PENDAHULUAN
Lemak yang terbentuk dari asam lemak yang sejenis (R1 = R2 = R3)
disebut asam lemak sederhana, sedangkan yang terbentuk dari asam
lemak yang tidak sejenis disebut lemak campuran.
Contoh
Nama
Rumus Rumus
No. Asam Sumber
Struktur Molekul
Lemak
1. Asam lemak
jenuh
-Laurat CH3(CH2)10COOH C11H23COOH
-Butirat CH3(CH2)12COOH C13H27COOH Lemak susu
Lemak hewani
-Palmitat CH3(CH2)14COOH C15H31COOH Lemak hewani
& nabati
-Stearat CH3(CH2)15COOH C17H35COOH
2. Asam lemak
tak jenuh
-Palmioleat CH3(CH2)CH=CH(CH2)7COOH C17H30COOH Lemak hewani
Lemak nabati
-Oleat CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH C17H31COOH Minyak nabati
Minyak biji
-Linoleat CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7 C17H31COOH rami
Minyak nabati
-Linolenat CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2... C17H39COOH
Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah berikut ini :
a. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis yang dapat
mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena
terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut.
Reaksi ini akan mengakibatkan ketengeikan hidrolisa yang
menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.
Reaksi hidrolisa dari minyak atau lemak sebagai berikut:
O
H2COCR H2COH
O O
HCOCR + 3 HOH HCOH + 3 RCOH
O
H2COCR H2COH
Gliserida gliserol asam lemak
b. Oksidasi
Oksidasi minyak terjadi bila terdapat kontak antara sejumlah
oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi
ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak.
Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan
hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam
lemak disertai konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan
keton serta asam-asam lemak bebas.
c. Polimerisasi
Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng
terjadi karena reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tidak
jenuh. Hal ini terbukti dengan terbentuknya bahan menyerupai
gum yang mengendap di dasar penggorengan. Kerusakan
minyak akibat peemanasan pada suhu tinggi (200-2500C) akan
mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan menimbulkan
berbagai penyakit (Ketaren, 1986).
d. Hidrogenasi
Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan
hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai
katalisator, lalu didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan
cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis
atau keras, sebelum dihidrogenasi, minyak harus bebas dari
sabun dan kandungannya fospatida yang rendah.
Reaksi antara asam dan basa disebut juga dengan reaksi penetralan,
yaitu reaksi asam dan basa yang dapat dinyatakan dalam persamaan
reaksi sebagai berikut:
H+ + OH- H2O
Untuk mengukur bahwa satu mol H+ sudah setara dengan satu mol
OH- dilakukan dengan titrasi. Titrasi asam basa yaitu proses penetapan
kadar suatu larutan asam dengan larutan standar basa, yang diketahui
normalitasnya atau sebaliknya. Bila diukur berapa ml larutan asam
tertentu diperlukan untuk menetralkan larutan basa (kadarnya atau
titrannya), maka pekerjaan itu disebut sabagai asidimetri sedangkan
penitaran sebaliknya, asam dengan basa yang titarnya diketahui disebut
alkalimetri. Reaksi yang terjadi :
V1 . N1 = V2 . N2
1.2.7 Indikator PP
Indikator PP atau penolftalein merupakan asam diprotik dan tidak
berwarna. Indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya
kemudian dengan hilangnya proton ke dua menjadi ion dengan sistem
terkonjugat menghasilkan warna merah. Indikator PP memiliki rentang
pH 8,0 – 9,6 dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah.
2 Kadar air dan kotoran tak 0,10 0,10 0,25 0,5 0,5
larut (% max)
3 Bahan yang tidak 0,5 0,5 0,5 0,8 1,0
tersabunkan (% max)
4 Warna pada linchi sell 7 2 4 11 30
(tidak >)
5 Nilai penyabunan 255 255 255 248 248
minimum
6 Bilangan iod 7,5-9,5 7,5-9,5 7,5-9,5 7,0- 7,0-
11,0 11,0
7 Sp gr pada 30oC 0,915- 0,915- 0,915- 0,915- 0,915-
0,920 0,920 0,920 0,920 0,910
8 Indeks bias pada 40o 1,4480- 1,4480- 1,4480- 1,4480- 1,4480-
1,4490 1,4490 1,4490 1,4490 1,4490
9 Bobot asam Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
Sumber : Anonim, 2010
BAB II
METODOLOGI
1
Gambar alat dapat dilihat di lampiran.
- Menggunakan masker untuk menghindari gas-gas yang bersifat toxic dan
sejenisnya.
Sampel minyak*
Hasil Pengamatan
* Dapat menggunakan sampel minyak baru maupun minyak jelantah. Perlakuan sama untuk
sampel minyak dan blanko.
BAB III
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
2
Perhitungan dapat dilihat di lampiran.
3.3. Pembahasan
Percoabaan ini bertujuan untuk memahami prinsip alkalimetri dan asidimetri
serta dapat menentukan kadar asam lemak total pada minyak atau lemak. Dalam
penentuan asam lemak total ini digunakan prinsip asidimetri dan angka
penyabunan. Angka penyabunan yaitu jumlah milligram KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan minyak atau lemak secara sempurna dalam 1 gram minyak
atau lemak. Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak
secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon pendek
berarti mempunyai berat molekul kecil, akan mempunyai angka penyabunan
besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka
angka penyabunannya relatif kecil. Sampel minyak yang digunakan dalam
percobaan ini adalah minyak dengan merek dagang Fortune dan Bimoli yang
dilakukan secara duplo.
Untuk menentukan kadar asam lemak total suatu minyak digunakan KOH
dalam alkohol untuk menyabunkan minyak atau lemak, sehingga KOH akan
bereaksi dengan gliserida dalam minyak. Massa KOH yang bereaksi ditentukan
dari selisih massa KOH mula-mula dan massa KOH berlebih yang dapat
diperoleh dari titrasi KOH tanpa sampel minyak (blanko) dan titrasi KOH
sampel minyak dengan larutan penitar HCl 0,5 N. Berdasarkan percobaan yang
dilakukan, untuk titrasi KOH tanpa sampel minyak (titrasi blanko) diperoleh
volume titrasi sebanyak 31,75 ml. Pada titrasi KOH dengan sampel minyak
diperoleh volume titrasi untuk sampel Fortune I dan II sebanyak 21,7 ml dan 21
ml. Sedangkan untuk volume titrasi sampel Bimoli I dan II sebanyak 20,5 ml
dan 20,2 ml. Indikator yang digunakan untuk titrasi dalam percobaan ini yaitu
indikator PP dan warna campuran berubah menjadi merah muda ketika ditetesi
3 tetes indikator PP kemudian campuran berubah menjadi tidak berwarna setelah
mencapai titik akhir titrasi. Karena titrasi sudah mencapai titik ekuivalen dimana
jumlah mol KOH sama dengan jumlah mol HCl, maka untuk menentukan massa
KOH yang bereaksi konsentrasi HCl dikalikan dengan Mr KOH dan dikalikan
dengan selisih volume HCl untuk titrasi blanko dan titrasi sampel. Setelah massa
KOH yang bereaksi diperoleh, massa tersebut digunakan untuk menentukan
angka penyabunan. Angka penyabunan dapat ditetapkan dengan membagi massa
KOH yang bereaksi dengan massa sampel minyak yang digunakan. Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
4.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh angka penyabunan untuk
minyak goreng Fortune sebesar 177,27–195,33 mg/g. Sedangkan untuk minyak
Bimoli sebesar 200,48–211,40 mg/g.
4.2. Saran
1. Menimbang minyak (sampel) secara teliti. Usahakan tidak terlalu banyak
berlebih.
2. Menggunakan sampel yang lebih bervariasi agar dapat dilihat perbedaan
angka penyabunan yang diperoleh.
3. Melakukan titrasi dengan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://indonargo.blogspot.com2010/11/agroindustri-pengolahan-minyak-
kelapa-2.html. (Diakses pada tanggal 26 Mei 2016).
Anonim.http://sisni.bsn.go.id/sni_main/sni/detail_sni. (Diakses pada tanggal 26 Mei
2016).
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas
Indonesia: Jakarta.
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2016. Penuntun Praktikum Analitik Klasik.
Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda.
Underwood, A.L., dan Day, R.A. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
1. Perhitungan
1) Fortune I
V HCl t.blanko = 31,75 ml
V HCl t.sampel = 21,7 ml
𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐾𝑂𝐻 (𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 )
𝐴𝑃 =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,5 𝑁 𝑥 56,1 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙 (31,75 𝑚𝑙 − 21,7 𝑚𝑙 )
𝐴𝑃 =
1,5902 𝑔
𝐴𝑃 = 177,27 𝑚𝑔/𝑔
2) Fortune II
V HCl t.blanko = 31,75 ml
V HCl t.sampel = 21 ml
3) Bimoli I
V HCl t.blanko = 31,75 ml
V HCl t.sampel = 20,5 ml
2. Gambar Alat