Anda di halaman 1dari 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Definisi ini terasa mencakup banyak macam senyawa dan memang demikian. Berbagai kelas lipid dihubungkan satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat fisisnya: tetapi hubungan kimia, fungsional dan structural mereka, maupun fungsi-fungsi biologis mereka beraneka ragam. Lemak dan minyak, sabun dan detergen, serta fosfolipid memiliki kesamaan sifat fisis namun memiliki perbedaan dalam hubungan kimia struktural, dan fungsi biologisnya sehingga ketiganya dikelompokkan dalam kelas lipid. Lemak berasal dari bahasa Yunani yakni Lipos yang berarti lemak. Lemak merupakan komponen utama dari membran sistem kehidupan. Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol. Kedua istilah ini berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sebarang yakni pada temperature kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak. Dari lemak dapat dibuat sabun dan detergen yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, dimana keduanya memiliki sifat sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga mampu mengangkat bakteri-bakteri pengotor. Dua tipe lemak yang dapat tersaponifikasi dalam membran memiliki suatu gugusan fosfat dalam strukturnya dan dengan demikian disebut sebagai fosfolipid. Dalam makalah ini akan dibahas secara mendalam mengenai struktur dan sifat dari lemak dan minyak, sabun dan deterjen, serta fosfolipid.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah; 1. Bagaimana struktur dan sifat dari lemak dan minyak? 2. Bagaiman struktur dan sifat dari sabun dan deterjen? 3. Bagaimana struktur dan sifat dari fosfolipid? 1

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk; 1. Mengetahui struktur dan sifat dari lemak dan minyak. 2. Mengetahui struktur dan sifat dari sabun dan deterjen. 3. Mengetahui struktur dan sifat dari fosfolipid

BAB II PEMBAHASAN Lipid merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Kelas lipid dihubungkan satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat fisiknya tetapi hubungan kimia, fungsional dan struktural maupun fungsi-fungsi biologis. Di bawah ini merupakan kelas-kelas lipid antara lain: lemak dan minyak, terpena, steroid dan beberapa senyawa lain yang penting. (Rumus umum garis, umumnya digunakan untuk terpena dan steroid seperti dapat ditujukan dibawah ini);
O CH2OCR' O CHOCR" O CH2OCR'" mentol suatu lemak : suatu trigliserida, atau triasilgliserol suatu terpena kolesterol suatu steroid OH HO gugus isopropil gugus metil

Gambar 2.1 Struktur umum lemak, terpena, dan steroid 2.1 Lemak dan Minyak Lemak dan minyak merupakan trigliserida atau treasilgliserol, kedua istilah ini berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sebarang dimana pada suhu kamar lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak. Lemak pada hewan sering disebut lewak hewani sedangkan lemak pada tumbuhan sering disebut lemak nabati. Asam karboksilat yang diperoleh dari suatu lemak atau minyak disebut asam lemak yang umumnya memiliki rantai hidrokarbon panjang dan tak bercabang. Lemak dan minyak sering kali diberi nama sebagai derivat asam-asam lemak. Misalnya tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, tripalmitat dari gliserol, disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat juga diberi nama

dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester contohnya: gliseril tristearat dan gliseril tripalmitat.

CH2O2(CH2)16CH3 CHO2(CH2)16CH3 CH2O2(CH2)16CH3

CH2OH

H+
3 H2O

CHOH CH2OH gliserol

3 CH3(CH2)16CO asam stearat suatu asam lemak

tristearin (gliseril tristearat) suatu lemak yang khas

(suatu gliserina)

Gambar 2.2 Reaksi hidrolisis dalam suasana asam Asam asam lemak dapat juga diperoleh dari lilin (wakes), misalnya lilin lebah. Asam lemak dapat diesterkan dengan suatu alakohol sederhana berantai panjang.

