Oleh :
Nama: Muhammad Fariz Akbar NIM: F34190072
2021
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PEMANFAATAN SERAT KOLAGEN MARITIM KULIT IKAN
UNTUK APLIKASI PRODUK KOSMETIK
Hingga saat ini ditemukan 29 tipe kolagen dengan tiga tipe major yaitu tipe
1 (ditemukan dalam kulit, tendon, dan sumsum tulang), tipe 2 (ditemukan dalam
sendi), dan tipe 3 (ditemukan pada kulit dan pembuluh). Perbedaan diantara tiap
jenis kolagen tersebut disebabkan oleh distinksi perkembangan alamiah
berdasarkan pada ragam rantai-α, isoform pada partikel, struktur supramolecular
pada tiap jenis kolagen, dan perbedaan ekspresi gen yang berkerja dalam biosintesis
protein (Ricard-Blum, 2011). Perbedaan sumber kolagen tersebut memberikan opsi
yang luas dalam upaya sintesa dan pengunaan sumber kolagen untuk berbagai
keperluan produk yang memfaatkan benefit pengunaan serat kolagen. Sumber
kolagen yang digunakan dapat didapatkan secara beragam, dari kulit dan tulang
mamalia ternak seperti sapi dan babi, dimana keduanya memiliki beragam potensi
penyakit seperti Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE), Transmissible
Spongiform Encephalopathy (TSE) dan Foot and Mouth Disease (FMD) serta isu
etikal dan legalitas hukum agama (Pamungkas et al. 2018). Di sisi lain, pengunaan
kolagen maritim memberikan alternatif lain yang bebas dari penyakit zoonotik dari
sumber hewan lain untuk protein ini. Pengunaan organisme seperti spons laut, ubur-
ubur, gurita, dan ikan sudah diamati dalam upaya ekstraksi kolagen maritim.
Kulit Ikan merupakan salah satu sumber yang paling banyak digunakan
untuk ekstraksi kolagen tipe 1 akibat ketersediaannya dalam jumlah besar, tidak
memiliki potensi menyebarkan penyakit, tidak mempunyai batasan religius, dan
dimana 75% dari berat ikan merupakan limbah seperti kulit, sisik, dan tulang ikan.
(Senaratne et al. 2006). Untuk mengekstrak kolagen dari kulit ikan, diperlukan
pengetahuan mumpuni bedasarkan sumber ikan yang digunakan. Namun, secara
general proses isolasi kolagen terdiri atas preparasi, ekstraksi, dan pemulihan.
Bedasarkan pemaparan dari Jafari et al. (2020), preparasi terdiri atas pencucian,
pembersihan, pemisahan bagian hewan, dan perbandingan ukuran dengan
pemotongan atau mencincang sampel untuk memfasilitasi pre-treatement dalam
ekstraksi yang menggunakan zat kimia untuk menambah efisiensi dalam ekstraksi
dengan menghilangkan kandungan non-kolagen bedasarkan dengan proses
ekstraksi yang ingin digunakan (bisa menggunakan alkali atau asam) untuk
memutuskan hubungan kolagen dalam serat daging hewan. Dalam perlakuan pre-
ekstraksi dengan merendam sampel ke dalam larutan asam/alkalin selama
berberapa minggu, dilakukan juga tambahan proses demineralisasi untuk
mengugah efisiensi ekstraksi kolagen dari bagian penuh mineral pada tempat
diambilnya kolagen seperti tulang dan sendi, namun kulit tidak memprioritaskan
proses tersebut.
Potensi benefit dari kolagen tipe satu sebagai komponen untuk produk
kosmetik menjadikannya sebagai salah satu komoditas yang memiliki potensi
besar dalam panga manufaktur kosmetik. Produk kolagen yang ditampilkan dapat
dipasarkan dengan wujud yang beragam – baik berbentuk gel ataupun bubuk
(menggunakan proses lofilisasi) (Alves et al 2017) sebagai komponen campuran
untuk meningkatkan properti produk kosmetik. Sebagai produk kosmetik yang
bertujuan untuk meningkatkan serta mereparasi kulit dari berbagai efek samping
seperti iritasi, kekeringan, dan luka – collagen bisa disajikan dalam bentuk
terhidrolasi dengan berbagai agen yang memiliki efek samping minimal, seperti
pengunaan agen terdispersi dalam bentuk krim, lotion, mousse, dan gel yang
memiliki spesifikasi fitur bedasarkan berat komponen pelembab (kolagen) yang
digunakan. Secara komersial, pelembab diklasifikasi menurut Sethi et al. (2017)
sebagai :
- Pelembab Wajah, sebagai salah satu bagian kulit yang rawan dari efek
lingkungan seperti temperatur lingkungan, kelembaban, polusi, dan
sinar UV. Oleh karena itu, pelembab wajah memiliki tempat yang unik
dalam kosmetik kulit – mereka didesain sebagai agen anti-minyak,
anti-komedo dengan penekanan dalam estetik dan benefit maksimal
pada kulit. Pengunaan kolagen dapat diterapkan dalam berbagai
produk pelembab wajah seperti krim bawah mata dengan formulasi
krim ringan untuk mengembalikan kerapatan kulit dan menghilangkan
kulit kering serta kusam.
Alves AL, Marques ALP, Martins E, Silva TH, Reis RL. 2017. Cosmetic potential
of marine fish skin collagen. Cosmetics. 4(4):39. doi:
10.3390/cosmetics4040039
Avila Rodríguez, MI, Rodríguez Barroso LG, Sánchez ML. 2018. Collagen: A
review on its sources and potential cosmetic applications. J. Cosmet.
Dermatol., 17(1): 20–26.
Bai C, Wei Q, Ren X. 2017. Selective extraction of collagen peptides with high
purity from cod skins by deep eutectic solvents, ACS Sustainable Chem.
Eng. 5(8): 7220-7227.
Hema GS, et al. 2013. A simple method for isolation of fish skin collagen-
biochemical characterization of skin collgagen extracted from Albacore
Tuna (Thunnus Alalunga), Dog Shark (Scoliodon Sorrakowah), and Rohu
(Labeo Rohita). Annals of Biological Research. 4(1): 271-278.
Katili AS. 2009. Struktur dan fungsi protein kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5):
19-29.
Pamungkas BF, et al. 2018. Ekstraksi dan karakterisasi kolagen larut asam dan
pepsin, Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(3): 513-521. doi:
10.17844/jphpi.v21i3.24734
Ricard-Blum S. 2011. The collagen family. Cold Spring Harbor Perspect. Biol.
13(6): 1–19.
Senaratne LS, Park P-J, Kim S-K. 2006. Isolation and characterization of collagen
from brown backed toadfish (Lagocephalus gloveri) skin. Bioresource
Technology. 97(2): 191- 197. doi: 10.1016/j.biortech.2005.02.024