkan
hukum kafir pada orang yang melakukan dosa besar kaum Khawarij
menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang membuat doisa besar,kaum
Murjiah menjatuhkan hukum mukmin.9
Pendapat penjatuhann hukum kafir pada orang- yang melakukan
dosa besar oleh kaum Khawarij oleh ditentang oleh sekelompok sahabat
yang kemudian disebut Murjiah yang mengatakan bahwa pembuat
dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosa dosanya
diserahkan kepada Allah, apakah dia akan mengampuninya atau tidak. 10
Aliran Murjiah menanggukhan penilaian terhadap orang-orang
yang terlibat dalam peristiwa tahkim

itu di hadapan Tuhan,karena

hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaaan iman seseorang. Demikian


pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih di anggap
mukmindi hadpan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar
itu diangggap tetap mengakui bahwa tiada Tuhan Selain Allah dan nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin
sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mengucapkan dua kalimat

8 Abdul Rozak dan Rosihan Anwar. Op.Cit. 2007. Hal: 56


9 Harun Nasution. Op.Cit.1986. Hal : 23
10
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Op. Cit. 2007. Hal: 57

syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu, orang
tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.11
Pandangan golongan ini dapat dilihat terlihat dari kata Murjiah
itu sendiri yang berasal dari kata arjaa
menagguhkan,

mengakhirkan

dan

yang berarti orang yang

memberikan

pengharapan.

Menangguhkan berarti bahwa mereka menunda soal siksaan seseorang


di tangan di tangan Tuhan, yakni jika Tuhan mau memaafkan ia akan
langsung masuk surga, sedangkan jika tidak, maka ia akan disiksa
sesuai dosanya, setelah ia akan dimasukkan kedalam surga. Dan
mengakhirkan dimasukkan karena mereka memandang bahan perbuatan
atau amal sebagai hal yang nomor dua bukan yang pertama, Selanjutnya
kata menagguhkan keputusan hukum bagi orang-orang yang melakukan
dosa di hadapan Tuhan.12
Disamping itu ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama
Murjiah yang diberikan kepada golongan ini, bukan karena mereka
menundakan penentuan hukum terhadap orang islam yang bedosa besar
kepada Allah di hari perhitungan kelak dan bukan pula karena mereka
memandang perbuatan mengambil tempat kedua dari iman, tetapi
karena mereka memberi pengharapan bagi orang yang berdosa untuk
masuk Surga.13
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ajaran Pokok Murjiah
2. Sekte apa saja yang ada pada aliran Murjiah dan bagaimana ajarannya
masing-masing.
11
Abuddin Nata. Ilmu kalam. Filsafat dan Tassawuf, PT raja Grafindo Persada,
Jakarta. 1995. Hal :33
12
Ibid.., Hal : 34
13
Harun Nasution. Op. Cit. 1986. Hal : 24

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ajaran pokok Murjiah
3. Untuk mengetahui Sekte-sekte yang ada pada aliran Murjiah dan
ajarannya masing-masing.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ajaran Pokok Murjiah
Ajaran pokok Murji'ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau
doktrin irja' atau arja'a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik
persoalan politik maupun persoalan teologis. Dibidang politik, dokrin irja'
diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang hampir
selalu diekspresikan dengan sikap diam. Itulah sebabnya, kelompok
Murji'ah di kenal pula dengan The Queitists (kelompok bungkam). Sikap
ini akhirnya berimplikasi jauh sehingga membuat Murji'ah selalu diam
dalam persoalan politik.
Secara umum kelompok Murji'ah menyusun teori-teori keagarnaan
yang independen, sebagai dasar gerakannya, yang intisarinya sebagai
berikut :
1. Iman adalah cukup dengan mengakui dan percaya kepada Allah dan
Rasulnya saja. Adapun amal atau perbuatan tidak merupakan sesuatu
keharusan bagai adanya iman. Berdasarkan hal ini, seseorang tetap
dianggap sebagai mukmin walaupun ia meninggalkan apa yang
difardhukan kepadanya dan melakukan perbuatan-perbuatan dosa besar.

2. Dasar keselamatan adalah iman semata-mata. Selama masih ada iman


dihati, maka setiap maksiat tidak akan mendatangkan mudharat ataupun
gangguan atas diri seseorang. Untuk mendapatkan pengampunan,
manusia hanya cukup dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati
dalam keadaan aqidah tauhid.
Dengan kata lain, kelompok murji'ah memandang bahwa perbuatan
atau amal tidaklah sepenting iman, yang kemudian meningkat pada
pengertian bahwa" hanya imanlah yang penting dan yang menentukan
mukmin atau tidak mukminnya seseorang; perbuatan-perbuatan tidak
memiliki pengaruh dalam hal ini. Iman letaknya dalam hati seseorang dan
tidak diketahui manusia lain; selanjutnya perbuatan-perbuatan manusia
tidak menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu
ucapan-ucapan

dan

perbuatan-perbuatan

seseorang

tidak

mesti

mengandung arti bahwa ia tidak memiliki iman. Yang penting ialah iman
yang ada dalam hati. Dengan demikian ucapan dan perbuatan- perbuatan
tidak merusak iman seseorang.
Beberapa pendapat mengenai ajaran teologis aliran Murjiah
W. Montgomery Watt merinci ajaran (doktrin) teologis Murji'ah sebagai
1.

berikut :
Penangguhan keputusan Ali dan Mu'awiyah hingga Allah

2.

memutuskannya di akhirat.
Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam

3.

peringkat Al-Khalifah Ar-Rasyidin.


Pemberian harapan (giving hope) terhadap orang muslim yang

4.

berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahrnat dari Allah.


Doktrin-doktrin Murji'ah menyerupai pengajaran (mazhab) para
skeptis dan empiris dari kalangan Helenis.
Harun Nasution dalam bukunya Teologi Islam" menyebutkan ada
ajaran pokok dalam doktrin teologi Murji'ah yakni :

1.

Menunda hukuman atas Ali bin Abi Thalib, Mu'awiyah, Amr bn


Ash, dan Abu Musa Al-Asy' ary yang terlibat tahkim dan

2.

menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat kelak.


Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang

3.
4.

berdosa besar.
Menyerahkan meletakkan iman dari pada amal.
Memberikan pengaharapan kepada muslim yang berdosa besar
untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.
Abu A'la Al-Maturidi menyebutkan 2 dokrin pokok perihal ajaran

1.

Murji'ah, yaitu :
Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul saja. Adapun amal
tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan
hal ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan
perbuatan yang difardukan dan melakukan dosa besar.
Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati,
setiap maksiat tidak dapat mendatangkan mudarat atau gagasan atas
seseorang. Untuk rnendapatkan pengampunan, manusia cukup hanya
dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah
tauhid.
Sedangkan doktrin pemikiran Murji'ah yang lain, seperti batasan
kufur, para pengikut Murji'ah terpecah menjadi beberapa golongan. Secara
garis besar pemikiran dapat dijelaskan menurut kelompok Jahamiyah:
bahwa kufur merupakan sesuatu hal yang berkenaan dengan hati apapun,
dimana hati tidak mengenal (jahl) terhadap Allah SWT.
Pada golongan yang lainnya, menyatakan bahwa kufur itu
merupakan banyak hal yang berkenaan dengan hati ataupun selainnya,
misalnya tidak mengenal (jahl) tahadap Allah SWT, membenci dan
sombong kepadanya, mendustakan Allah dan rasul-Nya sepenuh hati dan
secara lisan, begitu pula membangkang terhadap-Nya, mengingkari-Nya.,
melawan-Nya, menyepelekan Allah dan dan rasulnya, tidak mengakui
Allah itu Esa dan menganggap-Nya lebih dari satu. Karena itu mereka pun

menganggap bisa saja terjadi kekufuran tersebut baik dengan hati maupun
lisan, tetapi bukan dengan perbuatan dan begitupun dengan iman.
Mereka beranggapan bahwa seseorang yang membunuh ataupun
menyakiti Nabi dengan tidak karena mengingkarinya, tetapi hanya karena
membunuh ataupun menyakiti semata niscaya dia tidaklah disebut kufur.
Tetapi, kalau seseorang mengahalalkan sesuatu yang diharamkan Allah,
rasul-Nya dan juga orang-orang muslim, niscaya diapun disebut kufur.
Dibidang politik, doktrin irja' diimplementasikan dengan sikap
politik netral atau nonblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap
diam. Oleh karena itu kelompok Murji'ah dikenal pula dengan The
Queitists (kaum bungkam). Sikap ini akhirnya berimplikasi jauh sehingga
membuat Murji'ah selalu diam dalam persoalan politik.

B. Sekte-Sekte dan Ajarannya


Kemunculan sekte-sekte aliran Murjiah tampaknya dipicu oleh
perbedaan pendapat di kalangan para pendukung Murjiah sendiri. Dalam
hal ini, terdapat problem yang cukup mendasar ketika para pengamat
mengklasifikasikan sekte-sekte Murjiah. Kesulitan antara lain adalah ada
beberapa tokoh aliran pemikiran tertentu yang diklaim oleh seorang
pengamat sebagai pengikut Murjiah, tetapi tidak diklaim oleh pengamat
lain. Tokoh yang dimaksud adalah washil bin Atha dari Mutazilah dan Abu
Hanifah dari ahlus Sunnah.
Namun secara garis besar Murjiah diklasifikasikan menjadi dua
sekte. Yaitu sekte yang moderat dan sekte yang ekstrim.
1. Sekte Moderat
Sekte ini berpendirian bahwa orang yang melakukan dosa besar
tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal dalam neraka. Mereka akan
disiksa sebesar dosanya dan bisa juga diampuni oleh Allah sehingga

tidak masuk neraka sama sekali. Iman adalah pengetahuan tentang


Tuhan dan Rasul-RasulNya serta apa saja yang datang darinya secara
keseluruhan namun dalam garis besar. Iman dalam hal ini tidak
bertambah dan tidak pula berkurang. Tak ada perbedaan manusia dalam
hal ini.
Golongan Murji'ah yang moderat ini terrnasuk Al-Hasan lbn
Muhammad Ibn 'Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan
beberpa ahli Hadits. Menurut golongan ini, bahwa orang Islam yang
berdosa besar masih tetap mukmin. Dalam hubungan ini Abu Hanifah
memberikan definisi iman sebagai berikut: iman adalah pengetahuan
dan pengakuan adanya Tuhan, Rasul-rasul-Nya dan tentang segala yang
datang dari Tuhan dalam keseluruhan tidak dalam perincian; iman tidak
mempunyai sifat bertambah dan berkurang, tidak ada perbedaan
manusia dalam hal iman.
Dengan gambaran serupa itu, maka iman semua orang Islam
dianggap sama, tidak ada perbedaan antara iman orang Islam yang
berdosa besar dan iman orang Islam yang patuh menjalankan perintahperintah Allah. Jalan pikiran yang dikemukakan oleh Abu Hanifah itu
dapat membawa kesimpulan bahwa perbuatan kurang penting
dibandingkan dengan iman.
2. Sekte Murjiah Ekstrim
Sedangkan yang termasuk kelompok Murjiah Ekstrim adalah
sebagai berikut :
1. Jahmiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya,
berpandangan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan kemudian
menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir karena
iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain
dalam tubuh manusia

2. Shalihiyah, Kelompok Abu Al-Hasan Al-Salihi, berpendapat bahwa


iman adalah megetahui Tuhan, sedangkan Kufur adalah tidak tahu pada
Tuhan. Shalat bukan merupakan ibadah kepada Allah. Yang disebut
ibadah adalah iman kepadaNya dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu
pula zakat, puasa dan haji bukanlah ibadah, melainkan sekedar
menggambarkan kepatuhan.
3. Yunusiyah dan Ubaidiyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan
maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati
dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat yang dikerjakan
tidaklah merugikan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini Muqatil
bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit,
tidak merusak iman seseorang sebagai musyrik.
4. Ghasaniyah menyebutkan bahwa jika seorang mengatakan, "Saya tahu
Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang
diharamkan itu adalah kambing ini, maka orang tersebut tetap
mukmin bukan kafir. Begitu pula yang mengatakan, Saya tahu Tuhan
mewajibkan naik haji ke Kabah, tetapi saya tidak tahu apakah Kabah
di India atau tempat lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemunculan aliran Murji'ah dalam sejarah perkembangan ilmu
teologi dalam Islam, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan politik
pada masa itu, yang dimulai daripertentangan Ali bin Abi Thalib dengan
Mu'awiyah. Aliran Murji'ah merupakan aliran yang berusaha bersikap
netral atau nonblok dalam proses pertentangan yang terjadi antara kaum

Khawarij dengan kaum Syi'ah yang telah masuk pada permasalahan kafir
mengkafirkan.
Dan dalam perkembangannya Murji'ah ikut memberikan tanggapan
dalam permasalahan ketentuan Tuhan dalam menetapkan seseorang telah
keluar Islam atau masih mukmin. Tipe pemikiran yang dikembangkan oleh
kaum Murji'ah adalah bahwa penentuan seseorang telah keluar dari Islam
tidak bisa ditentukan oleh manusia tapi di tangguhkan sampai nanti di
akhirat. Pembagian golongan Munculnya aliran ini dilatar belakangi oleh
persoalan politik, yaitu persoalan khilafah (kekhalifahan). Setelah
terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, umat Islam terpecah kedalam dua
kelompok besar, yaitu kelompok Ali dan Muawiyah. Kelompok Ali lalu
terpecah pula kedalam dua golongan, yaitu golongan yang setia membela
Ali (disebut Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan Ali (disebut
Khawarij). Ketika berhasil mengungguli dua kelompok lainnya, yaitu
Syiah dan Khawarij, dalam merebut kekuasaan, kelompok Muawiyah lalu
membentuk Dinasti Umayyah. Syiah dan Khawarij bersama-sama
menentang kekuasaannya. Syiah menentang Muawiyah karena menuduh
Muawiyah

merebut

kekuasaan

yang

seharusnya

milik Ali

dan

keturunannya. Sementara itu Khawarij tidak mendukung Muawiyah


karena ia dinilai menyimpang dari ajaran Islam. Dalam pertikaian antara
ketiga golongan tersebut terjadi saling mengafirkan. Di tengah-tengah
suasana pertikaian ini muncul sekelompok orang yang menyatakan diri
tidak ingin terlibat dalam pertentangan politik yang terjadi. Kelompok
inilah yang kemudian berkembang menjadi golongan Murjiah.
Bagi mereka sahabat-sahabat yang terlibat dalam pertentangan
karena peristiwa tahkim itu tetap mereka anggap sebagai sahabat-sahabat
Nabi yang dapat dipercaya keimanannya. Oleh karena itu mereka tidak
menyatakan siapa yang sebenarnya salah, tetapi mereka lebih baik
menunda persoalan tersebut, dan menyerahkannya kepada Tuhan pada hari
perhitungan di hari kiamat nanti, apakah mereka menjadi kafir atau tidak.

B. Saran
Umumnya orang berpikir, apabila mempelajari ilmu kalam itu akan
menyebabkan seseorang menjadi sesat padahal mempelajari pemikiran
kalam sangat diperlukan untuk menambah wawasan kita terhadap agama
yang kita anut sehingga menambah keyakinan kita akan agama kita.
Oleh karena itu, menurut kami janganlah mudah terpengaruh
terhadap pemikiran-pemikiran yang baru kita ketahui, apalagi pemikiran
tersebut keluar dari pokok-pokok ajaran Islam (Al-Quran dan Al-Hadist).
Di sarankan kepada pembaca, supaya lebih memahami tentang
Kalam Murjiah agar lebih baik mencari referensi lain selain makalah ini.
Karena makalah ini jauh dari kata sempurna untuk dijadikan sebuah buku
pedoman dalam sistem pembelajaran dan penulis mengharapkan saran dan
kritik dari bapak dosen untuk perbaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Asy'ari, Abul Hasan Isma'il. 1998. Prinsip-Prinsip Dasar Aliran Teologi
Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Al-Maududi, Abul A'la. 2007. Khilafah dan Kerajaan Bandung: Penerbit '
Kharisma. Penerjemah: Muhammad Al-baqir.
Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan. Jakarta: UI-Press
Syalabi, A. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid II. Jakarta: PT. Pustaka
A1-Husa baru.
Nata, Abuddin. 1995. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tassawuf. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Rozak, Abdul dan Anwar, Rosihan. 2007. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka
Setia.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbilalamin. Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas
Rahmat dan HidayahNya sehingga kami dapat menyusun makalah tentang
Murjiah dan Pokok-Pokok Ajarannya sebagai tugas dari mata kuliah Sejaran
Pemikiran Islam. Makalah ini akan dipresentasikan di depan dosen mata kuliah
dan teman-teman mahasiswa pascasarjana lainnya.
Makalah ini terdiri dari tiga bab 1 : Pendahuluan tercakup latar belakang,
rumusan masalah dan tujuan penulisan, bab II : Pembahasan tercakup Ajaran
Pokok Murjiah dan Sekte-sekte beserta ajarannya masing-masing, dan bab III :
Penutup tercakup kesimpulan dan saran.
Mengingat penyusun makalah ini adalah manusia biasa yang memiliki
berbagai kekurangan tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis berharap saran perbaikan dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi penulis, Amiin.

Wassalam,
Penulis

Tugas : Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam


Dosen : Dr. H.M. Arfah Shiddiq, MA.
Dr. H. Zainuddin Hamka, MA.

AJARAN POKOK MURJIAH DAN


SEKTE-SEKTENYA

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sebagai Bahan Presentasi
Pada Tugas Sejarah Pemikiran Islam Pada Program
Pascasarjana Universitas Islam Makassar

OLEH :

HARDIANA

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR (UIM)
2016

Anda mungkin juga menyukai