C25H51CO2C28H57 dalam lilin lebah

C27H55CO2C32H65 dalam lilin carnauba

C15H31CO2C16H33 setil palmitat (cetylpalmitate) dalam spermaceti

Gambar 2.3 Struktur beberapa asam lemak yang diperoleh dari lilin Kebanyakan lemak dan minyak yang terdapat di alam merupakan trigliserida campuran, artinya ketiga bagian dari asam lemak dari gliserida itu tidak sama. Dibawah ini merupakan beberapa asam lemak yang representatif. Tabel 2.1: Asam lemak pilihan dan sumbernya Nama asam Jenuh: Butirat Palmitat CH3(CH2)2CO2H CH3(CH2)14CO2H Lemak susu Lemak nabati Stearat CH3(CH2)16CO2H Lemak nabati 4 hewani dan hewani dan Struktur Sumber

Tak jenuh: Palmitoleat CH3(CH2)5 CH=CH (CH2)7CO2H Lemak nabati Oleat


b

hewani

dan

CH3(CH2)7 CH=CH (CH2)7CO2H

Lemak nabati

hewani

dan

Linoleat

CH3(CH2)4 CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H

Minyak nabati

linolenatb

CH3CH2 CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2 )7CO2H

Minyak biji rami

arakidonatb

CH3(CH2)4(CH=CHCH2)4(CH2)2CO2 H

Minyak nabati

Keterangan: a ikatan rangkap karbon- karbon dalam asam lemak tak jenuh alamiah adalahcis
b

asam lemak esensial yang harus ada dalam makanan manusia yang digunakan

untuk sintesis prostaglandin. Hampir semua asam lemak yang terdapat di alam mempunyai jumlah atom karbon yang genap karena asam ini dibiosintesis dari gugus asetil berkarbon dua dalam asetil koenzim A.

dua karbon
jumlah karbon genap

O 8 CH3C SCoA banyak tahap

CH3(CH2)14CO2H

asetilkoenzim A

asam palmitat

Gambar 2.4 Biosintesis gugus asetil berkarbon dua dalam asetil koenzim A

Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh atau dapat pula mengandung suatu ikatan rangkap asam lemak yang tersebar paling banyak di alam adalah asam oleat, yang mengandung satu ikatan rangkap. Konfigurasi di sekitar ikatan rangkap apa saja dalam asam lemak alamiah adalah cis suatu konfigurasi yang menyebabkan titik leleh itu menjadi rendah. Asam lemak jenuh membentuk 5

rantai zig-zagyang dapat cocok satu sama lain, secara mampat, sehingga gaya tarik van der Waalsnya tinggi, oleh karena itu lemaklemak jenuh itu bersifat padat. Jika beberapa ikatan rangkap cis terdapat dalam rantai, molekul itu tidak dapat membentuk kisi yang rapi dan mampat, tetapi cenderung untuk melingkar; trigliserida tak jenuh ganda cenderung berbentuk minyak. 2.2 Sabun dan Detergen Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah.
suatu trigliserida jenuh : CH2O2C CHO2C CH2O2C
dapat sesuai menjadi suatu kisi yang mampat

suatu trigliserida tak-jenuh :

CH2O2C CHO2C CH2O2C

tidak dapat sesuai dengan baik untuk membentuk kisi

Gambar 2.5 Bentuk trigliserida jenuh dan tak jenuh 6

Dewasa ini sabun dibuat praktis sama dengan teknik yang digunakan pada zaman yang lampau. Lelehan lemak sapi atau lemak lain dipanaskan dengan lindi (natrium hidroksida) yang terhdrolisis menjadi gliserol dan garam natrium dari asam lemak. Dahulu digunakan abu kayu (yang mengandung basa seperti kalium karbonat) sebagai ganti lindi. Reaksi penyabunan dapat dilihat dari reaksi di bawah ini:

CH2O2(CH2)16CH3 CHO2(CH2)16CH3 CH2O2(CH2)16CH3

CH2OH

3 NaOH

kalor
CHOH CH2OH gliserol

3 CH(CH2)16CHONa sodium stearat suatu sabun

tristearin

Gambar 2.6 Reaksi penyabunan Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion, bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidak banar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air membentuk misel yaitu segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air. Kegunaan sabun ialah kemampuannya dalam mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini dimiliki karena sabun memiliki dua sifat, yakni; Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non polar seperti tetesantetesan minyak. Ujung anion kedua molekul sabun, yang tertarik pada air ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak menolak antara tetesan-tetesan sabun-minyak maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.

dalam air sabun, tetes-tetes minyak saling menolak karena muatan gugus karbiksilat sabun sama tandannya

tetes minyak

tetes minyak

Gambar 2.7 Sabun termasuk kelas senyawa yang disebut surfaktan (dari kata surfaceactive agents) yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air.
air dan ion-ion Na+

CO2 -O2C

CO2

CO2 CO2 CO2 CO2

-O2C -O2C

-O2C

CO2

-O2C -O2C CO2 CO2

CO2

suatu misel (dari) ion-ion alkilkarbosilat suatu sabun

Gambar 2.8 Suatu misel dari ion-ion alkilkarboksilat suatu sabun

ekor hidrofobik

kepala hidrofilik

Gambar 2.9 Lambang umum untuk suatu surfaktan Surfaktan dapat dikelompokan sebagai anionik, kationik, dan netral bergantung pada sifat dasar gugus hidrofiliknya.Sabun dengan gugus karboksilatnya adalah surfaktan anionik, benzalkonium klorida (N- benzil amonium kuartener kloida) yang bersifat antibakteri adalah contoh-contoh surfaktan kationik. Surfakatan netral mengandung suatu gugus non ion seperti suatu karbohidrat yang dapat berikatan dengan hidrogen dan air.
H

CH2OH O C11H23 CO a

CH3 CH2 N C12H25 Cl


HO HO H H

OC12H2
OH H

CH3 suatu surfaktan anonik suatu surfaktan kationik (suatu benzalkonium klorida

suatu surfaktan nettral

Gambar 2.10 Tiga jenis surfakatan Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan memutuskan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Kekurangan utama dari sabun adalah mengendap dalam air sadah (air yang mengandung Ca2+, Mg2+, Fe3+, dan sebagainya) dan meninggalkan suatu residu. 2RCO2- + Ca2+ (RCO2)2Ca tidak larut Sabun dan detergen merupakan surfaktan dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari natrium (RSO2- Na+, dan ROSO3- Na+). Detergen mempunyai keunggulan dalam hal tidak mengendap bersama ion logam dalam air sadah. Detergen yang pertama kali digunakan adalah suatu p-alkilbenzenasulfonat dengan gugus alkil yang sangat bercabang. Bagian alkil senyawa ini disintesis dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena dengan reaksi alkilasi fridelCrafts. Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan basa, menghasilkan detergen itu.

CH2CHCH3 propilena

polimerisasi tetrapropilena

C6H6 H2SO4

SO3 SO3H

Na2CO3

SO3H Na suatu detergen yang tak-biodegradabel

Gambar 2.11 Reaksi yang menghasilkan detergen yang tak biodegradebel Namun, mikroorganisme tidak dapat menguraikan rantai hidrokarbon yang sangat bercabang itu. Detrgen tersebut lolos lewat instalasi pengolahan limbah tanpa berubah, sehingga menyebabkan sungai dan air PAM berbusa. Kemudian industri mengubahnya menjadi detergen yang biodegradabel yang memiliki rantai menerus sebagai ganti rantai bercabang, seprti ditujukkan dalam gambar berikut;
CH3(CH2)11 SO3 Na CH3(CH2)11OSO3 Na natrium dodesil sulfat (natriumlauryl sulfate)

natrium p-dodesilbenzenasulfonat (natrium p-dodecylbenzenesulfonate)

Gambar 2.12 Detergen yang biodegradabel 2.3 Fosfolipid Fosfolidip adalah lipid yang mengandung gugus ester fosfat. Fosforgliserida merupakan fosfolipid yang mempunyai hubungan erat dengan lemak dan minyak. Senyawa ini biasanya mengandung ester asam lemak pada dua posisi gliserol dengan suatu ester fosfat pada posisi ketiga. Fosforgliserida memiliiki sifat yang berbeda karena molekul-molekulnya berisi dua ekor hidrofobik yang panjang dan suatu gugus hidrofilik yang sangat polar (suatu gugus ion dipolar). Oleh karena itu fosfogliserida bersifat surfakatan netral, yang merupakan zat pengemulsi yang sangat bagus. Dalam mayonnaise fosfogliserida dari kuning telur menjaga agar minyak nabati tetap teremulsi dalam cuka.

10

O O RCO CH2OCR C H O + CH2OPOCH2CH2N(CH3)3 O suatu lesitin, atau fosfatidilkolina


N kuartener

kepala hidrofilik CH2OCR O


RCO C H O + CH2OPOCH2CH2NH3 O suatu sefalin, atau fosfatidiletanolamina
N primer

ekor hidrofobik

kepala hidrofilik dipolar

Gambar 2.13 Dua tipe fosfogliserida dan symbol umum suatu fosfogliserida Fosfogliserida terdiri dari dua tipe senyawa yang ditemukan dalam otak, sel saraf, hati hewan, kuning telur, kecambah gandum, ragi, dan kedelai. Dua tipe tersebut adalah lisitin (lecithin) dan sefalin (cephalin). Struktur dari kedua senyawa ini mirip satu sama lain. Lisitin adalah derivat kolina klorida, HOCH2CH2N(CH3)3+Cl- sedangkan selafin adalah derivat etanolamina, HOCH2CH2NH2. Selain itu juga fosfolipid juga memiliki senyawa-senyawa lain yaitu plasmalogen dan stingolipid, Plasmalogen memiliki gugus eter vinil sebagai ganti gugus ester pada karbon satu gliserol. Sfingomielin merupakan suatu ester fosfat, bukan gliserol tetapi dengan suatu alkohol alilik berantai panjang dengan suatu rantai samping amida.

11

O CH2OCH RCOCH O

CHR

CH3(CH2)12 C C H

CH2OPOHCH3CH3N+H3 O suatu plasmalogen

CHOH

CHNHC(CH2)22CH3 O + CH2OPOCH2CH2NH3 O + sfingomielin suatu sfingolipid

Gambar 2.14 Plasmalogen dan sfingolipid Fosfolipid sangat diperhatikan karena terdapat dalam sel saraf dan otak. Beberapa fungsi biologis senyawa-senyawa ini telah diketahui, nnamun mmasih banyak yang harus dipelajari mengenai peranannya dalam system bioligis. Misalnya, diketahui bahwa fosfolipid penting dalam kerja membran sel. Membrane-mebran ini terbentuk dari protein yang tertanam dan menyatu dengan suatu lapisan rangkap molekul-molekul fosfogliserida, yang ujung hidrifobiknya menghadap kedalam dan ujung hidrofiliknya menghadap keluar. Bagian

hidrokarbon dari membrane ini tidak memungkinkan lewatnya air, ion-ion, atau molekulmolekul polar. Fungsi protein-protein yang tertanam pada membran tersebut adalah untuk

memungkinkan lewatnya air, ion-ion, dan senyawa-senyawa lain secara selektif masuk dan keluar sel. Fosfolipid juga diduga berperan sebagai penyekat listrik untuk sel saraf.

12

bagian luar sel (suatu medium berair)

kepala hidrofilik ekor hidrofobik

protein tertanam bagian dalam sel(suatu medium berair) lapisan rangkap fosfolipid dalam suatu membran sel

Gambar 2.15 Lapisan rangkap fosfolipid dalam suatu membran sel

13

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa; 1. Asam lemak dan minyak merupakan trigliserida yang memiliki rantai hidrokarbon panjang dan tak bercabang. Lemak yang memiliki sifat jenuh memiliki wujud padat, sedangkan lemak yang memiliki sifat tak jenuh memiliki wujud cair atau yang dikenal sebagai minyak. Secara umum struktur lemak adalah seperti gambar berikut;

O CH2OCR' O CHOCR" O CH2OCR'"


2. Sabun adalah garam logam alkali dari suatu asam lemak dan detergen adalah garam sulfonat atau sulfat. Sabun dan detergen mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik. Sabun dan detergen sama-sama dikelompokkan sebagai surfaktan anionik yang bersifat antibakteri. Namun, sabun memiliki kekurangan karena dapat mengendap dalam air sadah dan meninggalkan residu sedangkan detergen tidak mengendap bersama ion logam dalam air sadah. 3. Fosfolipid mengandung rantai-rantai hidrokarbon panjang serta suatu gugus fosfat dan gugus amino serta bersifat amfifilik karena terdiri atas ekor yang hidrofob dan kepala yang hidrofilik. Karenanya fosfolipid merupakan pengemulsi yang sangat baik. Fosfogliserida yang merupakan salah satu tipe fosfolipid bersifat surfaktan netral karena merupakan zat pengemulsi.

14

DAFTAR PUSTAKA Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Erlangga; Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai