OLEH
Ardiany Intan Kumalasari
(NPM P2.31.35.0.12.003)
(NPM P2.31.35.0.12.007)
(NPM P2.31.35.0.12.008)
Innes Widayanti
(NPM P2.31.35.0.12.015)
Nurhidayati
(NPM P2.31.35.0.12.021)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak dan Lemak
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk
golongan lipid. Suatu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipid (termasuk
minyak dan lemak) adalah kelarutannya dalam pelarut organik (pelarut non polar)
dan sebaliknya ketidaklarutannya dalam pelarut air dan pelarut non polar lainnya.
Kelompok-kelompok lipid dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau
berdasarkan stuktur kimia tertentu. Kelompok-kelompok lipid tersebut adalah:
1. Kelompok trigliserida (minyak, lemak )
2. Kelompok turunan asam lemak (lilin, aldehid asam lemak)
3. Fosdolipid dan serebrosid ( termasuk glikolipid)
4. Sterol-sterol dan steroid.
5. Karotenoid.
6. Kelompok lipid yang lain.
Kegunaan
Persyaratan untuk
Minyak kacang
baik
Minyak selada
Minyak Zaitun
Untuk pengalengan
Minyak zaitun
Mentega coklat
Mayonnaise
Minyak zaitun
Minyak kelapa
Pengempuk (shortening)
Empuk
makan
Minyak pelumas
Pembawa cita rasa dan
warna
Lemak sapi
Minyak kelapa
. Gugus fosfat
mengemukakan
klasifikasi
lipida
menjadi
lipida
lipidacampuran.
a. Lipid sederhana atau simple lipids
Adalah ester asam lemak dengan berbagai alkohol.
1. Lemak : Ester asam lemak dengan gliserol.
Lemak yang berbentuk cair dinamakan minyak.
sederhana
dan
2. Lilin : Ester asam lemak dengan alkohol monohidrat yang lebih tinggi
dari gliserol, biasanya Cetilalkohol.
2. Glikoloipid / serebrosida
Lipid ini terdiri dari senyawa asam lemak bobot molekul tinggi dengan
karbohidrat, mengandung nitrogen tetapi tidak mengandung fospat.
Misal : Serebon (asam lemaknya : asam serebromat).
2. Derivat Lipid
Senyawa ini adalah senyawa-senyawa yang berasal dari hidrolisis lipida,
meliputi asam lemak (jenuh/tidak jenuh), gliserol, steroid, alcohol, (selain gliserol
dan sterol), aldehid lemak, dan benda keton.
2.6 Asam Lemak
Asam lemak jenuh dan tak jenuh dengan jumlah atom karbon genap berantai
lurus merupakan bagian terbesar dari asam lemak dalam lemak alam. Akan tetapi,
sekarang diketahui bahwa banyak asam lemak lain mungkin ada dalam jumlah
kecil. Beberapa dari asam tersebut meliputi asam berjumlah atom ganjil, asam
rantai bercabang, dan asam hidroksi
Definisi asam lemak: asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu
lemak atau minyak. Asam lemak umum dapat berupa senyawa jenuh atau
senyawa tidak jenuh sederhana dengan panjang rantai C16 atau C18, praktis tidak
larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.
2. Asam lemak rantai karbon panjang memiliki suhu lebur lebih tinggi.
3. Asam lemak dengan ikatan rangkap banyak memiliki suhu lebur lebih
rendah.
Asam lemak jenuh membentuk rantai zig-zag yang dapat cocok satu
sama lain, secara mampat, sehingga gaya tarik van der Waalsnya tinggi, oleh
karena itu lemak-lemak jenuh itu bersifat padat.
Jika beberapa ikatan rangkap cis terdapat dalam rantai, molekul itu tidak
dapat membentuk kisi yang rapih dan mampat, tetapi cenderung untuk
melingkar. Trigliserida tak jenuh ganda cenderung berbentuk minyak.
Gambar 2.4
Struktur Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak Jenuh
10
a. Asam lemak tidak jenuh tunggal yaitu asam lemak yang hanya
memiliki satu ikatan rangkap
b. Asam lemak tidak jenuh ganda yaitu asam lemak yang memiliki dua
atau lebih ikatan rangkap.
Tabel 2.6.2.1
Asam Lemak Jenuh
Jumlah
Atom C
Nama Umum
Sumber
Asetat
Butirat
Kaproat
Kaprilat/oktanoat
10
Kaprat/dekanoat
12
Laurat
14
Miristat
16
Palmitat
18
Stearat
20
Arakidat
Minyak kacang
22
Behenat
Biji-bijian
11
Tabel 2.6.2.2
Asam Lemak Tidak Jenuh
Jumlah atom
C; jumlah
Nama umum
Sumber
16;1
Palmitoleat
18;1
Oleat
18;2
Linoleat
18;3
Linolenat
ikatan rangkap
20;4
Arakidonat
20;5
22;6
Timnodont
Servonat/dokosah
eksaenoat
12
BAB III
METODE ANALISA
3.1 Isolasi Lemak dan Minyak
Cara-cara yang diguankan untuk memisahan lemak dan minyak dari
sumbernya yang berupa tumbuh-tumbuhan atau hewan sangat berbeda sesuai
dengan sifat daripada sumber itu. Tujuan proses ekstraksi adalah :
1) Untuk memperoleh minyak atau lemak tanpa dirusak oleh proses itu dan
dalam keadaan semurni mungkin.
2) Untuk memperoleh hasil minyak atau lemak setinggi mungkin.
3) Untuk menghasilkan sisa (residu) yang bernilai setinggi mungkin.
3.2 Perusakan Lemak dan Minyak
Ada dua tipe kerusakan yang utama, yaitu :
a.
Ketengikan
Ketengikan terjadi bila komponen cita-rasa dan bau yang mudah
menguap terbentuk sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dari minyak
yang tak jenuh. Komponen-komponen ini menyebabkan bau dan cita-rasa
yang tak diinginkan dalam lemak dan minyak dan produk-produk yang
mengandung lemak dan minyak itu.
b. Hidrolisa
Hidrolisa minyak dan lemak mengasilkan asam-asam lemak bebas yang
dapat mempengaruhi cita-rasa dan bau daripada bahan itu. Hidrolisa dapat
disebabkan oleh adanya air dalam lemak atau minyak atau karena kegiatan
enzim.
13
14
Analisis lemak dan minyak dapat dilakukan baik secara fisika maupun
secara kimia.
1. Cara fisika
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu dengan menentukan:
Titik cair
Bobot jenis
Indeks bias
2. Cara Kimia
Beberapa pengujian kimia dapat dilakukan untuk mengidentifikasi mutu
lemak atau minyak sehingga dapat diketahui jika terjadi pemalsuan.
Semua lemak atau minyak mempunyai bilangan-bilangan khas dalam
suatu kisaran nilai, oleh karena itu untuk identifikasi diperlukan beberapa
pengujian sekaligus. Selain itu, identifikasi dapat juga dilakukan dengan
melihat dan membandingkan profil asam lemak yang menyusunnya
dengan kromatografi gas. Pengujian yang sering dilakukan pada minyak
atau lemak adalah:
1. Bilangan asam
Menurut FI IV bilangan asam adalah jumlah mg kalium hidroksida
yang dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas dalam 1.0 g zat.
Prosedur :
Kecuali dinyatakan lain, timbang seksama lebih kurang 10,0 g zat,
larutkan dalam labu yang berisi 50,0 ml campuran etanol P eter P
(1:1) dan telah dinetralkan terhadap fenolftalein LP dengan Natrium
hidroksida 0,1 N LV. Bila contoh tidak larut dalam pelarut dingin,
hubungkan labu dengan pendingin yang sesuai dan hangatkan
perlahan-lahan sambil sering dikocok sampai contoh larut. Tambahkan
15
)
(
)
(
2. Bilangan penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram KOH yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas dan menyabunkan ester yang
16
)
( )
3. Bilangan ester
Bilangan ester adalah jumlah milligram kalium hidroksida yang
diperlukan intuk menyabunkan ester dalam 1,0 g zat. Bila bilangan
penyabunan dan bilangan asam telah ditetapkan selisih kedua
menunjukkan bilangan ester.
4. Bilangan Hehner
Bilangan hehner dipakai untuk menentukan jumlah asam lemak yang
tidak larut dalam air (termasuk juga bahan yang tidak tersabunkan)
yang terdapat dalam dalam 100 g minyak atau lemak.
Lemak dengan berat molekul tinggi akan mempunyai bilangan hehner
yang rendah.
Prosedur penetapan bilangan Hehner:
17
18
ditambah 2ml larutan pati 0,5%. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru
tepat hilang. Dilakukan juga titrasi blangko dengan cara: sebanyak
25,0 ml pereaksi iodium-bromida, ditambah 10 ml KI 15% 100 ml
akuades yang telah didihkan dan dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat 0,1 N sampai larutan berwarna kuning pucat, kemudian
ditambahkan 2 ml larutan pati 0,5%. Titrasi dilanjutkan sampai warna
biru tepat hilang.
Bilangan Iodium =
)
( )
19
matikan, ditampung dalam botol yang lain. Destilat dari kedua botol
dicampurkan sambil dikocok perlahan-lahan, lalu direndam dalam air
yang mempunyai suhu 15oC selama 15 menit dan disaring dengan
kertas saring. Selanjutnya sebanyak 100 ml destilat yang telah disaring
dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N dengan indikator
fenolftalein sampai diperoleh warna merah jambu.
Bilangan Reichert Meisse = 1,1 x (S-V)
V = ml NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi sampel
S = ml NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi blanko.
7. Bilangan Kirschner
Bilangan Kirschner secara spesifik digunakan untuk menentukan
adanya asam butirat dan asam kaprilat suatu lemak. NKV adalah
jumlah ml basa 0,1 N yang diperlukan untuk menetralkan 5 gram asam
lemak yang mudah menguap, larut dalam air dan garam peraknya.
Penentuan NKV digunakan untuk membedakan margarine dan
mentega yaitu untuk mengetahui adanya pemalsuan.
Prosedur :
Pada 100 ml destilat Reichert-Meissel dimasukkan dalam Erlenmeyer
200 ml lalu ditambah dengan 0,5 ml indikator pp. Larutan ini dititrasi
dengan larutan baku barium hidroksida(Ba(OH)2 0,1 N sampai
terbentuk warna merah jambu (titrasi dilakukan dalam Erlenmeyer
tertutup untuk menghindari masuknya C02). Ke dalam larutan ini
ditambah 0,3 gram serbuk perak sulfat (Ag2SO4). Campuran ini
selanjutnya dibiarkan selama 1 jam sambil sesekali digojog. Campuran
selanjutnya disaring dan sebanyak 100 ml filtrat dimasukkan dalam
labu destilasi 300 ml, ditambah 35 ml air, 10 ml larutan natrium sulfat
(Na2SO4), dan beberapa butir batu didih. Labu destilasi dihubungkan
dengan alat destilasi dan larutan didestilasi pada suhu tertentu sehingga
selama 20 menit akan diperoleh destilat sebanyak 110 ml. Destilat
disaring lalu sebanyak 100 ml destilat dititrasi dengan larutan NaOH
0,1 N menggunakan 0,5 ml indikator pp sampai terbentuk warna merah
20
jambu. Pada penentuan ini dilakukan juga titrasi blanko dengan cara
yang sama.
Bilangan Kirschner =
8. Bilangan Polenske
Bilangan Polenske adalah jumlah ml basa 0,1 N yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak yang mudah menguap tetapi tidak larut dalam
air yang terdapat dalam 5 gram lemak, yaitu asam lemak C8-C14.
Prosedur:
Bagian minyak yang tinggal dan tidak larut dalam air yang diperoleh
pada penentuan bilangan Reichert-Meissel dipisahkan dengan kertas
saring dan dicuci 3 kali, masing-masing dengan 15 ml air, di dalam
botol penampung 110 ml. Bagian yang tidak larut ini selanjutnya
diekstraksi dengan pencucian seperti diatas dengan menambahkan 15
ml alkohol 95% netral terhadap pp sebanyak 3 kali. Campuran dalam
alkohol ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N
menggunakan 0,5 ml indikator PP sampai terbentuk warna merah
jambu.
Bilangan polenske = jumlah ml NaOH 0,1 N yang digunakan untuk
titrasi
9. Bilangan Tiosianogen
Bilangan
Tiosianogen
(SCN)2
digunakan
untuk
mengukur
21
Minyak atau lemak cair yang akan diuji disaring dengan kertas saring
untuk memisahkan bahan asing dan air. Jika minyak atau lemak tidak
cukup kering maka setelah proses penyaringan ditambah dengan
serbuk natrium sulfat anhidrat lalau disaring kembali. Sebanyak 0,10,3 g sampel minyak/lemak ditimbang secara seksama, lalu
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer bertutup 500 ml. Sampel
selanjutnya ditambah pereaksi tiosianogen secara berlebihan sambil
dikocok lalu disimpan ditempat yang gelap antara 18-21
selama 24
jam. Dibuat juga larutan blanko dengan cara yang sama (tetapi tidak
mengandung sampel). Setelah 24 jam, sampel diambil dan ditambah
1,66 g serbuk kalium iodida dan digoyang-goyangkan secara cepat
selama 2 menit (untuk blanko dilakukan selama 3 menit). Campuran
selanjutnya ditambah 30 ml aquadest dan adanya iod bebas dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N sambil terus digoyangkan.
Titrasi dilakukan sampai larutan berwarna kuning muda, kemudian
ditambah 1-2 ml indikator kanji 0,5% dan titrasi diteruskan sampai
warna biru tepat hilang.
Bilangan tiosianogen dinyatakan sebagai jumlah ekuivalen iod yang
diserap oleh minyak/lemak.
Bilangan tiosianogen =
(
)
( )
22
23
keterangan :
1.
zatnya.
3.
larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini
dinamakan 1 siklus
5.
pelarutnya
6.
3.6 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses yang sering digunakan dalam proses pemisahan
senyawa aktif yang melibatkan kelarutan. Dalam pengujian ini menggunakan
ektraksi cair-cair. Pada proses ini, senyawa yang akan dianalisis dilarutkan dalam
suatu pelarut tertentu, kemudian diekstraksi dengan pelarut yang lain yang tidak
tercampur dengan pelarut pertama biasanya cara ini dilakukan dalam corong
pisah.
Prinsip metoda ini didasarkan pada distribusi zat terlarut antara 2 fase cair
yang tidak bercampur. Jika zat terlarut dalam 2 cairan yang tidak bercampur maka
zat terlarut akan terdistribusi diantara kedua fase cair sedemikian hingga rasio
konsentrasi zat terlarut ke dalam kedua fase cair adalah konstan dan mengikuti
Hukum Nernst :
KD = Koefisien Distribusi
24
Semakin tinggi harga koefisien distribusi, semakin baik hasil ekstraksi. Jika
koefisien besar, penyarian sekali dengan menggunakan corong pisah telah
memungkinkan hampir semua senyawa terlarut tersari. Walaupun demikian
penyarian akan lebih efektif jika larutan penyari dibagi dengan beberapa bagian
kecil daripada penyarian sekali.
Koefisien distribusi dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia, cairan atau pelarut
kedua. Dalam distribusi tersebut di atas, dikenal Like Dissolve Like, yang
berarti bahwa senyawa polar larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar
larut dalam pelarut non polar. Senyawa organik yang sering digunakan adalah
eter, kloroform, dan pelarut hidrokarbon.
25
DAFTAR PUSTAKA
26