PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Oleh :
Menyetujui:
Calon Pembimbing 1
3.3.1 Alat........................................................................................................ 19
Gambar 2.3 Jalur Metabolisme untuk Produksi Asam Organik oleh Aspergillus 14
Gambar 2.5 Proses Oksidasi Asam Glukonat oleh Aspergillus niger ....................17
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Produk Turunan dari Asam Glukonat dan aplikasinya ..........................12
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan produksi gula yang cukup
tinggi. Menurut data dari Statistik Perkebunan Indonesia Komoditi Tebu pada tahun
2017 luas areal perkebunan tebu di Indonesia mencapai 453 hektar yang tersebar di
pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Data produksi gula di Indonesia menurut
PTPN X tahun 2017 mencapai 343.747 ton. Produksi gula dari tebu menghasilkan
produk samping berupa molase atau tetes tebu yang merupakan limbah akhir yang
Molase atau tetes tebu mengandung senyawa nitrogen, unsur mikro, dan
kandungan gula yang cukup tinggi terutama kandungan sukrosa 30%, glukosa 12%,
dan fruktosa 13% (Retnaningtyas, 2017). Di beberapa pabrik gula, molase diekspor
keluar negeri dengan harga yang relatif murah, dibanyak tempat, limbah ini sangat
kecil daya gunanya dan sering menjadi masalah pencemaran lingkungan karena
molase mengandung kalsium oksida yang dapat mengurangi kadar oksigen tanah.
dijadikan bahan alternatif sebagai sumber karbon dalam media fermentasi (Fifendy
dkk, 2013). Dengan demikian, terdapat kebutuhan untuk menemukan aplikasi yang
cocok dari produk sampingan ini. Salah satu alternatif untuk pemanfaatan ekonomi
substrat dalam proses fermentasi untuk produksi asam glukonat (Sharma dkk,
2007).
Aspergillus niger dengan glukosa sebagai sumber karbon utama, dan hasilnya lebih
tinggi dari 95%. Permintaan untuk asam glukonat, yang mengandung bentuk δ-
lakton dan glukonatnya, di seluruh dunia dibagi di antara bidang utama penggunaan
kira-kira sebagai berikut: konstruksi (45%), makanan (35%), farmasi (10%), dan
asam organik yang banyak digunakan dalam industri saat ini. Dalam industri
biasanya digunakan sebagai aditif pada makanan, antara lain: industri roti dan kue,
pengolahan ikan, daging, keju dan tahu. Lebih dari 50.000 ton asam glukonat
tunggal karbon dalam produksi asam glukonat di bawah fermentasi terendam oleh
paling kuat dalam produksi asam glukonat yang diikuti oleh P. puberulum dan P.
dengan metode fermentasi telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dan terus
dikembangkan. Latifah dkk (2013) telah melakukan pembuatan asam glukonat dari
memvariasikan waktu fermentasi selama 12, 18 dan 24 jam serta variasi volume
starter sebanyak 12, 16 dan 20 ml. Hasil terbaik asam glukonat sebesar 7,405 g/L
dengan waktu fermentasi selama 24 jam dan volume starter 16 ml. Ahmed dkk
microorganisms pada media agar miring (PDA). Aspergilus spp. dan Penicillium
asam glukonat dengan dosis radiasi gamma sebesar 0,1 kGy dan waktu inkubasi
produksi asam glukonat. Molase yang merupakan hasil samping dari industri tebu
memiliki kadar asam glukonat lebih rendah dibandingkan dengan penelitian kedua.
Dari perbedaan hasil tersebut dapat diketahui bahwa penelitian pertama oleh
Latifah dkk (2013) masih memiliki kelemahan dari segi konversi yang dihasilkan.
Salah satu faktor penting yang dikendalikan dalam proses fermentasi adalah
produk hasil fermentasi. Untuk itu perlu mengetahui waktu optimal dalam proses
fermentasi.
Manfaat dari penelitian ini yaitu memanfaatkan hasil samping industri tebu
seperti molase sebagai alternatif substrat yang ekonomis dalam produksi asam
glukonat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Molase adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu
(Saccharum officinarum L). Tetes tebu berupa cairan kental dan diperoleh dari
tahap pemisahan kristal gula. Molase tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa
namun masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan
Molase mengandung gula yang terdiri dari sukrosa, glukosa dan fruktosa.
2.2 Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel pada keadaan anaerobik
untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai tinggi, seperti asam-
asam organik, protein sel tunggal, antibiotika, dan biopolymer. Fermentasi dapat
diartikan sebagai perubahan gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir dan
dekomposisi pati dan gula menjadi alkohol dan karbondioksida serta oksidasi
Lamanya proses fermentasi tergantung kepada bahan dan jenis produk yang
akan dihasilkan. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula
yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Semakin lama fermentasi maka asam
yang dihasilkan akan lebih banyak. Proses terjadinya penurunan pH dapat terjadi
berlangsung. Asam-asam yang terbentuk seperti asam asetat, asam piruvat, dan
asam laktat dapat menurunkan pH. Fermentasi dapat terjadi karena aktifitas
mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Faktor-faktor yang
Asam glukonat adalah asam organik ringan yang telah mendapatkan banyak
minat karena memiliki banyak aplikasi industri seperti dalam industri farmasi,
makanan, pakan ternak, tekstil dan kulit (Ahmed dkk, 2015). Asam glukonat yang
7
ragi pada pembuatan roti, penggumpal tahu, dan industri makanan lainnya. Asam
glukonat juga digunakan untuk acidulant (penambah asam) dalam industri. Lebih
dari 50.000 ton asam glukonat diproduksi menggunakan Aspergilus niger dengan
fermentasi sub merged (kultur terendam) dari bahan yang mengandung glukosa
yang spesifik
dapat menggunakan bahan baku yang terbarukan sebagai substrat. Pada tahun 1880,
pertama kalinya Boutroux menemukan bakteri asam asetat dapat digunakan untuk
menghasilkan asam glukonat. Pada tahun 1922 Molliard mendeteksi asam glukonat
dinetralkan dengan kalsium karbonat dan dilakukan pada pH lebih tinggi (Inggrid
tidak korosif, tidak beracun, tidak berbau, tidak mudah menguap dan mudah
dalam air. Dibanding dengan asam organik yang lain, asam glukonat memiliki
tingkat keasaman yang rendah sehingga menghasilkan rasa asam lebih ringan
Asam Glukonat
menguap
pKa 3,7
9
Asam D-glukonat adalah asam organik yang lemah, dihasilkan dari proses
fermentasi D-glukosa oleh Aspergilus niger dengan cara aerobik. Produksi asam
glukosa oleh enzim mutarotase, tahap kedua adalah oksidasi β-D-glukosa menjadi
glukonat.
glucose oxidase yang dihasilkan oleh Aspergilus niger. Glucose oxidase merupakan
berat molekul sekitar 130-120 kDa. Enzim ini berperan sebagai katalis pada proses
hidrogen peroksida, kemudian terurai menjadi oksigen dan air (Inggrid dan Suharto,
2012).
dapat terbentuk dengan adanya kandungan glukosa yang cukup tinggi pada
medium, stabil pada pH antara 4.0-6.0 dengan tersedianya oksigen yang cukup.
Enzim ini tidak stabil pada suhu diatas 50°C. Glucono-δ-lactone terbentuk melalui
peroksida dihasilkan oleh oksida glukosa terdekomposisi menjadi air dan oksigen.
11
Oksigen digunakan untuk proses biokonversi glukosa menjadi asam glukonat serta
asam glukonat, yaitu pada konsentrasi glukosa antara 110-250 g/l, sumber nitrogen
dan fosfoor dengan konsentrasi sangat rendah (20 mM), pH medium antara 4,5-6,5
asam glukonat. Aspergilus niger memproduksi asam organik lemah seperti asam
sitrat, asam glukonat dan asam oksalat. Akumulasi produk dipengaruhi oleh rentang
pH dari medium nutrisi, jika nilai pH dibawah 3,5 akan dihasilkan asam sitrat
melalui siklus TCA. pH medium untuk memproduksi asam glukonat berada pada
rentang 4,5 sampai 7,0. Pada pH 5,5 dianggap sebagai pH optimum untuk
bidang kimia, farmasi, makanan, minuman, tekstil dan industri lainnya. Dalam
industri makanan, asam glukonat dapat dijadikan sebagai pengawet. Asam glukonat
dapat digunakan untuk melarutkan fosfat, aditif pada semen yang digunakan dalam
industri konstruksi agar tahan terhadap kondisi cuaca ekstrim, selain itu
Komponen Manfaat
1. Detergen
2. Metallurgi
4. Industri tekstil
5. Industri kertas
6. Terapi kalsium
Kalsium glukonat
7. Nutrisi binatang
roti
pembuatan sosis
cheese curd
pada susu
13
berwarna dan ditemukan melimpah di alam terutama pada tanah di daerah tropis
dan substropis serta diisolasi dari substar, termasuk biji-bijian (Inggrid dan Suharto,
2012).
minimum 6-8°C dan suhu maksimum 45-47°C. Proses pertumbuhan fungi ini
adalah aerobik. Aspergilus niger dapat tumbuh dengan cepat sehingga banyak
digunakan secara komersial dalam produk asam sitrat, asam glukonat dan
kondisi tekanan termasuk pH rendah 3.50, kemampuan yang sangat baik untuk
memanfaatkan jenis substrat yang murah dan dikenal aman, yang dengan cepat
membuka jalan untuk produksi komersial asam sitrat (Yang dkk, 2017). Nutrien
pemanfaatannya sebagai sumber nitrogen, pH akan turun. Selain itu adanya fosfat,
14
ion logam perlu dibatasi, tetapi konsentrasi fosfat tidak perlu dibatasi, hanya
Aspergillus
terlarut disekeliling hifa dapat diserap langsung oleh hifa, tetapi polimer-polimer
seperti amilum atau selulosa harus dipecah dulu oleh enzim-enzim ekstraseluler
Fase adaptasi atau fase lag adalah fase penyesuaian mikroba dengan kondisi
lingkungan baru di sekelilingnya. Jumlah awal sel yang dipindah ke media baru
mikroba mulai membelah diri dengan kecepatan rendah karena baru menyesuaikan
diri. Kemudian mikroba membelah dengan cepat dan konstan pada fase
sangat dipengaruhi oleh pH, kandungan nutrien, suhu dan kelembaban udara. Pada
fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Kemudian mikroba
karena zat nutrisi sudah sangat berkurang dan ada hasil metabolisme yang mungkin
naik karena jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak daripada yang mati. Pada
16
fase pertumbuhan tetap, jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati.
Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun
zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan nutrisi, sel mempunyai komposisi
berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Kemudian mikroba menuju
fase kematian lalu memasuki fase kematian. Sebagian besar populasi mikroba mulai
mengalami kematian karena nutrien di dalam medium sudah habis, adanya zat
racun dan habisnya energi cadangan di dalam sel. Kecepatan kematian tergantung
mengubah glukosa menjadi asam glukonat, enzim tersebut adalah glukosa oksidase,
Enzim glukosa oksidase berperan melepaskan dua atom hidrogen dan mengoksidasi
Suharto, 2012).
17
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Oktober 2018 sampai
A. Variabel Berubah
B. Variabel Tetap
2. Nutrient = 500 ml
3. Kandungan nutrient
a. KH2PO4 = 0,025 g
b. NH4NO3 = 0,1 g
c. MgSO4.7H2O = 0,025 g
4. pH =6
C. Variabel Respon
1. Kadar biomassa
2. Kadar glukosa
3.3.1 Alat
2. Gelas kimia
3. Erlenmeyer
4. Neraca digital
5. Indikator Universal
6. Pipet volume
7. Hot plate
8. Labu ukur
9. Buret
11. Inkubator
13. Oven
14. Desikator
15. Spatula
18. Stopwatch
3.3.2 Bahan
1. Molase
2. NH4NO3
3. KH2PO4
4. MgSO4.7H2O
5. Aspergillus Niger
6. Aquadest
7. H2SO4
8. NaOH
9. HNO3
11. Na2S2O3
12. KI 20%
Gas O2 Nutrient
Fermentasi
Variasi waktu : 3, 5, 7, 9,
11 dan 13 hari
Inkubasi 24 jam
Filtrasi
Residu Filtrat
Produk Bawah
Analisa Kadar
Biomassa
Analisa Analisa
Kadar Kadar Asam
Glukosa Glukonat
22
siap digunakan
Niger hasil biakan (dalam ruang steril) dan menutup dengan aluminium
foil
6. Meletakkan starter dalam water batch shaker dan starter siap digunakan
setelah 7 hari
23
hasil fermentasi
1992)
dingin
sebanyak 25 ml perlahan-lahan
1. Injector
Temperatur : 200°C
Split ratio : 20
25
2. Oven
Temperatur : 170°C
Total time : 24 menit
3. Detector
Temperatur: 200°C
26
DAFTAR RUJUKAN
Ahmed, A. S., Farag, S. S., Hassan, I. A., & Botros, H. W. (2015). Production of
Gluconic Acid by Using Some Irradiated Microorganisms. Radiation
Research and Applied Sciences, 374-380.
Amit Sharma, V. R. (2007). Solid-state fermentation for gluconic acid production
from sugarcane molasses by aspergillus niger ARNU-4 employing tea waste
as the novel solid support. Bioresource Technology, 3444-3450.
Ashraf S.Ahmed, S. S. (2015). Production of gluconic acid by using some irradiated
microorganisms.
Fatmawati, A. (2016). Studi Pengaruh Konsentrasi Glukosa dan Laju Aerasi
terhadap Produksi Asam Glukonat oleh Aspergillus niger. Pengembangan
Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia (hal. 1-
7). Yogyakarta: Teknik Kimia, FTI UPN Veteran.
Fifendy, M., Eldini, & Irdawati. (2013). Pengaruh Pemanfaatan Molase Terhadap
Jumlah Mikroba dan Ketebalan Nata Pada Teh Kombucha. Semirata
FMIPA (hal. 67-72). Lampung: Universitas Lampung.
Hambali, M., Damayanti, T. U., & Oktamariska, T. (2016). Pembuatan Asam Sitrat
dari Limbah Kulit Pisang dengan Fermentasi Menggunakan Aspergillus
Niger. Jurnal Teknik Kimia Vol. 22 No. 4, 27-34.
Inggrid, H. M., & Suharto, I. (2012). Fermentasi Glukosa Oleh Aspergillus niger
Menjadi Asam Glukonat. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.
Juwita, R. (2012). Studi Produksi Alkohol dari Tetes Tebu (Saccharum officinarum
L) Selama Proses Fermentasi. Makassar: Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin.
K.Kirimura, Y. T. (2011). Gluconic and Itaconic Acids. Tokyo, Japan: Waseda
University.
Latifah, S. d. (2013). Pembuatan Asam Glukonat dari Glukosa dengan Proses
Fermentasi Mengunakan Aspergillus niger. Jatim: UPN Veteran Jatim.
Mulyani, D. (2016). Kajian Suhu Kristalisasi dan Konsentrasi Etanol pada
Kristalisasi Molase yang Dijernihkan. Bandung: Fakultas Teknik
Universitas Pasundan.
Nurjannah, L. (2012). Tetes Tebu Sebagai Alternatif Sumber Karbon Untuk
Produksi Asam Laktat Oleh Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
27