Anda di halaman 1dari 18

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Produk sabun mandi telah berkembang menjadi kebutuhan primer di

masyarakat dunia saat ini. Sabun mandi adalah senyawa natrium dengan asam

lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa,

dengan atau penambahan lain, serta tidak menyebakan iritasi pada kulit (Anonim,

1994). Produk tersebut dimanfaatkan setiap kalangan masyarakat, baik kelas atas,

menengah maupun bawah.

Industri sabun mandi saling berlomba menciptakan produk sabun mandi

yang inovatif. Hingga saat ini, produk sabun mandi berbasis bahan alam masih

jarang ditemukan dipasaran. Kebanyakan masih menggunakan bahan sintetik

sebagai bahan aktifnya. Oleh karena itu, saat ini mulai banyak produsen sabun

mandi yang melirik kebahan alam untuk dijadikan bahan aktif pembuatan sabun

mandi. Begitu pula pada penelitian ini, ekstrak dari tanaman pegagan (Centella

asiatica L.) dipilih sebagai bahan aktif pembuatan sabun. Pemilihan ini

didasarkan pada beberapa penelitian menyatakan bahwa senyawa aktif yang

terkandung dalam tanaman ini (asiatikosida) dipercaya dapat mengatasi berbagai

permasalahan kulit seperti keloid, selulit, dan noda hitam. Pramono (2004)

menyebutkan bahwa penggunaan ekstrak pegagan dalam industri obat alami yang

telah didasari pengujian klinik adalah untuk pengobatan luka, luka bakar, borok

pada kulit, dan pencegahan keloid serta hipertrofi.


commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Seiring makin beragamnya kebutuhan dan selera konsumen, produk sabun

pun kini sangat bervariasi, seperti sabun opaque, sabun cair, dan sabun transparan,

salah satu produk sabun yang makin diminati konsumen (Anonim, 2011). Masing-

masing jenis sabun tersebut memiliki keunggulan tersendiri, seperti aroma,

bentuk, dan fungsi. Dalam penelitian ini, pembuatan sabun mandi berbentuk

batang dengan penampakan transparan (sabun transparan) dipilih dengan alasan

penampakannya yang unik dan menarik.

Sabun transparan merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak

dan basa kuat seperti sabun mandi biasa. Perbedaan di antara keduanya hanya

terletak pada penampakan yang transparan dan tidak transparan (Mitsui, 1997).

Menurut Jungermann (1979), sabun transparan memiliki penampakan yang

transparan dan menarik, serta mampu menghasilkan busa yang lembut di kulit.

Sabun transparan dapat digunakan untuk merawat kulit karena mengandung

bahan-bahan yang berfungsi sebagai humektan (moisturizer).

Salah satu bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan sabun

transparan adalah sukrosa. Sukrosa sering juga disebut sakarosa atau gula tebu,

merupakan jenis oligosakarida yang bersifat larut dalam air. Sukrosa biasa

digunakan dalam bentuk butiran kristal halus atau kasar (Mitsui, 1997). Pada

proses pembuatan sabun transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu

terbentuknya transparansi pada sabun dan membantu perkembangan kristal pada

sabun (Aksar, 2010). Berdasarkan hal ini, maka dilakukan penelitian tentang

pengaruh variasi konsentrasi sukrosa sebagai transparent agent dalam formulasi

sabun transparan untuk meningkatkan kualitas sabun dari ekstrak pegagan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Pembuatan sabun transaparan ini tidak lepas dari pengujian-pengujian yang

dilakukan agar sabun transparan dapat dipasarkan secara aman di kalangan

masyarakat. Pengujian meliputi sifat fisis sabun yang terdiri atas transparansi

sabun, pH, kadar air dan kestabilan busa. Produk sabun yang sudah jadi akan di

uji selama 8 minggu untuk mengetahui stabilitasnya. Mengingat salah satu syarat

penting dari sebuah sediaan kosmetik adalah tidak mengiritasi kulit, sehingga

dilakukan pengujian kepada sekelompok responden.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan

yaitu:

1. Bagaimana pengaruh penambahan sukrosa terhadap peningkatan kemampuan

transparansi pada sabun ?

2. Bagaimana pengaruh penambahan sukrosa terhadap kualitas sifat fisis sabun

dan stabilitasnya selama 8 minggu ?

3. Apakah sabun yang dihasilkan menimbulkan iritasi pada kelompok responden ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui pengaruh penambahan sukrosa terhadap peningkatan kemampuan

transparansi pada sabun.

2. Mengetahui pengaruh penambahan sukrosa terhadap kualitas sifat fisis sabun

dan stabilitasnya selama 8 minggu.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

3. Mengetahui sabun yang dihasilkan dapat menimbulkan iritasi atau tidak pada

kelompok responden.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Didapatkannya inovasi baru dalam pembuatan sabun transparan.

2. Memberikan pengetahuan baru bagi peneliti tentang sabun transparan

terutama dalam hal formulasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pegagan

Klasifikasi dari pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub devisio : Angiospermae

Klass : Dicotyledone

Ordo : Umbilales

Family : Umbilaferae (Apiaceae)

Genus : Centella

Spesies : Centella asiatica (L) Urban (Winarto dan Surbakti, 2003)

commit
Gambar to user asiatica L.
1. Centella

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

1) Kandungan Zat Aktif

Pegagan (Centella asiatica L.) adalah tanaman obat yang mengandung

zat asiatikosida sebagai obat alzaimer dan penghalus kulit. Tanaman ini telah

diperbanyak sejak tahun 2000. Pegagan atau kaki kuda tumbuh pada tegalan,

padang rumput, tepi selokan dan pinggir jalan, merupakan tumbuhan herba

tahunan yang menjalar dan berkembang dengan stolon (Winarto dan Surbakti,

2003).

Sudah banyak penelitian yang dilakukan orang mengenai mengenai

Centella asiatica (L.) Urban, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Jenis

penelitian yang dilakukan pun bervariasi dari uji khasiat, keamanan, fitokimia,

bahkan sudah pada taraf uji klinik. Dari beberapa penelitian yang mencari

kandungan zat aktif yang ada pada tanaman ini, ternyata dari luar negeri

dihasilkan glikosida asiatikosida, asam asiatikat, alkaloida hidrokotilina asam

triterpen, vallerin (suatu campuran resin dan minyak terbang); sedangkan di

Indonesia ditemukan asiatikosida, madekasosida, asam asiatat, asam madekasat

dan suatu alkaloida yang belum teridentifikasi. Perbedaan ini dapat saja terjadi,

karena dengan tanaman dan spesies yang sama dari daerah yang berbeda dapat

menghasilkan kandungan yang berbeda ( Widowati dkk, 1992 ).

2) Khasiat

Khasiat pegagan untuk meningkatkan daya ingat, adaptogenik, anti-

pyretik, anti spasmodik, aphrodisiak, adstringent, pembersih darah (keracunan

logam), diuretik, nervine, sedative, menyembuhkan penyakit lepra, luka luar

seperti habis melahirkan dan psoriasis (terbakar) (Winarto dan Surbakti, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Zat asiaticoside, saponin, ascatikosida, asam asiatat dan madekasat adalah

bahan aktif yang mampu memacu produksi kolagen dan bermanfaat sebagai

protein pemacu proses penyembuhan luka pada manusia (Duke et al., 2002).

Pramono (2004) menyebutkan bahwa penggunaan ekstrak pegagan dalam

industri obat alami yang telah didasari pengujian klinik adalah untuk

pengobatan luka, luka bakar, borok pada kulit, dan pencegahan keloid serta

hipertrofi.

2. Sukrosa (Gula Pasir)

Gambar 2. Struktur Sukrosa


(Fessenden dan Fessenden, 1986)

Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satuan

glukosa dan satuan fruktosa. Disakarida sukrosa ialah gula pasir biasa. Tebu

ditanam dipekarangan sejak tahun 6000 tahun sebelum Masehi di India. Kata

sugar dan sukrosa berasal dari kata Sansekerta sarkara (Fessenden dan

Fessenden, 1986).

Gula pasir berbentuk kristal putih. Pada proses pembuatan sabun

transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada


commit to user
sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu perkembangan kristal pada
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

sabun (Aksar, 2010). Gula pasir dibasahkan dengan sedikit air sebelum

dimasukkan ke dalam campuran bahan untuk menghindari karamelisasi dan

mempercepat homogenisasi (Anonim, 2011).

3. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penyarian konstituen dalam simplisia dengan

menggunakan cairan penyari yang sesuai dan metode yang tepat sehingga

konstituen yang diinginkan dapat tersari dengan sempurna. Efektifitas ekstraksi

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran partikel bahan yang disari,

tekstur bahan atau jaringan simplisia, faktor fisika seperti suhu, tekanan,

kelarutan, jenis dan polaritas cairan penyari dan teknik penyarian yang

digunakan (Ditjen POM, 1986).

Dalam proses ekstraksi, memperkecil ukuran partikel dimaksudkan untuk

memperbesar luas permukaan total dari simplisia yang akan disari. Hal ini akan

memperbesar terjadinya kontak antara partikel simplisia dengan cairan penyari,

yang selanjutnya dapat memperbesar efek ekstraksi (Ditjen POM, 1986)

Menurut Harbone (1996), metode ekstraksi dikelompokan menjadi 2 yaitu

ekstraksi sederhana dan ekstraksi khusus. Ekstraksi sederhana terdiri atas:

1) Maserasi yaitu metode ekstraksi dengan cara merendam sampel dengan

larutan penyari dalam waktu tertentu dengan atau tanpa pengadukan

sehingga simplisia menjadi lunak.

2) Perkolasi yaitu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara mengalirkan

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

3) Reperkolasi yaitu perkolasi dimana perkolat pertama (hasil perkolasi)

digunakan untuk menyari simplisia di dalam perkolator sampai senyawa

kimia tersari.

4) Evakolasi yaitu perkolasi dengan pengurangan tekanan udara.

5) Diakolasi yaitu perkolasi dengan penambahan tekanan udara.

Sedangkan ekstraksi khusus terdiri atas:

1) Sokletasi yaitu metode ekstraksi yang dilakukan secara berkesinambungan

untuk menyari simplisia kering dengan menggunakan larutan penyari yang

bervariasi.

2) Arus balik yaitu metode ekstraksi yang dilakukan secara berkesinambungan

dimana simplisia dan larutan penyari saling bertemu melalui gerakan aliran

yang berlawanan.

3) Ultrasonik yaitu metode ekstraksi dengan menggunakan alat yang

menghasilkan frekuensi bunyi atau getaran antara 25-100 khz.

Faktor yang mempengaruhi berhasilnya proses ekstraksi adalah mutu dari

pelarut yang digunakan ada 2 pertimbangan utama dalam pemilihan pelarut yang

akan digunakan untuk menyari, yaitu harus memiliki daya larut yang tinggi dan

pelarut tersebut tidak berbahaya atau tidak beracun (Harborne, 1996).

4. Sabun Transparan

Sabun adalah produk yang digunakan semua orang setiap hari. Seiring

makin beragamnya kebutuhan dan selera konsumen, produk sabun pun kini

sangat bervariasi, seperti sabun opaque, sabun cair, dan sabun transparan,salah

satu produk sabun yang makin commit


diminatitokonsumen.
user Sabun transparan memiliki
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

penampilan yang mewah dan berkelas. Transparansinya menimbulkan kesan

alami dan menarik. Oleh karena itu, sabun transparan umumnya ditujukan untuk

segmen pasar menengah ke atas, sebagai sabun kecantikan atau perawatan

(Anonim, 2011).

Seperti sabun mandi biasa, sabun transparan merupakan hasil reaksi

penyabunan antara asam lemak dan basa kuat. Perbedaan hanya terletak pada

penampakannya yang transparan (Mitsui, 1997). Berikut adalah gambar proses

saponifikasi :

Gambar 3. Proses Saponifikasi (Azizah dan Lestari 2011)

Molekul sabun terbentuk dari rantai panjang atom hidrogen dan karbon.

Salah satu ujung rantai tersusun dari atom-atom polar yang suka air (hidrofilik)

sementara ujung yang lain terdiri dari atom-atom non-polar yang tidak suka air

(hidrofobik) tetapi mudah mengikat lemak. Kotoran pada kulit umumnya berasal

dari minyak, lemak dan keringat yang sukar larut dalam air karena bersifat non-
commit to user
polar. Sabun dapat membersihkan kotoran dari kulit. Bagian molekul sabun yang
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

non-polar, yaitu gugus R (rantai hidrokarbon), akan mengikat kotoran,

sedangkan gugus COONa yang bersifat polar akan mengikat air. Kotoran dapat

lepas dari kulit karena terikat pada sabun sementara sabun terikat pada air

(Mitsui,1997).

5. Tahapan Pembuatan Sabun Transparan

1) Pembuatan Stok Sabun

Stok sabun atau juga sering disebut sabun mentah, merupakan sabun dari

hasil reaksi saponifikasi. Dikatakan sabun mentah karena sabun ini biasanya

masih dilanjutkan dengan proses lebih lanjut lagi. langkah pertama yang

dilakukan yaitu dengan memanaskan asam stearat hingga mencair. Setelah itu

dilakukan penambahan minyak pada suhu 70oC. Pencampuran NaOH

dilakukan setelah larutan homogen. Fungsi dari asam stearat, minyak kelapa

sawit dan NaOH adalah sebagai bahan pembuat stok sabun. Stok sabun akan

segera terbentuk, adonan akan menjadi lebih keras dan lengket.

2) Pembuatan Sabun Transparan

Pengadukan terus dilakukan sampai stok sabun homogen, setelah itu

ditambahkan gliserin. Selanjutnya ditambahkan etanol dengan tujuan

meningkatkan transparansi sabun transparan yang dihasilkan. Suhu proses

dijaga antara 70-80oC. Pada tahap ini, suhu dan kecepatan pengadukan harus

dijaga tetap konstan. Sukrosa ditambahkan secara bertahap, agar terjadinya

karamelisasi dapat dicegah. Setelah itu ditambahkan secara berturut-turut DEA

yang berfungsi dalam pembusaan, NaCl dan yang terakhir air.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

3) Pencetakan

Proses pencetakan dilakukan dengan menuangkan sediaan sabun

transparan ke dalam cetakan sabun. Bahan cetakan sabun dapat berupa

stainless steel, plastik, kayu, fiber dan lain-lain. Model cetakan disesuaikan

dengan bentuk sabun yang akan dihasilkan, misalnya bulat oval, persegi dan

sebagainya. Setelah dituangkan ke dalam cetakan, sediaan sabun dibiarkan

selama beberapa saat supaya sabun mengeras sempurna. Proses pengerasan

(aging) dilakukan pada suhu kamar.

4) Pengemasan

Pengemasan dilakukan dengan menggunakan bahan kemasan plastik atau

kertas. Untuk bahan plastik digunakan jenis plastik wrapping yang elastis.

Untuk bahan kertas digunakan jenis kertas yang tipis. Pengemasan sabun

transparan dapat dilakukan secara manual (Aksar, 2010).

6. Pemeriksaan Kualitas Sabun

Standar produk sabun transparan yang ada dikeluarkan oleh Saudi Arabian

Standard Organization (SASO) 2008, seperti disajikan pada Tabel I. Pemilihan

ini didasarkan karena di Indonesia hingga saat ini Badan Standarisasi Nasional

belum mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun transparan

dan baru tersedia untuk produk sabun mandi (SNI 06-3532-994), yang memiliki

parameter penilaian kualitas yang berbeda dengan SASO.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Tabel I. Standar sabun gliserin, sabun transparan, dan nontransparan


menurut Saudian Arabian Standard Organization (SASO) 2008.
Parameter Kadar/Jumlah (%)
Kadar gliserin Minimum 5
Kadar air dan bahan menguap Minimum 17
Kadar total bahan lemak Minimum 65
Kadar bahan yang tidak larut dalam air Maksimum 5
Kadar bahan yang tidak larut dalam alkohol Maksimum 2
Kadar total alkali bebas dihitung sebagai NaOH Maksimum 1
Kadar asam-asam bebas Maksimum 0,2
Kadar asam-asam lemak tak tersabunkan Maksimum 2

7. Tinjauan bahan

1) Asam Stearat/ Stearic acid

Asam stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18) yang

bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya.

Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan

sabun, asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa

(Aksar, 2010).

2) NaOH 30 %/ Natrium hydroxide

Natrium hidroksida (NaOH) seringkali disebut dengan soda kaustik atau

soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu

menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat cepat menyerap

kelembapan. Natrium hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk sabun

yang disebut dengan saponifikasi (Aksar, 2010).

3) Gliserin/ Glycerine

Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak

nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan

humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan


commit to user
memudahkan sabun dibilas. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada kondisi
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas.

Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis (Aksar,

2010).

4) Etanol/ Ethanol

Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna,

merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses

pembuatan sabun digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut

dalam air dan lemak (Aksar, 2010). Etanol ditambahkan dalam sabun

transparan pada tahap awal, yaitu pembuatan sabun dasar, serta dalam tahap

lanjutan, yaitu transparansi sabun. Penggunaan etanol umum dilakukan dalam

pembuatan sabun dan dianggap aman bagi kulit. Jumlah etanol yang terlalu

sedikit akan menurunkan kejernihan sabun transparan, namun bila jumlahnya

terlalu banyak dapat menghasilkan produk yang menyebabkan kulit kering

(Anonim, 2011). Dalam hal ini alkohol cenderung berfungsi sebagai

preservative (bahan pengawet) yang dapat menghambat timbulnya ketengikan

pada berbagai produk berbahan baku minyak atau lemak, tetapi dalam

pembuatan sabun transparan, alkohol adalah bahan yang paling penting untuk

membentuk tekstur transparan sabun. Di sisi lain, penggabungan etanol dengan

asam lemak akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi

(Shrivastava, 1982).

5) Coco dietanolamida (Coco-DEA)/ Diethanolamide

Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa.

Dalam formula sediaan kosmetik, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan

yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air (Aksar, 2010).

Dietaloamida tidak pedih di mata, mampu meningkatkan tekstur kasar busa

serta dapat mencegah proses penghilangan minyak secara berlebihan pada kulit

dan rambut (Suryani et al., 2002).

6) Air/ Aquadest

Molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen

dengan dua atom hidrogen. Air tergolong senyawa alam yang paling mantap.

Semua atom dalam 17 molekul air terjalin menjadi satu oleh ikatan yang kuat,

yang hanya dapat dipecahkan oleh perantara yang paling agresif, misalnya

energi listrik, atau zat kimia, seperti logam kalium sehingga air merupakan

pelarut yang bersifat polar dan tidak dapat bercampur dengan fraksi lemak

(Winarno, 1997).

7) NaCl

Natrium klorida (garam) merupakan bahan berbentuk kristal putih, tidak

berwarna dan bersifat higroskopik rendah. Penambahan NaCl selain bertujuan

untuk pembusaan sabun, juga untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar

sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada kahir reaksi sehingga bahan-bahan

pembuat sabun tetap seimbang selama proses pemanasan (Aksar, 2010).

8) Minyak zaitun/ Olive oil

Minyak zaitun (Olive oil)adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat

digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Minyak zaitun mengandung zat-zat

minyak, berbagai vitamin, dan sejumlah kecil mineral. Minyak zaitun


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan kulit wajah dan tubuh.

Minyak zaitun mengandung asam oleat yang tinggi sehingga dapat

mengencangkan dan melembutkan kulit (Anonim, 2011).

9) Minyak kelapa/ Coconut oil

Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging

buah kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya. Kandungan

minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%, atau

kandungan minyak dalam kopra mencapai 63-72%. Minyak kelapa

sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang

tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya merupakan asam

lemak jenuh (Ketaren, 1986). Setiap minyak nabati memiliki sifat dan ciri

tersendiri yang sangat ditentukan oleh struktur asam lemak pada rangkaian

trigliseridanya.

Tabel II. Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa


Asam Lemak Jumlah (%)
Asam lemak jenuh
Laurat (C12H24O2) 44-52
Miristat (C14H28O2) 13-19
Palmitat (C16H32O2) 7,5-10,5
Kaprilat (C8H16O2) 5,5-9,5
Kaprat (C10H20O2) 4,5-9,5
Stearat (C18H36O2) 1-3
Kaproat (C6H12O2) 0-0,8
Arachidat (C20H40O2) 0-0,4
Asam lemak tak jenuh
Oleat (C18H34O2) 5-8
Linoleat (C18H32O2) 1,5-2,5
Palmitoleat (C16H30O2) 0-1,3
(Thieme, 1968)

Minyak kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang (C – C ), khususnya


8 14

asam laurat dan asam meristat. Adanya asam lemak rantai sedang ini (medium
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

chain fat) yang relatif tinggi membuat minyak kelapa mempunyai beberapa

sifat daya bunuh terhadap beberapa senyawaan yang berbahaya di dalam tubuh

manusia (Anonim, 2006). Minyak kelapa memiliki sifat mudah tersaponifikasi

(tersabunkan) dan cenderung mudah menjadi tengik (rancid) (Shrivastava,

1982).

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Pegagan (Centella asiatica L.) adalah tanaman obat yang mengandung zat

asiatikosida yang dipercaya dapat mengatasi berbagai permasalahan kulit seperti

keloid, selulit, dan noda hitam. Untuk mengoptimalkan penggunaannya dibuatlah

dalam bentuk sediaan sabun mandi transparan. Sabun transparan memiliki

penampilan yang mewah dan berkelas. Transparansinya yang menimbulkan kesan

alami dan menarik. Ada beberapa bahan yang berperan dalam pembuatan sabun

transparan, salah satunya sukrosa (gula pasir) yang berfungsi untuk membantu

terbentuknya transparansi pada sabun. Pada penelitian ini, konsentrasi sukrosa

digunakan sebagai variabel bebas, dengan variasi konsentrasi formula I sebesar

11%, formula II sebesar 13%, dan formulasi III sebesar 15%. Diharapkan dengan

peningkatan konsentrasi sukrosa ini akan diiringi dengan peningkatan transparansi

sabun serta sabun yang dihasilkan memiliki kualitas sifat fisis dan stabilas yang

baik. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penambahan sukrosa terhadap peningkatan transparansi sabun dan kualitas sifat

fisik sabun, serta untuk mengetahui stabilitas sifat fisik sediaan selama 8 minggu.

Selain itu, juga untuk mengetahui sabun yang dihasilkan tidak memberikan efek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

negatif terhadap kulit, seperti iritasi. Oleh karena itu, beberapa parameter mutu

sabun transparan seperti pH, kadar air, kestabilan busa dan tingkat transparansi

dilakukan serangkaian pengujian. Serta dilakukan pula pengujian kepada

kelompok responden, mengingat salah satu syarat penting dari sebuah sediaan

kosmetik adalah tidak mengiritasi kulit.

C. HIPOTESIS

1. Peningkatan konsentrasi sukrosa berbanding lurus dengan peningkatkan

transparansi sediaan sabun tersebut.

2. Peningkatan konsentrasi sukrosa tidak berpengaruh terhadap kualitas sifat

fisis sabun dan stabilitasnya selama 8 minggu penyimpanan, kecuali kadar air

sabun karena sifat higroskopis sukrosa yang mudah mnyerap air dari luar.

3. Sabun yang dihasilkan tidak meyebabkan iritasi pada kulit.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai