Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL SKRIPSI

KANDUNGAN NUTRISI PADA LIMBAH DAUN, BATANG dan

KULIT SINGKONG (Manihot Utilissima) YANG DIFERMENTASI

UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA PADA MUSIM

KEMARAU di DUSUN TANAK MIRA

Oleh:

AHMAD KHAERI 61118005

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA (UNDIKMA)

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pakan adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan

merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan baik penggemukan

maupun pembibitan ternak ruminansia seperti sapi potong. Permasalahan pada usaha

sapi potong antara lain adalah kualitas maupun kuantitas pakan yang belum sesuai

dengan kebutuhan nutrisi ternak; yang antara lain disebabkan oleh harga pakan yang

cukup tinggi terutama konsentrat, serta mutu pakan terutama hijauan yang bervariasi

dan tergantung pada musim. Di sebagian besar wilayah Indonesia, pada saat musim

hujan pakan hijauan mudah diperoleh sedangkan saat kemarau sangat sulit.

Potensi bahan pakan lokal seperti limbah tanaman pangan, perkebunan dan

Agroindustri belum termanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak; sebagian

besar digunakan sebagai bahan bakar, bahan baku industri maupun kompos. Hasil

evaluasi yang dilakukan sampai akhir tahun 2006 di 12 provinsi menunjukkan bahwa

bahan pakan yang berasal dari limbah-limbah tersebut memiliki kandungan nutrisi

yang rendah namun dari segi jumlahnya, beberapa diantaranya memiliki potensi yang

cukup besar yaitu batang Singkong, kulit Singkong, jerami kedelai, tongkol jagung,

kulit kakao dan kulit kopi (UMIYASIH et al., 2006).


Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditi tanaman pangan

yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman Singkong

termasuk dalam family Euphorbiaceae dapat tumbuh dengan mudah hampir di semua

jenis tanah dan tahan terhadap serangan hama maupun penyakit. Pada umumnya,

Umbi Singkong dimanfaatkan sebagai bahan pangan sumber karbohidrat (54,2%),

industri tepung tapioka (19,70%), industri pakan ternak (1,80%), industri non pangan

lainnya (8,50%) dan sekitar 15,80% diekspor (ANDRIZAL, 2003).

Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan pakan ternak adalah dengan

menggunakan bahan pakan lokal. Singkong (Manihot utilissima) merupakan tanaman

tropis yang mudah tumbuh di segala kondisi tanah dan pada waktu musim panen

harganya relatif murah. Kandungan nutrisi dalam Singkong terutama proteinnya

sangat rendah, namun Singkong merupakan sumber energi yang cukup potensial.

Daun Singkong mengandung kadar protein yang cukup tinggi dan dapat digunakan

sebagai sumber protein. Namun, pemanfaatan Singkong dan limbahnya sering kali

terkendala oleh adanya senyawa antinutrisi berupa asam sianida dan linamarin.

Kendala tersebut dapat diatasi dengan perlakuan fisik, kimiawi maupun biologis

sebagai upaya mendetoksifikasi senyawa antinutrisi tersebut. Penggunaan Singkong

secara luas sebagai pakan ternak memerlukan strategi . Formulasi yang tepat agar

diperoleh produktivitas ternak yang optimal.

Singkong memiliki kecernaan yang rendah serta dapat meracuni ternak. Kadar

HCN yang mampu ditolerir ternak tidak boleh lebih dari 50 ppm. Teknik pengolahan
seperti amoniasi dan fermentasi dapat meningkatkan kadar protein, kecernaan serta

dapat menurunkan kadar HCN pada kulit singkong (Hanifah dkk, 2010).

1.2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Mengolah Pakan dari Daun, Batang, dan Kulit Singkong yang

mengandung kadar HCN atau Sianida yang tinggi menjadi pakan yang Bergizi

untuk Ternak Ruminansia dan sebagai pengganti pakan hijauan saat sulit di

dapatkan pada musim Kemarau.

1.3. TUJUAN

A. Mengolah Daun, Batang dan Kulit menjadi Pakan yang Bergizi bagi Ternak

Ruminansia

B. Mengurangi kadar (HCN) Sianida dan meningkatkan kadar Protein pada kulit

Ubi Kayu dengan cara Fermentasi.

1.4. MANFAAT

A. Mengatasi kekurangan pakan ternak Ruminansia pada musim kemarau.

B. Bisa dijadikan sebagai Pakan Utama untuk pengganti pakan Hijauan seperti,

Rumput Gajah pada musim Kemarau.

C. Perubahan rumen terjadi ketika Singkong digunakan sebagai pakan Ternak

Ruminansia.

D. Suplai N Mikroba menjadi meningkat signifikan pada Rumen.

E. Dapat meningkatkan Bobot Badan Ternak


1.5. KERANGKA BERFIKIR

Kulit singkong merupakan limbah dari industri rumah tangga dan mudah

didapatkan banyak mengandung nilai gizi sehingga mampu memenuhi asupan

gizi untuk ternak. Diharapkan dengan pemanfaatan kulit singkong sebagai bahan

pembuatan Pakan untuk ternak ruminansia dengan cara Fermentasi bisa

memenuhi kebutuhan ternak Ruminansia pada musim kemarau sebagai pengganti

pakan utama hijauan. Penelitian ini memiliki kerangka berfikir sebagai berikut;

Pemanfaatan daun, batang dan


Terbatasnya pakan ternak kulit singkong yang difermentasi Ketidaksadaran Masyarakat
ruminansia pada musim sebagai pakan yang bergizi untuk terhadap pemberian kulit
kemarau pakan ternak ruminansia. singkong terhadap ternak

Pakan seperti limbah kulit Kandungan pada daun singkong memiliki protein kasar
singkong sangat mudah di 23,2%, serat kasar 21,9%, protein 0,576%, kalsium
dapatkan dari sisa sisa 0,972%, batang singkong memiliki protein kasar
pengolahan bahan pangan. 10,9%, serat kasar 22,6%, protein 0,341%, kalsium
0,312%, kulit singkong memiliki protein kasar 4,8%,
serat kasar 21,2% , protein 0,112% , kalsium 0,36%

Kulit singkong memiliki kadar HCN


sianida yang tinggi sehingga perlu
pengolahan kulit singkong dengan cara
fermentasi atau bisa juga dengan cara
di keringkan untuk mengurangi kadar
HCN
1.6. HIPOTESIS
1. Ada pengaruh terhadap pemberian pakan daun, batang dan kulit singkong

(Manihot Utillisima) yang di fermentasi terhadap pertumbuhan bobot badan

ternak ruminansia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Singkong (Manihot Utilissima)

Singkong merupakan tanaman berumur panjang yang tumbuh di daerah

tropika dengan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, tetapi sensitif

terhadap suhu rendah. Tanaman singkong mempunyai adaptasi yang luas. Hal inilah

yang menyebabkan singkong dapat ditanam dimana-mana setiap waktu sepanjang

tahun dengan resiko kegagalan kecil. Tanaman singkong memiliki beberapa

kelebihan diantara dapat tumbuh disegala tanah, tidak memerlukan tanah yang subur

asal cukup gembur, tetapi sebaliknya tidak tumbuh dengan baik pada tanah yang

terlalu banyak airnya (Cecep, 2009).

Singkong atau yang dikenal juga dengan nama ubi kayu merupakan tumbuhan

tahunan tropika dari keluarga Euphorbiaceae. Singkong merupakan umbi atau akar

pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm.

Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Singkong tidak tahan disimpan

meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan yang timbul ditandai

dengan keluarnya warna biru gelap.

Singkong terdiri dari beberapa bagian yang sangat bermanfaat dikehidupan

sehari-hari. Umbinya bisa dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, daunnya dapat yang

dimakan sebagai sayuran atau sebagai ramuan, merupakan sumber protein yang baik juga

mengandung vitamin dan mineral. Bagian dari singkong yang dianggap limbah jika tidak
dimanfaatkan yaitu kulit singkong, yang merupakan limbah kupasan hasil pengolahan

gaplek, tapioka, tape, dan panganan berbahan dasar singkong lainnya.

Untuk melihat potensi nutrisi tanaman singkong dalam beberapa bagiannya,

berikut komposisi kimia singkong pada beberapa bagiannya seperti ditunjukan pada

tabel 2.1.

2.1. Komposisi Nutrisi Tanaman Singkong

Kandungan Nutrisi Daun % Batang % Umbi % Kulit %


Protein Kasar 23,2 10,9 1,7 4,8
Serat Kasar 21,9 22,6 3,2 21,2
Ekstrak Eter 4,8 9,7 0,8 1,22
Abu 7,8 8,9 2,2 4,2
Ekstrak tanpa N 42,2 47,9 92,1 68
Ca 0,972 0,312 0,091 0,36
P 0,576 0,341 0,121 0,112
Mg 0,451 0,452 0,012 0,227
Energi Metabolis 2590 2670 1560 3960
Sumber : Devendra (1977)

Kulit singkong merupakan limbah kupasan hasil pengolahan gaplek, tapioka,

tape, dan panganan berbahan dasar singkong lainnya. Potensi kulit singkong di

Indonesia sangat melimpah, seiring dengan eksistensi negara ini sebagai salah satu

penghasil singkong terbesar di dunia dan terus mengalami peningkatan produksi

dalam setiap tahunnya. Produktivitas singkong di Indonesia sebesar 22.677.866 ton

(Badan Pusat Statistik, 2012). Setiap bobot singkong akan dihasilkan limbah kulit

singkong sebesar 16% dari bobot tersebut (Cecep, 2009), sehingga dapat

diprediksikan jumlah kulit singkong yang dihasilkan akan melimpah. Limbah kulit

singkong yang ditunjukkan pada gambar 2.1 dibawah ini.


Gambar 2.1. Kulit singkong setelah dikupas

Ketersediaan kulit singkong akan menjadi limbah yang merupakan

pencemaran lingkungan bila tidak dimanfaatkan dengan baik. Usaha pemanfaatan

limbah ini yaitu sebagai pakan ternak, akan tetapi karena rendahnya kandungan gizi

dan adanya zat anti nutrisi yaitu asam sianida (HCN) serta kandungan serat kasar

yang tinggi menjadi faktor pembatas pemanfaatan kulit singkong sebagai pakan

ternak sehingga diperlukan pengolahan lebih lanjut agar pemanfaatan kulit singkong

menjadi lebih optimal yang ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kulit singkong bersih

Data pada tabel 2.2 berikut menunjukkan komposisi kimia kulit singkong

sehingga bisa menjadi acuan untuk pemanfaatan limbah kulit singkong menjadi

alternatif pakan ternak.


Tabel 2.2. Kandungan pada Kulit Singkong
Elemen C H O N S Ash
Wt% 59,31 9,78 28,74 2,06 0,11 0,3 11,4
Sumber : Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Institut Pertanian Bogor, 2011

2.2. Saccharomyces Cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang

secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris,

oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya.

DAFTAR PUSTAKA
ABBAS, S., A. HALIM, A. AHMAD dan S.T. AMIDARMO. 1986. Limbah

Tanaman Ubi Kayu. Dalam: Limbah Hasil Pertanian. Kantor Menteri Muda

Urusan Peningkatan Produksi Pangan.

AHMED, F.A. 1977. Feeding cassava to cattle as an energy supplement to dried

grass. East African Agric. Forestry J. 42: 368 – 372.

AKINFALA, E.O., A.O. ADERIBIGBE and O. MATANMI. 2002. Evaluation of the

Nutritive value of whole cassava plant meal as replacement for maize in the

starter diets for broiler chickens. Res. Rural Dev. 14(6)

http://www.cipav.org.co/lrrd14.6/akin.htm. (17 Maret 2009).

ANDRIZAL. 2003. Potensi, tantangan dan kendala pengembangan agroindustri ubi

kayu dan kebijakan industri perdagangan yang diperlukan. Pemberdayaan

Agribisnis Ubi Kayu Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Penelitian

Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Nurlaili, F., Suparwi dan Sutardi, T. R. 2013. Fermentasi kulit singkong (Manihot

utilissima pohl) menggunakan Aspergillus niger pengaruhnya terhadap

kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) secara

In-Vitro. Jurnal Ilmiah Peternakan.1 (3) : 856 –864.

Sandi, Y. O., Rahayu, S. dan Wardhana, S. 2013. Upaya peningkatan kualitas kulit

singkong melalui fermentasi menggunakan Leuconostoc Mesenteroides

pengaruhnya terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik secara In

Vitro. Jurnal Ilmiah Peternakan.1 (1) : 99 – 108.


Hanifah, V. W., Yulistiani, D. dan Asmarasari, S.A. A. 2010. Optimalisasi

pemanfaatan limbah kulit singkong menjadi pakan ternak dalam rangka

memberdayakan pelaku usaha enye-enye. Prosiding Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Stephanie dan Purwadaria, T. 2013. Fermentasi substrat padat kulit singkong sebagai

bahan pakan ternak unggas. WARTAZOA.

Anda mungkin juga menyukai