LAPORAN PRAKTIKUM
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak proses kehidupan berlangsung
menggunakan berbagai jenis senyawa, baik senyawa organik maupun senyawa
anorganik. Salah satu senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan dan
manusia yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid. Lipid
merupakan salah satu senyawa organik golongan ester yang banyak terdapat pada
tumbuhan, hewan atau manusia dan bermanfaat bagi kehidupan. Istilah lipid
menunjuk pada zat-zat yang dapat diekstraksi dari materi hidup dengan
menggunakan pelarut hidrokarbon seperti ligroin, benzena, etil eter maupun
kloroform, protein, karbohidrat dan asam nukleat. Pada dasarnya lipid tidak larut
dalam air, salah satu contohnya adalah lemak dan minyak yang tidak dapat larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non-polar. Hal ini dikarenakan lemak
dan minyak merupakan senyawa yang bersifat non-polar, bahan-bahan dan
senyawa kimia mudah larut dalam pelarut yang memiliki polaritas yang sama
dengan zat pelarut.
Lemak dan minyak merupakan trigliserida atau triagliserol yang jika
dihidrolisis akan menghasilkan asam karboksilat dan gliserol. Lemak pada hewan
sering disebut kolesterol sedangkan pada tumbuhan disebut fitosterol. Jika
mendengar istilah kolesterol, tentu kita akan membayangkan berbagai macam
penyakit yang akan disebabkan oleh jenis lemak ini hingga pada salah satu produk
minyak goreng mencantumkan label non-kolesterol pada iklan pemasarannya.
Tidak ada yang salah dengan iklan ini, karena produk yang dibuat memang
berasal dari minyak kelapa sawit (tumbuhan) yang disebut fitosterol. Namun, jika
diteliti lebih dalam, iklan ini mengandung unsur pembodohan publik karena tidak
semua orang mengetahui dengan jelas nama dan jenis lemak yang terdapat dalam
tumbuhan dan hewan. Asalkan dalam suatu produk terdapat label bebas bahan
penyebab penyakit, masyarakat akan berbondong-bondong membeli tanpa
mengetahui bahan apa yang sebenarnya terkandung dalam produk tersebut.
Penting bagi kita mengetahui definisi lipid, macam-macam lipid, fungsi
lipid dan segala hal yang berhubungan dengan lipid agar tidak mudah tertipu oleh
kasus iklan seperti di atas sekaligus dapat dijadikan landasan untuk mengetahui
kandungan lipid pada suatu bahan makanan maupun tumbuhan yang ditanam dan
dibudidayakan. Oleh karena itu, praktikum pengujian sifat lipida ini menjadi
penting untuk dilaksanakan.
1.2 Manfaat
Manfaat dari praktikum pengujian pengujian lipida dalam bahan secara
kualitatif adalah agar mahasiswa mampu :
1. Mengetahui sifat lipida, dalam hal ini adalah lemak dan minyak.
2. Mengetahui prosedur menentukan sifat lipida.
3. Menentukan secara kasar berat molekul minyak dan lemak melalui angka asam
atau angka penyabunan (saponifikasi).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Fessenden (1986), mendefinisikan lipida sebagai senyawa organik yang
terdapat dalam alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Berbagai kelas lipid
dihubungkan satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat fisisnya tetapi hubungan
kimia, fungsional, struktur maupun fungsi biologisnya beranekaragam. Lipid
seringkali bergabung dengan senyawa lain seperti karbohidrat dan protein dengan
nama glikolipide dan lipoprotein walaupun lipida merupakan satu golongan
senyawa tersendiri.
Adapun sifat-sifat umum dari lipida dan reaksi lipida adalah:
1. Penyabunan (Saponifikasi)
Reaksi antara triasilgliserol dengan basa dinamakan penyabunan atau
saponifikasi. Nama ini berasal dari reaksi yang membentuk sabun berikut:
Triagliserol + NaOH Gliserol + Garam Na-asam lemak (sabun)
Saponifikasi adalah istilah yang diturunkan dari bahasa latin untuk “pembuatan
sabun”. Proses ini dilakukan melalui hidrolisa lemak dan minyak degan suatu basa
kuat. Hasil dari proses ini adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu sendiri
yag dikenal sebagai sabun. Sabun adalah garam logam alkali (biasaya natrium)
dari asam lemak, sabun mengandung garam C 16 dan C18 namun dapat mengadung
karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. suatu molekul sabun mengandung
suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul
itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar sedangkan ujung ion
bersifat hodrofilik dan larut dalam air.
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara
kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek
mempunyai berat molekul yang relatif kecil cenderung memiliki angka
penyabunan yang besar dibandingkan degan minyak yang mempunyai berat
molekul besar yang memiliki angka penyabunan yang relatif kecil (berbading
terbalik)
2. Addisi
Dalam alam terdapat asam lemak yang tidak jenuh, mengandung satu atau
lebih ikatan ganda. Sifat inilah yang menyebabkan suatu asam lemak tidak jenuh
dapat direduksi, dihidrogenasi, dioksidasi dan mengaddisi.
3. Ketengikan
Lemak atau minyak bila disimpan dalam waktu yang relatif lama akan
mengeluarkan rasa dan bau yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh dua
hal yaitu hidrolisis dan oksidasi. Pada proses hidrolisis , lemak atau minyak
menghasilkan asam lemak bebas (ALB) dan gliserol. Asam lemak yang
dibebaskan ini kemudian dioksidasi terutama asam lemak yang tidak jenuh.
Oksidasi terjadi pada ikatan rangkap yang kemudian terpecah menghasilkan
aldehida, keton dan asam-asam yang lebih rendah verat molekulnya.
Fungsi lipida pada makhluk hidup yaitu sebagai tempat penyimpanan
energi dan transpor, sebagai strukur membran, kulit pelindung pada komponen
dinding, sebagai agen penyampai kimia serta membantu menjaga tumbuhan
terhadap penguapan. Fraksi lipida terdiri dari minyak/lemak, malam, fosfolipida,
sterol, hidrokarbon dan pigmen. Seluruh komponen ini dapat dipisah melalui cara
ekstraksi menggunakan pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, benzena
dan kloroform. (David, 1981)
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibangdingkan dengan karbohidrat dan protein. Dalam
satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat
dan protein hanya menghasilkan 4 kkal. Lemak dan minyak terdapat pada hampir
semua makanan dengan kandungan yang berbeda-beda. Lemak hewani
mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol sedngakan lemak nabati
mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
sehingga umumnya berbentuk cair. Lemak hewani ada yang berbentuk padat dan
ada pula yang berbentuk cair. Lemak hewani yang berbentuk padat berasal dari
hewan darat seperti lemak susu, lemak babi, lemak sapi. Lemak hewani yang
berbentuk cair berasal dari hewan laut seperi minyak ikan paus, minyak ikan cod,
minyak ikan herring. Lemak nabati berasal dari tumbuhan yang berbentuk cair.
Lemak dalam tanaman disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul
asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan dari oksidasi karbohidrat dalam proses
respirasi. (Winarno,2004)
Menurut Putra (2013), lemak dan minyak terbentuk dari 95% asam lemak
dan gliserol yang berabtai panjang. Dalam satu molekul gliserol mengikat 3
molekul asam lemak, sehingga lemak sering disebut trigliserida atau trigliserol
yang berarti triester dari gliserol. Perbedaan keduanya bersifat sebarang, pada
suhu kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar
gliserida dalam hewan adalah lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan adalah
minyak. Oleh karena itu sering terdapat ungkapan lemak hewani (lemak babi,
lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari). Marry
(2012), menyebutkan beberapa fungsi lemak sebagai berikut :
1. Sumber energi yang lebih besar dibanding karbohidrat dan protein.
2. Membangun jaringan tubuh.
3. Perlindungan agar setiap organ posisinya tetap.
4. Penyekatan (isolasi) sebagai penjaga panas tubuh.
5. Memberi rasa kenyang pada tubuh.
6. Tempat terlarutnya vitamin sehingga membantu dalam proses penyerapan vitamin
oleh tubuh.
7. Menyelimuti sel saraf sehingga sel saraf dapat mengantarkan pesan lebih cepat dan
lebih baik.
Untuk mengatahui kandungan lipid dan sifat lipid dalam suatu bahan dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, mulai dari uji kualitatif hingga uji
kuantitatif. Pada uji kualitatif dapat dilakukan melalui uji kelarutan lipida, uji
pembentukan emulsi dan uji noda lemak pada kertas minyak maupun kertas tulis.
Uji kelarutan lipida dilakukan guna mengetahui tingkat kelarutan lipid. Pada
umumnya lipida tidak larut dalam air tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut
sempuran dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena atau
pelarut non-polar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak
stabil, keduanya akan terpisah karena memiliki berat molekul yang berbeda dan
memiliki kepolaran yang berbeda. Minyak atau lemak tidak dapat larut dalam
pelarut polar.
Uji pembentukan emulsi dilakukan guna mengetahui jenis pelarut yang
dapat mengemulsi minyak atau lemak. Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi
suatu cairan dalam cairan lain yang keduanya memiliki molekul-molekul tidak
saling berbaur tetapi saling antagonistik. Air dan minyak merupakan cairan yang
tidak saling berbaur satu sama lain karena mempunyai berat jenis yang berbeda.
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang
terdispersi (biasanya terdiri dari butir-butir lemak), media pendispersi (terdiri dari
air) dan emulsifer yang berfungsi menjaga agar butir minyak tetap tersuspensi di
dalam air. Daya kerja emulsifer terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya
yang dapat terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar). Sebaliknya bila
emulsifer lebih larut dalam minyak (non polar) terjadilah emulsi air.
