Anda di halaman 1dari 30

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PERPINDAHAN PANAS DAN TERMODINAMIKA

Hukum Termodinamika II

DISUSUN OLEH :

NAMA / NIM :1. WILDA HAFIFA ( 156 44 023 )


2. BAGUS IMAM BUKHORI ( 156 44 026 )
3. ASRI RAMADHANI ( 156 44 027 )
4. RISKA SRI WAHYUNI ( 156 44 029 )
JENJANG : S1 TERAPAN
KELAS :5A
KELOMPOK : 4 (EMPAT )

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal 2017

Mengesahkan dan Menyetujui


Dosen Pembimbing

Marinda Rahim, S.T., M.T.


NIP. 19741004 200112 1 001
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Memahami prinsip hukum kedua termodinamika yang diaplikasikan pada peralatan
kompresor udara.
2. Menghitung efisiensi kompresor udara.
3. Menghitung panas hilang pada sistem nosel yang dialiri udara dari kompresor.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Pengertian Termodinamika
Termodinamika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari penyimpanan,
transformasi (perubahan) dan transfer (perpindahan) energi. Energi disimpan sebagai
energi internal (yang berkaitan dengan temperatur), energi kinetik (yang disebabkan oleh
gerak), energi potensial (yang disebabkan oleh ketinggian) dan energi kimia (yang
disebabkan oleh komposisi kimiawi), diubah dari salah satu bentuk energi kebentuk energy
lainnya dan ditransfer melintasi suatu batas sebagai kalor atau kerja (work).
Termodinamika di bagi menjadi beberapa hukum :
1. Hukum termodinamika ke-0
2. Hukum termodinamika ke-1
3. Hukum termodinamika ke-2
Perubahan bentuk-bentuk energi dalam proses termodinamika harus ditentukan
dalam suatu objek yang disebut sebagai sistem. Sistem didefinisikan sebagai bagian dari
alam yang mempunyai batas-batas tertentu dan diperlakukan sebagai objek pengamatan.
Sedangkan segala sesutu yang berada diluar sistem disebut lingkungan. Antara sistem
dengan lingkungan dibatasi oleh bidang batas sistem (control volume).

1.2.2 Hukum Termodinamika Ke-1


Hukum pertama termodinamika dapat dijabarkan dalam penjelasan berikut :
1. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.
2. Setiap energi yang hilang selalu diikuti dengan lahirnya bentuk energi lain dengan
jumlah yang sama.
3. Total energi yang terkandung dalam sistem terisolasi adalah konstan.
Hukum pertama termodinamika sebagai persamaan matematis dinyatakan
dalam bentuk :
∆Energi Sistem = ∆Energi Lingkungan
∆Energi Lingkungan = Q + W ................................................................ (1.1)
∆Energi Sistem = ∆Ut + ∆Ep + ∆Ek ...................................................... (1.2)
Subtitusi persamaan (1.1) dan persamaan (1.2) menghasilkan :
∆Ut + ∆Ep + ∆Ek = Q + W ..................................................................... (1.3)

1.2.3 Hukum Termodinamika ke-2


Bunyi hukum kedua termodinamika adalah:
‘’Tidak ada peralatan atau sistem yang dapat mengubah seluruh energi yang diterima
menjadi kerja’’
Hal ini disebabkan energi yang diterima oleh peralatan atau sistem dari lingkungan
hilang sebagian dan kembali ke lingkungan dalam bentuk energi panas (heat loss). Energi
panas yang hilang dan kembali ke lingkungan disebabkan karena adanya gesekan (friction)
pada peralatan atau sistem selama proses berlangsung.
Pernyataan hukum kedua termodinamika dalam bentuk persamaan matematis adalah:
𝑊𝑎𝑐
ɳ= X 100% ............................................................................................... (1.4)
𝐸𝑖𝑛

keterangan:
ɳ = efisiensi
Wac = kerja nyata
Ein = energi yang diterima

1.2.4 Energi Kinetik


Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Makin besar
kecepatan benda bergerak makin besar energi kinetiknya dan semakin besar massa benda
yang bergerak makin besar pula energi kinetik yang dimilikinya. Secara matematis dapat
dirumuskan:

Ek = 1/2 ( m.v2 ) ................................................................................................... (1.5)


dimana :
Ek = Energi kinetik
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)

1.2.5 Gas Ideal


Merupakan kumpulan dari partikel-partikel suatu zat yang jaraknya cukup jauh
dibandingkan dengan ukuran partikelnya. Partikel-partikel itu selalu bergerak secara acak
ke segala arah. Pada saat partikel-partikel gas ideal itu bertumbukan antar partikel atau
dengan dinding akan terjadi tumbukan lenting sempurna sehingga tidak terjadi kehilangan
energi.
Berdasarkan eksperimen diketahui bahwa semua gas dalam kondisi kimia apapun,
pada temperatur tinggi, dan tekanan rendah cenderung memperlihatkan suatu hubungan
sederhana tertentu di antara sifat-sifat makroskopisnya, yaitu tekanan, volume dan
temperatur. Hal ini menganjurkan adanya konsep tentang gas ideal yang memiliki sifat
makroskopis yang sama pada kondisi yang sama. Berdasarkan sifat makroskopis suatu gas
seperti kelajuan, energi kinetik, momentum, dan massa setiap molekul penyusun gas, kita
dapat mendefinisikan gas ideal dengan persamaan berikut :

PV = nRT ................................................................................................ (1.6)

Dimana :

P = tekanan mutlak pada gas (atm)

V = Volume (L)

N = jumlah partikel pada gas (mol)

R = konstanta gas ideal (J/Kgmol K)

T = temperatur (K)

1.2.6 Kompresor
Kompresor adalah alat yang digunakan untuk memampatkan fluida berupa gas
atau udara. Kompresor udara biasanya menghisap udara dari atmosfer. Namun ada pula
yang menghisap udara atau gas yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer.
Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai penguat (booster). Sebaliknya ada pula
kompresor yang menghisap gas yang bertekanan lebih rendah dari pada tekanan
atmosfer. Kompresor pada dasarnya bekerja memampatkan fluida gas (Sularso, 1996).

1.2.7 Pemampatan (kompresi) gas


Pemampatan (kompresi) gas merupakan suatu proses yang secara alami
mengakibatkan tekanan akhir gas sistem menjadi lebih besar dari tekanan awalnya.
Sedangkan volume akhir menjadi lebih kecil dari volume awalnya.
a. P2 > P1
b. V2 < V1
c. T2 > T1
Proses pemampatan gas dapat terjadi secara:
a. Isobar
b. Isotermal
c. Isovolum (isokor)
d. Adiabatik
Alat yang digunakan untuk memampatkan fluida gas adalah kompresor. Prinsip
kerja lompresor ideal adalah melakukan kompresi (pemampatan) gas/uap pada kondisi
isothermal dan isentropis. Keadaan awal dan akhir gas/uap pada kompresi ideal adalah:
P2 > P1
V2 < V1
T2 = T1
S2 = S1
2

Ws

1
Ws = H....................................................................................................(1.7)
H 2
2

Hs H

P1

1
S
Gambar 1.1 Diagram H – S Kompresor
(𝑊)𝑠 𝑖𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑠
ɳ= .............................................................................. (1.8)
𝑊𝑠
𝐻𝑠
ɳ= ......................................................................................... (1.9)
𝐻

Efisiensi kompresor biasanya mencapai 0,7 sampai 0,8

1.2.8 Pengembangan (ekspansi) gas


Pengembangan (ekspansi) gas merupakan suatu proses yang secara alami
mengakibatkan tekanan akhir gas sistem menjadi lebih kecil dari tekanan awalnya,
sedangkan volume akhir menjadi lebih besar dari volume awalnya.
a. P2 < P1
b. V2 > V1
c. T2 < T1
Pemampatan dan pengembangan gas dapat dilakukan pada kondisi isothermal,
isobar, isovolume (isokor) dan adiabatik.
Nosel merupakan salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghasilkan
gas berkecepatan tinggi maupun mengendalikan arah dan bentuk fluida melalui proses
ekspansi. Pada nosel isotermal terjadi perubahan sifat fisik fluida sebagai berikut:
P2 < P1
V2 > V1
V2 >>>>> V1
T2 = T1
Untuk memudahkan menghitung ataupun mencari data-data karakteristik gas
pada saat mengalami ekspansi maupun kompresi, dapat diasumsikan gas berada dalam
keadaan ideal (Tim Laboratorium Teknik Kimia, 2017).

1.2.9 Kerja
Kerja adalah hasil kali antara gaya yang bekerja pada benda dengan perubahan
jarak yang dialami benda tersebut.
dW = F . dL ...................................................................................................... (1.10)
Modifikasi persamaan tersebut untuk aplikasi penggunaan fluida :
dW = F . dL
𝑑𝑉
dW = - p A 𝐴

dW = - p dV
𝑣2
W = − ∫𝑣1 𝑝 𝑑𝑉
W = - p (V2 – V1) ............................................................................................ (1.11)
Keterangan:
W = Kerja yang dilakukan oleh kompresor ( watt, J/s)
p = Tekanan (atm)
V1 = Volume masuk fluida (liter)
V2 = Volume keluar fluida (liter)
W (+) = Sistem menerima kerja dari lingkungan
W (-) = Sistem menghasilkan (melakukan) kerja terhadap lingkungan

1.2.10 Panas
Panas adalah sesuatu yang berpindah sehingga mengakibatkan perubahan suhu
suatu sistem disebut panas ( kalor). Secara alamiah panas mengalir dari temperatur tinggi
ke temperatur rendah. Kemampuan suatu benda untuk menyerap panas dikaitkan dengan
besaran kapasitas panas (c). Kapasitas panas adalah panas yang diperlukan oleh suatu
benda untuk meningkatkan suhunya setiap 1 derajat.
1. Berdasarkan jumlah massa kapasitas panas dapat digolongkan menjadi :
a) Kapasitas panas Spesifik
Contoh : cal/g ᵒC ; J/kg K ; Btu/lbm ᵒR
b) Kapasitas Panas Molar
Contoh : cal/gmol ᵒC
2. Khusus untuk fase gas, kapasitas panas juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan
kondisi perubahan gas tersebut, yaitu :
a. Kapasitas panas pada tekanan konstan (cp)
b. Kapasitas panas pada volume konstan (cv)
Haraga kapasitas panas dipengaruhi oleh temperatur dan biasanya dinyatakan dalam
bentuk persamaan.
c = a + bT + cT2 + dT3 ................................................................................................................ (1.12)
Dengan demikian harga kapasitas panas memengaruhi harga energi panas
dalam bentuk:
dQ = m c dT ............................................................................................ (1.13)
atau
dQ = n c dT ............................................................................................. (1.14)

1.2.11 Nosel
Nosel adalah alat atau perangkat yang dirancang untuk mengontrol arah atau
karakteristik dari aliran fluida (terutama untuk meningkatkan kecepatan) saat keluar (atau
memasuki) sebuah ruang tertutup atau pipa.
Sebuah nosel sering berbentuk pipa atau tabung dari berbagai variasi luas
penampang, dan dapat digunakan untuk mengarahkan atau memodifikasi aliran fluida
(cairan atau gas). Nosel sering digunakan untuk mengontrol laju aliran, kecepatan, arah,
massa, bentuk, dan / atau tekanan dari aliran yang muncul. Kecepatan nosel dari fluida
meningkat sesuai energi tekanannya.

1.2.12 Thermocouple
Thermocouple adalah salah satu jenis sensor suhu yang berfungsi untuk
mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda. Dua jenis
logam konduktor tersebut digabungkan menjadi satu melalui ujungnya sehingga
menimbulkan efek yang disebut dengan Thermo-electric. Termokopel merupakan salah
satu jenis sensor suhu yang sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan
listrik dan Elektronika yang berkaitan dengan Temperatur. Beberapa kelebihan
Termokopel yang membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat terhadap
perubahaan suhu dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara
-200˚C hingga 2000˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas,
Thermocouple juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan.
1.2.13 Wattmeter ziglini
Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaanya dalam
satuan watt dimana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter. Wattmeter pada
dasarnya merupakan penggabungan dari dua alat ukur yaitu Amperemeter dan Voltmeter
yang berfungsi untuk mengukur secara langsung daya yang terpakai pada suatu
rangkaian listrik. Pada Wattmeter terdiri dari kumparan arus (kumparan tetap) dan
kumparan tegangan (kumparan putar), sehingga pemasangannya juga sama yaitu
kumparan arus dipasang seri dengan beban dan kumparan tegangan dipasang paralel
dengan sumber tegangan. Wattmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur daya listrik secara langsung . Wattmeter dapat digunakan untuk pengukuran
pada arus searah maupun arus bolak balik.

1.2.14 Alat Ukur Laju Alir Linier


Alat Ukur Laju Alir Linier (Anemometer) merupakan alat pengukuran yang
mempunyai fungsi untuk mencatat data kecepatan angin dengan tepat dan akurat. Dengan
Anemometer ini mulai dari person (seseorang) sampai perusahaan dapat mengukur
kecepatan angin pada suatu tempat atau wilayah yang ditempati. Alat Anemometer ini
mampu mengukur kecepatan angin dengan tingkat ketelitian sangat tinggi yakni berkisar
0.5 meter setiap detiknya. Dilihat dari tinggkat ketelitian pada Anemometer itu sendiri
merupakan alat pengukur kecepatan angin yang sangat efektif dan efisien.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan :
1) Kompresor udara tipe Fini compressor – Masko BS-315
2) Alat ukur laju alir linier udara tipe Omega HHF710
3) Thermocouple tipe Lutron TM-936
4) Wattmeter Ziglini
5) Rangkaian nosel terdiri dari pipa nosel berdiameter 0,7 mm, konektor
kompresor dengan nosel yang dilengkapi valve dan alat ukur tekanan
6) Alat ukur tekanan pada kompresor dan alat ukur tekanan tipe EN562

2.1.2 Bahan yang digunakan :


1) Udara dari lingkungan

2.2. Prosedur Kerja


2.2.1 Prosedur Kerja Menghitung Efisiensi Kompresor
1) Memastikan tabung kompresor tidak berisi udara dengan cara memeriksa
tekanan kompresor.
2) Menghubungkan kompresor dengan arus listrik melalui alat wattmeter ziglini.
3) Mengisi tabung kompresor dengan udara dengan cara menjalankan kompresor.
4) Menunggu pengisian hingga tekanan udara di kompresor mencapai 4,5 bar.
5) Menghubungkan selang kompresor dengan selang konektor 1 sehingga udara
pada tabung kompresor mengalir keluar.
6) Mengamati tekanan udara keluar kompresor dan menunggu hingga hingga
mencapai 3,5 bar. Pada saat yang bersamaan mencatat daya listrik yang
digunakan, mengukur laju alir dan temperatur udara keluar kompresor.
7) Mengulangi langkah 4 sampai 6 untuk variasi tekanan 2,5 bar dan 1,5 bar.
8) Mematikan kompresor.
9) Melepaskan konektor kompresor dengan konektor 1.
2.2.2 Prosedur Kerja Menghitung Hilang Panas Pada Sistem Nosel
1) Mengisi tabung kompresor dengan udara dengan cara nebjalankan kompresor.
2) Menunggu pengisian hingga tekanan udara di kompresor mencapai 4,5 bar.
3) Menghubungkan selang kompresor dengan selang konektor 2 sehingga udara
pada tabung kompresor mengalir menuju nosel.
4) Mematikan tekanan udara keluar kompresor dan menunggu hingga mencapai 4
bar. Pada saat yang bersamaan mencatat daya listrik yang digunakan. Mengukur
laju alir dan temperatur udara keluar nosel.
5) Mengulangi langkah 2 sampai 4 untuk variasi tekanan 3 bar dan 2 bar.
6) Mematikan kompresor.
7) Melepaskan konektor kompresor dengan rangkaian nosel.

2.2.3 Prosedur Kerja Menghentikan Percobaan (Shut Down)


1) Mengeluarkan semua sisa udara yang masih berada dalam tabung kompresor
dengan menarik knob buang (flushing) dan pastikan tekanan udara pada
kompresor sudah mencapai 0 bar.
2) Memastikan semua peralatan berada dalam keadaan mati (off).
Memastikan semua koneksi arus listrik pada peralatan telah dicabut.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Tabel 3.1 Data pengamatan prosedur kerja menghitung efisiensi kompresor

P1 (atm) T1(oC) v1 (m/s) P2 (bar) T2 (oC) v2 (m/s) Ws (J/s)

1 28,1 0 3,5 28,4 13,80 718,8


1 28,1 0 2,5 28,5 12,84 660,1
1 28,1 0 1,5 28,7 12,13 602,7

Tabel 3.2 Data pengamatan prosedur kerja menghitung hilang panas pada sistem nosel

P1 (atm) T1(oC) v1 (m/s) P2 (bar) T2 (oC) v2 (m/s) Ws (J/s)

1 28,1 0 1 28,1 15,71 709,5


1 28,1 0 1 28,1 12,19 665,5
1 28,1 0 1 28,1 11,10 592,9

3.2 Data Hasil Perhitungan


3.2.1 Data Hasil Perhitungan Prosedur Kerja Efisiensi Kompresor

Tabel 3.3 Data hasil perhitungan densitas udara

P2 (Bar) T2 (oC) R (J/kgmol.K) BMudara (kg/kgmol) ρ (kg/m3)


3,5 301,4 8314,3 28,84 4,0280
2,5 301,5 8314,3 28,84 2,8762
1,5 301,7 8314,3 28,84 1,7246

Tabel 3.4 Data hasil perhitungan laju alir massa udara dan mol udara

v2 BMudara
P2(Bar) ρ (kg/m3) A (m2) 𝑚
̂ (kg/s) 𝑛̂ (kgmol/s )
(m/s) (kg/kgmol)

3,5 13,80 4,0280 5,67 x 10-5 3,1517 x 10-3 28,84 1,0928 x 10-4
2,5 12,84 2,8762 5,67 x 10-5 2,0939 x 10-3 28,84 7,0626 x 10-5
1,5 12,13 1,7246 5,67 x 10-5 1,1861 x 10-3 28,84 4,1127 x 10-5
Tabel 3.5 Data hasil perhitungan energi kinetik

v1 (m/s) v2 (m/s) 𝑚
̂ (kg/s) ΔEk (J/s)

0 13,80 3,1517 x 10-3 0,3001

0 12,84 2,0939 x 10-3 0,1726

0 12,13 1,1861 x 10-3 0,0873

Tabel 3.6 Data hasil perhitungan ΔHs isentropis

R
P1(Bar) P2(Bar) T (K) 𝑛̂ (kgmol/s ) ΔHs (J/s)
(J/kgmol.K)

1,01325 3,5 301,1 1,0928 x 10-4 8314,3 339,4620

1,01325 2,5 301,1 7,0626 x 10-5 8314,3 164,3746

1,01325 1,5 301,1 4,1127 x 10-5 8314,3 40,4714

Tabel 3.7 Data hasil perhitungan Ws isentropis

Ws isentropis
P2(Bar) ΔHs (J/s) ΔEk (J/s)
(J/s)

3,5 339,4620 0,3001 339,7621

2,5 164,3746 0,1726 164,5202

1,5 40,4714 0,0873 40,5587

Tabel 3.8 Data hasil perhitungan efisiensi kerja kompresor

P1(Bar) P2(Bar) Ws isentropis (J/s) Ws (J/s) Ƞ

1,01325 3,5 339,7621 718,8 0,4729

1,01325 2,5 164,5202 660,1 0,2492

1,01325 1,5 40,5587 602,7 0,0673


3.2.2 Data Hasil Perhitungan Prosedur Kerja Hilang Panas pada Sistem Nosel

Tabel 3.9 Data hasil perhitungan laju alir massa udara dan energi kinetik

v2
v1 (m/s) ρ (kg/m3) A (m2) 𝑚
̂ (kg/s) ΔEk (J/s)
(m/s)

0 15,71 4,0280 3,8484 x 10-7 2,4353 x 10-5 3,0052 x 10-3


0 12,19 2,8762 3,8484 x 10-7 1,3493 x 10-5 1,0025 x 10-3
0 11,10 1,7246 3,8484 x 10-7 7,3670 x 10-6 4,5384 x 10-4

Tabel 3.10 Data hasil perhitungan Ws isentropis dan hilang panas pada sistem nosel

Ws isentropis
ΔEk (J/s) Ws (J/s) Ƞ Q (J/s)
(J/s)
3,0052 x 10-3 709,5 0,4729 335,5226 -335,5192

1,0025 x 10-3 665,5 0,2492 165,8426 -165,8416

4,5384 x 10-4 592,9 0,0673 39,9022 -39,9017

3.3 Pembahasan

Pada praktikum Hukum Termodinamika II ini bertujuan untuk memahami prinsip


hukum kedua termodinamika yang diaplikasikan pada peralatan kompresor udara, dapat
menghitung efisiensi kompresor udara, serta dapat menghitung panas hilang pada sistem
nosel yang dialiri udara dari kompresor. Prinsip dari hukum kedua termodinamika yaitu
tidak ada peralatan atau sistem yang dapat mengubah seluruh energi yang diterima menjadi
kerja. Pada dasarnya kompresor bekerja memampatkan fluida gas, adapun cara
pemampatan gas di dalam kompresor menggunakan torak yang bergerak bolak-balik
dalam sebuah silinder untuk mengisap, menekan dan mengeluarkan gas secara berulang.
Akibatnya, gas yang ditekan dapat mengalami kebocoran melalui celah antara dinding
torak dan dinding silinder yang saling bergesek. Hal ini mengakibatkan, kompresor tidak
dapat mengubah seluruh energi yang diterimanya berupa energi listrik menjadi kerja.
Energi yang diterima oleh kompresor hilang sebagian dan kembali ke lingkungan dalam
bentuk energi panas. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil percobaan pada tabel 3.8 dimana
efisiensi kompresor yang diperoleh tidak mencapai 100%.
Selanjutnya menghitung efisiensi kompresor udara sesuai dengan hukum kedua
termodinamika dengan cara memvariasikan tekanan udara yang keluar dari kompresor.
Efisiensi kompresor dipengaruhi oleh tekanan udara keluar kompresor. Pada praktikum ini
yang bertindak sebagai kerja nyata adalah kerja pada kondisi isentropis yang dapat dicari
dengan perubahan entalpi pada kondisi isentropis tanpa mengabaikan perubahan energi
kinetiknya. Karena percobaan ini dilakukan dalam keadaan isentropis, sehingga
perhitungan kerja aktual yang dilakukan oleh kompresor dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan gas ideal. Energi kinetik tidak bisa diabaikan karena terdapat
perubahan laju alir linier pada saat fluida masuk dan keluar kompresor. Data hasil
perhitungan energi kinetik dan entalpi pada kondisi isentropis dapat dilihat pada tabel 3.5
dan tabel 3.6. Sedangkan data hasil perhitungan Ws isentropis dan efisiensi kompresor
dapat dilihat pada tabel 3.7 dan tabel 3.8. Dari tabel 3.8, dapat dilihat bahwa tekanan
berbanding lurus dengan efisiensi, semakin kecil tekanan udara di kompresor, maka
semakin kecil nilai efisiensi kompresor. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa besarnya energi yang disimpan dalam proses pemampatan gas tergantung pada
kenaikan tekanan. Jadi, semakin besar tekanan udara yang keluar dari kompresor, maka
energi yang diperlukan untuk mengkompresikan gas juga semakin besar yang
mengakibatkan nilai efisiensi kompresor akan meningkat sesuai dengan kenaikan tekanan
udaranya..

Tujuan selanjutnya, menghitung hilang panas pada sistem nosel yang dialiri udara dari
kompresor. Adapun variasi yang mengalami perubahan yaitu laju alir udara keluar nosel.
Pada saat memasuki nosel, fluida gas mengalami ekspansi sehingga laju alir udara
meningkat. Laju alir udara ini mempengaruhi nilai energi kinetik dan besarnya panas yang
hilang pada sistem nosel. Nilai hilang panas diperoleh dari selisih perubahan energi kinetik
dengan kerja kompresor pada kondisi isentropis. Kerja kompresor pada kondisi isentropis
diperoleh dari efisiensi kompresor dikalikan dengan nilai kerja nyata. Data laju alir massa
dan energi kinetik dapat dilihat pada tabel 3.9. Sedangkan, data hasil perhitungan hilang
panas pada sistem nosel dapat dilihat pada tabel 3.10. Dari data tersebut terlihat bahwa,
semakin tinggi nilai laju alir udara yang keluar dari nosel, maka nilai hilang panasnya
semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa meningkatnya tekanan
udara akan menghasilkan kecepatan udara keluaran yang lebih besar sehingga
menghasilkan efek gesekan pada energi kinetik udara keluaran yang lebih besar dan
semakin besar gesekannya, maka akan semakin besar panas yang hilang. Pada praktikum
ini panas hilang bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan bahwa sistem melepaskan panas
ke lingkungan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip dari hukum kedua termodinamika yaitu tidak ada peralatan atau sistem
yang dapat mengubah seluruh energi yang diterima menjadi kerja. Kompresor tidak
dapat mengubah seluruh energi yang diterimanya yang berupa energi listrik
menjadi kerja. Energi yang diterima oleh kompresor hilang sebagian dan kembali
ke lingkungan dalam bentuk energi panas. Hal ini dapat dilihat dari hasil
percobaan, dimana efisiensi kompresor yang diperoleh tidak mencapai 100%.
2. Dalam menghitung efisiensi kompresor udara sesuai dengan hukum kedua
termodinamika dengan cara membandingkan kerja nyata dengan energi yang
diterima. Dari hasil perhitungan dilihat bahwa tekanan berbanding lurus dengan
efisiensi, semakin kecil tekanan udara di kompresor, maka semakin kecil juga nilai
efisiensi kompresor.
3. Nilai hilang panas pada sistem nosel diperoleh dari selisih perubahan energi kinetik
dengan kerja kompresor pada kondisi isentropis Semakin tinggi tekanan yang
diberikan di kompresor, semakin tinggi nilai laju alir udara yang keluar dari nosel.
Sehingga nilai hilang panasnya semakin besar. Panas hilang bernilai negatif (-)
karena sistem melepaskan panas ke lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim a., 2016. Gas Ideal Fisika. [Online] Available at:


http://anastasiadimasfebyanti.blogspot.co.id/2016/03/gas-ideal-fisika.html.
[Accessed 13 November 2017]

Anonim b., 2014. Pengertian Termokopel Thermocouple dan Prinsip Kerjanya.


[Online] Available at: http://blog.unnes.ac.id/antosupri/pengertian-termokopel-
thermocouple-dan-prinsip-kerjanya/ [Accessed 13 November 2017]

Anonim c., 2015. Alat Ukur Wattmeter Beserta Kegunaannya. [Online] Available at:
http://kaksipit.blogspot.co.id/2015/11/alat-ukur-wattmeter-beserta-
kegunaannya.html. [Accessed 13 November 2017]

Anonim d., 2016. Fungsi dan Cara Penggunaan Anemometer. [Online] Available at:
http://www.alatuji.com/article/detail/535/fungsi-dan-cara-penggunaan-
anemometer#.WghsP4iyTIU. [Accessed 13 November 2017]

Moran, Michael J, Howard N.Shapiro. 2004. Termodinamika Teknik. Terjemahan oleh


Yulianto Sulistyo Nugroho. Jakarta : Erlangga

Rahim, M., 2012. Modul Ajar Termodinamika. 1st ed. Samarinda : Politeknik Negeri
Samarinda.

Sularso, and Haruo Tahara., 1996. Pompa dan Kompresor. 6th ed. Jakarta : Pradnya
Paramita.

Smith, J.M, H.C Van Ness, M.M Abbott. 2001. Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics. Singapore : McGraw-Hill

Tim Laboratorium Teknik Kimia. 2017. Penuntun Praktikum Perpindahan Panas dan
Termodinamika, Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda.
PERHTUNGAN

Rumus-rumus yang digunakan

 Efisiensi Kompresor
∆𝐻𝑠 𝑊𝑠 (𝑖𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑠)
ղ= =
∆𝐻 𝑊𝑠

 Persamaan Isotermal
𝑉2 𝑅𝑇 𝑃1
=( )( ) ( karena nilai R dan T tetap sehingga dapat di coret
𝑉1 𝑃2 𝑅𝑇
𝑉2 𝑃1
=( )
𝑉1 𝑃2
 Persamaan Gas Ideal

PV =nRT

𝑛𝑅𝑇
P =
𝑉

 Persamaan Usaha yang digunakan Gas


Ws(isentropis) = ∆𝐻𝑠 + ∆𝐸𝐾
Ws(isentropis) = −𝑃. 𝑑𝑉 + ∆𝐸𝐾
𝑛̂.𝑅.𝑇
Ws(isentropis) = (− 𝑑𝑉) + (∆𝐸𝐾)
𝑣
𝑣 𝑛̂.𝑅.𝑇 1
Ws(isentropis) = (− ∫𝑣 2 ̂ . ∆𝑣 2 )
𝑑𝑉 ) + (2 𝑚
1 𝑣
𝑣 𝑑𝑉 1
Ws(isentropis) = − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ∫𝑣 2 ̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
) + (2 𝑚
1 𝑉
𝑉 1
Ws(isentropis) ̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
= − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ln(𝑉2 )) + (2 𝑚
1

𝑃 1
Ws(isentropis) ̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
= − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ln(𝑃1 )) + (2 𝑚
2

 Mencari nilai laju alir mol udara ( n ) dengan rumus:


̂ udara = 𝝆udara . v . A
𝑚

Keterangan : 𝑚
̂ udara = Laju alir massa udara ( kg/s )
V = Laju alir linear ( m/s2 )
𝝆udara = Densitas udara ( kg/m3 )
Mencari nilai 𝝆udara dengan menggunakan persamaan gas ideal

𝑃2 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇

BMudara = ( BM N2 x 0,79 ) + ( BM O2 + 0,21 )

= ( 28 kg/kmol x 0,79 ) + ( 32 kg/kmol x 0,21 )

= ( 22,12 + 6,72 ) kg/kmol

= 28,84 kg/kmol

𝑚udara
nudara =
BMudara

Setelah didapatkan nilai laju alir mol udara lalu subtitusikan ke rumus Ws (isentropis)

 Mencari nilai effisiensi kerja kompresor


𝑊𝑠 𝑖𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑠
ղ=
𝑊𝑠

 Menghitung jumlah panas yang hilang pada sistem nosel

Ws isentropis = Ws x ղ

 Mencari panas yang hilang dengan hukum Thermodinamika I


Q + Ws(isentropis) = ∆H + Ep + Ek

Q = ∆H + Ep + Ek – Ws(isentropis) ( karena pada percobaan ini tidak ada perubahan


ketinggian maka energi potensial dapat dicoret )

Q = ∆Ek – Ws(isentropis)
1. Perhitungan Efisiensi pada Kompresor
 Variasi tekanan 3,5 bar
Data yang diperlukan :
P1 = 1 atm
P2 = 3,5 bar
T2 = 28,4 OC + 273 = 301,4 K
Ws = 718,50 J/s
D = 8,5 mm
V2 = 13,80 m/s
Perhitungan :
 Densitas udara

𝑃2 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇

𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
3,5 𝐵𝑎𝑟 1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑥 28,84 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑥 301,4 𝐾
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾

𝑘𝑔
𝝆udara = 4,0280
𝑚3

 Laju alir massa udara


A = 𝜋. 𝑟 2
D = 8,5 mm
𝐷
r =2
8,5 𝑚𝑚 1𝑚
= = 4,25 𝑚𝑚 = 4,25. 10−3
2 103 𝑚𝑚

A = 𝜋(4,25. 10−3 𝑚)2 = 5,67. 10−5 𝑚2


̂ udara = 𝝆udara . v . A
𝑚
𝑘𝑔 𝑚
𝑚
̂ udara = 4,0280 x 13,80 x 5,67. 10−5 𝑚2
𝑚3 𝑠
𝑘𝑔
= 3,1517.10−3
𝑠
 Laju alir mol udara
𝑘𝑔
3,1517.10−4
𝑠
nudara = 𝑘𝑔
28,84
𝑘𝑚𝑜𝑙

𝑘𝑚𝑜𝑙
= 1,0928. 10−4
𝑠
 Ws isentropis
𝑃 1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
Ws isentropis = − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ln (𝑃1 )) + (2 𝑚
2

𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐽 1,01325 𝑏𝑎𝑟


= − (1,0928.10−4 . 8314,3 . 301,4 𝐾 ln ( ))
𝑠 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 3,5 𝑏𝑎𝑟
1 𝑘𝑔 𝑚 𝑚
+ ( . 3,1517. 10−3 ((13,80 )2 − (0 )2 ))
2 𝑠 𝑠 𝑠
𝐽
= 339,7621
𝑠
 Effisiensi kerja kompresor
𝑊𝑠 𝑖𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑠
ղ =
𝑊𝑠
𝐽
339,7621
𝑠
= 𝐽
718,50
𝑠

= 0,4729

 Variasi tekanan 2,5 bar


Data yang diperlukan :
P1 = 1 atm
P2 = 2,5 bar
T2 = 28,5 OC + 273 = 301,5 K
Ws = 660,10 J/s
D = 8,5 mm
V2 = 12,84 m/s

Perhitungan :
 Densitas udara

𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇
𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
2,5 𝐵𝑎𝑟 1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑥 28,84 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,5 𝐾

𝑘𝑔
𝝆udara = 2,8762
𝑚3

 Laju alir massa udara


A = 𝜋. 𝑟 2
D = 8,5 mm
𝐷
r =2
8,5 𝑚𝑚 1𝑚
= = 4,25 𝑚𝑚 = 4,25. 10−3
2 103 𝑚𝑚

A = 𝜋(4,25. 10−3 𝑚)2 = 5,67. 10−5 𝑚2

̂ udara = 𝝆udara . v . A
𝑚
𝑘𝑔 𝑚
𝑚
̂ udara = 2,8762 x 12,84 x 5,67. 10−5 𝑚2
𝑚3 𝑠
𝑘𝑔
= 2,0939.10−3 𝑠

 Laju alir mol udara


𝑘𝑔
2,0939.10−3
𝑠
nudara = 𝑘𝑔
28,84
𝑘𝑚𝑜𝑙

𝑘𝑚𝑜𝑙
= 7,2606. 10−5 𝑠
 Ws isentropis
𝑃 1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
Ws isentropis = − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ln (𝑃1 )) + (2 𝑚
2

𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐽 1,01325 𝑏𝑎𝑟


= − (7,2606. 10−5 . 8314,3 . 301,5 𝐾 ln ( ))
𝑠 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 2,5 𝑏𝑎𝑟
1 𝑘𝑔 𝑚 𝑚
+ ( . 2,0939. 10−3 ((12,84 )2 − (0 )2 ))
2 𝑠 𝑠 𝑠
𝐽
= 164,5202
𝑠
 Effisiensi kerja kompresor
𝑊𝑠 𝑖𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑠
ղ =
𝑊𝑠
𝐽
164,5202
𝑠
= 𝐽
660,10
𝑠

= 0,2492

 Variasi tekanan 1,5 bar


Data yang diperlukan :
P1 = 1 atm
P2 = 1,5 bar
T2 = 28,7OC + 273 = 301,7 K
Ws = 602,70 J/s
D = 8,5 mm
V2 = 12,13 m/s
Perhitungan :
 Densitas udara

𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇

𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
1,5 𝐵𝑎𝑟 𝑥 28,84
1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,7 𝐾

𝑘𝑔
𝝆udara = 1,7246
𝑚3

 Laju alir massa udara


A = 𝜋. 𝑟 2
D = 8,5 mm
𝐷
r =2
8,5 𝑚𝑚 1𝑚
= = 4,25 𝑚𝑚 = 4,25. 10−3
2 103 𝑚𝑚

A = 𝜋(4,25. 10−3 𝑚)2 = 5,67. 10−5 𝑚2


̂ udara = 𝝆udara . v . A
𝑚
𝑘𝑔 𝑚
𝑚
̂ udara = 1,7246 x 12,13 x 5,67. 10−5 𝑚2
𝑚3 𝑠
𝑘𝑔
= 1,1861.10−3 𝑠
 Laju alir mol udara
𝑘𝑔
1,1861.10−3
𝑠
nudara = 𝑘𝑔
28,84
𝑘𝑚𝑜𝑙

𝑘𝑚𝑜𝑙
= 4,1127.10−5 𝑠

 Ws isentropis
𝑃 1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 ))
Ws isentropis = − (𝑛. 𝑅. 𝑇 ln (𝑃1 )) + (2 𝑚
2

𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐽 1,01325 𝑏𝑎𝑟


= − (4,1127. 10−5 . 8314,3 . 301,7 𝐾 ln ( ))
𝑠 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 1,5 𝑏𝑎𝑟
1 𝑘𝑔 𝑚 𝑚
+ ( . 1,1861. 10−3 ((12,13 )2 − (0 )2 ))
2 𝑠 𝑠 𝑠
𝐽
= 40,5587
𝑠
 Effisiensi kerja kompresor
𝑊𝑠 𝑖𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑠
ղ =
𝑊𝑠
𝐽
40,5587
𝑠
= 𝐽
602,70
𝑠

= 0,0673

2. Perhitungan nilai hilang panas pada sistem nosel


 Variasi tekanan 3,5 bar
Data yang diperlukan
P2 = 3,5 atm
T2 = 28,4 OC + 273 = 301,4 K
Ws = 709,5 J/s
D = 0,7 mm
V2 = 15,71 m/s
ղ = 0,4729
 Densitas udara

𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇
𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
3,5 𝐵𝑎𝑟 1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑥 28,84 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,4 𝐾

𝑘𝑔
𝝆udara = 4,0280
𝑚3

 Laju alir massa udara


A = 𝜋. 𝑟 2
D = 0,7 mm
𝐷
r =2
0,7 𝑚𝑚 1𝑚
= = 0,35 𝑚𝑚 = 3,5. 10−4
2 103 𝑚𝑚

A = 𝜋(3,5. 10−4 𝑚)2 = 3,8484. 10−7 𝑚2


̂ udara = 𝝆udara . vudara . A
𝑚
𝑘𝑔 𝑚
𝑚
̂ udara = 4,0280 x 15,71 x 3,8484. 10−7 𝑚2
𝑚3 𝑠
𝑘𝑔
= 2,4353 x 10-5
𝑠

 Energi kinetik
1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 )
∆Ek = 2 𝑚
1 𝑘𝑔 𝑚 𝑚
= 2 . 2,4353 x 10−5 𝑠 ((15,71 𝑠 )2 − (0 𝑠 )2 )
𝑘𝑔.𝑚2
= 3,0052 x 10−3 𝑠3
𝐽
= 3,0052 x 10−3 𝑠

 Ws isentropis = Ws x η
𝐽
= 709,5 x 0,4729
𝑠
𝐽
= 335,5226
𝑠
 Q = ∆Ek – Ws isentropis
𝐽 𝐽
= 3,0052 x 10−3 𝑠 – 335,5226
𝑠
𝐽
= - 335,5195
𝑠
 Variasi tekanan 2,5 bar
Data yang diperlukan
P2 = 2,5 atm
T2 = 28,5 OC + 273 = 301,5 K
Ws = 665,5 J/s
D = 0,7 mm
V2 = 12,19 m/s
ղ = 0,2492

 Densitas udara

𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇

𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
2,5 𝐵𝑎𝑟 𝑥 28,84
1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,5 𝐾

𝑘𝑔
𝝆udara = 2,8762
𝑚3

Laju alir massa udara

A = 𝜋. 𝑟 2
D = 0,7 mm
𝐷
r =2
0,7 𝑚𝑚 1𝑚
= = 0,35 𝑚𝑚 = 3,5. 10−4
2 103 𝑚𝑚

A = 𝜋(3,5. 10−4 𝑚)2 = 3,8484. 10−7 𝑚2


̂ udara = 𝝆udara . v . A
𝑚
𝑘𝑔 𝑚
𝑚
̂ udara = 2,8762 x 12,19 x 3,8484. 10−7 m2
𝑚3 𝑠
𝑘𝑔
= 1,3493 x 10-5
𝑠
 Energi kinetik
1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 )
∆Ek = 2 𝑚
1 𝑘𝑔 𝑚 2 𝑚
= 2 . 1,3493 x 10−5 𝑠 ((12,19 ) − (0 𝑠 )2 )
𝑠
𝑘𝑔.𝑚2
= 1,0025 x 10−3 𝑠3
𝐽
= 1,0025 x 10−3 𝑠

 Ws isentropis
Ws isentropis = Ws x η
𝐽
= 665,5 x 0,2492
𝑠
𝐽
= 165,8426
𝑠
 Q
Q = ∆Ek – Ws isentropis
𝐽 𝐽
= 1,0025 x 10−3 – 165,8426
𝑠 𝑠
𝐽
= -165,8416
𝑠
 Variasi tekanan 1,5 bar
Data yang diperlukan
P2 = 1,5 atm
T2 = 28,7 OC + 273 = 301,7 K
Ws = 592,9 J/s
D = 0,7 mm
V2 = 11,10 m/s
ղ = 0,0673
 Densitas udara

𝑃2 𝑥 𝐵𝑀udara
𝝆udara =
𝑅𝑇

𝐽
105 𝑃𝑎 1𝑚3 𝑘𝑔
1,5 𝐵𝑎𝑟 1 𝐵𝑎𝑟 1 𝑃𝑎 𝑥 28,84 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝝆udara = 𝐽
8314,3 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 301,7 𝐾

𝑘𝑔
𝝆udara = 1,7246
𝑚3

Laju alir massa udara

A = 𝜋. 𝑟 2
D = 0,7 mm
𝐷
r =2
0,7 𝑚𝑚 1𝑚
= = 0,35 𝑚𝑚 = 3,5. 10−4
2 103 𝑚𝑚

A = 𝜋(3,5. 10−4 𝑚)2 = 3,8484. 10−7 𝑚2


̂ udara = 𝝆udara . v . A
𝑚
𝑘𝑔 𝑚
𝑚
̂ udara = 1,7246 x 11,10 x 3,8484. 10−7 m2
𝑚3 𝑠
𝑘𝑔
= 7,3670 x10-6
𝑠
 Energi kinetik
1
̂ (𝑣22 − 𝑣12 )
∆Ek = 2 𝑚
1 𝑘𝑔 𝑚 2 𝑚
= 2 . 4,9766 x 10−6 𝑠 ((11,10 ) − (0 𝑠 )2 )
𝑠
𝑘𝑔.𝑚2
= 4,5384 x 10−4 𝑠3
𝐽
= 4,5384 x 10−4 𝑠

 Ws isentropis
Ws isentropis = Ws x η
𝐽
= 592,9 x 0,0673
𝑠
𝐽
= 39,9022
𝑠
 Q loss
Q loss = ∆Ek – Ws isentropis
𝐽 𝐽
= 4,5384 x 10−4 𝑠 – 39,9022
𝑠
𝐽
= -39,9017
𝑠
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai