LAPORAN SKRIPSI
Oleh:
Amalia Annisa
14 644 027
NIM : 14644027
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam Laporan Skripsi
yang berlaku.
Amalia Annisa
NIM. 14644027
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Menyetujui:
Mengesahkan:
Direktur Politeknik Negeri Samarinda
Moderator,
Nama : Marlinda, S.T., M.Eng
NIP : 19730220 200112 2 002
Penguji I,
Nama : Dedy Irawan, S.T., M.T
NIP : 19750208 200212 1 001
Penguji II,
Nama : Kusyanto, S.ST., M.T
NIP : 19800803 200604 1 013
Mengetahui:
Tahun 2015 produksi gula di Indonesia mencapai 2,82 juta ton dan menghasilkan
molase sebagai produk samping. Molase menjadi masalah pencemaran
lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Salah satu pemanfaatan terhadap
molase yaitu dengan menggunakan molase sebagai substrat pada proses
fermentasi pembuatan asam sitrat karena molase memiliki kandungan gula yang
tinggi. Asam sitrat dapat diproduksi dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme melalui proses fermentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap pembentukan asam sitrat.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan molase sebagai substrat dengan
konsentrasi sebesar 20% (v/v) sebanyak 250 ml dan biakan jamur Aspergillus
Niger pada media cair sebanyak 16 ml pada kondisi lingkungan. Fermentasi
berjalan secara aerobik. Pada penelitian yang telah dilakukan, variasi waktu
fermentasi 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 hari menghasilkan asam sitrat dengan hasil
terbaik pada fermentasi selama 6 hari yaitu sebesar 68,7 g yang diketahui dari
hasil analisa menggunakan gas kromatografi.
Kata kunci: Asam Sitrat, Aspergillus Niger, Fermentasi, Molase, Waktu Fermentasi
5
ABSTRACT
In 2015, sugar production in Indonesia reached 2.82 million tons and produced
molasses as a byproduct. Molasses become an environmental pollution problem if
they are not treated properly. One of the utilizations of the molasses is by using
molasses as a substrate in the fermentation process of citric acid production
because molasses have a high composition of sugar. Citric acid can be produced
by utilizing microorganism’s activity through a fermentation process. The purpose
of this research is knowing the effect of fermentation time on the formation of
citric acid. Fermentation is carried out by using molasses as a substrate with a
concentration of 20% (v/v) in the amount of 250 ml and 16 ml Aspergillus Niger
culture in liquid medium in an environmental condition. Fermentation ran
aerobically. In the research that has been done, the time variation of fermentation
3, 6, 9, 12, 15 and 18 days produces citric acid with the highest yield was
achieved in 6 days with the amount of 68.7 g which is obtained from the analysis
using gas chromatography.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
jenjang pendidikan program S-1 Terapan pada Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data yang penulis peroleh
selama melakukan penelitian mulai dari proses fermentasi molase sampai proses
kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada :
2. Bapak Dedy Irawan, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia.
3. Ibu Irmawati Syahrir, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknologi Kimia
Industri.
7
5. Bapak Arief Adhiksana, S.ST., M.T selaku dosen pembimbing II yang telah
7. Bapak Ibnu Eka Rahayu, S.ST., M.T selaku Kepala Laboratorium Operasi
8. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga laporan ini
9. Bapak dan Ibu Dosen, Staf, Teknisi dan Analis Jurusan Teknik Kimia.
10. Teman – teman Teknik Kimia Angkatan 2014 yang senantiasa saling
Skripsi ini dan Mas Arika yang telah membantu mengembangbiakkan jamur
Aspergillus Niger.
11. Kakak tingkat Doni Damara dan Dewi Sarah yang telah membantu dan
banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga dalam penulisan Laporan Skripsi ini dapat
Penulis
8
DAFTAR ISI
ABSTRAK.....................................................................................................................v
ABSTRACT.................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..................................................................................................vii
DAFTAR ISI.................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xi
DAFTAR TABEL........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
2.2 Fermentasi.......................................................................................................6
3.3.1 Alat........................................................................................................17
3.3.2 Bahan.....................................................................................................18
9
3.4.1 Diagram Alir Penelitian.........................................................................19
4.2 Pembahasan...................................................................................................23
5.1 Kesimpulan...................................................................................................29
5.2 Saran.............................................................................................................29
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................30
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jalur Metabolisme Untuk Produksi Asam Organik oleh Aspergillus
Gambar 4.3 Hubungan Antara Waktu Fermentasi dengan Kadar Asam Sitrat
11
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Biomassa, Glukosa dan Jumlah Asam Sitrat
12
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan produksi gula yang cukup
tinggi. Menurut data dari Badan Statistik Nasional (BSN) pada tahun 2014 luas
areal perkebunan tebu di Indonesia mencapai 473 hektar yang tersebar di pulau
Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Data produksi gula di Indonesia menurut PTPN X
tahun 2015 mencapai 2,82 juta ton. Produksi gula dari tebu menghasilkan produk
samping berupa molase atau tetes tebu yang merupakan limbah akhir yang
Molase atau tetes tebu mengandung senyawa nitrogen, unsur mikro, dan
kandungan gula yang cukup tinggi terutama kandungan sukrosa 30%, glukosa
12%, dan fruktosa 13% (Retnaningtyas, 2017). Di beberapa pabrik gula, molase
diekspor keluar negeri dengan harga yang relative murah, dibanyak tempat,
limbah ini sangat kecil daya gunanya dan sering menjadi masalah pencemaran
kadar oksigen tanah (Fifendy dkk, 2013). Dengan demikian, terdapat kebutuhan
untuk menemukan aplikasi yang cocok dari produk sampingan ini. Salah satu
sebagai substrat dalam proses fermentasi untuk produksi value added product
Molase dapat digunakan sebagai sumber gula untuk produksi asam sitrat
dari mikroba karena kadar gula yang tinggi (40-55%). Komposisi molase
tergantung pada berbagai faktor seperti jenis bit dan tebu, metode budidaya,
kondisi penyimpanan dan penanganan (transportasi, variasi suhu) dll (Soccol dkk,
2006). Sebagian besar asam sitrat komersial pada saat ini diproduksi secara
fermentasi dari bahan substrat yang kaya karbohidrat. Paturau menyatakan bahwa
baik tetes-bit maupun tetes-tebu keduanya dapat digunakan sebagai bahan susbtrat
Asam sitrat merupakan salah satu asam organik. Pemanfaatan asam sitrat
dapat dijumpai di berbagai industri seperti industri farmasi 12%, industri makanan
dan minuman sekitar 70%, dan sisanya 18% untuk industri lainnya. (Hambali dkk,
2016)
mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses produksi asam sitrat, seperti
utama yang digunakan di industri untuk produksi asam sitrat karena menghasilkan
lebih banyak asam sitrat dan juga kemampuannya untuk memproduksi asam sitrat
dengan metode fermentasi telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dan terus
rendam dari tetes tebu menggunakan Aspergillus Niger untuk produksi asam
sitrat. Fermentasi dilakukan selama 7 hari dengan variasi konsentrasi awal gula
pereduksi total. Hasil terbaik yang diperoleh yaitu asam sitrat sebesar 25,052 g/L
dengan variasi 20% konsentrasi awal gula pereduksi total. Anne Carolina dkk
(2015) melakukan fermentasi biak rendam dari molase dengan Aspergillus Niger
untuk produksi asam sitrat. Fermentasi dilakukan selama 8 hari dengan variasi
konsentrasi awal molase. Hasil terbaik yang diperoleh yaitu sebanyak 83,79 g/L
asam sitrat yang dihasilkan pada variasi konsentrasi awal molase 30% (b/v).
disimpulkan bahwa molase yang merupakan hasil samping dari industri tebu dapat
Pada penelitian pertama memiliki kadar asam sitrat lebih rendah dibandingkan
dengan penelitian kedua. Dari perbedaan hasil tersebut dapat diketahui bahwa
adalah waktu fermentasi. Jika waktu fermentasi singkat, maka akan menghasilkan
asam sitrat yang rendah. Sebaliknya jika waktu terlalu lama maka terjadi over
4
time sehingga asam sitrat tidak terbentuk secara optimal. Untuk itu perlu
Manfaat dari penelitian ini yaitu memanfaatkan hasil samping industri tebu
yaitu molase sebagai alternatif substrat yang ekonomis dalam produksi asam
sitrat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Widyanti, 2010)
Molase mengandung gula yang terdiri dari sukrosa, glukosa dan fruktosa.
2.2 Fermentasi
metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai
beberapa bakteri, khamir dan jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi
meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan
jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Semakin lama fermentasi
maka asam yang dihasilkan akan lebih banyak. Proses terjadinya penurunan pH
asam piruvat, dan asam laktat dapat menurunkan pH. Fermentasi dapat terjadi
karena aktifitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai.
berwarna dan ditemukan melimpah di alam terutama pada tanah di daerah tropis
dan substropis serta diisolasi dari substar, termasuk biji-bijian (Inggrid dan
Suharto, 2012).
minimum 6-8°C dan suhu maksimum 45-47°C. Proses pertumbuhan fungi ini
adalah aerobik (Inggrid dan Suharto, 2012). Selain itu, Aspergillus Niger
memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi tekanan termasuk pH rendah 3.50,
kemampuan yang sangat baik untuk memanfaatkan jenis substrat yang murah dan
dikenal aman, yang dengan cepat membuka jalan untuk produksi komersial asam
sitrat (Yang dkk, 2017). Nutrien (mineral) yang dibutuhkan untuk perkembangan
turun. Selain itu adanya fosfat, ion logam perlu dibatasi, tetapi konsentrasi fosfat
tidak perlu dibatasi, hanya sebaiknya pada konsentrasi rendah (Widyanti, 2010).
Berkat aplikasinya yang sukses untuk produksi asam sitrat sejak tahun
medium yang mengandung gula yang tinggi oleh Curry pada 1917 (Yang dkk,
berfilamen ini adalah mikroorganisme yang paling beradaptasi dan cocok untuk
tumbuh pada berbagai substrat. Regulasi dan control fluks glikolitik yang baik,
sekresi asam sitrat dari mitokondria dan sitosol, serta karakteristik pertumbuhan
berkontribusi terhadap akumulasi asam sitrat yang tinggi (Dhillon dkk, 2010).
9
Aspergillus
terlarut disekeliling hifa dapat diserap langsung oleh hifa, tetapi polimer-polimer
seperti amilum atau selulosa harus dipecah dulu oleh enzim-enzim ekstraseluler
lingkungan baru di sekelilingnya. Jumlah awal sel yang dipindah ke media baru
10
menyesuaikan diri. Kemudian mikroba membelah dengan cepat dan konstan pada
sangat dipengaruhi oleh pH, kandungan nutrien, suhu dan kelembaban udara.
Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Kemudian
diperlambat karena zat nutrisi sudah sangat berkurang dan ada hasil metabolisme
populasi masih naik karena jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak daripada
yang mati. Pada fase pertumbuhan tetap, jumlah sel yang tumbuh sama dengan
jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap
membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan nutrisi, sel
mempunyai komposisi berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik.
Kemudian mikroba menuju fase kematian lalu memasuki fase kematian. Sebagian
medium sudah habis, adanya zat racun dan habisnya energi cadangan di dalam sel.
(Haryani, 2011). Thom dan Currie mengembangkan riset tentang fermentasi asam
sitrat menggunakan Aspergillus Niger pada tahun 1916. Reaksi overall adalah
sebagai berikut :
Sucrose
Dextrose
Asam sitrat merupakan salah satu bahan aditif yang dikenal luas pada
berbagai kalangan industri, termasuk industri pangan dan farmasi. Senyawa ini
Asam sitrat sintesis produksi oleh fermentasi adalah cara yang paling
ekonomis dan banyak digunakan untuk memperoleh produk ini. Lebih dari 90%
dari asam sitrat diproduksi di dunia diperoleh dengan fermentasi, yang memiliki
pada komposisi medium, baik komponen makro maupun trace element yang dapat
mempengaruhi proses ekskresi asam sitrat oleh mikroba. Sumber karbon yang
digunakan adalah gula pasir dan ekstrak tauge, sedangkan sumber nitrogen yang
12
banyak diaplikasikan di industri. Hal ini karena kultivasi cair memiliki beberapa
singkat, biaya perawatan murah, dan resiko kontaminasi yang lebih kecil
(Sasmitaloka, 2017).
Asam sitrat merupakan produk metabolit primer yang terbentuk dari siklus
TCA (Tricarboxylic Acid Cycle). Glukosa merupakan sumber carbon utama dalam
reaksi dalam lintasan Embden Meyerhof Parnas ( EMP ). Asam piruvat yang
merupakan produk akhir dari lintasan EMP akan dioksidasi lebih lanjut dan
merupakan salah satu senyawa antara siklus TCA berkondensasi membentuk asam
Pemanfaatan asam sitrat digunakan sebagai pemberi cita rasa dan juga
pengawet bahan makanan serta minuman. Umumnya penggunaan asam sitrat pada
minuman adalah dalam memproduksi minuman ringan. Asam sitrat merupakan zat
aditif makanan yang memiliki kode E number. Dimana kode E number untuk
asam sitrat ditulis degan kode E330. Karena asam sitrat mempunyai sifat sitrat
sebagai larutan penyangga, sehigga asam sitrat juga dapat dimanfaatka sebagai
13
sabun dan deterjen dikarenakan karena asam sitrat dapat meng-kelat logam. Busa
deterjen yang terbentuk dari hasil asam sitrat yang meng-kelat logam pada air
sadah yang dapat berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang
kesadahan. Pada alat penghilang kesadahan asam sitrat dapat digunakan untuk
industri bioteknologi dan obat-obatan dalam proses kemurnian yang tinggi. Asam
sitrat tersebut digunakan sebagai senyawa pengganti asam nitrat. Karena setelah
digunakan asam sitrat lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya seperti asam
nitrat. Dalam pembuatan es krim asam sitrat merupakan salah satu bahan
menjaga gelembung-gelembung lemak agar tidak terpisah. Asam sitrat juga dapat
dipakai dalam resep makanan sebagai bahan pengganti sari jeruk. (Hambali dkk,
2016)
asam sitrat yang dikemukakan oleh Soccol dkk (2006) diantaranya adalah sumber
nitrogen, trace element, pH dan aerasi. Produksi asam sitrat secara langsung
dipengaruhi oleh konsentrasi dan sifat sumber nitrogen. Fisiologis secara logis,
14
garam amonium lebih disukai, seperti urea, amonium nitrat dan sulfat, pepton,
ekstrak malt, dan lain-lain. Senyawa amonium asam lebih disukai karena
microbial. Alasan yang paling jelas adalah sekresi asam organik, seperti asam
sitrat, yang akan menyebabkan penurunan pH. Perubahan kinetika pH juga sangat
Rhizopus sp., pH bisa drop sangat cepat menjadi kurang dari 3,0. Untuk kelompok
lain dari jamur seperti Trichoderma, Sporotrichum, Pleurotus sp., pH lebih stabil
antara 4.0 dan 5.0. Sifat dari teknik substrat dan produksi juga mempengaruhi
kinetika pH. Dengan cara ini pH awal harus didefinisikan dengan baik dan
Kondisi pH optimal untuk produksi asam sitrat adalah sekitar 4-6 selama
fermantasi, bila substrat yang digunakan berupa sukrosa, glukosa, dan tetes yang
dilakukan melalui media selama seluruh proses dengan intensitas yang sama,
meskipun, karena alasan ekonomi, biasanya lebih disukai untuk memulai dengan
15
sitrat, secara ekonomi patut ditiru. Tingkat aerasi yang tinggi menyebabkan
jumlah tinggi busa, terutama selama fase pertumbuhan. (Soccol dkk, 2006)
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Oktober 2017 sampai
A. Variabel Berubah
1. Waktu fermentasi = 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 hari
B. Variabel Tetap
1. Molase (20% v/v) = 250 ml
2. Nutrient = 500 ml
3. Kandungan nutrient
a. KH2PO4 = 0,025 g
b. (NH4)2SO4 = 0,1 g
c. MgSO4.7H2O = 0,025 g
4. pH =6
5. Laju aerasi = 0,4 L/mnt
17
3.3.1 Alat
3.3.2 Bahan
1. Molase
2. (NH4)2SO4
3. KH2PO4
4. MgSO4.7H2O
5. Aspergillus Niger
6. Aquadest
7. H2SO4
8. NaOH
9. HNO3
10. Larutan Luff Schoorl
11. Na2S2O3
12. KI 20%
18
selama 24 jam
B. Prosedur Pembuatan Larutan Nutrient
1. Menambahkan nutrisi berupa KH2PO4 0,025 g, MgSO4.7H2O 0,025 g
hasil fermentasi
2. Larutan hasil fermentasi disaring menggunakan kertas saring yang
1992)
dingin
5. Menambahkan larutan KI 20% sebanyak 15 ml dan H2SO4 25%
sebanyak 25 ml perlahan-lahan
6. Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga terjadi perubahan
1. Injector
Temperatur : 200°C
Split ratio : 20
2. Oven
Temperatur : 170°C
Total time : 24 menit
3. Detector
Temperatur: 200°C
BAB IV
Tabel 4.2 Hasil Analisa Kadar Biomassa, Glukosa dan Jumlah Asam Sitrat
yang terbentuk dari siklus TCA (Tricarboxylic Acid Cycle). Pada sebagian besar
Embden Meyerhof Parnas. Asam piruvat yang merupakan produk akhir dari
lintasan EMP akan dioksidasi lebih lanjut dan kemudian dengan bantuan
enzim dekarboksilase
23
oksaloasetat yang merupakan salah satu senyawa antara siklus TCA berkondensasi
1.6
1.4
1.2
1
Biomassa (g/L)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu (hari)
24
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kadar biomassa pada hari ke-3
sebesar 0,0236 g/L yang kemudian meningkat hingga hari ke-12 dengan kadar
biomassa sebesar 0,3276 g/L, hal ini menunjukkan bahwa Aspergillus Niger
mengalami pertumbuhan (fase lag) yaitu jamur mulai membelah diri dengan
kecepatan yang rendah. Pada hari ke-12 hingga hari ke-15 kadar biomassa
meningkat drastis, hal ini menunjukkan bahwa jamur berada pada fase log
oleh pH, kandungan nutrien, suhu dan kelembaban udara. Kemudian pada hari ke-
18 kadar biomassa telah berkurang menjadi 0,2422 g/L hal ini disebabkan oleh
Aspergillus Niger telah memasuki fase kematian. Sebagian besar mikroba mulai
mengukur sel hidup saja, tapi juga sel mati. Setelah mencapai pertumbuhan
optimal pada akhir fase stasioner dapat pula mengindikasikan mulai terjadinya
fase kematian. Pada fase ini sel-sel Aspergillus Niger mengalami lisis sehingga
mengurangi bobot biomassa yang terukur. Hal ini disebabkan karena massa sel
yang telah lisis tersebut sebagian akan hilang dikonversi menjadi energi yang
dimanfaatkan oleh sel-sel yang masih hidup sebagai sumber energi untuk
pertumbuhannya.
25
Aspergillus Niger yaitu sebagai sumber karbon. Menurut Safaria dkk (2013)
pertumbuhan jamur pada media fermentasi dipengaruhi oleh nutrisi yang ada
0.5
0.4
Glukosa (g/L)
0.3
0.2
0.1
0
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu (hari)
26
Pada gambar 4.2 terdapat hubungan waktu terhadap kadar glukosa. Hari
ke-3 memiliki kadar glukosa sebesar 0,3117 g/L yang kemudian meningkat pada
hari ke-6 dalam hal ini Aspergillus Niger berada pada fase adaptasi. Lalu kadar
glukosa menurun hingga hari ke-15. Penurunan dari hari ke-6 hingga ke-15
karbon dan energi untuk Aspergillus Niger, hal ini berhubungan dengan
pertumbuhan Aspergillus Niger dimana pada hari ke-6 hingga ke-15 kadar
biomassa pada gambar 4.1 mengalami peningkatan sehingga kadar glukosa yang
merupakan sumber karbon berkurang. Pada hari ke-18 kadar glukosa mengalami
kenaikan karena Aspergillus Niger telah memasuki fase kematian sehingga kadar
80.0
70.0
60.0
Jumlah Asam Sitrat (g)
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu (hari)
Gambar 4.5 Hubungan Antara Waktu Fermentasi dengan Kadar Asam Sitrat
Pada gambar 4.3 dapat dilihat hubungan antara waktu fermentasi dengan
jumlah asam sitrat. Pada hari ke-3 hingga ke-6 jumlah asam sitrat mengalami
kenaikan kemudian mengalami penurunan hingga hari ke 12. Hari ke-6 memiliki
jumlah asam sitrat tertinggi yaitu sebesar 68,7 g dan pada hari ke-9 mengalami
penurunan jumlah asam sitrat hingga hari ke-12, dengan jumlah asam sitrat hari
ke-12 sebesar 30,2 g. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya asam organik lain
Namun, pada hari ke-15 jumlah asam sitrat kembali meningkat, dengan jumlah
asam sitrat sebesar 39,0 g. Hal ini dapat disebabkan karena terbentuknya kembali
asam sitrat pada siklus TCA. Pada satu siklus TCA, αKetoglutarate terkonversi
dengan Asetil KoA menghasilkan asam sitrat seperti pada Gambar 4.4, sehingga
siklus Krebs dapat berlangsung kembali. Lalu, pada hari ke-18 jumlah asam sitrat
menurun menjadi 17,7 g hal ini disebabkan oleh Aspergillus Niger telah
memasuki fase kematian seperti yang terlihat pada gambar 4.1 dimana kadar
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Ahmed, A. S., Farag, S. S., Hassan, I. A., & Botros, H. W. (2015). Production of
Gluconic Acid by Using Some Irradiated Microorganisms. Radiation
Research and Applied Sciences, 374-380.
Carolina, A., Sidik, A., Maksum, I. P., Rachman, S. D., Safari, A., & Ishmayana,
S. (2015). Fermentasi Biak Rendam Molases Dengan Aspergillus niger
Untuk Produksi Asam Sitrat. Chimica et Natura Acta Vol. 3 No. 1, 25-29.
Darouneh, E., Alavi, A., Vosoughi, M., Arjmand, M., Seifkordi, A., & Rajabi, R.
(2009). Citric acid production: Surface Culture versus Submered Culture.
Microbiology Research Vol. 3(9), 541-545.
Dhillon, G. S., Brar, S. K., Verma, M., & Tyagi, R. D. (2010). Recent Advances in
Citric Acid Bio-production and Recovery. Food Bioprocess Technology.
Fatmawati, A. (2016). Studi Pengaruh Konsentrasi Glukosa dan Laju Aerasi
terhadap Produksi Asam Glukonat oleh Aspergillus niger. Pengembangan
Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia (pp. 1-
7). Yogyakarta: Teknik Kimia, FTI UPN Veteran.
Fifendy, M., Eldini, & Irdawati. (2013). Pengaruh Pemanfaatan Molase Terhadap
Jumlah Mikroba dan Ketebalan Nata Pada Teh Kombucha. Semirata
FMIPA (pp. 67-72). Lampung: Universitas Lampung.
Hambali, M., Damayanti, T. U., & Oktamariska, T. (2016). Pembuatan Asam
Sitrat dari Limbah Kulit Pisang dengan Fermentasi Menggunakan
Aspergillus Niger. Jurnal Teknik Kimia Vol. 22 No. 4, 27-34.
Haryani, K. (2011). Studi Kinetika Pertumbuhan Aspergillus niger pada
Fermentasi Asam Sitrat dari Kulit Nanas dalam Reaktor Air-Lift External
Loop. Momentum Vol.7, No.1, 48-52.
Inggrid, H. M., & Suharto, I. (2012). Fermentasi Glukosa Oleh Aspergillus niger
Menjadi Asam Glukonat. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.
Juwita, R. (2012). Studi Produksi Alkohol dari Tetes Tebu (Saccharum
officinarum L) Selama Proses Fermentasi. Makassar: Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin.
30
Mulyani, D. (2016). Kajian Suhu Kristalisasi dan Konsentrasi Etanol pada
Kristalisasi Molase yang Dijernihkan. Bandung: Fakultas Teknik
Universitas Pasundan.
Nurjannah, L. (2012). Tetes Tebu Sebagai Alternatif Sumber Karbon Untuk
Produksi Asam Laktat Oleh Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Owen, O. E., Kalhan, S. C., & Hanson, R. W. (2002). The Key Role of
Anaplerosis and Cataplerosis for Citric Acid Cycle Function. Biological
Chemistry Vol. 277, No. 34, 30409-30412.
Peksel, A., Torres, N., Liu, J., Juneau, G., & Kubicek, C. (2001). 13C-NMR
Analysis of Glucose Metabolism During Citric Acid Production by
Aspergillus niger. Appl Microbiol Biotechnol 58, 157-163.
Poesponegoro, M., & Liang, O. B. (1991). Fermentasi Asam Sitrat Dari Tetes
Tebu, Secara Biak-Rendam Dengan Aspergillus niger. JKTI Vol. 1 No 2.
Retnaningtyas, A. Y., Hidayat, R. R., Widiyastuti, & Winardi, S. (2017). Studi
Awal Proses Fermentasi pada Desain Pabrik Bioethanol dari Molasses.
Jurnal Teknik ITS Vol.6 No. 1, 123-126.
Safaria, S., Idiawati, N., & Zaharah, T. A. (2013). Efektivitas Campuran Enzim
Selulase dari Aspergillus niger dan Trichoderma reesei dalam
Menghidrolisis Substrat Sabut Kelapa. JKK Vol 2 (1), 46-51.
Sasmitaloka, K. S. (2017). Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger pada
Kultivasi Media Cair. Integrasi Proses Vol.6 No.3, 116-122.
Soccol, C. R., Vandenberghe, L. P., & Rodrigues, C. (2006). New Perspectives for
Citric Acid Production and Application. Biotecnology 44 (2), 141-149.
Syamsuriputra, A. A., Setiadi, T., Kushandayani, R., & Yunus, R. F. (2006).
Pengaruh Kadar Air Substrat dan Konsentrasi Dedak Padi pada Produksi
Asam Sitrat dari Ampas Tapioka Menggunakan Aspergillus Niger
ITBCCL74. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia 2006, (pp. 1-8).
Semarang.
Wagestu, W. A., Antara, N. S., & Putra, G. G. (2016). Pengaruh pH Awal Media
dan Lama Fermentasi Terhadap Produksi Kalsium Sitrat dari Limbah
Brem dengan Menggunakan Aspergillus niger ATCC 16404. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 70-79.
Widyanti, E. M. (2010). Produksi Asam Sitrat dari Substrat Molase pada
Pengaruh Penambahan VCO (Virgin Coconut Oil) Terhadap Produktivitas
Aspergillus Niger ITBCC L74 Terimobilisasi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
31
Wuryanti. (2008). Pengaruh Penambahan Biotin pada Media Pertumbuhan
Terhadap Produksi Sel Aspergillus niger. Bioma Vol. 10, No.2, 46-50.
Yang, L., Lubeck, M., & Lubeck, P. S. (2017). Aspergillus as A Versatile Cell
Factory for Organic Acid Production. Fungal Biology Review 31, 33-49.
32
LAMPIRAN
Tabel 1. Data Pengamatan Berat Jenis
Diketahui:
Kadar biomassa hasil fermentasi selama 3 hari
Volume filtrat (a) = 0,708 L
Berat kertas saring + biomassa + cawan petridish (b) = 43,5430 g
Kertas saring kosong + cawan petridish kosong (c) = 43,5263 g
b−c
Kadar biomassa =
a
43,5430 g−43,5263 g
=
0,708 L
= 0,0236 g/L
B. Perhitungan Kadar Glukosa
massa glukosa x fp
% glukosa = x 100
massa sampe ;
3,12mg x 1
= x 100
10389,8 mg
= 0,030 %
%gula x massa sampel
Kadar glukosa =
volume sampel
0,030 x 10389,8 mg
=
10 ml
= 0,3117 mg/ml = 0,3117 g/L
C. Perhitungan Jumlah Asam Sitrat
Jumlah asam sitrat pada hasil fermentasi selama 3 hari:
Diketahui:
Konsentrasi larutan standar asam sitrat (Cs) = 10% (b/v)
Luas area larutan standar asam sitrat 10% (As) = 37,1 μV.Min
Luas area sampel (Ax) = 38,5 μV.Min
Ax
Konsentrasi asam sitrat (Cs) = x Cs
As
38.5 μV . Min
= x 10
38.4 μV . Min
= 10,03 % (b/v)
10,03 g
Konsentrasi asam sitrat = x 1000 ml/L
100 ml
= 100,3 g/L
Jumlah asam sitrat = Konsentrasi asam sitrat x
vol.
produk bawah evaporasi
= 100,3 g/L x 0,312 L
= 31,3 g
Biakan Aspergillus Niger & Proses Fermentasi Hasil Analisa Kadar
Aspergillus Terreus pada Biomassa
Media Cair