Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN


1. Mampu menentukan kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut.
2. Mampu menggambarkan fase diagram tiga komponen.
3. Mampu menentukan komposisi kadar zat pengering kadar minyak pengering
dalam zat.

1.2 DASAR TEORI


1.2.1 Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh namun ada juga larutan tak
jenuh serta larutan tepat jenuh.. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan
apapun terhadap suatu pelarut.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.
Kelarutan bervariasi dari mudah larut seperti etanol dalam air, hingga sulit
terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah “tak larut” (insoluble) sering
diterapkan pada senyawa yang sulit larut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan
yang disebut lewat jenuh
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau
komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu
seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
1.2.2 Aturan Fase
a. Fase
Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen
diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian
sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua
cairan tidak dapat bercampur, tetapi dapat membentuk fase terpisah, sedangkan
campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol
umum untuk fase biasanya adalah P. (Dogra, 1994)
b. Komponen
Berbicara tentang komponen, komponen merupakan suatu hal yang
biasanya terdapat didalam suatu campuran, baik cairan, padat maupun gas.
Jumlah komponen-komponen dalam suatu sistem didefinisikan sebagai jumlah
minimum dari “variable bebas pilihan” yang dibutuhkan untuk menggambarkan
komposisi tiap fase dari suatu sistem. Jumlah komponen didalam suatu
campuran dilambangkan dengan C. (Dogra, 1994)
c. Derajat Kebebasan
Jumlah minimum variable intensif yang harus dipilih agar keberadaan
variable intensif dapat ditetapkan, disebut dengan derajat kebebasan. Jumlah
minimum variable intensif dapat berupa temperatur, tekanan, konsentrasi.
Untuk derajat kebebasan yang invariant dilambangkan dengan V= 0, bila
univarian dilambangkan dengan V= 1, dan bila bivarian dilambangkan dengan
V= 2. Namun, secara umum derajat kebebasan dilambangkan dengan V atau F.

1.2.3 Sistem Tiga Komponen


Aturan fase Gibb memberikan suatu hubungan antar derajat kebebasan
dalam suatu system dengan C komponen dan P fase. Hubungan tersebut dapat
dinyatakan ke dalam sebuah rumus umum, yaitu:
F=C–P+2
Menurut aturan fase, derajat kebebasan untuk sistem 3 komponen diberikan
dengan rumus:
F =C–P+2
=5–P
Dan jika sistem tersebut berada dalam suhu dan tekanan yang konstan maka
persamaan tersebut akan menjadi:
F=3–P
Untuk suhu dan tekanan yang tetap, sistem dengan 3 komponen akan
memiliki jumlah derajat kebebasan Gibbs maksimum = 2. Hal ini dikarenakan
jumlah fase minimum yang terbentuk adalah 1 fase (saling melarutkan dan
homogen). Diagram fase ini dapat digambarkan dalam sebuah diagram fase satu
bidang. Dimana dalam menggambarkan sistem 3 komponen dapat dilakukan
dengan mendapatkan sebuah kertas grafik segitiga atau yang dikenal dengan
istilah “Diagram Terner” (Dogra, 1994).
Diagram Terner
Diagram terner merupakan diagram tiga sisi yang menggambarkan
konsentrasi setiap komponen. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah persen
(%) berat atau fraksi mol. Puncak-puncak dihubungkan ke titik tengah dari sisi
yang berlawanan, yaitu Aa, Bb, Cc. Titik nol dimulai dari titik-titik a, b, c dan
titik-titik A, B, C menyatakan komposisi adalah 100% atau 1. Jadi, garis-garis
Aa,Bb, Cc merupakan konsentrasi komponen A, B, C. Lebih lanjut segitiga
adalah sama sisi, jumlah jarak-jarak garis tegak lurus dari sembarang titik dalam
segitiga ke sisi-sisi adalah konstan dan sama dengan panjang garis tegak lurus
antara sudut dan pusat dari sisi yang berlawanan, yaitu 100% atau 1. Seperti
pada sistem dua komponen, ada beberapa diagram fase untuk sistem tiga
komponen. Disini hanya diagram fase yang sederhana yang dijelaskan, yaitu
pencampuran komponen A, B, C satu dengan yang lainnya. Secara khusus
anggaplah A dan B, B dan C dapat bercampur secara sempurna, tetapi A dan C
hanya sebagian.
Di dalam membuat diagram fase, biasanya di dalam pencampuran
komponen A, B dan C ada komponen A-B dan B-C yang saling melarutkan,
tetapi A-C tidak bisa saling melarutkan. Ini menyebabkan pada diagram terner
terdapat daerah ktiris dimana kondisi titik ersebut menunjukkan bahwa suatu
larutan dari tidak melarut menjadi tepat melarut dengan komponen lainnya.
Suatu sistem tiga komponen mempunyai dua pengubah komposisi yang bebas,
katakanlah X2 dan X3. Jadi komposisi suatu sistem tiga komponen dapat
dalurkan dalam koordinat certasius dengan X2 pada salah satu sumbunya, dan
X3 pada sumbu yang lain dengan dibatasi garis X2 + X3 = 1. Karena X tidak
simetris terhadap tiga komponen, komposisi dialurkan pada suatu segitiga sama
sisi setiap sudutnya menggambarkan suatu komponen murni. Bagi suatu
segitiga sama sisi, jumlah jarak dari seberang titik di dalam segitiga ketiga
sisinya sama dengan tinggi segitiga tersebut. Jarak anatar setiap sudut ke tengah
- tengah sisi yang berhadapan dibagi 100 bagian sesuai dengan komposisi
dalam persen. Untuk memperoleh titik tertentu dilakukan dengan mengukur
jarak terdekat ketiga sisi segitiga.
(Anonim, diansetyawati11.blogspot.co.id.2014/04/sistem-tiga-komponen.html
?m=1)

1.2.4 Asam Asetat


Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam
bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni, yang
disebut asam asetat glasial, merupakan cairan bening tak berwarna, berbau
sangat tajam, membeku pada 16,6oC, membentuk kristal yang menyerupai es
batu atau kaca. Asam asetat dapat dibuat dari oksidasi etanol karena pengaruh
berbagai jenis bakteri seperti acetobacter. Cara ini masih dipakai untuk
membuat asam asetat encer untuk cuka makan. Bahan yang digunakan ialah
anggur atau sari buah lain. Sebagian besar asam asetat dibuat dengan
mengalirkan uap etanol yang telah dicampur dengan udara melalui katalis.

1.2.5 Kloroform
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform
dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, akan tetapi
penggunaanya sudah dilarang karena telah terbukti dapat merusak liver dan
ginjal. Kloroform kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di
laboratorium. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan bening, mudah
menguap, dan berbau khas. Kloroform dapat disintesis dengan cara
mencampuran etil alkohol atau etanol dengan kalsium hipoklorit. Kalsium
hipoklorit merupakan donor unsur klor. Selain kalsium hipoklorit, penyumbang
unsur klor yang dapat dipakai adalah pemutih pakaian. Pemutih pakaian
memiliki senyawa aktif yaitu asam hipoklorit. Etil alkohol dipanaskan dan
dicampurkan dengan kalsium hipoklorit. Untuk mendapatkan kloroform dari
reaksi pencampuran ini.

1.2.6 Aquades
Aquades disebut juga aqua purificata (air murni) merupakan air hasil
destilasi. Aquades memliki unsur kimia H2O yang berarti dalam 1 molekul
terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal. Aquades memiliki
bentuk cair, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Aquades memiliki
berat molekul 18,0 dan pH antara 5-7, titik didih 1000C pada tekanan 1 atm.
Serta memiliki titik beku 00C. aquades merupakan elektrolit lemah dan dari
pengoksidasian hidrogen banyak digunakan sebagai bahan pelarut bagi
kebanyakan senyawa dan sumber listrik.
BAB II

METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN


1.1.1 Alat
1. Buret
2. Gelas kimia 100 ml
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Piknometer
5. Bulp
6. Neraca digital
7. Klem dan statif
8. Pipet ukur 10 ml
9. Botol semprot
2.1.2 Bahan
1. Asam Asetat Glacial (CH3COOH)
2. Aquadest (H2O)
3. Kloroform (CHCl3)

2.2 PROSEDUR PERCOBAAN


1. Membuat campuran antara H2O dan CH3COOH dengan komposisi yang sudah
divariasikan.
2. Menambahkan masing-masing campuran dengan CHCl3 melalui buret hingga
terbentuk dua fase.
3. Mencatat volume CHCl3 yang terpakai dan menghitung masing-masing komposisi
zat dalam setiap campuran.
4. Membuat diagram terner untuk sistem tiga komponen.
2.3 DIAGRAM ALIR

Mencampur asam asetat dengan kloroform

Menambah kloroform hingga terbentuk dua fase

Membuat digram terner

2.4 SAFETY ALAT DAN BAHAN


1. Sarung tangan
Pada praktikum ini diwajibkan menggunakan sarung tangan untuk mencegah iritasi
yang disebabkan cairan-cairan yang bersifat racun seperti asam asetat glasial dan
kloroform.
2. Masker
Pada praktikum ini diwajibkan menggunakan masker dari bahan yang mudah
menguap yaitu kloroform dan asam asetat glasial.
BAB III

DATA DAN HASIL PENGAMATAN

3.1 DATA PENGAMATAN


Tabel 3.1 Volume Masing-masing Komponen

Percobaan Volume H2O (ml) Volume CH3COOH (ml) Volume CHCl3 (ml)
1 10 1 0,5
2 9 2 0,7
3 8 3 1,1
4 7 4 2,4
5 6 5 3,45
6 5 6 4,8
7 4 7 5,65
8 3 8 6,4
9 2 9 7,9
10 1 10 8,65

Tabel 3.2 Massa Masing-masing Komponen

Massa H2O Massa CH3COOH Massa CHCl3 Massa Total


Percobaan
(gram) (gram) (gram) (gram)
1 9,7 1,01 0,71 11,42
2 8,73 2,02 0,99 11,74
3 7,76 3,03 1,57 12,36
4 6,79 4,04 3,5 14,33
5 5,82 5,05 4,93 15,8
6 4,85 6,06 6,86 17,77
7 3,88 7,07 8,07 19,02
8 2,91 8,08 9,14 20,13
9 1,94 9,09 11,28 22,31
10 0,97 10,1 12,35 23,42
Tabel 3.3 Komposisi Masing-masing Komponen

Percobaan Massa H2O (%) Massa CH3COOH (%) Massa CHCl3 (%)
1 85,0 8,8 6,2
2 74,7 17,2 8,4
3 62,8 24,5 12,7
4 47,4 28,2 24,4
5 36,8 32,0 31,2
6 27,3 34,1 38,6
7 20,4 37,2 42,4
8 14,5 40,1 45,4
9 8,7 40,7 50,6
10 4,1 43,1 52,8

3.1 PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kelarutan suatu zat dalam suatu zat
pelarut dan menggambarkan fase diagram tiga komponen, serta menerapkan dalam
menentukan komposisi kadar minyak pengering dalam suatu zat.
Pada percobaan ini digunakan aquades, asam asetat (CH3COOH), dan kloroform
(CHCl3) sebagai sampel dengan komposisi yang divariasikan. Sebelum melakukan
percobaan, perlu melakukan penentuan densitas masing-masing zat. Penentuna densitas
masing-masing zat dilakukan dengan menggunakan piknometer. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh densitas aquades sebesar 0,97014 g/ml, densitas asam asetat
glasial sebesar 1,00981 g/ml, dan densitas kloroform sebesar 1,42385 g/ml.
Selanjutnya membuat campuran antara aquades dengan asam asetat glasial dengan
komposisi yang divariasikan yaitu 10 ml – 1 ml aquades dicampur dengan 1 ml – 10 ml
asam asetat glasial, sehingga dalam tiap erlenmeyer berisi 11 ml campuran. Kemudian
menambahkan kloroform ke dalam tiap sampel tersebut hingga terbentuk dua lapisan.
Aquades memiliki gugus polar, sedangkan asam asetat memiliki gugus polar dan gugus
non polar. Banyaknya kloroform yang digunakan bergantung dari komposisi campuran
aquades dan asam asetat glasial. Apabila komposisi asam asetat glasial kecil maka
kloroform yang digunakan untuk membentuk dua lapisan fase akan sedikit begitu pula
sebaliknya apabila komposisi asam asetat dalam campuran lebih banyak maka
kloroform yang digunakan juga banyak. Penambahan kloroform berfungsi untuk
menurunkan kelarutan asam asetat dan aquades sehingga membentuk dua lapisan fase.
Hal ini karena kloroform akan lebih tertarik ke asam asetat yang juga mempunyai gugus
non polar sehingga dapat memaksa aquades untuk terpisah dari asam asetat glasial.
Dari data perhitungan, jika dibuat dalam diagram terner, tiga komponen tersebut
akan menghasilkan pola seperti yang terdapat pada lampiran. Pada lampiran terbentuk
pola diagram terner yang tidak beraturan. Pada diagram, titik pertama hingga ketiga
terbentuk pola yang melengkung tetapi pada titik keempat hingga kesepuluh pola
menjadi tidak beraturan. Perbedaan pola ini terjadi karena perbedaan jumlah kloroform
yang digunakan untuk memisahkan asam asetat dengan air antara satu dengan yang lain
cukup besar sehingga grafik diagram terner yang terbentuk mempunyai pola yang tidak
teratur.
Grafik diagram terner yang terbentuk berbeda dengan teori yang ada, yaitu pola
yang seharusnya terbentuk pada diagram tiga komponen tersebut adalah seperti cermin
cekung. Kloroform akan menurunkan kelarutan dari asam asetat dan aquades, sehingga
asam asetat akan tertarik ke arah kloroform. Hal ini mengakibatkan komposisi
kloroform yang digunakan untuk memisahkan asam asetat glasial dan aquades akan
sebanding dengan banyaknya asam asetat yang terdapat pada campuran. Kesalahan ini
terjadi pada saat menentukan massa jenis sampel. Densitas asam asetat teori yaitu 1,05
g/ml sedangkan yang diperoleh pada praktikum 1,00981 g/ml. Densitas kloroform
secara toeri yaitu 1,49 g/ml, sedangkan yang diperoleh pada percobaan yaitu 1,42835
g/ml. Selain itu, kesalahan juga terjadi ketika menentukan terbentuknya dua fase saat
memisahkan campuran asam asetat dan aquades menggunkan kloroform.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil setelah percobaan ini adalah komposisi kloroform
yang digunakan untuk membentuk dua lapisan fase sebanding dengan komposisi asam
asetat yang digunakan dalam campuran.
4.2 SARAN
Dalam praktikum ini, disarankan berhati-hati dalam mencampurkan larutan
dikarenakan larutan yang bersifat racun.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. http://hungkultentang.blogspot.co.id/2014/etil-asetat.html?m=1. (Diakses pada


tanggal 9 April 2016).

Anonim. https://id.wikipedia.org/wiki/Kloroform (Diakses pada tanggal 9 April 2016).

Anonim. https://kimia149.wordpress.com/kelarutan/ (Diakses pada tanggal 9 April 2016).

Anonim. http://diansetyawati11.blogspot.co.id.2014/04/sistem-tiga-komponen.html?m=1.
(diakses pada tanggal 9 April 2016)

Dogra, S. K. 1984. Physical Chemistry Through Problems. Delhi: Wiley Eastern Limited.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

1. Aquades (H2O)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 (26,1282−16,4268) 𝑔
ρ H2O = = = 0,97014 𝑔/𝑚𝑙
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 10 𝑚𝑙

Massa H2O Massa (%) H2O


9,7 𝑔
a. v = 10 ml % massa = 11,42 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 85 %
= 0,97014 g/ml x 10 ml
= 9,7 g
8,73 𝑔
b. v = 9 ml % massa = 11,74 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 74,4 %
= 0,97014 g/ml x 9 ml
= 8,73 g
7,76 𝑔
c. v = 8 ml % massa = 12,36 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 62,8 %
= 0,97014 g/ml x 8 ml
= 7,76 g
6,79 𝑔
d. v = 7 ml % massa = 14,33 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 47,4 %
= 0,97014 g/ml x 7 ml
= 6,79 g
5,28 𝑔
e. v = 6 ml % massa = 15,8 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 36,8 %
= 0,97014 g/ml x 6 ml
= 5,82 g
4,58 𝑔
f. v = 5 ml % massa = 17,77 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 27,3 %
= 0,97014 g/ml x 5 ml
= 4,85 g
3,88 𝑔
g. v = 4 ml % massa = 19,02 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 20,14 %
= 0,97014 g/ml x 4 ml
= 3,88 g
2,91 𝑔
h. v = 3 ml % massa = 20,13𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 14,5 %
= 0,97014 g/ml x 3 ml
= 2,91 g
1,94 𝑔
i. v = 2 ml % massa = 22,31 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 8,7 %
= 0,97014 g/ml x 2 ml
= 1,94 g
0,97 𝑔
j. v = 1 ml % massa = 23,42 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 4,1 %
= 0,97014 g/ml x 1 ml
= 0,97 g

2. CH3COOH
(26,5249−16,4268) 𝑔
ρ CH3COOH = = 1,00981 𝑔/𝑚𝑙
10 𝑚𝑙

a. Massa CH3COOH Massa (%)


1,01 𝑔
v = 1 ml % massa = 11,42 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 8,8 %
= 1,00981 g/ml x 1 ml
= 1,01 g
2,02 𝑔
b. v = 2 ml % massa = 11,74 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 17,7 %
= 1,00981 g/ml x 2 ml
= 2,02 g
3,03 𝑔
c. v = 3 ml % massa = 12,36 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 24,5 %
= 1,00981 g/ml x 3 ml
= 3,03 g
4,04 𝑔
d. v = 4 ml % massa = 14,33 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 28,2 %
= 1,00981 g/ml x 4 ml
= 4,04 g
5,05 𝑔
e. v = 5 ml % massa = 15,8 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 32 %
= 1,00981 g/ml x 5 ml
= 5,05 g
6,06 𝑔
f. v = 6 ml % massa = 17,77 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 34,1 %
= 1,00981 g/ml x 6 ml
= 6,06 g
7,07 𝑔
g. v = 7 ml % massa = 19,02 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 37,2 %
= 1,00981 g/ml x 7 ml
= 7,07 g
8,08 𝑔
h. v = 8 ml % massa = 20,13 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 40,1 %
= 1,00981 g/ml x 8 ml
= 1,01 g
9,09 𝑔
i. v = 9 ml % massa = 22,31 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 40,7 %
= 1,00981 g/ml x 9 ml
= 9,09 g
10,1 𝑔
j. v = 10 ml % massa = 23,42 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 43,1 %
= 1,00981 g/ml x 10 ml
= 10,1 g
3. CHCl3
(30,759−16,4268) 𝑔
ρ CHCl3 = = 1,42835 𝑔/𝑚𝑙
10 𝑚𝑙

a. Massa CHCl3 Massa (%)


0,71 𝑔
v = 0,5 ml % massa = 11,42 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 6,2 %
= 1,42835 g/ml x 0,5 ml
= 0,71 g
0,9998 𝑔
b. v = 0,7 ml % massa = 𝑥 100%
11,74 𝑔

m =ρxv = 8,4 %
= 1,42835 g/ml x 0,7 ml
= 0,9998 g
1,57 𝑔
c. v = 1,1 ml % massa = 12,36 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 12,7 %
= 1,42835 g/ml x 1,1 ml
= 1,57 g
3,5 𝑔
d. v = 2,4 ml % massa = 14,33 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 24,4 %
= 1,42835 g/ml x 2,4 ml
= 3,5 g
4,93 𝑔
e. v = 3,45 ml % massa = 15,8 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 31,2 %
= 1,42835 g/ml x 3,45 ml
= 4,93 g
6,68 𝑔
f. v = 4,8 ml % massa = 17,77 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 38,6 %
= 1,42835 g/ml x 4,8 ml
= 6,68 g
8,07 𝑔
g. v = 5,65 ml % massa = 19,02 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 42,2 %
= 1,42835 g/ml x 5,65 ml
= 8,07 g
9,14 𝑔
h. v = 6,4 ml % massa = 20,13 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 45,4 %
= 1,42835 g/ml x 6,4 ml
= 9,14 g
11,28 𝑔
i. v = 7,9 ml % massa = 22,31 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 50,6 %
= 1,42835 g/ml x 7,9 ml
= 11,28 g
12,35 𝑔
j. v = 8,65 ml % massa = 23,42 𝑔 𝑥 100%

m =ρxv = 52,8 %
= 1,42835 g/ml x 8,65 ml
= 12,35 g
GAMBAR ALAT-ALAT

Neraca digital Botol semprot Bulp Pipet ukur

Erlenmeyer
Klem dan statif
Gelas kimia piknometer

Buret

Anda mungkin juga menyukai