KIMIA ORGANIK
LEMAK HIDROLISIS DARI SARI SABUN
DOSEN PENGAMPUH
IR. M YUSUF YANI
KELOMPOK 3
1. ANGGRAINIE DWI SAPUTRI (22520004)
2. MEYRISKI LIALITA (23520003.P)
3. MSY. NADIRA RAMADHANI (22520008)
4. UMAR ABDUL AZIZ (22520009)
A. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dari pengenceran air sabun dengan
air.
B. Dasar Teori
Lemak merupakan zat gizi yang sangat penting dan dibutuhkan dalam
susunan makanan manusia dan hewan. Karena itu konsumsi lemak dapat
menyediakan asam lemak esensial yang berperan penting dalam sistem hormon.
Lemak yang merupakan sumber energi yang besar ( 1 gram = 36 joule). Dan
lemak biasanya diartikan senyawa yang tidak larut dalam air.
Pada suatu larutan sabun yang pekat dibutuhkan suatu larutan PP di dalam
alkohol. Jika diencerkan terus dengan air maka larutan yang mula – mula tak
berwarna ini akan menjadi merah.
Lipid adalah salah satu kategori molekul biologis yang besar yang tidak
mencakup polimer. Senyawa yang disebut lipid dikelompokkan bersama karena
memiliki satu ciri penting: lipid tidak memiliki atau sedikit sekali afinitasnya
terhadap air. Perilaku hidrofobik lipid didasarkan pada struktur molekulnya.
Meskipun lipid bisa memiliki ikatan polar yang berikatan dengan oksigen, lipid
sebagian besar terdiri atas hidrokarbon (Campbell, dkk., 2002).
Lipid sederhana hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen. Lipid ini dibedakan atas dua golongan, yaitu golongan lemak (fat) dan
golongan malam (wax). Golongan lipid sederhana seperti lemak, selain berfungsi
sebagai sumber energi yang efisien, juga berperan sebagai pelarut vitamin yang
tidak larut dalam air, serta sebagai sumber asam lemak esensial. Selain itu,
beberapa lipid yang terdapat dalam tubuh kita mempunyai fungsi khusus. Bloor
mengklasifikasikan lipid menjadi lipid sederhana (simple lipid), lipid majemuk
(compound lipid), dan derivat atau turunan lipid (Sumardjo, 2009).
Lemak disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil: gliserol dan asam
lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon, yang masing-
masing mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka
karbon yang panjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon panjangnya. Salah
satu ujung asam lemak itu adalah “kepala” yang terdiri atas suatu gugus karboksil,
gugus fungsional yang menyebabkan molekul ini disebut asam lemak. Yang
berikatan dengan gugus karboksil itu adalah hidrokarbon panjang yang disebut
“ekor”; ikatan C–H nonpolar yang terdapat pada ekor asam lemak itu
menyebabkan lemak bersifat hidrofobik (Campbell, dkk., 2002).
Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energi
bagi tubuh. Bobot energi yang dihasilkan per gram lemak adalah 2 ¼ kali lebih
besar daripada karbohidrat dan protein 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori
sedangkan 1 gram karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kalori. Lemak
yang dibicarakan di sini adalah lemak netral yang merupakan ester dari gliserol
dan asam lemak gliserol mempunyai tiga gugusan hidroksil di mana masing-
masing akan mengikatsatu molekul asam lemak disebut trigliserida. Gambar 2.1
berikut ini menunjukkan struktur kimia dari trigliserida:
Pengenceran Alkohol
dengan kadar 10%
1,71 gr Larutan PP
ditimbang dan dilarutkan
dalam 10 ml aquadest
10 ml larutan rinso
dimasukan dalam tabung
reaksi
Meneteskan larutan pp
secara perlahan-lahan
Terbentuk endapan
merah
E. Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan reaksi hidrolisis ?
2. Sebutkan sifat – sifat kimia dan fisika dari alkohol dan PP ?
3. Menurutmu, mengapa sabun bisa menetralkan lemak ?
Jawab :
1. Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H 2O) menjadi
kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH –) melalui suatu proses
kimia. Hidrolisis merupakan reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi
ion-ion garam dengan air. Reaksi hidrolisis terjadi karena reaksi antara air
dengan ion-ion yang berasal dari asam lemah atau basa lemah suatu
garam. Proses hidrolisis dilakukan dalam dua tahapan yaitu tahap pertama
melakukan hdirolisis terhadap hemiselulosa selama 10-40 menit dan yang
kedua melakukan hidrolisis terhadap selulosa selama 20-80 menit
selanjutnya hasil kedua tahap tersebut diakumulasikan untuk perhitungan
yield gula.
2. - Alkohol
Sifat Fisik alkohol
a. Alkohol monohidroksi suku rendah (jumlah atom karbon 1-4 ) berupa
cairan tidak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala
perbandingan.
b. Kelarutan alkohol dalam air makin rendah bila rantai hidrokarbonnya
makin panjang.
c. Makin tinggi berat molekul alkohol, makin tinggi pula titik didih dan
viskositasnya.
d. Alkohol yang mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat
yang tidak berwarna.
e. Alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa, akan tetapi memberikan
kesan panas dalam mulut.
Sifat Kimia Alkohol
a. Oksidasi alkohol primer
Oksidasi alkohol primer dengan menggunakan natrium bikromat dan asam
sulfat akan menghasilkan suatu aldehida dan air.
Contoh:
b. Oksidasi alkohol sekunder
Oksidasi alkohol sekunder dengan menggunakan natrium bikromat dan
asam sulfat akan menghasilkan suatu keton dan air.
Contoh :
c. Oksidasi alkohol tersier
Oksidasi alkohol tersier oleh oksigen akan menghasilkan campuran asam
karboksilat, keton, karbondiokaida dan air.
Contoh :
d. Reaksi dengan natrium
Alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan suatu alkoksida.
Hasil samping berupa gas hidrogen.
Contoh :
e. Reaksi dengan asam halida
Alkohol bereaksi dengan asam halida menghasilkan alkil halida dan air.
Contoh :
f. Esterifikasi
Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat menghasilkan ester dan produk
samping berupa air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan
Contoh :
g. Dehidrasi alkohol
Dehidrasi alkohol dengan suatu asam sulfat akan menghasilkan alkena dan
air.
Contoh :
- Indikator PP (Phenolphtalein)
Sifat Fisika Indikator PP
1. Berupa serbuk padatan
2. Berwarna putih
3. Tidak Berbau
4. Densitas 1,277 g/cm3
Sifat Kimia Indikator PP
1. Rumus molekul C20H14O4
2. Tidak larut dalam benzena
3. Sangat Larut dalam etanol dan eter
Fungsi : Sebagai zat indikator dalam proses titrasi
G. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses hidrolisa sabun.
Fungsi dari penambahan aquadest ini adalah sebagai pelarut polar yang
memisahkan antara air sabun dan lemak yang terlarut di dalamnya, dapat
memutuskan ikatan rangkap, membuat larutan sabun semakin tidak jenuh
serta sebagai pengencer. Fungsi dari indikator phenolphtalein (PP) yaitu
sebagai indikator untuk membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa
atau tidak. Sebelum larutan ditambah indikator PP, larutan berwarna
bening. Setelah ditambah indikator PP dan divortex, larutan berubah warna
menjadi ungu dan muncul buih berwarna putih. Dengan munculnya warna
pink, artinya terdapat basa dalam larutan (Day dan Underwood, 1989).
Pada percobaan hidrolisa sabun ini juga dilakukan pengocokan
dengan vortex yang bertujuan agar larutan yang terdapat di dalam tabung
reaksi tercampur secara merata dan larutan dapat berubah warna secara
sempurna. Reaksi yang terjadi adalah :
RCOONa + H2O RCOO- + NaOH
RCOO + H2O RCOOH + OH-
(Lemak) (basa)
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan Lemak yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dilihat dari sudut pandang kimiawi, sabun merupakan garam dari asam
lemak yang memiliki rantai panjang.
2. Dengan proses hidrolisa, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, dan
enzim tertentu.
3. Apabila pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan
mengalami emulsi dengan sempurna yang ditunjukan dengan adanya
endapan (emulsi). Hal ini dibuktikan dengan percobaan, dimana lemak
hanya dapat teremulsi dalam larutan emulsifier.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid
Erlangga, Jakarta.
Chang, R. 2008. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Fried, G.H. dan Hademenos, G.J. 2006. Schaum’s Outlines: Biologi Edisi Kedua.
Erlangga, Jakarta.
Kartika, D. 2014. Lipid dan Lemak. dwi.blog.unsoed.ac.id/files/2014/05/LIPID-
DAN-LEMAK.pdf.
Kurniasari, K. 2010. Optimasi Penambahan Alginat Sebagai Emulsifier.
http://eprints.undip.ac.id/16676/3/LAPORAN_PENELITIAN.pdf.
Marks, D.B., Marks, A.D., dan Smith, C.M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Naomi, P., Gaol, A.M., dan Toha, M.Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari
Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik
Kimia, 2(19): 42-48.
Rosen, M.J. 2004. Surfactants and Interfacial Phenomena. John Wiley, New
Jersey.
Said, N.I. 2008. Teknologi Pengelolaan Air Minum. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, Jakarta.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Suhardjo dan Kusharto, C.M. 2010. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Kanisius,
Yogyakarta.
LAMPIRAN