Sacharificatian and Fermentation (SSF) dengan Variasi Konsentrasi Enzim dan Waktu
Fermentasi
ABSTRACT
One of energy source alternative that can be used as a substitute for fossil fuel-based
energy, is bioethanol. Bioethanol is biochemistry fluid from fermentation process of sugars
by using microorganism. The raw material of bioethanol production is very diverse, like corn
cob. Corn cob can be used as raw material for bioethanol production because contain of
cellulose. This study aims to make bioethanol from corn cob with Sacharificatian
Simultaneous and Fermentation (SSF) process with cellulase enzyme variation are 3%, 5%,
7%, 9%, and 11% v/v substrate and fermentation time are 3, 4, and 5 days. From the
research is obtained the highest bioethanol concentration is 5% on the addition of cellulase
enzymes 11% v/v substrate with 3 days fermentation time.
Keyword: Bioethanol, Corn cob, Cellulase, SSF
1. Pendahuluan suatu bahan bakar terbarukan yang lebih
Kebutuhan energi bahan bakar yang aman dan ramah lingkungan merupakan
berasal dari eksplorasi fosil meningkat suatu hal yang mutlak. Salah satu energi
seiring dengan meningkatnya pertumbuhan alternatif yang dapat menggantikan sumber
industri dan ekonomi. Hal tersebut dapat energi fosil adalah bioetanol.
menjadi masalah besar ketika negara belum Bioetanol adalah cairan biokimia dari
bisa mengurangi ketergantungan terhadap proses fermentasi gula dari sumber glukosa,
bahan bakar fosil atau bahan bakar minyak selulosa, dan pati atau karbohidrat
(BBM), sedangkan cadangan sumber energi menggunakan bantuan mikroorganisme.
tersebut semakin terbatas. Keuntungan atau kelebihan dari penggunaan
Kebijakan mengurangi konsumsi energi bioetanol yaitu dapat diproduksi terus
bukan merupakan langkah tepat, karena menerus, ramah lingkungan serta dapat
konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai bahan baku industri
merupakan dua sisi yang saling kimia, kosmetik, farmasi, dan sebagai bahan
mempengaruhi, diperlukan kehati-hatian bakar (Masfufatun, 2012). Salah satu bahan
dalam menerapkan kebijakan energi agar baku yang dapat dijadikan bioetanol adalah
pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Supaya tongkol jagung. Tongkol jagung
perekonomian dunia lebih stabil, penggunaan mengandung selulosa 48%, pentosan 36%,
sumber energi alternatif dengan bahan baku lignin 10%, abu 4%, dan air 2% (Rosmiati,
non-fosil seperti bahan bakar dari sumber 2008). Dilihat dari selulosa yang cukup
nabati dapat menjadi solusi yang baik. tinggi maka tongkol jagung memungkinkan
Pembakaran bahan bakar fosil juga akan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku
menghasilkan gas CO2 yang lama kelamaan untuk pembuatan bioetanol. Salah satu
akan menumpuk di atmosfer, sehingga metode yang dilakukan untuk pembuatan
menyebabkan suhu bumi meningkat (green bioetanol yaitu dengan proses simultaneous
house effect). Oleh karena itu, pemakaian sacharificatian and fermentation (SSF) atau
Gambar 1.2 Blok Diagram Pembuatan Gambar 3.1 Pengaruh Konsentrasi Enzim
Bioetanol Terhadap Kadar Bioetanol
JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa
semakin banyak enzim selulase yang
ditambahkan maka kadar bioetanol yang
dihasilkan semakin tinggi. Kadar bioetanol
tertinggi didapat pada konsentrasi enzim
11% dan waktu fermentasi 3 hari yaitu
sebesar 5%. Konsentrasi enzim selulase
kasar berpengaruh terhadap perolehan
bioetanol dengan menggunakan jumlah
substrat yang sama, karena enzim selulase Gambar 3.2 Pengaruh Waktu Fermentasi
kasar akan mempercepat proses hidrolisis Terhadap Kadar Bioetanol
sehingga lebih banyak gula yang tersedia
untuk difermentasikan menjadi bioetanol. Dari Gambar 4.2 diatas terlihat bahwa
Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh lama fermentasi mempengaruhi hasil yang
Maemunah (2005) bahwa hidrolisa dinding diperoleh. Kadar bioetanol tertinggi
selulosa oleh enzim selulase telah didapatkan pada waktu fermentasi selama
meningkatkan jumlah glukosa sehingga tiga hari dengan konsentrasi enzim 11%
Saccharomyces cerevisiae akan yaitu 5% bioetanol (v/v). Pada waktu
memfermentasi glukosa dengan jumlah yang fermentasi 4 hari, kadar bioetanol menurun
lebih besar dan menghasilkan kadar dan semakin menurun dihari ke 5. Hal ini
bioetanol yang lebih tinggi sebagai hasil terjadi karena bioetanol dikonversi oleh
fermentasinya. khamir menjadi suatu senyawa seperti ester
sehingga menurunkan kadar bioetanol (Sari
3.2 Pengaruh Waktu Fermentasi dkk, 2008).
Terhadap Kadar Bioetanol Ester atau Asam asetat dapat dihasilkan
Untuk mengetatahui kondisi terbaik dari senyawa C2H5OH (bioetanol) atau buah-
bioetanol yang dihasilkan, yaitu kondisi pada buahan yang mengandung senyawa tersebut
saat dihasilkan kadar biotanol tertinggi melalui proses oksidasi biologis yg
dibutuhkan waktu fermentasi yang optimum. menggunakan mikroorganisme. Bioetanol
Waktu fermentasi adalah waktu yang dioksidasikan menjadi acetaldehid dan air.
dibutuhkan yeast Saccharomyces cerevisiae Acetaldehid yang telah dihidrasi, kemudian
untuk mengubah glukosa hasil hidrolisis dioksidasikan menjadi asam asetat dan air.
menjadi bioetanol. Waktu fermentasi yang Reaksi pembentukan asam asetat yaitu:
divariasikan akan mempengaruhi kadar oksidasi
bioetanol yang dihasilkan. CH3CH2OH + O2 CH3CHO + H2O
Pada penelitian ini, variasi waktu yang hidrasi
CH3CHO + H2O CH3CH(OH)2
dilakukan adalah 3 hari 4 hari, dan 5 hari
pada berbagai variasi konsentrasi enzim. oksidasi
CH3CH(OH)2 + O2 CH3COOH+H2O
Tujuan dilakukan variasi waktu ini yaitu
untuk mengetahui dan memperoleh data
pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar 3.3 Konsentrasi Glukosa Akhir (sisa)
bioetanol yang dihasilkan. Gambar 3.2 Kulit Nanas
berikut memperlihatkan pengaruh waktu Pada penelitian ini, Peneliti
fermentasi terhadap kadar bioetanol yang menggunakan enzim selulase kasar untuk
dihasilkan pada berbagai konsentrasi enzim mengubah selulosa menjadi glukosa dan
yeast Saccharomyces cerevisiae untuk
mengkonversi glukosa menjadi bioetanol.
Metode yang digunakan adalah proses
sakarifikasi dan fermentasi serentak, dimana
proses langsung terjadi pada satu fermentor,
5. Saran
Pada penelitian selanjutnya diharapkan
melakukan pre-treatment terhadap bahan
baku seperti delignifikasi yang bertujuan
Gambar 3.3 Hubungan Konsentrasi Enzim untuk menghilangkan kadar lignin yang
dan Waktu Fermentasi Terhadap Konsentrasi terkandung di dalam bahan baku.
Glukosa Akhir (sisa)
6. Ucapan Terimakasih
Dari gambar 3.3 dapat dilihat bahwa Penulis mengucapkan terimakasih
kadar glukosa pada proses fermentasi kepada Ibu Elvi Yenie, ST., M.Eng dan Ibu
mengalami kenaikan seiring dengan Sri Rezeki Muria, ST, MP., MSc selaku
bertambahnya waktu fermentasi. Hal ini pembimbing yang membantu peneliti selama
disebabkan khamir Saccharomyces penelitian ini. Terima kasih kepada kedua
cerevisiae pada proses fermentasi mengalami orang tua dan keluarga yang telah
proses terminasi sehingga kemampuan memberikan dukungan dan motivasi selama
khamir Saccharomyces cerevisiae untuk ini. Terima kasih kepada rekan-rekan Teknik
mengkonversi glukosa menjadi bioetanol Kimia Angkatan 2009 yang telah banyak
berkurang sedangkan proses hidrolisis terus membantu penulis dalam skripsi ini.
berlanjut dan glukosa terus diproduksi oleh
enzim selulase kasar. Konsentrasi glukosa Daftar Pustaka
akhir terendah terjadi pada kondisi enzim
11% dan waktu fermentasi 3 hari yaitu Amalia, Y. (2012). Pembuatan Bioetanol
sebesar 825 mg/ml. Dari Limbah Padat Sagu Menggunakan
Menurut Seftian, dkk (2012) kenaikan Enzim Selulase Dan Yeast
jumlah glukosa disebabkan karena kecepatan Saccharomyces Erevisiae Dengan
reaksi dipengaruhi oleh banyaknya selulosa Proses Simultaneous Sacharification
yang ada. Sementara selulosa semakin lama And Fermentation (Ssf) Dengan Variasi
semakin berkurang disebabkan pecah Konsentrasi Substrat Dan Volume
menjadi unit glukosa. Oleh karena itu Inokulum. Skripsi Sarjana, Fakultas
kecepatan reaksi semakin lama semakin kecil Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru
Carolina, F. (2012). Pengaruh pH dan
Inokulum Pada Pemanfaatan Limbah