Lemak atau minyak dapat membentuk noda translucent sehingga kertas
tulis yang tidak tembus pandang menjadi semi transparan. Noda yang terbentuk
biasanya melebar setelah disiram air dan dikeringkan.
Uji penetapan angka asam bertujuan untuk menghitung nilai angka asam.
Nilai angka asam atau bilangan penyabunan suatu lemak atau minyak adalah
banyaknya mg KOH atau NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
lemak atau minyak. Bilangan ini berhubungan dengan berat molekul minyak atau
lemak, jika berat molekul kecil maka bilangan penyabunan besar dan begitu pula
sebaliknya. Alkohol dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil
hidrolisis untuk mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.
Berbagai jenis pengujian lipida diatas dapt dilakukan menggunakan bahan
berupa minyak goreng, mentega ataupun margarin. Minyak goreng berfungsi
sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan
pangan. Sedangkan mentega merupakan emulsi air dalam minyak dengan ±18%
air terdispersi di dalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak
sebagai zat pengemulsi (emulsifer). Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang
manis (sweet cream) atau yang asam.
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Pelaksanaan
Praktikum pengujian lipida pada bahan secara kualitatif dan kuantitatif
dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Senin, 7 November 2016
Pukul : 15.00 - 17.00 WIB
Lokasi : Laboratorium Biokimia Politeknik Negeri Jember
Alat: Bahan:
1. 5 tabung reaksi 1. 1 ml Aquadest
2. Pipet ukur 2. 1 ml Ethanol 96%
3. Pipet tetes 3. 1 ml Kloroform
4. Vortex 4. 1 ml Na2CO3 0,5%
5. Rak tabung reaksi 5. 1 ml Eter
6. Minyak kelapa
3.2.3 Uji Pembentukan Emulsi
Alat: Bahan:
1. 5 tabung reaksi 1. Minyak kelapa
2. Pipet ukur 2. 2 ml Aquadest (3)
3. Pipet tetes 3. 5 tetes Na2CO3 0,5%
4. Vorteks 4. 5 tetes larutan sabun
5. Rak tabung reaksi 5. 2 ml larutan protein
6. 2 ml larutan empedu encer
3.2.4 Uji Noda Lemak
Alat: Bahan:
1. 1 tabung reaksi 1. 2 ml Eter
2. Pipet ukur 2. 10 tetes Minyak Kelapa
3. Pipet tetes 3. Kertas minyak
4. Vortex 4. Kertas tulis
5. Rak tabung reaksi 5. Aquadest
Alat: Bahan:
1. Timbangan analitik 1. 1 gram mentega
2. Erlenmeyer 100 ml 2. 1 gram minyak
3. Pipet ukur 3. 10 ml ethanol
4. Pipet tetes 4. 10 ml KOH 0,5%
5. Vortex 5. 200 µl indikator PP (2 tetes)
6. Waterbath 6. HCl 0,5 N
7. Biuret 7. Alat tulis
8. Kalkulator
Keterangan
tb = titrasi blanko
ts = titrasi sampel
Keterangan
tb = titrasi blanko
ts = titrasi sampel
angka titrasi blanko adalah 29,8 mg/gr (sampel minyak) dan 18,5 (sampel
margarin), pada minyak goreng didapat hasil titrasi sebanyak 17,3 mg/gr dan 17,0
mg/gr pada hasil titrasi margarin. Hal ini menunjukkan hasil praktikum yang
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa nilai titrasi blanko lebih besar
dibanding nilai titrasi sampel sehingga perhitungan menggunakan ketetapan
rumus dapat dilakukan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pengujian lipida pada bahan secara kualitatif dan
kuantitatif dapat disimpulakan bahwa:
1. Lipida merupakan senyawa organik yang terdapat pada tumbuhan, hewan atau
manusia yang tidak dapat larut dalam air, namun dapat terlarut dalam pelarut
organik non-polar seperti hidrokarbon atau dietil eter.
2. Lemak dan minyak termasuk lipida yang dapat beremulsi bila direaksikan
dengan pelarut emulsifer seperti H 2O + Na2CO3 0,5N, H2O + Lar. Sabun,
larutan Protein dan larutan empedu. Larutan emulsifer memiliki ikatan
hidrofilik dan hidrofobik sehingga dapat mengemulsi lemak atau minyak.
3. Pada uji noda lemak tidak didapatkan hasil yang menunjukkan adanya pelebaran
pada kertas yang telah ditetesi minyak.
4. Uji kuantitatif lipid dilakukan melalui metode penentuan angka penyabunan
atau saponifikasi.
5.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum pengujian lipida akan lebih menarik kalau
menggunakan lebih banyak variasi sampel lipid.
DAFTAR PUSTAKA
1. 2016. BKPM (BUKU KERJA PRAKTEKMAHASISWA). BIOKIMIA
4. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta