Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP

PEMBUATAN ASAM SITRAT DARI SUBSTRAT MOLASE


MENGGUNAKAN ASPERGILLUS NIGER

Diajukan sebagai pernyataan untuk menyelesaikan Program Studi S1 Terapan pada


Program Studi Teknologi Kimia Industri
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda

LAPORAN SKRIPSI

Oleh:

Amalia Annisa
14 644 027

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
SAMARINDA
2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amalia Annisa

NIM : 14644027

Jurusan : Teknik Kimia

Program Studi : Teknologi Kimia Industri

Jenjang : S-1 Terapan

Judul Laporan Skripsi : Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Pembuatan Asam

Sitrat dari Substrat Molase Menggunakan Aspergillus Niger

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam Laporan Skripsi

ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Samarinda, Januari 2018

Amalia Annisa
NIM. 14644027
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP


PEMBUATAN ASAM SITRAT DARI SUBSTRAT MOLASE
MENGGUNAKAN ASPERGILLUS NIGER

NAMA : AMALIA ANNISA


NIM : 14644027
JURUSAN : TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
JENJANG STUDI : S-1 TERAPAN
Laporan Skripsi ini telah disahkan
pada tanggal, Januari 2018

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Marlinda, S.T., M.Eng Arief Adhiksana, S.ST., M.T


NIP. 19730220 200112 2 002 NIP. 19800703 200604 1013

Mengesahkan:
Direktur Politeknik Negeri Samarinda

Ir. Ibayasid, M.Sc


NIP. 19590303 198903 1 002

Lulus Ujian Tanggal: Januari 2018


HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP


PEMBUATAN ASAM SITRAT DARI SUBSTRAT MOLASE
MENGGUNAKAN ASPERGILLUS NIGER
NAMA : AMALIA ANNISA
NIM : 14644027
JURUSAN : TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
JENJANG : S-1 TERAPAN

Laporan Skripsi ini telah diuji dan disetuji


pada tanggal, Januari 2018
Dewan Penguji:

Moderator,
Nama : Marlinda, S.T., M.Eng
NIP : 19730220 200112 2 002

Penguji I,
Nama : Dedy Irawan, S.T., M.T
NIP : 19750208 200212 1 001

Penguji II,
Nama : Kusyanto, S.ST., M.T
NIP : 19800803 200604 1 013

Mengetahui:

Ketua Jurusan Teknik Kimia, Ketua Program Studi


Teknologi
Kimia Industri,

Dedy Irawan, S.T., M.T Irmawati Syahrir, S.T., M.T


NIP. 19750208 200212 1 001 NIP. 19690326 200003 2 001
ABSTRAK

Tahun 2015 produksi gula di Indonesia mencapai 2,82 juta ton dan menghasilkan
molase sebagai produk samping. Molase menjadi masalah pencemaran
lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Salah satu pemanfaatan terhadap
molase yaitu dengan menggunakan molase sebagai substrat pada proses
fermentasi pembuatan asam sitrat karena molase memiliki kandungan gula yang
tinggi. Asam sitrat dapat diproduksi dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme melalui proses fermentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap pembentukan asam sitrat.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan molase sebagai substrat dengan
konsentrasi sebesar 20% (v/v) sebanyak 250 ml dan biakan jamur Aspergillus
Niger pada media cair sebanyak 16 ml pada kondisi lingkungan. Fermentasi
berjalan secara aerobik. Pada penelitian yang telah dilakukan, variasi waktu
fermentasi 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 hari menghasilkan asam sitrat dengan hasil
terbaik pada fermentasi selama 6 hari yaitu sebesar 68,7 g yang diketahui dari
hasil analisa menggunakan gas kromatografi.

Kata kunci: Asam Sitrat, Aspergillus Niger, Fermentasi, Molase, Waktu Fermentasi

5
ABSTRACT

In 2015, sugar production in Indonesia reached 2.82 million tons and produced
molasses as a byproduct. Molasses become an environmental pollution problem if
they are not treated properly. One of the utilizations of the molasses is by using
molasses as a substrate in the fermentation process of citric acid production
because molasses have a high composition of sugar. Citric acid can be produced
by utilizing microorganism’s activity through a fermentation process. The purpose
of this research is knowing the effect of fermentation time on the formation of
citric acid. Fermentation is carried out by using molasses as a substrate with a
concentration of 20% (v/v) in the amount of 250 ml and 16 ml Aspergillus Niger
culture in liquid medium in an environmental condition. Fermentation ran
aerobically. In the research that has been done, the time variation of fermentation
3, 6, 9, 12, 15 and 18 days produces citric acid with the highest yield was
achieved in 6 days with the amount of 68.7 g which is obtained from the analysis
using gas chromatography.

Keywords: Aspergillus Niger, Citric Acid, Fermentation, Fermentation Time, Molasses

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

Laporan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap

Pembuatan Asam Sitrat dari Substrat Molase Menggunakan Aspergillus

Niger” ini dapat terselesaikan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

jenjang pendidikan program S-1 Terapan pada Jurusan Teknik Kimia Politeknik

Negeri Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data yang penulis peroleh

selama melakukan penelitian mulai dari proses fermentasi molase sampai proses

analisa kandungan asam sitrat menggunakan gas kromatografi.

Dalam penulisan laporan ini penulis mengalami beberapa kendala, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya. Dalam

kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya

kepada :

1. Bapak Ir. H. Ibayasid, M.Sc selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda.

2. Bapak Dedy Irawan, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia.

3. Ibu Irmawati Syahrir, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknologi Kimia

Industri.

4. Ibu Marlinda, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

7
5. Bapak Arief Adhiksana, S.ST., M.T selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

6. Bapak Kusyanto, S.ST., M.T selaku Kepala Laboratorium Kimia Dasar

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda.

7. Bapak Ibnu Eka Rahayu, S.ST., M.T selaku Kepala Laboratorium Operasi

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda.

8. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga laporan ini

dapat terselesaikan dengan baik.

9. Bapak dan Ibu Dosen, Staf, Teknisi dan Analis Jurusan Teknik Kimia.

10. Teman – teman Teknik Kimia Angkatan 2014 yang senantiasa saling

membantu dan memberikan semangat selama proses penyusunan Laporan

Skripsi ini dan Mas Arika yang telah membantu mengembangbiakkan jamur

Aspergillus Niger.

11. Kakak tingkat Doni Damara dan Dewi Sarah yang telah membantu dan

memberikan saran dalam proses penyusunan Laporan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Skripsi ini masih

banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun sehingga dalam penulisan Laporan Skripsi ini dapat

menjadi lebih baik.

Samarinda, Januari 2018

Penulis

8
DAFTAR ISI

ABSTRAK.....................................................................................................................v

ABSTRACT.................................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..................................................................................................vii

DAFTAR ISI.................................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xi

DAFTAR TABEL........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3

1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................5

2.1 Molase Tebu....................................................................................................5

2.2 Fermentasi.......................................................................................................6

2.3 Aspergillus Niger............................................................................................6

2.4 Asam Sitrat....................................................................................................10

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................16

3.2 Rancangan Penelitian....................................................................................16

3.3 Alat dan Bahan..............................................................................................17

3.3.1 Alat........................................................................................................17

3.3.2 Bahan.....................................................................................................18

3.4 Prosedur Penelitian.......................................................................................19

9
3.4.1 Diagram Alir Penelitian.........................................................................19

3.4.2 Prosedur Penelitian................................................................................20

3.4.3 Prosedur Analisa....................................................................................21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................23

4.1 Hasil Analisa.................................................................................................23

4.2 Pembahasan...................................................................................................23

4.2.1 Hubungan Waktu terhadap Kadar Biomassa.........................................24

4.2.2 Hubungan Waktu terhadap Kadar Glukosa...........................................25

4.2.3 Hubungan Waktu terhadap Kadar Asam Sitrat......................................26

BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................................29

5.1 Kesimpulan...................................................................................................29

5.2 Saran.............................................................................................................29

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................30

10
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur Metabolisme Untuk Produksi Asam Organik oleh Aspergillus

Gambar 2.2 Kurva Pertumbuhan Mikroba

Gambar 4.1 Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Biomassa

Gambar 4.2 Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Glukosa

Gambar 4.3 Hubungan Antara Waktu Fermentasi dengan Kadar Asam Sitrat

Gambar 4.4 Tricarboxylic Acid Cycle

11
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Molase

Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Biomassa, Glukosa dan Jumlah Asam Sitrat

12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan produksi gula yang cukup

tinggi. Menurut data dari Badan Statistik Nasional (BSN) pada tahun 2014 luas

areal perkebunan tebu di Indonesia mencapai 473 hektar yang tersebar di pulau

Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Data produksi gula di Indonesia menurut PTPN X

tahun 2015 mencapai 2,82 juta ton. Produksi gula dari tebu menghasilkan produk

samping berupa molase atau tetes tebu yang merupakan limbah akhir yang

diperoleh dari proses kristalisasi nira (Mulyani, 2016).

Molase atau tetes tebu mengandung senyawa nitrogen, unsur mikro, dan

kandungan gula yang cukup tinggi terutama kandungan sukrosa 30%, glukosa

12%, dan fruktosa 13% (Retnaningtyas, 2017). Di beberapa pabrik gula, molase

diekspor keluar negeri dengan harga yang relative murah, dibanyak tempat,

limbah ini sangat kecil daya gunanya dan sering menjadi masalah pencemaran

lingkungan karena molase mengandung kalsium oksida yang dapat mengurangi

kadar oksigen tanah (Fifendy dkk, 2013). Dengan demikian, terdapat kebutuhan

untuk menemukan aplikasi yang cocok dari produk sampingan ini. Salah satu

alternatif untuk pemanfaatan ekonomi adalah dengan menggunakan molase

sebagai substrat dalam proses fermentasi untuk produksi value added product

seperti asam sitrat (Darouneh dkk, 2009).


2

Molase dapat digunakan sebagai sumber gula untuk produksi asam sitrat

dari mikroba karena kadar gula yang tinggi (40-55%). Komposisi molase

tergantung pada berbagai faktor seperti jenis bit dan tebu, metode budidaya,

kondisi penyimpanan dan penanganan (transportasi, variasi suhu) dll (Soccol dkk,

2006). Sebagian besar asam sitrat komersial pada saat ini diproduksi secara

fermentasi dari bahan substrat yang kaya karbohidrat. Paturau menyatakan bahwa

baik tetes-bit maupun tetes-tebu keduanya dapat digunakan sebagai bahan susbtrat

untuk pembuatan asam sitrat (Poesponegoro dan Liang, 1991).

Asam sitrat merupakan salah satu asam organik. Pemanfaatan asam sitrat

dapat dijumpai di berbagai industri seperti industri farmasi 12%, industri makanan

dan minuman sekitar 70%, dan sisanya 18% untuk industri lainnya. (Hambali dkk,

2016)

Asam sitrat dapat diproduksi dengan memanfaatkan aktivitas

mikroorganisme melalui proses fermentasi, baik secara fermentasi padat, biak

rendam ataupun dengan menggunakan sel yang terimobilisasi. Banyak

mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses produksi asam sitrat, seperti

Penicillium glaucum, Candida tropicalis, Aspergillus Niger, Aspergillus awamori,

Aspergillus nidulans, Hansenula anamola dan Yarrowia lipolytica. Namun,

diantara mikroorganisme tersebut Aspergillus Niger merupakan mikroorganisme

utama yang digunakan di industri untuk produksi asam sitrat karena menghasilkan

lebih banyak asam sitrat dan juga kemampuannya untuk memproduksi asam sitrat

dari bahan yang murah (Carolina dkk, 2015)


3

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan proses produksi asam sitrat

dengan metode fermentasi telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dan terus

dikembangkan. Poesponegoro dan Liang (1991) telah melakukan fermentasi biak

rendam dari tetes tebu menggunakan Aspergillus Niger untuk produksi asam

sitrat. Fermentasi dilakukan selama 7 hari dengan variasi konsentrasi awal gula

pereduksi total. Hasil terbaik yang diperoleh yaitu asam sitrat sebesar 25,052 g/L

dengan variasi 20% konsentrasi awal gula pereduksi total. Anne Carolina dkk

(2015) melakukan fermentasi biak rendam dari molase dengan Aspergillus Niger

untuk produksi asam sitrat. Fermentasi dilakukan selama 8 hari dengan variasi

konsentrasi awal molase. Hasil terbaik yang diperoleh yaitu sebanyak 83,79 g/L

asam sitrat yang dihasilkan pada variasi konsentrasi awal molase 30% (b/v).

Dari 2 penelitian yang telah disebutkan pada paragraf pertama, dapat

disimpulkan bahwa molase yang merupakan hasil samping dari industri tebu dapat

dimanfaatkan sebagai substrat dalam fermentasi untuk pembentukan asam sitrat.

Pada penelitian pertama memiliki kadar asam sitrat lebih rendah dibandingkan

dengan penelitian kedua. Dari perbedaan hasil tersebut dapat diketahui bahwa

penelitian pertama oleh Poesponegoro dan Liang (1991) masih memiliki

kelemahan dari segi konversi yang dihasilkan.

Salah satu faktor penting yang dikendalikan dalam proses fermentasi

adalah waktu fermentasi. Jika waktu fermentasi singkat, maka akan menghasilkan

asam sitrat yang rendah. Sebaliknya jika waktu terlalu lama maka terjadi over
4

time sehingga asam sitrat tidak terbentuk secara optimal. Untuk itu perlu

mengetahui waktu optimal dalam proses fermentasi.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh waktu fermentasi

terhadap pembentukan asam sitrat.

Manfaat dari penelitian ini yaitu memanfaatkan hasil samping industri tebu

yaitu molase sebagai alternatif substrat yang ekonomis dalam produksi asam

sitrat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Molase Tebu

Molase merupakan by product yang dihasilkan dari sisa proses produksi

gula, berwarna coklat dan berbentuk cairan kental. United Molasses

mendefinisikan molase sebagai “end product” pembuatan gula yang tidak

mengandung lagi gula yang dapat dikristalkan dengan cara konvensional.

(Widyanti, 2010)

Molase mengandung gula yang terdiri dari sukrosa, glukosa dan fruktosa.

Molase digunakan secara luas sebagai sumber karbon untuk denitrifikasi,

fermentasi anaerobik, pengolahan limbah aerobic, dan diaplikasikan pada

budidaya perairan. (Nurjannah, 2012)

Tabel 2.1 Komposisi Molase

Unsur (%) Berat


Air 22,0
Sukrosa 30,0
Glukosa 12,0
Fruktosa 13,0
Karbohidrat lain 4,0
Nitrogen 6,0

Sumber: Retnaningtyas, 2017


6

2.2 Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel pada keadaan

anaerobik maupun aerobik. Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi

metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai

tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika, dan

biopolymer. Fermentasi dapat diartikan sebagai perubahan gradual oleh enzim

beberapa bakteri, khamir dan jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi

meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan

karbondioksida serta oksidasi senyawa nitrogen organik. (Juwita, 2012)

Lamanya proses fermentasi tergantung kepada bahan dan jenis produk

yang akan dihasilkan. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada

jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Semakin lama fermentasi

maka asam yang dihasilkan akan lebih banyak. Proses terjadinya penurunan pH

dapat terjadi dari awal fementasi diakibatkan terbentuknya asam-asam selama

proses fermentasi berlangsung. Asam-asam yang terbentuk seperti asam asetat,

asam piruvat, dan asam laktat dapat menurunkan pH. Fermentasi dapat terjadi

karena aktifitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fementasi antara lain adalah keasaman (pH),

mikroba, suhu, oksigen, dan waktu. (Juwita, 2012)


7

2.3 Aspergillus Niger

Aspergillus Niger merupakan fungi dari Ascomycota yang berfilamen,

mempunyai hifa, bercabang-cabang dan bersekat, berwarna terang atau tidak

berwarna dan ditemukan melimpah di alam terutama pada tanah di daerah tropis

dan substropis serta diisolasi dari substar, termasuk biji-bijian (Inggrid dan

Suharto, 2012).

Aspergillus Niger tumbuh optimum pada suhu 35-37°C, dengan suhu

minimum 6-8°C dan suhu maksimum 45-47°C. Proses pertumbuhan fungi ini

adalah aerobik (Inggrid dan Suharto, 2012). Selain itu, Aspergillus Niger

memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi tekanan termasuk pH rendah 3.50,

kemampuan yang sangat baik untuk memanfaatkan jenis substrat yang murah dan

dikenal aman, yang dengan cepat membuka jalan untuk produksi komersial asam

sitrat (Yang dkk, 2017). Nutrien (mineral) yang dibutuhkan untuk perkembangan

Aspergillus Niger antara lain Ammonium Nitrat (NH4NO3) sebagai sumber

nitrogen, dan Magnesium Sulfat (MgSO4) yang mampu mengubah komponen

disakarida (C12H22O11) menjadi monosakarida (C6H12O6) yang dipengaruhi oleh

produksi enzim selulase (Hambali dkk, 2016). Sumber nitrogen dapat

menggunakan ammonium sulfat atau ammonium nitrat. Penggunaan ammonium

lebih baik karena selama pemanfaatannya sebagai sumber nitrogen, pH akan

turun. Selain itu adanya fosfat, ion logam perlu dibatasi, tetapi konsentrasi fosfat

tidak perlu dibatasi, hanya sebaiknya pada konsentrasi rendah (Widyanti, 2010).

Berkat aplikasinya yang sukses untuk produksi asam sitrat sejak tahun

1923, Aspergillus Niger dikenal sebagai pekerja keras industri untuk


8

menghasilkan asam organik. Aspergillus Niger pertama kali ditemukan untuk

kemampuannya dalam menghasilkan asam sitrat dengan jumlah besar dalam

medium yang mengandung gula yang tinggi oleh Curry pada 1917 (Yang dkk,

2017). Aspergillus Niger merupakan jamur yang dapat menghasilkan enzim,

seperti α-amilase, β-amilase, dan selulase, sehingga Aspergillus Niger dapat

digunakan sebagai biokatalis dalam produksi asam sitrat secara fermentasi

(Syamsuriputra dkk, 2006). Aspergillus Niger secara eksklusif pilihan

mikroorganisme yang disukai untuk proses bio-production asam sitrat. Jamur

berfilamen ini adalah mikroorganisme yang paling beradaptasi dan cocok untuk

tumbuh pada berbagai substrat. Regulasi dan control fluks glikolitik yang baik,

sekresi asam sitrat dari mitokondria dan sitosol, serta karakteristik pertumbuhan

dan adaptasi dari Aspergillus Niger pada beragam habitat bersama-sama

berkontribusi terhadap akumulasi asam sitrat yang tinggi (Dhillon dkk, 2010).
9

Sumber: Yang dkk, 2017

Gambar 2.1 Jalur Metabolisme Untuk Produksi Asam Organik oleh

Aspergillus

Aspergillus Niger dapat tumbuh cepat dengan menggunakan nutrisi yang

ada disekelilingnya. Molekul-molekul sederhana seperti monosakarida yang

terlarut disekeliling hifa dapat diserap langsung oleh hifa, tetapi polimer-polimer

seperti amilum atau selulosa harus dipecah dulu oleh enzim-enzim ekstraseluler

yang dihasilkan oleh Aspergillus Niger menjadi molekul-molekul yang lebih

sederhana sebelum diserap ke dalam sel. (Wuryanti, 2008)

Pada suatu kultur, mikroba melewati beberapa fase pertumbuhan yaitu:

Sumber: Wuryanti, 2008

Gambar 2.2 Kurva Pertumbuhan Mikroba


Fase adaptasi atau fase lag adalah fase penyesuaian mikroba dengan kondisi

lingkungan baru di sekelilingnya. Jumlah awal sel yang dipindah ke media baru
10

mempengaruhi cepat lambatnya fase adaptasi. Pada fase pertumbuhan awal,

mikroba mulai membelah diri dengan kecepatan rendah karena baru

menyesuaikan diri. Kemudian mikroba membelah dengan cepat dan konstan pada

fase pertumbuhan logaritmik mengikuti kurva logaritmik. Kecepatan pertumbuhan

sangat dipengaruhi oleh pH, kandungan nutrien, suhu dan kelembaban udara.

Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Kemudian

mikroba memasuki fase pertumbuhan lambat. Pertumbuhan populasi mikroba

diperlambat karena zat nutrisi sudah sangat berkurang dan ada hasil metabolisme

yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Jumlah

populasi masih naik karena jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak daripada

yang mati. Pada fase pertumbuhan tetap, jumlah sel yang tumbuh sama dengan

jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap

membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan nutrisi, sel

mempunyai komposisi berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik.

Kemudian mikroba menuju fase kematian lalu memasuki fase kematian. Sebagian

besar populasi mikroba mulai mengalami kematian karena nutrien di dalam

medium sudah habis, adanya zat racun dan habisnya energi cadangan di dalam sel.

Kecepatan kematian tergantung dari kondisi nutrien, lingkungan dan jenis

mikroba. (Wuryanti, 2008)

2.4 Asam Sitrat

Asam sitrat (C6H8O7) pertama kali diisolasi oleh Sheele dengan

mengkristalisasinya dari sari buah lemon. Tahun 1903 Wehmer’s melakukan


11

percobaan fermentasi asam sitrat secara komersial menggunakan penicillia

(Haryani, 2011). Thom dan Currie mengembangkan riset tentang fermentasi asam

sitrat menggunakan Aspergillus Niger pada tahun 1916. Reaksi overall adalah

sebagai berikut :

C12H22O11 + H2O + O2 C6H8O7 + 4H2O

Sucrose

C6H12O6 + 3/2 O2 C6H8O7 + 2 H2O

Dextrose

Asam sitrat merupakan salah satu bahan aditif yang dikenal luas pada

berbagai kalangan industri, termasuk industri pangan dan farmasi. Senyawa ini

dapat diproduksi dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme melalu proses

fermentasi, baik secara fermentasi padat, biak rendam ataupun dengan

menggunakan sel yang terimobilisasi. (Carolina dkk, 2015)

A. Pembentukan Asam Sitrat

Asam sitrat sintesis produksi oleh fermentasi adalah cara yang paling

ekonomis dan banyak digunakan untuk memperoleh produk ini. Lebih dari 90%

dari asam sitrat diproduksi di dunia diperoleh dengan fermentasi, yang memiliki

keunggulan tersendiri (Soccol dkk, 2006). Pembentukan asam sitrat secara

fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat memberikan pengaruh

pada komposisi medium, baik komponen makro maupun trace element yang dapat

mempengaruhi proses ekskresi asam sitrat oleh mikroba. Sumber karbon yang

digunakan adalah gula pasir dan ekstrak tauge, sedangkan sumber nitrogen yang
12

digunakan adalah (NH4)2SO4. Produksi asam sitrat menggunakan kultivasi cair

banyak diaplikasikan di industri. Hal ini karena kultivasi cair memiliki beberapa

keunggulan, yaitu rendemen yang dihasilkan tinggi, waktu fermentasi lebih

singkat, biaya perawatan murah, dan resiko kontaminasi yang lebih kecil

(Sasmitaloka, 2017).

Asam sitrat merupakan produk metabolit primer yang terbentuk dari siklus

TCA (Tricarboxylic Acid Cycle). Glukosa merupakan sumber carbon utama dalam

produksinya. Pada sebagian besar mikroba, 80 % glukosa dipecah melalui reaksi –

reaksi dalam lintasan Embden Meyerhof Parnas ( EMP ). Asam piruvat yang

merupakan produk akhir dari lintasan EMP akan dioksidasi lebih lanjut dan

kemudian dengan bantuan enzim dekarboksilase membentuk asetat

( dekarboksilasi ). Asetat yang terbentuk berikatan dengan koenzim-A

menghasilkan Acetyl – CoA. Selanjutnya Acetyl – CoA dan oksaloasetat yang

merupakan salah satu senyawa antara siklus TCA berkondensasi membentuk asam

sitrat dengan bantuan enzim pengoksidasi sitrat sintase. (Haryani, 2011)

B. Kegunaan Asam Sitrat

Pemanfaatan asam sitrat digunakan sebagai pemberi cita rasa dan juga

pengawet bahan makanan serta minuman. Umumnya penggunaan asam sitrat pada

minuman adalah dalam memproduksi minuman ringan. Asam sitrat merupakan zat

aditif makanan yang memiliki kode E number. Dimana kode E number untuk

asam sitrat ditulis degan kode E330. Karena asam sitrat mempunyai sifat sitrat

sebagai larutan penyangga, sehigga asam sitrat juga dapat dimanfaatka sebagai
13

pengendali pH pada larutan pembersih rumah tangga dan dalam obat-obatan.

(Hambali dkk, 2016)

Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan

sabun dan deterjen dikarenakan karena asam sitrat dapat meng-kelat logam. Busa

deterjen yang terbentuk dari hasil asam sitrat yang meng-kelat logam pada air

sadah yang dapat berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang

kesadahan. Pada alat penghilang kesadahan asam sitrat dapat digunakan untuk

memulihkan bahan penukar ion dengan cara menghapus akumulasi kompleks

sitrat yang terkandung dalam ion-ion logam. (Hambali dkk, 2016)

Asam sitrat dimanfaatkan sebagai pelapisan (passivate) pipa mesin pada

industri bioteknologi dan obat-obatan dalam proses kemurnian yang tinggi. Asam

sitrat tersebut digunakan sebagai senyawa pengganti asam nitrat. Karena setelah

digunakan asam sitrat lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya seperti asam

nitrat. Dalam pembuatan es krim asam sitrat merupakan salah satu bahan

pembuatannya. Dalam pembuatan es krim penggunaan asam sitrat bertujuan untuk

menjaga gelembung-gelembung lemak agar tidak terpisah. Asam sitrat juga dapat

dipakai dalam resep makanan sebagai bahan pengganti sari jeruk. (Hambali dkk,

2016)

C. Faktor Kimia dan Fisika yang Mempengaruhi Produksi Asam Sitrat

Beberapa faktor kimia dan fisika yang mempengaruhi dalam produksi

asam sitrat yang dikemukakan oleh Soccol dkk (2006) diantaranya adalah sumber

nitrogen, trace element, pH dan aerasi. Produksi asam sitrat secara langsung

dipengaruhi oleh konsentrasi dan sifat sumber nitrogen. Fisiologis secara logis,
14

garam amonium lebih disukai, seperti urea, amonium nitrat dan sulfat, pepton,

ekstrak malt, dan lain-lain. Senyawa amonium asam lebih disukai karena

konsumsi mereka mengarah ke penurunan pH, yang penting untuk fermentasi

sitrat. Namun, diperlukan untuk mempertahankan nilai-nilai pH di hari pertama

fermentasi sebelum produksi biomassa jumlah tertentu. Konsentrasi sumber

nitrogen yang diperlukan untuk fermentasi asam sitrat adalah 0,1-0,4 g / L.

pH biakan dapat berubah dalam menanggapi aktivitas metabolisme

microbial. Alasan yang paling jelas adalah sekresi asam organik, seperti asam

sitrat, yang akan menyebabkan penurunan pH. Perubahan kinetika pH juga sangat

tergantung pada mikroorganisme. Dengan Aspergillus sp., Penicillium sp. dan

Rhizopus sp., pH bisa drop sangat cepat menjadi kurang dari 3,0. Untuk kelompok

lain dari jamur seperti Trichoderma, Sporotrichum, Pleurotus sp., pH lebih stabil

antara 4.0 dan 5.0. Sifat dari teknik substrat dan produksi juga mempengaruhi

kinetika pH. Dengan cara ini pH awal harus didefinisikan dengan baik dan

dioptimalkan tergantung pada mikroorganisme. Menurut Wagestu dkk (2016),

Kondisi pH optimal untuk produksi asam sitrat adalah sekitar 4-6 selama

fermantasi, bila substrat yang digunakan berupa sukrosa, glukosa, dan tetes yang

relatif murni maka dianjurkan menggunakan pH dibawah 3.

Sejak produksi asam sitrat adalah proses aerobik, pasokan oksigen

memiliki efek penentu pada produksi asam sitrat. Peningkatan aerasi

menyebabkan hasil meningkat dan mengurangi waktu proses. Aerasi harus

dilakukan melalui media selama seluruh proses dengan intensitas yang sama,

meskipun, karena alasan ekonomi, biasanya lebih disukai untuk memulai dengan
15

tingkat aerasi yang rendah. Penggabungan oksigen bersama-sama dengan udara

dalam proses fermentasi terendam menghasilkan peningkatan produksi asam

sitrat, secara ekonomi patut ditiru. Tingkat aerasi yang tinggi menyebabkan

jumlah tinggi busa, terutama selama fase pertumbuhan. (Soccol dkk, 2006)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Oktober 2017 sampai

Desember 2017. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Teknik

Kimia Politeknik Negeri Samarinda. Pengembangbiakan jamur Aspergillus Niger

dilakukan di Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Mulawarman.

3.2 Rancangan Penelitian

A. Variabel Berubah
1. Waktu fermentasi = 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 hari
B. Variabel Tetap
1. Molase (20% v/v) = 250 ml
2. Nutrient = 500 ml
3. Kandungan nutrient
a. KH2PO4 = 0,025 g
b. (NH4)2SO4 = 0,1 g
c. MgSO4.7H2O = 0,025 g
4. pH =6
5. Laju aerasi = 0,4 L/mnt
17

6. Starter (Aspergillus Niger) = 16 ml


C. Variabel Respon
1. Kadar biomassa
2. Kadar glukosa
3. Kadar asam sitrat

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

1. Fermentor aerobik ( Wadah dan pompa aerasi )


2. Gelas kimia
3. Erlenmeyer
4. Neraca digital
5. Indikator Universal
6. Pipet volume
7. Hot plate
8. Labu ukur
9. Buret
10. Statif dan klem
11. Inkubator
12. Kaca arloji
13. Oven
14. Desikator
15. Spatula
16. Rotary evaporator
17. Batang pengaduk
18. Stopwatch
19. Kertas saring

3.3.2 Bahan

1. Molase
2. (NH4)2SO4
3. KH2PO4
4. MgSO4.7H2O
5. Aspergillus Niger
6. Aquadest
7. H2SO4
8. NaOH
9. HNO3
10. Larutan Luff Schoorl
11. Na2S2O3
12. KI 20%
18

13. Indikator kanji 1%


19

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Diagram Alir Penelitian


Pembiakan Aspergillus Niger
isolat murni

Molase Biakan Aspergillus Niger


Gas O2 pada media cair
Nutrient
Fermentasi
Variasi waktu : 3, 6, 9, 12, 15,
Inkubasi 24 jam
18 hari
Filtrasi
Residu Filtrat

Pemanasan hingga Evaporasi


berat konstan Produk Bawah
Analisa Kadar
Biomassa
Analisa Analisa Kadar
Kadar Asam Sitrat
Glukosa

3.4.2 Prosedur Penelitian

A. Prosedur Pembiakan Aspergillus Niger pada Media Cair


1. Menimbang nutrient broth sebanyak 52 gram kemudian dimasukkan

ke dalam gelas kimia yang berisi 1 L aquadest


2. Lalu diaduk hingga homogen kemudian dipanaskan
3. Memasukkan ke dalam autoclave
4. Setelah dikeluarkan dari autoclave menambahkan jamur Aspergillus

Niger sebanyak 2 ose


20

5. Jamur yang telah dimasukkan ke dalam media kemudian di inkubasi

selama 24 jam
B. Prosedur Pembuatan Larutan Nutrient
1. Menambahkan nutrisi berupa KH2PO4 0,025 g, MgSO4.7H2O 0,025 g

dan (NH4)2SO4 0,1 g ke dalam labu ukur 1000 ml


2. Menambahkan aquadest hingga 1000 ml
3. Diaduk hingga homogen
C. Prosedur Fermentasi Molase dengan Aspergillus Niger

1. Menyiapkan fermentor dengan kapasitas 3 L sebanyak 6 buah.


2. Masing-masing fermentor diisi dengan molase sebanyak 250 ml
3. Menambahkan nutrisi yang telah dibuat masing-masing sebanyak 500

ml kemudian mengaduknya perlahan secara manual


4. Memasukkan 16 ml Aspergillus Niger
5. Setiap fermentor dipasang pompa akuarium sebagai alat suplai

oksigen karena fermentasi berjalan secara aerobik


6. Melakukan fermentasi selama 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 hari sesuai dengan

urutan wadah fermentor


7. Mengukur dan mengatur pH tiap harinya selama proses fermentasi

menggunakan NaOH dan HNO3


8. Hasil fermentasi diinkubasi selama 24 jam

3.4.3 Prosedur Analisa

A. Prosedur Analisa Kadar Biomassa

1. Menimbang kertas saring kosong yang digunakan untuk menyaring

hasil fermentasi
2. Larutan hasil fermentasi disaring menggunakan kertas saring yang

telah ditimbang untuk diambil residu yang berupa biomassanya


3. Memasukkan kertas saring berisi biomassa ke dalam oven yang telah

disetting 110°C sampai beratnya konstan


4. Menimbang kertas saring berisi biomassa yang telah konstan beratnya
5. Menghitung kadar biomassanya
6. Mengukur volume filtrat dan mengukur berat jenis filtrat
7. Menyimpan filtrat untuk dievaporasi
21

B. Prosedur Analisa Glukosa dengan Metode Luff Schoorl (SNI 01-2891-

1992)

1. Melakukan evaporasi pada filtrat hasil fermentasi dengan suhu 48°C

dan mengambil produk bawah dari hasil evaporasi


2. Memipet 10 ml produk bawah dari evaporasi ke dalam Erlenmeyer

250 ml dan menambahkan larutan Luff Schoorl sebanyak 25 ml dan

beberapa batu didih


3. Memanaskan larutan menggunakan hot plate pada suhu 250°C.

Setelah mendidih, memanaskan terus selama tepat 10 menit


4. Mendinginkan larutan dengan cepat menggunakan wadah berisi air

dingin
5. Menambahkan larutan KI 20% sebanyak 15 ml dan H2SO4 25%

sebanyak 25 ml perlahan-lahan
6. Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga terjadi perubahan

warna menjadi putih susu (menggunakan indikator kanji 1%)


7. Melakukan prosedur untuk blanko secara duplo

C. Prosedur Analisa Konsentrasi Asam Sitrat


Metode analisa gas kromatografi

1. Injector
Temperatur : 200°C
Split ratio : 20
2. Oven
Temperatur : 170°C
Total time : 24 menit
3. Detector
Temperatur: 200°C
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisa

Tabel 4.2 Hasil Analisa Kadar Biomassa, Glukosa dan Jumlah Asam Sitrat

Waktu Kadar Kadar Glukosa Jumlah Asam Sitrat


(hari) Biomassa (g/L) (g/L) (g)
4.2 3 0,0236 0,3117 31,3 P
6 0,1047 0,4364 68,7
9 0,2620 0,4040 34,3 e
12 0,3276 0,3408 30,2
15 1,3455 0,3103 39,0 m
18 0,2422 0,3315 17,7
bahasan

Pada penelitian ini menggunakan molase sebagai bahan baku karena

memiliki kandungan sukrosa, glukosa dan fruktosa yang kemudian akan

difermentasi dengan bantuan jamur Aspergillus Niger untuk menghasilkan asam

sitrat. Aspergillus Niger merupakan jamur yang dapat menghasilkan enzim,

seperti α-amilase, β-amilase, dan selulase, sehingga Aspergillus Niger dapat

digunakan sebagai biokatalis dalam produksi asam sitrat secara fermentasi

(Syamsuriputra dkk, 2006). Asam sitrat merupakan produk metabolit primer

yang terbentuk dari siklus TCA (Tricarboxylic Acid Cycle). Pada sebagian besar

mikroba, 80 % glukosa dipecah melalui reaksi – reaksi dalam lintasan

Embden Meyerhof Parnas. Asam piruvat yang merupakan produk akhir dari

lintasan EMP akan dioksidasi lebih lanjut dan kemudian dengan bantuan

enzim dekarboksilase
23

membentuk asetat ( dekarboksilasi ). Asetat yang terbentuk berikatan dengan

koenzim-A menghasilkan Acetyl – CoA. Selanjutnya Acetyl – CoA dan

oksaloasetat yang merupakan salah satu senyawa antara siklus TCA berkondensasi

membentuk asam sitrat (Haryani, 2011).

4.2.1 Hubungan Waktu terhadap Kadar Biomassa

Pada penelitian ini dilakukan fermentasi dengan variasi waktu untuk

menentukan waktu optimum dalam produksi asam sitrat. Parameter analisa

pertama yang dilakukan yaitu analisa kadar biomassa. Pengukuran kadar

biomassa dapat menunjukkan aktivitas Aspergillus Niger dalam meningkatkan

produksi asam sitrat.

1.6

1.4

1.2

1
Biomassa (g/L)

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu (hari)
24

Gambar 4.3 Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Biomassa

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kadar biomassa pada hari ke-3

sebesar 0,0236 g/L yang kemudian meningkat hingga hari ke-12 dengan kadar

biomassa sebesar 0,3276 g/L, hal ini menunjukkan bahwa Aspergillus Niger

mengalami pertumbuhan (fase lag) yaitu jamur mulai membelah diri dengan

kecepatan yang rendah. Pada hari ke-12 hingga hari ke-15 kadar biomassa

meningkat drastis, hal ini menunjukkan bahwa jamur berada pada fase log

sehingga jamur membelah diri dengan cepat. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi

oleh pH, kandungan nutrien, suhu dan kelembaban udara. Kemudian pada hari ke-

18 kadar biomassa telah berkurang menjadi 0,2422 g/L hal ini disebabkan oleh

Aspergillus Niger telah memasuki fase kematian. Sebagian besar mikroba mulai

mengalami kematian karena nutrien di dalam medium sudah habis. Menurut

Sasmitaloka (2017), pengukuran terhadap bobot kering biomassa tidak hanya

mengukur sel hidup saja, tapi juga sel mati. Setelah mencapai pertumbuhan

optimal pada akhir fase stasioner dapat pula mengindikasikan mulai terjadinya

fase kematian. Pada fase ini sel-sel Aspergillus Niger mengalami lisis sehingga

mengurangi bobot biomassa yang terukur. Hal ini disebabkan karena massa sel

yang telah lisis tersebut sebagian akan hilang dikonversi menjadi energi yang

dimanfaatkan oleh sel-sel yang masih hidup sebagai sumber energi untuk

pertumbuhannya.
25

4.2.2 Hubungan Waktu terhadap Kadar Glukosa

Parameter analisa selanjutnya yaitu kadar glukosa. Menurut Sasmitaloka

(2017) pengukuran gula sisa selama fermentasi bertujuan untuk mengetahui

keberadaan substrat pada fermentasi. Glukosa merupakan sumber nutrien bagi

Aspergillus Niger yaitu sebagai sumber karbon. Menurut Safaria dkk (2013)

pertumbuhan jamur pada media fermentasi dipengaruhi oleh nutrisi yang ada

didalam substrat maupun yang diberikan ke substrat.

0.5

0.4
Glukosa (g/L)

0.3

0.2

0.1

0
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu (hari)
26

Gambar 4.4 Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Glukosa

Pada gambar 4.2 terdapat hubungan waktu terhadap kadar glukosa. Hari

ke-3 memiliki kadar glukosa sebesar 0,3117 g/L yang kemudian meningkat pada

hari ke-6 dalam hal ini Aspergillus Niger berada pada fase adaptasi. Lalu kadar

glukosa menurun hingga hari ke-15. Penurunan dari hari ke-6 hingga ke-15

menunjukkan bahwa berkurangnya glukosa pada substrat yang menjadi sumber

karbon dan energi untuk Aspergillus Niger, hal ini berhubungan dengan

pertumbuhan Aspergillus Niger dimana pada hari ke-6 hingga ke-15 kadar

biomassa pada gambar 4.1 mengalami peningkatan sehingga kadar glukosa yang

merupakan sumber karbon berkurang. Pada hari ke-18 kadar glukosa mengalami

kenaikan karena Aspergillus Niger telah memasuki fase kematian sehingga kadar

glukosa tidak berkurang.

4.2.3 Hubungan Waktu terhadap Jumlah Asam Sitrat

Selanjutnya pengukuran konsentrasi asam sitrat dari hasil fermentasi

menggunakan metode kromatografi yang sebelumnya telah melewati proses

pemurnian menggunakan rotary evaporator untuk menghilangkan komponen-

komponen lain yang bukan merupakan asam sitrat.


27

80.0

70.0

60.0
Jumlah Asam Sitrat (g)
50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
0 3 6 9 12 15 18 21

Waktu (hari)

Gambar 4.5 Hubungan Antara Waktu Fermentasi dengan Kadar Asam Sitrat

Pada gambar 4.3 dapat dilihat hubungan antara waktu fermentasi dengan

jumlah asam sitrat. Pada hari ke-3 hingga ke-6 jumlah asam sitrat mengalami

kenaikan kemudian mengalami penurunan hingga hari ke 12. Hari ke-6 memiliki

jumlah asam sitrat tertinggi yaitu sebesar 68,7 g dan pada hari ke-9 mengalami

penurunan jumlah asam sitrat hingga hari ke-12, dengan jumlah asam sitrat hari

ke-12 sebesar 30,2 g. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya asam organik lain

yang ada pada lintasan siklus Tricarboxylic acid (TCA).


28

Sumber: Owen dkk, 2002

Gambar 4.6 Tricarboxylic Acid Cycle

Namun, pada hari ke-15 jumlah asam sitrat kembali meningkat, dengan jumlah

asam sitrat sebesar 39,0 g. Hal ini dapat disebabkan karena terbentuknya kembali

asam sitrat pada siklus TCA. Pada satu siklus TCA, αKetoglutarate terkonversi

menjadi Oksaloasetat (Peksel dkk, 2001). Oksaloasetat yang terkondensasi

dengan Asetil KoA menghasilkan asam sitrat seperti pada Gambar 4.4, sehingga

siklus Krebs dapat berlangsung kembali. Lalu, pada hari ke-18 jumlah asam sitrat

menurun menjadi 17,7 g hal ini disebabkan oleh Aspergillus Niger telah

memasuki fase kematian seperti yang terlihat pada gambar 4.1 dimana kadar

biomassa menurun dari hari ke-15 hingga hari ke-18.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Waktu optimum fermentasi dari substrat molase dengan menggunakan

Aspergillus Niger yang diperoleh adalah 6 hari


2. Hasil terbaik yaitu jumlah asam sitrat sebesar 68,7 g

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan pretreatment apabila menggunakan molase sebagai

substrat dan melakukan sterilisasi pada molase.


DAFTAR RUJUKAN

Ahmed, A. S., Farag, S. S., Hassan, I. A., & Botros, H. W. (2015). Production of
Gluconic Acid by Using Some Irradiated Microorganisms. Radiation
Research and Applied Sciences, 374-380.
Carolina, A., Sidik, A., Maksum, I. P., Rachman, S. D., Safari, A., & Ishmayana,
S. (2015). Fermentasi Biak Rendam Molases Dengan Aspergillus niger
Untuk Produksi Asam Sitrat. Chimica et Natura Acta Vol. 3 No. 1, 25-29.
Darouneh, E., Alavi, A., Vosoughi, M., Arjmand, M., Seifkordi, A., & Rajabi, R.
(2009). Citric acid production: Surface Culture versus Submered Culture.
Microbiology Research Vol. 3(9), 541-545.
Dhillon, G. S., Brar, S. K., Verma, M., & Tyagi, R. D. (2010). Recent Advances in
Citric Acid Bio-production and Recovery. Food Bioprocess Technology.
Fatmawati, A. (2016). Studi Pengaruh Konsentrasi Glukosa dan Laju Aerasi
terhadap Produksi Asam Glukonat oleh Aspergillus niger. Pengembangan
Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia (pp. 1-
7). Yogyakarta: Teknik Kimia, FTI UPN Veteran.
Fifendy, M., Eldini, & Irdawati. (2013). Pengaruh Pemanfaatan Molase Terhadap
Jumlah Mikroba dan Ketebalan Nata Pada Teh Kombucha. Semirata
FMIPA (pp. 67-72). Lampung: Universitas Lampung.
Hambali, M., Damayanti, T. U., & Oktamariska, T. (2016). Pembuatan Asam
Sitrat dari Limbah Kulit Pisang dengan Fermentasi Menggunakan
Aspergillus Niger. Jurnal Teknik Kimia Vol. 22 No. 4, 27-34.
Haryani, K. (2011). Studi Kinetika Pertumbuhan Aspergillus niger pada
Fermentasi Asam Sitrat dari Kulit Nanas dalam Reaktor Air-Lift External
Loop. Momentum Vol.7, No.1, 48-52.
Inggrid, H. M., & Suharto, I. (2012). Fermentasi Glukosa Oleh Aspergillus niger
Menjadi Asam Glukonat. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.
Juwita, R. (2012). Studi Produksi Alkohol dari Tetes Tebu (Saccharum
officinarum L) Selama Proses Fermentasi. Makassar: Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin.

30
Mulyani, D. (2016). Kajian Suhu Kristalisasi dan Konsentrasi Etanol pada
Kristalisasi Molase yang Dijernihkan. Bandung: Fakultas Teknik
Universitas Pasundan.
Nurjannah, L. (2012). Tetes Tebu Sebagai Alternatif Sumber Karbon Untuk
Produksi Asam Laktat Oleh Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Owen, O. E., Kalhan, S. C., & Hanson, R. W. (2002). The Key Role of
Anaplerosis and Cataplerosis for Citric Acid Cycle Function. Biological
Chemistry Vol. 277, No. 34, 30409-30412.
Peksel, A., Torres, N., Liu, J., Juneau, G., & Kubicek, C. (2001). 13C-NMR
Analysis of Glucose Metabolism During Citric Acid Production by
Aspergillus niger. Appl Microbiol Biotechnol 58, 157-163.
Poesponegoro, M., & Liang, O. B. (1991). Fermentasi Asam Sitrat Dari Tetes
Tebu, Secara Biak-Rendam Dengan Aspergillus niger. JKTI Vol. 1 No 2.
Retnaningtyas, A. Y., Hidayat, R. R., Widiyastuti, & Winardi, S. (2017). Studi
Awal Proses Fermentasi pada Desain Pabrik Bioethanol dari Molasses.
Jurnal Teknik ITS Vol.6 No. 1, 123-126.
Safaria, S., Idiawati, N., & Zaharah, T. A. (2013). Efektivitas Campuran Enzim
Selulase dari Aspergillus niger dan Trichoderma reesei dalam
Menghidrolisis Substrat Sabut Kelapa. JKK Vol 2 (1), 46-51.
Sasmitaloka, K. S. (2017). Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger pada
Kultivasi Media Cair. Integrasi Proses Vol.6 No.3, 116-122.
Soccol, C. R., Vandenberghe, L. P., & Rodrigues, C. (2006). New Perspectives for
Citric Acid Production and Application. Biotecnology 44 (2), 141-149.
Syamsuriputra, A. A., Setiadi, T., Kushandayani, R., & Yunus, R. F. (2006).
Pengaruh Kadar Air Substrat dan Konsentrasi Dedak Padi pada Produksi
Asam Sitrat dari Ampas Tapioka Menggunakan Aspergillus Niger
ITBCCL74. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2006, (pp. 1-8).
Semarang.
Wagestu, W. A., Antara, N. S., & Putra, G. G. (2016). Pengaruh pH Awal Media
dan Lama Fermentasi Terhadap Produksi Kalsium Sitrat dari Limbah
Brem dengan Menggunakan Aspergillus niger ATCC 16404. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 70-79.
Widyanti, E. M. (2010). Produksi Asam Sitrat dari Substrat Molase pada
Pengaruh Penambahan VCO (Virgin Coconut Oil) Terhadap Produktivitas
Aspergillus Niger ITBCC L74 Terimobilisasi. Semarang: Universitas
Diponegoro.

31
Wuryanti. (2008). Pengaruh Penambahan Biotin pada Media Pertumbuhan
Terhadap Produksi Sel Aspergillus niger. Bioma Vol. 10, No.2, 46-50.
Yang, L., Lubeck, M., & Lubeck, P. S. (2017). Aspergillus as A Versatile Cell
Factory for Organic Acid Production. Fungal Biology Review 31, 33-49.

32
LAMPIRAN
Tabel 1. Data Pengamatan Berat Jenis

Waktu (hari) Berat Jenis (g/ml)


Filtrat Produk Atas Produk Bawah
Evaporasi Evaporasi
3 1,03670 1,03712 1,03898
6 1,03854 1,03502 1,03910
9 1,03600 1,03532 1,03610
12 1,03608 1,03524 1,03266
15 1,03680 1,03400 1,03462
18 1,03616 1,03514 1,03584

Tabel 2. Data Pengamatan Volume Hasil Fermentasi

Waktu Volume Volume Produk Bawah


(hari) Filtrat (ml) Evaporasi (ml)
3 708 312
6 682 453
9 606 456
12 606 436
15 453 402
18 590 287

Tabel 3. Hasil Perhitungan Konsentrasi Asam Sitrat

Konsentrasi Asam Sitrat (Cx) Konsentrasi Asam Sitrat (g/L)


10,03% 100,3
15,16% 151,6
7,53% 75,3
6,93% 69,3
9,69% 96,9
6,17% 61,7
PERHITUNGAN

A. Perhitungan Kadar Biomassa

Diketahui:
Kadar biomassa hasil fermentasi selama 3 hari
Volume filtrat (a) = 0,708 L
Berat kertas saring + biomassa + cawan petridish (b) = 43,5430 g
Kertas saring kosong + cawan petridish kosong (c) = 43,5263 g
b−c
Kadar biomassa =
a
43,5430 g−43,5263 g
=
0,708 L
= 0,0236 g/L
B. Perhitungan Kadar Glukosa

Vol. blanko – vol. Na2S2O3 Δ C6H12O6 (mg)


(ml) Kadar glukosa (mg) Δ C6H12O6
1 2.40 2.40
2 4.80 2.40
3 7.20 2.50
4 9.70 2.50
5 12.20 2.50
6 14.70 2.50
7 17.20 2.60
8 19.80 2.60
9 22.40 2.60
10 25.00 2.60
11 27.60 2.70
12 30.30 2.70
13 33.00 2.70
14 35.70 2.80
15 38.50 2.80
16 41.30 2.90
17 44.20 2.90
18 47.10 2.90
19 50.00 3.00
20 53.00 3.00
21 56.00 3.10
22 59.10 3.10
23 62.20 ─
24 ─ ─

Kadar glukosa hasil fermentasi selama 3 hari :


Diketahui:
Volume sampel = 10 ml
Massa sampel = 1,03898 g/ml x 10 ml
= 10,3898 g = 10389,8 mg
25,4 ml+25,6 ml
Volume blanko = = 25,5 ml
2
Volume Na2S2O3 = 24,2 ml
Volume blanko – volume Na2S2O3 = 25,5 ml – 24,2 ml
= 1,3 ml
Massa glukosa = 2,40 mg ( diperoleh dari tabel 1
berdasarkan
nilai volume blanko – volume Na2S2O3 )
ΔC6H12O6 = 0,3 ml ( hasil koma dari nilai volume
blanko –
volume Na2S2O3 )
Massa glukosa = 2,40 mg + (0,3 x 2,40 mg)
= 3,12 mg

massa glukosa x fp
% glukosa = x 100
massa sampe ;
3,12mg x 1
= x 100
10389,8 mg
= 0,030 %
%gula x massa sampel
Kadar glukosa =
volume sampel
0,030 x 10389,8 mg
=
10 ml
= 0,3117 mg/ml = 0,3117 g/L
C. Perhitungan Jumlah Asam Sitrat
Jumlah asam sitrat pada hasil fermentasi selama 3 hari:
Diketahui:
Konsentrasi larutan standar asam sitrat (Cs) = 10% (b/v)
Luas area larutan standar asam sitrat 10% (As) = 37,1 μV.Min
Luas area sampel (Ax) = 38,5 μV.Min
Ax
Konsentrasi asam sitrat (Cs) = x Cs
As
38.5 μV . Min
= x 10
38.4 μV . Min
= 10,03 % (b/v)
10,03 g
Konsentrasi asam sitrat = x 1000 ml/L
100 ml
= 100,3 g/L
Jumlah asam sitrat = Konsentrasi asam sitrat x
vol.
produk bawah evaporasi
= 100,3 g/L x 0,312 L
= 31,3 g
Biakan Aspergillus Niger & Proses Fermentasi Hasil Analisa Kadar
Aspergillus Terreus pada Biomassa
Media Cair

Analisa Glukosa Sebelum Titrasi Analisa Glukosa Sesudah Titrasi

Anda mungkin juga menyukai