Anda di halaman 1dari 6

Pembuatan Bioetanol dari Limbah Tongkol Jagung Menggunakan Proses Simultaneous

Sacharificatian and Fermentation (SSF) dengan Variasi Konsentrasi Enzim dan Waktu
Fermentasi

Elgina May Lestari1, Elvi Yenie2, Sri Rezeki Muria2


1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km. 12,5 Pekanbaru 28293
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km. 12,5 Pekanbaru 28293
Telp. 085210906868; elginamaylestari@live.com

ABSTRACT

One of energy source alternative that can be used as a substitute for fossil fuel-based
energy, is bioethanol. Bioethanol is biochemistry fluid from fermentation process of sugars
by using microorganism. The raw material of bioethanol production is very diverse, like corn
cob. Corn cob can be used as raw material for bioethanol production because contain of
cellulose. This study aims to make bioethanol from corn cob with Sacharificatian
Simultaneous and Fermentation (SSF) process with cellulase enzyme variation are 3%, 5%,
7%, 9%, and 11% v/v substrate and fermentation time are 3, 4, and 5 days. From the
research is obtained the highest bioethanol concentration is 5% on the addition of cellulase
enzymes 11% v/v substrate with 3 days fermentation time.
Keyword: Bioethanol, Corn cob, Cellulase, SSF
1. Pendahuluan suatu bahan bakar terbarukan yang lebih
Kebutuhan energi bahan bakar yang aman dan ramah lingkungan merupakan
berasal dari eksplorasi fosil meningkat suatu hal yang mutlak. Salah satu energi
seiring dengan meningkatnya pertumbuhan alternatif yang dapat menggantikan sumber
industri dan ekonomi. Hal tersebut dapat energi fosil adalah bioetanol.
menjadi masalah besar ketika negara belum Bioetanol adalah cairan biokimia dari
bisa mengurangi ketergantungan terhadap proses fermentasi gula dari sumber glukosa,
bahan bakar fosil atau bahan bakar minyak selulosa, dan pati atau karbohidrat
(BBM), sedangkan cadangan sumber energi menggunakan bantuan mikroorganisme.
tersebut semakin terbatas. Keuntungan atau kelebihan dari penggunaan
Kebijakan mengurangi konsumsi energi bioetanol yaitu dapat diproduksi terus
bukan merupakan langkah tepat, karena menerus, ramah lingkungan serta dapat
konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai bahan baku industri
merupakan dua sisi yang saling kimia, kosmetik, farmasi, dan sebagai bahan
mempengaruhi, diperlukan kehati-hatian bakar (Masfufatun, 2012). Salah satu bahan
dalam menerapkan kebijakan energi agar baku yang dapat dijadikan bioetanol adalah
pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Supaya tongkol jagung. Tongkol jagung
perekonomian dunia lebih stabil, penggunaan mengandung selulosa 48%, pentosan 36%,
sumber energi alternatif dengan bahan baku lignin 10%, abu 4%, dan air 2% (Rosmiati,
non-fosil seperti bahan bakar dari sumber 2008). Dilihat dari selulosa yang cukup
nabati dapat menjadi solusi yang baik. tinggi maka tongkol jagung memungkinkan
Pembakaran bahan bakar fosil juga akan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku
menghasilkan gas CO2 yang lama kelamaan untuk pembuatan bioetanol. Salah satu
akan menumpuk di atmosfer, sehingga metode yang dilakukan untuk pembuatan
menyebabkan suhu bumi meningkat (green bioetanol yaitu dengan proses simultaneous
house effect). Oleh karena itu, pemakaian sacharificatian and fermentation (SSF) atau

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 1


dikenal dengan proses sakarifikasi kawat ose disiapkan. Ujung kawat ose
fermentasi serentak (SFS). Proses SSF yaitu dicelupkan ke dalam alkohol 96% lalu
kombinasi antara hidrolisis menggunakan dipanaskan pada api bunsen sampai berwana
enzim selulase dan yeast Saccharomyces. merah. Biakan Aspergillus niger kemudian
cerevisiae untuk fermentasi gula menjadi diberi aquadest sebanyak 10 ml. Jamur
etanol secara simultan. Proses SSF dilepaskan dengan menggunakan jarum ose,
sebenarnya hampir sama dengan dengan lalu dikocok dan dipindahkan ke tabung lain
proses yang terpisah antara hidrolisis dengan yang sudah disterilkan. Suspensi jamur
enzim dan proses fermentasi, hanya dalam sebanyak 2 ml yang diperoleh diinokulasikan
proses SSF hidrolisis dan fermentasi ke dalam susbtrat steril yang sudah tersedia,
dilakukan dalam satu reaktor. Secara singkat kemudian diinkubasikan ke dalam inkubator
reaksi yang terjadi melalui proses pada suhu ruang selama 4 hari. Suspensi
Simultaneous Sacharification and jamur yang digunakan ditentukan sampai
Fermentation (SSF) (Effendi, 2012). Optical Density (OD) 1 dan panjang
gelombang maksimal (Carolina, 2012).
Hidrolisis Tahap selanjutnya, ke dalam media padat
Selulosa C6H12O6
(C6H10O5) n (Glukosa) ditambahkan 100 ml buffer asetat dengan pH
Enzim, H2O
Fermentasi SSF 5 untuk ekstraksi enzim selulase. Cairan
(Yeast)
enzim diaduk dan dikocok menggunakan
2nC2H5OH + 2nCO2
Etanol
shaker pada 200 rpm selama 2 jam kemudian
disentrifuge pada 900 rpm selama 180 menit
sehingga didapatkan enzim selulase kasar
Gambar 1.1 Skema reaksi dalam proses berupa supernatan berwarna coklat (Effendi,
Simultaneous Sacharification and 2012).
Fermentation (SSF)

2. Metodologi 2.2 Produksi Bioetanol


2.1 Produksi Enzim Selulase Tahap awal produksi bioetanol yaitu
Tahap awal pembuatan enzim yaitu persiapan bahan baku tongkol jagung.
persiapan bahan baku (tongkol jagung). Tongkol jagung dicuci dengan air pada suhu
Tahap selanjutnya yaitu pembuatan starter kamar, dilakukan pengecilan ukuran
yang diawali dengan pembenihan Aspergilus kemudian dikeringkan menggunakan oven,
niger dilakukan pada PDA secara zig-zag pada suhu 60 – 700C sampai kadar air
dengan menggunakan kawat inokulasi di maksimal 10%. Diblender sampai halus dan
dalam test tube secara aseptik. Mikroba dilakukan pengayakan dengan ukuran 30
diinkubasi pada suhu ruang selama 5 hari mesh. Nutrisi substrat atau medium antara
supaya jamur dapat berkembang. Setelah lain 0,04 gr/L (NH4)2PO4; 0,002 gr/L
pembenihan, proses selanjutnya penyiapan MgSO4.7H2O dan 0,08 gr/L yeast extract.
inokulum dilakukan dalam media padat. Tahap selanjutnya yaitu persiapan yeast
media padat ini terdiri dari tongkol jagung inokulum. Pembuatan yeast inokulum
dan larutan nutrisi (yeast extract 1%, bertujuan untuk mengadaptasikan sel yeast
MgSO4.7H2O 0,5%, CaCl2 0,5%, KH2PO4 terhadap media fermentasi. Dengan adanya
8%). Volume nutrisi (ml) yang ditambahkan adaptasi diharapkan fase lambat sebagai
dengan tongkol jagung (g) adalah dengan tahap awal fermentasi terlewati.
perbandingan 2 dan 10, lalu ditambahkan Saccharomyces cerevisiae diinokulasi
aquades hingga mencapai kadar air 70% dalam 150 ml medium (5 gr glukosa; 0,5 gr
berat basah. Substrat yang sudah diberi yeast extract; 0,05 gr KH2PO4; 0,05 gr
dengan larutan nutrisi dan mineral kemudian MgSO4.7H2O dan 0,05 gr (NH4)2SO4,
disterilisasi dalam autoclave pada suhu aquades) dalam erlenmeyer 250 ml. Sebelum
121oC selama 15-20 menit. Api bunsen dan diinokulasi, medium disterilisasi uap dalam
autoclave selama 15 menit pada temperatur

