Anda di halaman 1dari 18

UJI KUALITATIF DAN KUANTITATIF LEMAK (LIPID)

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas


Praktikum Biokimia pada
Program Studi D-4 Teknik Produksi Benih
Oleh:
Mohammad Abriyanto
NIM : A41161733
Muhammad Zulkarnaen Lubis
NIM : A41161750
Hanif Ahmad Abdul Ghofur
NIM : A41161787
Zhafirah Rahmi Puteri
NIM : A41161801
Setyo Hadi Wichaksono
NIM : A41161805
Dina Istiqomah
NIM : A41161842

PROGRAM STUDI D-4 TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak proses kehidupan berlangsung
menggunakan berbagai jenis senyawa, baik senyawa organik maupun senyawa
anorganik. Salah satu senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan dan
manusia yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid. Lipid
merupakan salah satu senyawa organik golongan ester yang banyak terdapat pada
tumbuhan, hewan atau manusia dan bermanfaat bagi kehidupan. Istilah lipid
menunjuk pada zat-zat yang dapat diekstraksi dari materi hidup dengan
menggunakan pelarut hidrokarbon seperti ligroin, benzena, etil eter maupun
kloroform, protein, karbohidrat dan asam nukleat. Pada dasarnya lipid tidak larut
dalam air, salah satu contohnya adalah lemak dan minyak yang tidak dapat larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non-polar. Hal ini dikarenakan lemak
dan minyak merupakan senyawa yang bersifat non-polar, bahan-bahan dan
senyawa kimia mudah larut dalam pelarut yang memiliki polaritas yang sama
dengan zat pelarut.
Lemak dan minyak merupakan trigliserida atau triagliserol yang jika
dihidrolisis akan menghasilkan asam karboksilat dan gliserol. Lemak pada hewan
sering disebut kolesterol sedangkan pada tumbuhan disebut fitosterol. Jika
mendengar istilah kolesterol, tentu kita akan membayangkan berbagai macam
penyakit yang akan disebabkan oleh jenis lemak ini hingga pada salah satu produk
minyak goreng mencantumkan label non-kolesterol pada iklan pemasarannya.
Tidak ada yang salah dengan iklan ini, karena produk yang dibuat memang
berasal dari minyak kelapa sawit (tumbuhan) yang disebut fitosterol. Namun, jika
diteliti lebih dalam, iklan ini mengandung unsur pembodohan publik karena tidak
semua orang mengetahui dengan jelas nama dan jenis lemak yang terdapat dalam
tumbuhan dan hewan. Asalkan dalam suatu produk terdapat label bebas bahan
penyebab penyakit, masyarakat akan berbondong-bondong membeli tanpa
mengetahui bahan apa yang sebenarnya terkandung dalam produk tersebut.
Penting bagi kita mengetahui definisi lipid, macam-macam lipid, fungsi
lipid dan segala hal yang berhubungan dengan lipid agar tidak mudah tertipu oleh
kasus iklan seperti di atas sekaligus dapat dijadikan landasan untuk mengetahui
kandungan lipid pada suatu bahan makanan maupun tumbuhan yang ditanam dan
dibudidayakan. Oleh karena itu, praktikum pengujian sifat lipida ini menjadi
penting untuk dilaksanakan.

1.2 Manfaat
Manfaat dari praktikum pengujian pengujian lipida dalam bahan secara
kualitatif adalah agar mahasiswa mampu :
1. Mengetahui sifat lipida, dalam hal ini adalah lemak dan minyak.
2. Mengetahui prosedur menentukan sifat lipida.
3. Menentukan secara kasar berat molekul minyak dan lemak melalui angka asam
atau angka penyabunan (saponifikasi).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Fessenden (1986), mendefinisikan lipida sebagai senyawa organik yang
terdapat dalam alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Berbagai kelas lipid
dihubungkan satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat fisisnya tetapi hubungan
kimia, fungsional, struktur maupun fungsi biologisnya beranekaragam. Lipid
seringkali bergabung dengan senyawa lain seperti karbohidrat dan protein dengan
nama glikolipide dan lipoprotein walaupun lipida merupakan satu golongan
senyawa tersendiri.
Adapun sifat-sifat umum dari lipida dan reaksi lipida adalah:
1. Penyabunan (Saponifikasi)
Reaksi antara triasilgliserol dengan basa dinamakan penyabunan atau
saponifikasi. Nama ini berasal dari reaksi yang membentuk sabun berikut:
Triagliserol + NaOH  Gliserol + Garam Na-asam lemak (sabun)
Saponifikasi adalah istilah yang diturunkan dari bahasa latin untuk “pembuatan
sabun”. Proses ini dilakukan melalui hidrolisa lemak dan minyak degan suatu basa
kuat. Hasil dari proses ini adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu sendiri
yag dikenal sebagai sabun. Sabun adalah garam logam alkali (biasaya natrium)
dari asam lemak, sabun mengandung garam C 16 dan C18 namun dapat mengadung
karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. suatu molekul sabun mengandung
suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul
itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar sedangkan ujung ion
bersifat hodrofilik dan larut dalam air.
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara
kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek
mempunyai berat molekul yang relatif kecil cenderung memiliki angka
penyabunan yang besar dibandingkan degan minyak yang mempunyai berat
molekul besar yang memiliki angka penyabunan yang relatif kecil (berbading
terbalik)
2. Addisi
Dalam alam terdapat asam lemak yang tidak jenuh, mengandung satu atau
lebih ikatan ganda. Sifat inilah yang menyebabkan suatu asam lemak tidak jenuh
dapat direduksi, dihidrogenasi, dioksidasi dan mengaddisi.

3. Ketengikan
Lemak atau minyak bila disimpan dalam waktu yang relatif lama akan
mengeluarkan rasa dan bau yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh dua
hal yaitu hidrolisis dan oksidasi. Pada proses hidrolisis , lemak atau minyak
menghasilkan asam lemak bebas (ALB) dan gliserol. Asam lemak yang
dibebaskan ini kemudian dioksidasi terutama asam lemak yang tidak jenuh.
Oksidasi terjadi pada ikatan rangkap yang kemudian terpecah menghasilkan
aldehida, keton dan asam-asam yang lebih rendah verat molekulnya.
Fungsi lipida pada makhluk hidup yaitu sebagai tempat penyimpanan
energi dan transpor, sebagai strukur membran, kulit pelindung pada komponen
dinding, sebagai agen penyampai kimia serta membantu menjaga tumbuhan
terhadap penguapan. Fraksi lipida terdiri dari minyak/lemak, malam, fosfolipida,
sterol, hidrokarbon dan pigmen. Seluruh komponen ini dapat dipisah melalui cara
ekstraksi menggunakan pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, benzena
dan kloroform. (David, 1981)
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibangdingkan dengan karbohidrat dan protein. Dalam
satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat
dan protein hanya menghasilkan 4 kkal. Lemak dan minyak terdapat pada hampir
semua makanan dengan kandungan yang berbeda-beda. Lemak hewani
mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol sedngakan lemak nabati
mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
sehingga umumnya berbentuk cair. Lemak hewani ada yang berbentuk padat dan
ada pula yang berbentuk cair. Lemak hewani yang berbentuk padat berasal dari
hewan darat seperti lemak susu, lemak babi, lemak sapi. Lemak hewani yang
berbentuk cair berasal dari hewan laut seperi minyak ikan paus, minyak ikan cod,
minyak ikan herring. Lemak nabati berasal dari tumbuhan yang berbentuk cair.
Lemak dalam tanaman disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul
asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan dari oksidasi karbohidrat dalam proses
respirasi. (Winarno,2004)
Menurut Putra (2013), lemak dan minyak terbentuk dari 95% asam lemak
dan gliserol yang berabtai panjang. Dalam satu molekul gliserol mengikat 3
molekul asam lemak, sehingga lemak sering disebut trigliserida atau trigliserol
yang berarti triester dari gliserol. Perbedaan keduanya bersifat sebarang, pada
suhu kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar
gliserida dalam hewan adalah lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan adalah
minyak. Oleh karena itu sering terdapat ungkapan lemak hewani (lemak babi,
lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari). Marry
(2012), menyebutkan beberapa fungsi lemak sebagai berikut :
1. Sumber energi yang lebih besar dibanding karbohidrat dan protein.
2. Membangun jaringan tubuh.
3. Perlindungan agar setiap organ posisinya tetap.
4. Penyekatan (isolasi) sebagai penjaga panas tubuh.
5. Memberi rasa kenyang pada tubuh.
6. Tempat terlarutnya vitamin sehingga membantu dalam proses penyerapan vitamin
oleh tubuh.
7. Menyelimuti sel saraf sehingga sel saraf dapat mengantarkan pesan lebih cepat dan
lebih baik.
Untuk mengatahui kandungan lipid dan sifat lipid dalam suatu bahan dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, mulai dari uji kualitatif hingga uji
kuantitatif. Pada uji kualitatif dapat dilakukan melalui uji kelarutan lipida, uji
pembentukan emulsi dan uji noda lemak pada kertas minyak maupun kertas tulis.
Uji kelarutan lipida dilakukan guna mengetahui tingkat kelarutan lipid. Pada
umumnya lipida tidak larut dalam air tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut
sempuran dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena atau
pelarut non-polar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak
stabil, keduanya akan terpisah karena memiliki berat molekul yang berbeda dan
memiliki kepolaran yang berbeda. Minyak atau lemak tidak dapat larut dalam
pelarut polar.
Uji pembentukan emulsi dilakukan guna mengetahui jenis pelarut yang
dapat mengemulsi minyak atau lemak. Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi
suatu cairan dalam cairan lain yang keduanya memiliki molekul-molekul tidak
saling berbaur tetapi saling antagonistik. Air dan minyak merupakan cairan yang
tidak saling berbaur satu sama lain karena mempunyai berat jenis yang berbeda.
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang
terdispersi (biasanya terdiri dari butir-butir lemak), media pendispersi (terdiri dari
air) dan emulsifer yang berfungsi menjaga agar butir minyak tetap tersuspensi di
dalam air. Daya kerja emulsifer terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya
yang dapat terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar). Sebaliknya bila
emulsifer lebih larut dalam minyak (non polar) terjadilah emulsi air.
Lemak atau minyak dapat membentuk noda translucent sehingga kertas
tulis yang tidak tembus pandang menjadi semi transparan. Noda yang terbentuk
biasanya melebar setelah disiram air dan dikeringkan.
Uji penetapan angka asam bertujuan untuk menghitung nilai angka asam.
Nilai angka asam atau bilangan penyabunan suatu lemak atau minyak adalah
banyaknya mg KOH atau NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
lemak atau minyak. Bilangan ini berhubungan dengan berat molekul minyak atau
lemak, jika berat molekul kecil maka bilangan penyabunan besar dan begitu pula
sebaliknya. Alkohol dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil
hidrolisis untuk mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.
Berbagai jenis pengujian lipida diatas dapt dilakukan menggunakan bahan
berupa minyak goreng, mentega ataupun margarin. Minyak goreng berfungsi
sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan
pangan. Sedangkan mentega merupakan emulsi air dalam minyak dengan ±18%
air terdispersi di dalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak
sebagai zat pengemulsi (emulsifer). Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang
manis (sweet cream) atau yang asam.
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Pelaksanaan
Praktikum pengujian lipida pada bahan secara kualitatif dan kuantitatif
dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Senin, 7 November 2016
Pukul : 15.00 - 17.00 WIB
Lokasi : Laboratorium Biokimia Politeknik Negeri Jember

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Uji Kualitatif
3.2.2 Uji Kelarutan Lipida

Alat: Bahan:
1. 5 tabung reaksi 1. 1 ml Aquadest
2. Pipet ukur 2. 1 ml Ethanol 96%
3. Pipet tetes 3. 1 ml Kloroform
4. Vortex 4. 1 ml Na2CO3 0,5%
5. Rak tabung reaksi 5. 1 ml Eter
6. Minyak kelapa
3.2.3 Uji Pembentukan Emulsi

Alat: Bahan:
1. 5 tabung reaksi 1. Minyak kelapa
2. Pipet ukur 2. 2 ml Aquadest (3)
3. Pipet tetes 3. 5 tetes Na2CO3 0,5%
4. Vorteks 4. 5 tetes larutan sabun
5. Rak tabung reaksi 5. 2 ml larutan protein
6. 2 ml larutan empedu encer
3.2.4 Uji Noda Lemak

Alat: Bahan:
1. 1 tabung reaksi 1. 2 ml Eter
2. Pipet ukur 2. 10 tetes Minyak Kelapa
3. Pipet tetes 3. Kertas minyak
4. Vortex 4. Kertas tulis
5. Rak tabung reaksi 5. Aquadest

3.3 Uji Kualitatif


3.3.1 Angka asam / Penyabunan

Alat: Bahan:
1. Timbangan analitik 1. 1 gram mentega
2. Erlenmeyer 100 ml 2. 1 gram minyak
3. Pipet ukur 3. 10 ml ethanol
4. Pipet tetes 4. 10 ml KOH 0,5%
5. Vortex 5. 200 µl indikator PP (2 tetes)
6. Waterbath 6. HCl 0,5 N
7. Biuret 7. Alat tulis
8. Kalkulator

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Uji Kelarutan Lipida
1. Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.
2. Memasukkan 1 ml aquadest ke dalam tabung reaksi 1, 1 ml etahnol 96% ke
dalam tabung reaksi 2, 1 ml eter ke dalam tabung reaksi 3, 1 ml kloroform ke
dalam tabung reaksi 4 dan 1 ml Na2CO3 0,5% ke dalam tabung reaksi 5.
3. Menambahkan 5 tetes minyak kelapa ke dalam masing-masing tabung reaksi.
4. Menghomogenkan larutan menggunakan vortex.
5. Mengamati sifat kelarutan yang terjadi.
6. Mencatat hasil pengamatan.

3.4.2 Uji Pembentukan Emulsi


1. Menyiapkan 5 tabung reaksi beserta raknya.
2. Memasukkan 2 ml aquadest ke dalam tabung reaksi 1.
3. Memasukkan 2 ml aquades + 5 tetes Na2CO3 0,5% ke dalam tabung reaksi 2.
4. Memasukkan 2 ml aquadest + 5 tetes larutan sabun ke dalam tabung reaksi 3.
5. Memasukkan 2 ml larutan protein berupa susu skim ke dalam tabung reaksi 4.
6. Memasukkan 2 ml larutan empedu cair ke dalam tabung reaksi 5.
7. Memasukkan 5 tetes minyak kelapa ke dalam masing-masing tabung reaksi.
8. Menghomogenkan semua tabung reaksi menggunakan vortex.
9. Mengamati perubahan yang terjadi pada 5 tabung reaksi.
10. Mencatat hasil pengamatan.

3.4.3 Uji Noda Lemak


1. Memasukkan 2 ml eter ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahakan 10 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi.
3. Menghomogenkan larutan menggunakan vortex.
4. Meneteskan larutan pada kertas minyak dan kertas tulis.
5. Menandai tetesan pertama pada masing-masing kertas.
6. Mengamati tetesan pada masing-masing kertas.
7. Mencuci kertas kemudian mengringkannya.
8. Mengamati perubahan yang terjadi.
9. Mencatat hasil pengamatan.

3.4.4 Angka asam / Penyabunan


1. Mencaikan mentega,
2. Menimbang 1 gram minyak dan 1 gram mentega,
3. Memasukkan 1 gram mentega ke dalam erlenmeyer 1 dan 1 gram minyak ke
dalam erlenmeyer 2.
4. Menambahkan 10 ml ethanol dan 10 ml KOH 0,5 N ke dalam masing-masing
Erlenmeyer.
5. Mengocok larutan agar homogen.
6. Merefluks sampel larutan dalam waterbath selama 15 menit.
7. Mendinginkan sampel,
8. Memberi 2 tetes 200 µl indikator PP dan sampel akan berwarna merah bata
hingga ungu.
9. Membuat blanko tanpa sampel minyak atau mentega,
10. Mentitrasi sampel dengan HCl 0,5 N hingga berwarna sama dengan blanko.
11. Mencatat jumlah HCl yang digunakan dalam proses titrasi.
12. Memasukkan hasil angka yang didapat ke dalam rumus angka penyabunan,
yaitu:

( tb−ts ) x N HCL x BM NaOH


Angka Penyabunan =
Berat Sampel (gr )

Keterangan

tb = titrasi blanko

ts = titrasi sampel

N = Normalitas HCL (0,5 N)

BM = Berat molekul NaOH (40)


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji Kualitatif
Pengujian Sampel Hasil Pengamatan
Uji Kelarutan Minyak tidak larut dalam
Lipida aquades, keduanya terpisah satu
sama lain.
Minyak kelapa + Aquadest
Minyak : Non Polar
Aquades: Polar

Minyak kurang larut sempurna


dalam ethanol 96%, masih
tersisa lemak yang mengendap
Minyak kelapa + ethanol 96% di bagian bawah tabung reaksi.
Minyak : Non Polar
Etahnol : Polar (< Aqudes)

Minyak larut dalam eter.


