Anda di halaman 1dari 4

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Singkong karet merupakan komoditas tanaman pangan yang cukup
potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman ini mudah tumbuh
hampir di semua jenis tanah dan tahan terhadap serangan hama maupun
penyakit. Tanaman ini mudah dibudidayakan karena tanaman ini umumnya
dibudidayakan hanya dengan stek batang. Singkong karet banyak ditanam di
kebun, halaman rumah dan hanya dijadikan pembatas rumah atau pagar.
Pemanfaatan singkong karet di Indonesia umumnya hanya diambil
daunnya sebagai sayuran. Sedangkan umbi singkong karet jarang
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari karena rasanya yang pahit. Umbi
singkong karet biasanya dibiarkan didalam tanah sampai bertahun-tahun tanpa
ada pemanfaatan apapun. Singkong karet memiliki ukuran umbi yang besar
sehingga cukup potensial untuk digunakan sebagai pakan ternak karena tidak
dimanfaatkan oleh manusia. Ditinjau dari segi kandungan nutrisi singkong
karet mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sebesar 72,02%
sehingga cukup baik sebagai pakan sumber energi.
Selain mengandung karbohidrat, singkong karet juga mengandung
racun yang disebut sianida. Asam sianida adalah racun yang dapat
menghambat kerja enzim sitokrom oksidase pada pernafasan sehingga O2
tidak dapat digunakan oleh jaringan pernafasan dan dapat menyebabkan sakit
sampai kematian (Winarno, 2004). Bila dicerna, hidrogen sianida sangat cepat
terserap oleh alat pencernaan dan masuk ke dalam aliran darah. Dalam sel –
sel singkong karet terdapat enzim yang dapat memecah glikosida sianogenik
menghasilkan HCN (Hidrogen Cianida) bebas dan bersifat sangat beracun.
Racun ini biasanya banyak terkandung dalam ubi kayu yang rasanya pahit.
Siregar (1994) menyatakan bahwa kandungan asam sianida yang bersifat
racun yakni lebih dari 250 ppm.
Kandungan asam sianida pada singkong yang tinggi dapat meracuni
ternak. Oleh karena itu, maka dibutuhkan suatu teknologi pengolahan pakan

commit to user
1
2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

agar ternak yang mengkonsumsi singkong karet tidak mengalami keracunan


hingga akut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kandungan HCN yang terdapat dalam umbi singkong, yaitu dengan cara
perendaman, pencucian, perebusan, pendidihan, pengukusan, atau pengolahan
lainnya (Sumartono, 1987). Teknologi lain yang dapat digunakan yaitu
berupa pemanfaatan bahan penyerap abu. Metode ini yakni penggunaan
bahan penyerap abu seperti abu kayu dan abu sekam. Bahan ini merupakan
limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyerap kadar HCN pada
ubi kayu (Lutfi et al., 2012).
Singkong karet yang telah didetoksifikasi diharapkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan campuran konsentrat. Pemanfaatan singkong
karet yang telah didetoksifikasi dapat diketahui dengan uji kualitas biologis
yakni dari nilai kecernaan. Nilai kecernaan suatu pakan menentukan banyak
sedikitnya nutrien yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak. Penelitian
ini dilakukan menggunakan teknik in vitro guna mengetahui evaluasi nutrien
singkong karet (Manihot glaziovii). Teknik in vitro merupakan teknik
pengukuran kecernaan yang dilakukan di laboratorium dengan cara inkubasi
sampel ke dalam cairan rumen. Teknik ini meniru prinsip sistem pencernaan
dalam rumen sapi.

B. Rumusan Masalah
Selain mengandung karbohidrat, singkong karet juga mengandung
racun yang disebut sianida. Kandungan asam sianida pada singkong yang
tinggi dapat meracuni ternak. Sianida yang dilepas dalam lambung, sebagai
hasil hidrolisis glikosida sianogenik dari tanaman yang dikonsumsi ternak,
akan diserap dengan cepat ke dalam aliran darah. Selanjutnya akan terjadi
oksigenasi (level oksigen tinggi dalam darah) karena sianida bereaksi dengan
ferric (trivalent) iron dari cytochrome oxidase dan membentuk cyanide
cytochrome yang tinggi. Sementara itu, hemoglobin tidak mampu
membebaskan oksigen sehingga terjadi kegagalan pernafasan pada ternak
(Osweiler et al., 1976).

commit to user
3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Oleh karena itu, maka dibutuhkan suatu teknologi pengolahan pakan


agar ternak yang mengkonsumsi singkong karet tidak mengalami keracunan
hingga akut. Teknologi yang dapat digunakan salah satunya berupa
pemanfaatan bahan penyerap abu. Bahan ini merupakan limbah dari
pembakaran kayu yang dapat digunakan untuk mengurangi kadar asam
sianida pada bahan pakan (Lutfi et al., 2012).
Singkong karet yang telah didetoksifikasi diharapkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan campuran konsentrat. Pemanfaatan singkong
karet yang telah didetoksifikasi sebagai salah satu bahan pakan alternatif
dapat diketahui dari nilai nutrisi meliputi nilai fermentabilitas dan nilai
kecernaan secara in vitro. Nilai kecernaan suatu pakan menentukan banyak
sedikitnya nutrien yang dapat dikonsumsi dan dicerna oleh ternak, meliputi
kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik. Sedangkan nilai
fermentabilitas meliputi produksi VFA total dan pH cairan rumen untuk
mengetahui mikroba tetap dapat hidup. Teknik in vitro merupakan teknik
pengukuran kecernaan yang dilakukan di laboratorium dengan cara inkubasi
sampel ke dalam cairan rumen.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah
1. Mengetahui nilai nutrisi dan pengaruh penggunaan singkong karet yang
telah didetoksifikasi dengan bahan penyerap abu dalam ransum sapi secara
in vitro.
2. Mengetahui level optimal penggunaan singkong karet yang telah
didetoksifikasi dengan bahan penyerap abu dalam ransum sapi secara in
vitro.

commit to user
4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Anda mungkin juga menyukai