Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Kimia
Ilmu kimia adalah bagian ilmu pengetahuan alam, mempelajari komposisi,
struktur zat kimia, dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses-
proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Komposisi
(susunan) zat menyatakan perbandingan unsur membentuk zat itu. Contohnya air
dan etanol (Ratulani, 2017).
Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan-perubahan dari materi serta energi
yang menyertainya. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dari ilmu kimia
telah menyebabkan perlunya pemisahan ke dalam sejumlah bidang kimia yang
lebih khusus. Dewasa ini kita mengenal antara lain kimia fisika, kimia analisis,
biokimia, kimia anorganik, serta kimia organik (Legiso, 2021).
2.1.2 Kimia Organik
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai
struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Definisi asli dari
kimia organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua senyawa organik
pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa ada beberapa
perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan juga sangat bergantung pada kimia
anorganik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan kerjanya pada logam
transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya
merupakan campuran dari senyama organik maupun anorganik. Contoh lainnya
adalah larutan HCl, larutan ini berperan besar dalam proses pencernaan makanan
yang hampir seluruh organisme (terutama organisme tingkat tinggi) memakai
larutan HCl untuk mencerna makanannya, yang juga digolongkan dalam senyawa
anorganik. Mengenai unsur karbon, kimia anorganik biasanya berkaitan dengan
senyawa karbon yang sederhana yang tidak mengandung ikatan antar karbon
misalnya oksida, garam, asam, karbid, dan mineral. Namun hal ini tidak berarti
bahwa tidak ada senyawa karbon tunggal dalam senyawa organik misalnya
metana dan turunannya. Ada banyak sekali penerapan kimia organik dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah pada bidang makanan, obat-obatan,
bahan bakar, pewarna, tekstil, parfum, dan lain sebagainya. Munculnya kimia
organik dimulai dari banyaknya penemuan senyawa-senyawa yang berasal dari
hewan dan tumbuhan yang disusul dengan pertanyaan-pertanyaan yang timbul
tentang nama senyawa dan berat molekulnya (Legiso, 2021).
2.1.3 Lemak
Lemak umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
seperti eter dan petroleum eter. Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh.
Energi yang dihasilkan lemak 2,25 kali lebih besar daripada karbohidrat dan
protein. Satu gram lemak mengkasilkan 9 kalori. Berat jenisnya lebih rendah dan
pada air. Yang tergolong sebagai lemak adalah lemak netral atau trigliserida
dan lilin, sterol fosfolipid, ester asam lemak, dan yang termasuk turunan lemak.
Lemak terdiri dari suatu ester trigliserida (TG) dari gliserol dengan rantai utama
berupa 3 asam lemak. Ikatan asam lemak dengan trigliserida tersebut merupakan
rantai karbon (C) dengan gugus karboksil (COOH) pada salah satu ujungnya
(Susanto dan Widyaningsih, 2004 ; Tuminah, 2009).
Menurut Susanto dan Widyaningsih (2004) lemak mempunyai 6 fungsi
yaitu penghasil energi, pembangunan/pembentuk struktur tubuh, protein sparer,
penghasil asam lemak essensial, pelarut vitamin, dan fungsi lainnya :
1. Penghasil Energi.
Energi yang disumbang oleh lemak adalah 9 kalori, berarti 2,25 kali lebih
besar dari karbohidrat dan protein. Energi yang berlebihan tersebut akan
disimpan dalam jaringan adiposa sebagai cadangan energi. Bila cadangan
lemak melebihi 20% dari berat badan normal, dapat menyebabkan
gangguan kesehatan salah satunya obesitas.
2. Pembangunan/Pembentuk Struktur Tubuh.
Cadangan lemak terdapat dibawah kulit dan disekeliling organ tubuh,
berfungsi sebagai bantalan pelindung dan penunjang letak organ tubuh.
Lemak dibawah kulit juga berfungsi melindungi kehilangan panas tubuh
melalui kulit, sehingga dapat mengatur suhu tubuh.
3. Protein Sparer
Kebutuhan energi tubuh dapat dipenuhi dari karbohidrat, protein dan
lemak. Penggunaan protein dapat dihemat agar hanya digunakan sesuai
fungsinya sebagai zat pembangun dan memperbaiki jaringan yang rusak.
4. Penghasil Asam Lemak Essensial.
Asam lemak esensial adalah asam lemak yang tidak dapat disediakan oleh
tubuh sehingga harus tersedia dari makanan yang dikonsumsi.
5. Pelarut Vitamin.
Vitamin A, D, E, dan K merupakan vitamin yang larut dalam lemak.
6. Fungsi lainnya.
Fungsi lemak yang lainnya adalah sebagai pelumas diantara persendian,
lemak dicerna lebih lama sehingga dapat mengenyangkan, dan sebagai
pengemulsi dan rasa yang disukai pada makanan.
Minyak goreng termasuk dalam salah satu bahan pangan yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Namun, pemakaiannya tentu ada batasnya. Pemanfaatan minyak goreng baik
untuk industri maupun rumah tangga, menghasilkan minyak bekas yang masih
mengandung asam lemak yang cukup tinggi karena digunakan berulang kali
(Kristina, 2015).
Lemak atau minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani ataupun
nabati, lilin, maupun minyak ikan laut. Pada saat ini teknologi sabun telah
berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh
dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian
maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam
industri (Lilis dkk, 2017).
2.1.4 Sabun
Sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari
minyak nabati atau hewani yang berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa
digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan
lainnya yang tidak membahayakan kesehatan (SNI, 1994). Kandungan utama
penyusun sabun adalah asam lemak dan alkali. Asam lemak merupakan
monokarboksilat berantai panjang dengan panjang rantai yang berbeda-beda,
tetapi bukan siklik atau bercabang. Pada umumnya monokarboksilat yang
ditemukan di alam tidak bercabang dan memiliki jumlah atom genap (Winarno,
1997).
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau
lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat
hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu
mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian (Nurhadi, 2012)
Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan
sifat dan jenis sabun. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun keras (sabun
padat) adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada
sabun lunak (sabun cair) adalah Kalium Hidroksida (KOH) (Naomi dkk, 2013).
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigleserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengan gliserol. Masingmasing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak
dengan rantai karbon panjang antara C12(asam laurik) hingga C18(asam stearat)
pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida
diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium
hidroksida membebaskan gliserol (Basyinger, 2004).
2.1.5 Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon = sabun
dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai
membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak
hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan
dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak (I
Wayan Surasa, 2018).
Proses pembuaatan sabun dikenal dengan istilah saponifikasi. Saponifikasi
adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa (NaOH). Sabun terutama
mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.
Saponifikasi merupakan reaksi antara asam/lemak dengan basanya yang
menghasilkan sabun dan gliserol merupakan produk samping (Lilis dkk, 2017)
Saponifikasi adalah suatu reaksi yang menghasilkan sabun dan gliserol
melalui penghidrolisaan dengan basa, lemak atau minyak (Keenan,dkk,1990).
Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak,
dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula
dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah
campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat. Produknya,
sabun yang terdiri dari garam asam-asam lemak. Fungsi sabun dalam
keanekaragaman cara adalah sebagai bahan pembersih. Sabun menurunkan
tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan
yang dicuci dengan lebih efektif (I Wayan Surasa, 2018).
Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit
(triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga
menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat
dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan
sabun dan air. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah
meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah
dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci (Qaishum dkk, 2011).
Menurut Lilis, dkk (2017), faktor – faktor yang mempengaruhi proses
saponifikasi:
1. Suhu Operasi.
Proses saponifikasi trigliserida dapat berlangsung pada suhu kamar dan
prosesnya sangat cepat berlangsung. Karena reaksi penyabunan merupakan
reaksi eksotermis (ΔH negatif), maka dengan kenaikan suhu akan dapat
memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari
segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Jadi pada
kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya
menaikkan hasil dalam waktu yang lebih cepat.
2. Pengadukan.
Trigliserida, asam lemak, metil ester dan minyak sangat sukar larut dalam
air, sedangkan larutan basa seperti NaOH sangat larut dalam air. Sehingga
jika kedua reaktan ini diiamkan akan terbentuk dua lapisan dan reaksinya
akan berlangsung lambat. Untuk menghindari hal tersebut maka pengadukan
yang cukup kuat perlu dilakukan agar seluruh partikel dari reaktan dapat
terdispersi satu sama lain dan dengan demikian laju reaksi akan semakin
cepat.
3. Konsentrasi Reaktan.
Dalam reaksi kimia, reaksi yang berlangsung cepat adalah pada saat awal
terjadinya reaksi, karena terdapat banyak reaktan dan produk yang masih
sedikit. Karena pada reaksi saponifikasi menghasilkan air sebagai produk
samping yang dapat membuat laju reaksi akan semakin kecil, maka untuk
menghindari hal tersebut dilakukan dengan cara melarutkan basa alkali
dengan air yang secukupnya sehingga menghasilkan larutan basa yang
pekat.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, metanol, etanol, isopropil alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah terbakar, berbau khas panas,
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yaitu terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
Khasiat : Sebagai antiseptik (menghambat pertumbuhan
dan membunuh mikroorganisme).
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Aquades, Air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

Berat molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak bewarna, tidak berasa dan
tidak berbau
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Khasiat : Sebagai zat pelarut
2.2.3 Natrium Klorida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrii Chloridum
Nama lain : Natrium klorida
Rumus molekul : NaCl
Rumus struktur :

Berat molekul : 32,04 g/mol


Pemerian : Cairan tidak bewarna, tidak berasa dan
tidak berbau
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Khasiat : Sebagai zat pelarut
2.2.4 Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRIUM HYDROXYDIUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Rumus struktur :

Berat molekul : 40 g/mol


Pemerian : Bentuk batang, masa hablur, rapuh dan
mudah meleleh, basah, sangat alkalis dan
korosif
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol
(95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
2.2.5 Minyak Kelapa (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : OLEUM COCOS
Nama Lain : Minyak Kelapa
Berat Jenis : 0,940-0,950 g/mL
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, atau kuning
pucat, bau khas tidak tengik
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P, pada
suhu 60 derajat celcius, sangat mudah larut
dalam kloroform P dan eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk
Kegunaan : Sebagai zat tambahan

Anda mungkin juga menyukai