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 2


121oC, kemudian didinginkan. Setelah 3. Hasil dan Pembahasan
dingin yeast dimasukan ke dalam medium 3.1 Pengaruh Konsentrasi Enzim
lalu diaduk menggunakan shaker selama 24 Terhadap Kadar Bioetanol
jam. Tahap selanjutnya yaitu sacharificatian Enzim selulase merupakan enzim yang
and fermentation (SSF) atau sakarifikasi dan dapat mengubah selulosa menjadi glukosa.
fermentasi serentak. Proses sakarifikasi dan Pada penelitian ini dilakukan variasi
fermentasi dilakukan serentak dalam satu konsentrasi enzim yaitu 3%, 5%, 7%, 9%,
labu erlenmeyer 250 ml. Semua bahan dan 11% v/v substrat untuk mengetahui
kecuali enzim dan inokulum disterilisasikan pengaruhnya terhadap kadar bioetanol yang
selama 15 menit pada 121°C menggunakan dihasilkan. Dari penelitian, diperoleh data
autoclave. Enzim dan inokulum ditambahkan sebagai berikut:
setelah media steril dan dingin. Kemudian
diaduk dengan menggunakan shaker dengan Tabel 1 Data Hasil Penelitian
kecepatan 200 rpm selama waktu yang Kadar
Waktu Konsentrasi
divariasikan. Cairan dipisahkan dari sampel % Gula
No Fermentasi Enzim
Bioetanol Akhir
dengan proses evaporasi menggunakan (Hari) (% v/v)
(mg/ml)
rotary evaporator dan dilakukan analisa
konsentrasi etanol yang dihasilkan dengan 1 3 2 832,5
menggunakan alkoholmeter. 2 5 3 877,5
Tahapan proses pembuatan enzim dan 3 3 7 3 852,5
bioetanol dapat dilihat pada Gambar 2.1 4 9 4 922,5
sebagai berikut: 5 11 5 825
6 3 1 837,5
7 5 2 877,5
8 4 7 2 870
9 9 3 952,5
10 11 4 1025
11 3 1 935
12 5 1 967,5
5
13 7 1 952,5
14 9 2 1040
15 11 3 1110
Gambar 1.2 Blok Diagram Pembuatan
Enzim
Dari data diatas, dapat dilihat grafik
hubungan antara konsentrasi enzim dengan
kadar alkohol yang diperoleh pada penelitian
ini

Gambar 1.2 Blok Diagram Pembuatan Gambar 3.1 Pengaruh Konsentrasi Enzim
Bioetanol Terhadap Kadar Bioetanol
JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa
semakin banyak enzim selulase yang
ditambahkan maka kadar bioetanol yang
dihasilkan semakin tinggi. Kadar bioetanol
tertinggi didapat pada konsentrasi enzim
11% dan waktu fermentasi 3 hari yaitu
sebesar 5%. Konsentrasi enzim selulase
kasar berpengaruh terhadap perolehan
bioetanol dengan menggunakan jumlah
substrat yang sama, karena enzim selulase Gambar 3.2 Pengaruh Waktu Fermentasi
kasar akan mempercepat proses hidrolisis Terhadap Kadar Bioetanol
sehingga lebih banyak gula yang tersedia
untuk difermentasikan menjadi bioetanol. Dari Gambar 4.2 diatas terlihat bahwa
Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh lama fermentasi mempengaruhi hasil yang
Maemunah (2005) bahwa hidrolisa dinding diperoleh. Kadar bioetanol tertinggi
selulosa oleh enzim selulase telah didapatkan pada waktu fermentasi selama
meningkatkan jumlah glukosa sehingga tiga hari dengan konsentrasi enzim 11%
Saccharomyces cerevisiae akan yaitu 5% bioetanol (v/v). Pada waktu
memfermentasi glukosa dengan jumlah yang fermentasi 4 hari, kadar bioetanol menurun
lebih besar dan menghasilkan kadar dan semakin menurun dihari ke 5. Hal ini
bioetanol yang lebih tinggi sebagai hasil terjadi karena bioetanol dikonversi oleh
fermentasinya. khamir menjadi suatu senyawa seperti ester
sehingga menurunkan kadar bioetanol (Sari
3.2 Pengaruh Waktu Fermentasi dkk, 2008).
Terhadap Kadar Bioetanol Ester atau Asam asetat dapat dihasilkan
Untuk mengetatahui kondisi terbaik dari senyawa C2H5OH (bioetanol) atau buah-
bioetanol yang dihasilkan, yaitu kondisi pada buahan yang mengandung senyawa tersebut
saat dihasilkan kadar biotanol tertinggi melalui proses oksidasi biologis yg
dibutuhkan waktu fermentasi yang optimum. menggunakan mikroorganisme. Bioetanol
Waktu fermentasi adalah waktu yang dioksidasikan menjadi acetaldehid dan air.
dibutuhkan yeast Saccharomyces cerevisiae Acetaldehid yang telah dihidrasi, kemudian
untuk mengubah glukosa hasil hidrolisis dioksidasikan menjadi asam asetat dan air.
menjadi bioetanol. Waktu fermentasi yang Reaksi pembentukan asam asetat yaitu:
divariasikan akan mempengaruhi kadar oksidasi
bioetanol yang dihasilkan. CH3CH2OH + O2 CH3CHO + H2O
Pada penelitian ini, variasi waktu yang hidrasi
CH3CHO + H2O CH3CH(OH)2
dilakukan adalah 3 hari 4 hari, dan 5 hari
pada berbagai variasi konsentrasi enzim. oksidasi
CH3CH(OH)2 + O2 CH3COOH+H2O
Tujuan dilakukan variasi waktu ini yaitu
untuk mengetahui dan memperoleh data
pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar 3.3 Konsentrasi Glukosa Akhir (sisa)
bioetanol yang dihasilkan. Gambar 3.2 Kulit Nanas
berikut memperlihatkan pengaruh waktu Pada penelitian ini, Peneliti
fermentasi terhadap kadar bioetanol yang menggunakan enzim selulase kasar untuk
dihasilkan pada berbagai konsentrasi enzim mengubah selulosa menjadi glukosa dan
yeast Saccharomyces cerevisiae untuk
mengkonversi glukosa menjadi bioetanol.
Metode yang digunakan adalah proses
sakarifikasi dan fermentasi serentak, dimana
proses langsung terjadi pada satu fermentor,

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 4


artinya selulosa yang sudah terkonversi sehingga kenaikan kadar selulosa yang
menjadi glukosa langsung diubah menjadi terhidrolisa persatuan waktu semakin kecil.
bioetanol dengan bantuan yeast
Saccharomyces cerevisiae secara serentak. 4. Kesimpulan
Hal ini menyebabkan glukosa awal dari Dari penelitian ini dapat disimpulkan
proses hidrolisis selulosa menjadi glukosa bahwa penambahan enzim dapat
tidak dapat dideteksi karena proses terjadi mempengaruhi kadar bioetanol yang
secara serentak, sedangkan konsentrasi diperoleh. Semakin banyak enzim yang
glukosa sisa dapat dilihat dengan cara ditambahkan maka kadar bioetanol yang
mengukur absorbansi menggunakan alat dihasilkan semakin besar karena semakin
spektrofotometer sehingga akan didapat nilai banyak glukosa yang dikonversi menjadi
konsentrasinya (Amalia, 2013). Kadar bioetanol, sedangkan pengaruh waktu
glukosa akhir hasil fermentasi dapat dilihat fermentasi, dari penelitian diperoleh waktu
pada Gambar 4.3 fermentasi dengan kadar alkohol tertinggi
yang dihasilkan adalah 3 hari karena waktu
terbaik Saccharomyces cerevisiae bekerja
mengubah glukosa menjadi bioetanol adalah
3 hari.

5. Saran
Pada penelitian selanjutnya diharapkan
melakukan pre-treatment terhadap bahan
baku seperti delignifikasi yang bertujuan
Gambar 3.3 Hubungan Konsentrasi Enzim untuk menghilangkan kadar lignin yang
dan Waktu Fermentasi Terhadap Konsentrasi terkandung di dalam bahan baku.
Glukosa Akhir (sisa)
6. Ucapan Terimakasih
Dari gambar 3.3 dapat dilihat bahwa Penulis mengucapkan terimakasih
kadar glukosa pada proses fermentasi kepada Ibu Elvi Yenie, ST., M.Eng dan Ibu
mengalami kenaikan seiring dengan Sri Rezeki Muria, ST, MP., MSc selaku
bertambahnya waktu fermentasi. Hal ini pembimbing yang membantu peneliti selama
disebabkan khamir Saccharomyces penelitian ini. Terima kasih kepada kedua
cerevisiae pada proses fermentasi mengalami orang tua dan keluarga yang telah
proses terminasi sehingga kemampuan memberikan dukungan dan motivasi selama
khamir Saccharomyces cerevisiae untuk ini. Terima kasih kepada rekan-rekan Teknik
mengkonversi glukosa menjadi bioetanol Kimia Angkatan 2009 yang telah banyak
berkurang sedangkan proses hidrolisis terus membantu penulis dalam skripsi ini.
berlanjut dan glukosa terus diproduksi oleh
enzim selulase kasar. Konsentrasi glukosa Daftar Pustaka
akhir terendah terjadi pada kondisi enzim
11% dan waktu fermentasi 3 hari yaitu Amalia, Y. (2012). Pembuatan Bioetanol
sebesar 825 mg/ml. Dari Limbah Padat Sagu Menggunakan
Menurut Seftian, dkk (2012) kenaikan Enzim Selulase Dan Yeast
jumlah glukosa disebabkan karena kecepatan Saccharomyces Erevisiae Dengan
reaksi dipengaruhi oleh banyaknya selulosa Proses Simultaneous Sacharification
yang ada. Sementara selulosa semakin lama And Fermentation (Ssf) Dengan Variasi
semakin berkurang disebabkan pecah Konsentrasi Substrat Dan Volume
menjadi unit glukosa. Oleh karena itu Inokulum. Skripsi Sarjana, Fakultas
kecepatan reaksi semakin lama semakin kecil Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru
Carolina, F. (2012). Pengaruh pH dan
Inokulum Pada Pemanfaatan Limbah

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 5


Kulit Nenas (Anenas Comosus L Merr) (CMC). Fakultas Kedokteran, Universitas
Untuk Produksi Enzim Selulase. Skripsi Wijaya Kusuma, Surabaya
Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas Rosmiati. (2008). Pemanfaatan bahan
Riau , Pekanbaru buangan (limbah) tongkol jagung untuk
Effendi, D. (2012). Pemanfaatan Limbah pembuatan furfural dengan metode
Tongkol Jagung Untuk Produksi Enzim destilasi. Tesis, Pengolahan Sumber
Sellulase Dan Bioetanol Menggunakan Daya Alam dan Lingkungan, Universitas
Jamur Aspergillus Niger. Skripsi Sumatera Utara
Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas Sari, I. M., Noverita & Yulneriwarni. (2008).
Riau, Pekanbaru Pemanfaatan jerami padi dan
Maemunah, S. (2005). Aplikasi Enzim alang‐alang dalam fermentasi etanol
Selulase dari Trichoderma Reesei QM menggunakan kapang Trichoderma
9414 untuk Peningkatan Produksi Etanol viride dan khamir Saccharomycess
dari Singkong Melalui Proses cerevisiae. Vis Vitalis. 5 (2): 55--‐62.
Sakarifikasi Fermentasi Simultan. Septian, D., Faizal, M., Ferdinand, A.
Departemen Teknik Kimia, Fakultas (2012). Pembuatan Etanol dari Kulit
Teknologi Industri, Institut Teknologi Pisang Menggunakan Metode Hidrolisis
Bandung, Bandung Enzimatik dan Fermentasi. Jurnal Teknik
Masfufatun. (2012). Produksi Etanol dari Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012,
Hidrolisat Carboxy Methyl Cellulose Universitas Sriwijaya.

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 6

Anda mungkin juga menyukai