Minyak : Non Polar
Minyak kelapa + eter
Eter : Non Polar

Minyak kurang larut dalam


kloroform.
Minyak kelapa + kloroform Minyak : Non Polar
Kloroform: Non Polar

Minyak kelapa Membentuk emulsi.


+ Jika minyak kelapa dan Na2CO3
Na2CO3 0,5N direaksikan, maka Na2CO3
bertindak sebagai emulsifier.
Tidak beremulsi sempurna
(Keruh)
Minyak kelapa + aquades
keduanya tidak mempunyai
ikatan hidrofilik dan hidrofobik.
Mampu beremulsi sempurna
Minyak kelapa karena keduanya termasuk
+ larutan emulsifier yang
(Na2CO3 0,5N) mempunyai ikatan hidrofilik
dan hidrofobik.
Mampu beremulsi sempurna
Minyak kelapa karena keduanya termasuk
Uji
+ larutan emulsifier yang
pembentukan
Larutan Sabun mempunyai ikatan hidrofilik
Emulsi
dan hidrofobik.
Mampu beremulsi sempurna
Minyak kelapa karena keduanya termasuk
+ larutan emulsifier yang
Larutan Protein mempunyai ikatan hidrofilik
dan hidrofobik.
Mampu beremulsi sempurna
Minyak kelapa karena keduanya termasuk
+ larutan emulsifier yang
Larutan Empedu mempunyai ikatan hidrofilik
dan hidrofobik.
Noda dalam tanda tidak melebar
Kertas minyak bersifat translution karena
Uji Noda terdapat lapisan selulosa
Lemak Noda dalam tanda tidak melebar
Kertas tulis bersifat translution karena
terdapat lapisan selulosa
4.1.2 Uji Kuantitatif
Percobaan 1 (Sampel Minyak)
Diketahui : tb = 29,8
ts = 17,3
∑ sampel = 1 gram
N HCl = 0,5 N
BM NaOH = 40
Ditanya : Angka Saponifikasi ....???
( tb−ts ) x N HCL x BM NaOH
Dijawab : AP =
Berat Sampel (gr )
( 29 ,8−17 , 3 ) x 0 , 5 x 40
=
1
= 250 mg NaOH yang digunakan untuk menghidrolisis 1 gr
sampel minyak

Percobaan 2 (Sampel Margarin)


Diketahui : tb = 18,5
ts = 17,0
∑ sampel = 1,1 gram
N HCl = 0,5 N
BM NaOH = 40
Ditanya : Angka Saponifikasi ....???
( tb−ts ) x N HCL x BM NaOH
Dijawab : AP =
Berat Sampel (gr )
( 18 ,5−17 , 0 ) x 0 , 5 x 40
=
1 ,1
= 27,27 mg NaOH yang digunakan untuk menghidrolisis 1,1 gr
sampel margarin
4.2 Pembahasan
Lipida merupakan salah satu senyawa organik yang bersifat non-polar dan
bisa larut hanya jika direaksikan dengan pelarut non-polar juga. Lipid, dalam hal
ini lemak atau minyak tidak dapat larut dalam air. Berdasarkan uji kelarutan lipida
yang dilakukan melalui cara melarutkan pada masing-masing minyak kelapa
dalam 5 tabung reaksi dengan beberapa sampel seperti aquades, ethanol 96%, eter,
kloroform dan Na2CO3 5%. Hasil praktikum sesuai dengan landasan teori yang
mengatakan bahwa lemak atau minyak hanya larut dalam pelarut organik non-
polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Minyak atau lemak larut dalam
eter dan kloroform, tidak larut dalam aquades karena aquades merupakan pelarut
polar. Minyak kelapa yang ditetesi ethanol 96% tidak terlarut karena ethanol
memiliki nilai kepolaran yang lebih rendah dibanding nilai kepolaran aquades.
Hal ini menunjukan minyak tidak larut dalam alcohol karena alcohol bersifat polar
dan lipid bersifat nonpolar. Selain itu tampak adanya emulsi yang tampak secara
makroskopis tampak homogen. Pada pelarut Na2CO3 5%, larutan minyak kelapa
membentuk emulsi dengan Na2CO3 5% yang bertindak sebagai emulsifer.
Pada uji pembentukan emulsi melalui cara penambahan beberapa sampel
berupa 2 ml aquades, 2 ml H2O + 5 tetes Na2CO3 0,5N, 2 ml H2O + 5 tetes Lar.
Sabun, 2 ml larutan Protein dan 2 ml larutan empedu ke dalam masing-masing 5
tabung reaksi berisi minyak kelapa. Hasil yang didapat adalah adanya emulsi pada
4 sampel namun ada satu sampel yang tidak mengemulsi yaitu pada aquades. Hal
ini disebabkan oleh ke empat sampel bertindak sebagai pelarut emulsifer yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan air.
Sedangkan air tidak beremulsi karena tidak memiliki berat molekul yang sama
dengan minyak kelapa sehingga keduanya berpisah satu sama lain.
Uji noda lemak yang dilakukan menghasilkan bukti yang tidak sesuai
dengan teori yang terdapat dalam tinjuaun pustaka. Noda semi transparan yang
terbentuk merupakan noda translucent. Noda yang terbentuk pada kedua kertas uji
biasanya akan mengalami pelebaran setelah disirami air dan dikeringkan. Namun,
dalam pengamat tidak menemukan hal tersebut.
Berbagai uji kualitatif yang telah dilaksanakan kemudian dilengkapi
dengan uji kuantitatif yaitu dengan menentukan angka asam atau saponifikasi
(penyabunan). Penetapan angka asam bertujuan untuk menghitung nilai angka
asam. Prinsip kerja Uji penetapan angka asam adalah larutan sampel yang diuji
berupa 1 gram minyak goreng ataupun 1,1 gram mentega yang telah dipananskan
ditambah 20 ml ethanol dan 10 ml NaOH 0,5 N kemudian dipanaskan dalam
waterbath. Setelah dingin larutan ditetesi dengan 2 tetes indikator pp sampai
berwarna merah muda atau pink.
Larutan yang telah berwarna merah bata kemudian dititrasi menggunakan
HCl 0,5 N hingga berwarna putih seperti blanko tanpa sampel yang telah dibuat.
Hasil titrasi yang di dapat kemudian dihitung berdasarkan ketetapan rumus:

( tb−ts ) x N HCL x BM NaOH


Angka Penyabunan =
Berat Sampel (gr )

Keterangan

tb = titrasi blanko

ts = titrasi sampel

N = Normalitas HCL (0,5 N)

BM = Berat molekul NaOH (40)

angka titrasi blanko adalah 29,8 mg/gr (sampel minyak) dan 18,5 (sampel
margarin), pada minyak goreng didapat hasil titrasi sebanyak 17,3 mg/gr dan 17,0
mg/gr pada hasil titrasi margarin. Hal ini menunjukkan hasil praktikum yang
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa nilai titrasi blanko lebih besar
dibanding nilai titrasi sampel sehingga perhitungan menggunakan ketetapan
rumus dapat dilakukan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pengujian lipida pada bahan secara kualitatif dan
kuantitatif dapat disimpulakan bahwa:
1. Lipida merupakan senyawa organik yang terdapat pada tumbuhan, hewan atau
manusia yang tidak dapat larut dalam air, namun dapat terlarut dalam pelarut
organik non-polar seperti hidrokarbon atau dietil eter.
2. Lemak dan minyak termasuk lipida yang dapat beremulsi bila direaksikan
dengan pelarut emulsifer seperti H 2O + Na2CO3 0,5N, H2O + Lar. Sabun,
larutan Protein dan larutan empedu. Larutan emulsifer memiliki ikatan
hidrofilik dan hidrofobik sehingga dapat mengemulsi lemak atau minyak.
3. Pada uji noda lemak tidak didapatkan hasil yang menunjukkan adanya pelebaran
pada kertas yang telah ditetesi minyak.
4. Uji kuantitatif lipid dilakukan melalui metode penentuan angka penyabunan
atau saponifikasi.

5.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum pengujian lipida akan lebih menarik kalau
menggunakan lebih banyak variasi sampel lipid.
DAFTAR PUSTAKA
1. 2016. BKPM (BUKU KERJA PRAKTEKMAHASISWA). BIOKIMIA

2. Fessenden, Rolp J and Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik. Penerbit


Erlangga: Jakarta

3. Page, David S. 1981. Prinsip-prinsip Biokimia. Penerbit Erlangga: Jakarta


Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Gizi dan Diet. D-media: Jogjakarta

4. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai