PENDAHULUAN
Tanaman yang tahan akan kekeringan itu sangat mudah tumbuh di kabupaten
tiwul. Nasi Tiwul itulah yang menjadi makanan khas Wonogiri. Selain itu
maupun kambing maka salah satu pengolahan limbah singkong adalah dengan
produk yang bernilai ekonomi dan memiliki nilai tambah khususnya untuk
dengan berbagai bahan alami dan melalui proses yang higienis. Pembuatan
dengan berbagai cara teknologi inovasi baru yang perlu untuk dikembangkan.
1
Karena pembuatan bahan pakan kulit singkong dapat megembangkan
kaya serat dan berprotein tinggi, cocok untuk digunakan sebagai pakan
ternak. Pollard juga bisa ddigunakan untuk campuran roti (Hayati, 2000).
Kandungan air dan protein padapollard dan white brand ini sama, yaitu
maksimal 14% dari 100 g pollard. Kandungan abu pada pollard lebih sedikit
dibandingkan bran yaitu maksimal 4,5% pada pollard dan 5,5% pada brand.
Kandungan lemak pada pollard lebih tinggi dibandingkan white brand, yaitu
serat padapollard ini hanya sekitar 5%. Pollard merupakan sumber energi
nitrogen (N) sebesar 0,243 lebih tinggi dibandingkan bekatul yang hanya
2
seimbang dan tidak menyebabkan kondisi kesehatannya terganggu. Kriteria
akan Energi Energi dalam pakan umumnya berasal dari karbohidrat dan
lemak. Pentingnya energi dalam pakan tercermin dari adanya 2 macam metode
paling tua yang berdasar pada fraksi-fraksi yang tercerna dari sistem Wende
serta sumbangan energinya. Sistem yang kedua adalah sistem kalori berdasar
pada kandungan energi (kalori) pada bahan pakan (Blakely dan Bade, 1998
lama .
Jagung(Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
fosfor (P), vitamin, dan senyawa lainnya. Apa saja kandungan senyawa kimia
3
2. Bagaimana cara memanfaatkan kulit singkong sebagai pakan ternak?
3. Bagaimana ten pemberian kulit singkong ada ternak?
4. Apakah dedak gandum dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak?
5. Bagaimana nilai kandungan nutrisi pada dedak gandum?
6. Apa manfaat biji jagung sebagai bahan untuk pakan ternak?
7. Apa saja kandungan zat makanan yang terkandung dalam biji jagung
ternak.
2. Mengetahui teknik pemberian kulit singkong kepada ternak.
3. Mengetahui manfaat biji jagung untuk ternak
4. Mengetahui kandungan nutrisi dalam biji jagung
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Singkong memiliki nama latin Manihot utilissima. Merupakan umbi atau akar
pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-
80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna
warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi
manusia.
juga dengan daun singkong yang telah dimanfaatkan sebagai bahan makanan kita
karena mengandung protein dan zat besi. Hampir semua bagian dari pohon
singkong bisa dimanfaatkan mulai dari umbi hingga daunnya. Umbi singkong
biasanya hanya diambil dagingnya dan untuk digoreng atau direbus, dan daun
Kulit singkong merupakan limbah kupasan hasil pengolahan gaplek, tapioka, tape,
ini sebagai salah satu penghasil singkong terbesar di dunia dan terus mengalami
spesifikasi kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi Kalori 121 kal, juga
5
kandungan karbohidrat yang tinggi yang dapat dikonsumsi pula oleh manusia.
Presentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total
singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15%. Sampah kulit
singkong termasuk dalam kategori sampah organik karena sampah ini dapat
Selain itu dalam kulit singkong juga terdapat kandungan HCN. Asam sianida
disebut juga Hidrogen sianida (HCN), biasanya terdapat dalam bentuk gas atau
larutan dan terdapat pula dalam bentuk garam-garam alkali seperti potasium
sianida. Sifat-sifat HCN murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap
pada suhu kamar dan mempunyai bau khas. HCN mempunyai berat molekul yang
ringan, sukar terionisasi, mudah berdifusi dan lekas diserap melalui paru-paru,
saluran cerna dan kulit (Dep Kes RI, 1987). HCN dikenal sebagai racun yang
mematikan. HCN akan menyerang langsung dan menghambat sistem antar ruang
sel, yaitu menghambat sistem cytochroom oxidase dalam sel-sel, hal ini
6
Dengan sistem keracunan ini maka menimbulkan tekanan dari alat-alat pernafasan
tertolong akan menyebabkan kematian. Bila dicerna, HCN sangat cepat terserap
oleh alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah. Tergantung jumlahnya HCN
dapat menyebabkan sakit hingga kematian (dosis yang mematikan 0,5 3,5 mg
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Singkong
3.1.1. Pengolahan Kulit Singkong
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan pengolahan kulit singkong
sianidanya ikut terbuang keluar sehingga tinggal sekitar 10- 40 mg/kg. Asam
biru (HCN) dapat larut di dalam air maka untuk menghilangkan asam biru
tersebut cara yang paling mudah adalah merendamnya di dalam air pada waktu
tertentu.
Kulit singkong yang berpotensi sebagai pakan ternak mengandung asam
lebih besar dari pada umbinya. Sifat racun pada biomass ketela pohon
berkisar antara 150 sampai 360 mg HCN per kg berat segar. Namun kandungan
singkongnya.
Dilaporkan bahwa ternak domba mampu mentoleransi asam sianida pada
konsentrasi 2,5 4,5 ppm per kg bobot hidup. Sedangkan Tweyongyere dan
8
Katongole (2002), melaporkan bahwa konsentrasi asam sianida yang aman dari
dalam kulit singkong ini dapat menimbulkan keracunan jika dikonsumsi oleh
ternak (domba/kambing).
dalam pembuatan pakan dari limbah kulit singkong. Alat-alat yang dibutuhkan
antara lain pisau untuk memotong atau mengupas kulit singkong, telenan
sebagai alas ketika memotong kulit singkong, wadah untuk merendam kulit
dipotong kecil-kecil ke dalam ember yang kemudian diisi air sampai kulit
yang ada saranganya yang berisi air dan didihkan selama 15 menit.
c. Dicampur dengan urea 3% BK: Kulit singkong dicuci kemudian dipotong kecil-
kecil selanjutnya dicampur dengan urea dengan konsentrasi 3% dari berat kering.
diiris kecil-kecil yang selanjutnya dikukus dalam panci yang berisi air mendidih
selama 15 menit, setelah itu diangkat kemudian ditebar dalam nampan sampai
dingin. Setelah dingin kulit singkong ini diinokulasi dengan menggunakan kapang
selama 4 hari.
9
Hasil percobaan perlakuan terhadap kulit singkong dapat dilihat dari Tabel 1 bahwa
kulit singkong yang tidak diolah mempunyai kandungan HCN yang sangat tinggi
(459,56 ppm).
Dengan berbagai proses pengolahan yang dilakukan pada percobaan ini terlihat bahwa
kandungan HCN dapat turun secara drastis dan konsentrasi masih dibawah ambang
toleransi, seperti proses fermentasi yang dapat menurunkan kadar HCN hampir hilang
(0,77 ppm). Bahkan dengan proses yang paling sederhana dengan perendaman,
kandungan HCN nya dalam batas yang aman Hal ini menunjukkan bahwa kapang
sianida
pengolahan kulit singkong ini dapat diberikan kepada ternak sebagai bahan pakan
substitusi dan bahkan dapat dikonsumsi oleh manusia. Dalam pemberiannya limbah
10
c. Pemberian pakan limbah kulit singkong pada ternak domba dicampurkan pada
pakan campuran lainnya, untuk menghindari hal-hal yang merugikan ternak maupun
terlebih dahulu kemudian dilayukan sebelum diberikan ke ternak sebagai bahan pakan
alternative
Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/ graminae
yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan
pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas.
Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada
bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung
merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan,
dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu. Secara umum jagung mempunyai
pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah
daun yang berkembang dapat berbeda.
Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase
perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai
dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai
munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya
bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase
reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis (Subekti et.
al.,2008)
Menurut Tjitrosoepomo, 1991 tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika
(Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
11
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji. Menurut umur, dibagi
Harapan.
Menurut bentuk biji, dibagi menjadi 7 (tujuh) golongan: Dent Corn, Flint Corn, Sweet
Corn, Pop Corn, Flour Corn, Pod Corn, dan Waxy Corn .
Kandungan zat makanan pada jagung secara umum terdiri dari kandungan air sebesar 14%,
Abu 2,0 %, Protein Kasar 10,3% , Lemak Kasar 4,7%, Serat Kasar 2,5%, BETN 79,8%, Ca
0,03%, dan P sebesar 0,26%. (Hartadi, 1986).
Kandungan karbohidrat dalam 100 gram jagung adalah sebesar 73,7 gram. Bagian yang kaya
akan karbohidrat adalah bagian biji. Sebagian besar karbohidrat berada pada endospermium.
Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan dapat dimanfaatkan untuk
pakan ternak. Jagung merupakan sumber energi utama pakan, terutama untuk ternak
monogastrik seperti ayam, itik, puyuh, dan babi karena kandungan energi yang dinyatakan
12
sebagai energy termetabolis (ME), relative tinggi dibandingkan dengan bahan pakan lainnya.
Bagian-bagian tanaman jagung yang di gunakan untuk pakan ternak antaralain:
1. Tebon jagung adalah seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan buah jagung
muda yang umumnya dipanen pada umur tanaman 45 65 hari (Soeharsono dan
Sudaryanto, 2006) ada pula yang menyebut tebon jagung tanpa memasukkan jagung muda
ke dalamnya. Tebon jagung ini dapat dimanfaatkan peternak untuk pakan ternak
ruminansia.
2. Biji Jagung dapat digunakan untuk pakan ternak unggas khususnya untuk pembuatan
ransum ayam broiler atau yam petelur.
Dalam ransum unggas, baik ayam broiler maupun petelur, jagung menyumbang lebih
dari separuh energi yang dibutuhkan ayam. Sebagai pakan, jagung dimanfaatkan sebagai
sumber energi dengan istilah energi metabolis. Walaupun jagung mengandung protein sebesar
8,5%, tetapi pertimbangan penggunaan jagung sebagai pakan adalah untuk energi. Apabila
energi yang terdapat pada jagung masih kurang, misalnya untuk pakan ayam broiler, biasanya
ditambahkan minyak agar energi ransum sesuai dengan kebutuhan ternak. Kontribusi energi
jagung adalah dari patinya yang mudah dicerna. Jagung juga mengandung 3,5% lemak,
terutama terdapat di bagian lembaga biji. Kadar asam lemak linoleat dalam lemak jagung
sangat tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ayam, terutama ayam petelur. Jagung
mempunyai kandungan Ca dan P yang relatif rendah dan sebagian besar P terikat dalam
bentuk fitat yang tidak tersedia seluruhnya untuk ternak berperut tunggal.
Dalam ransum unggas (baik ayam broiler maupun petelur) jagung menyumbang lebih
dari separuh energi yang dibutuhkan ayam. Tingginya kandungan energi jagung berkaitan
dengan tingginya kandungan pati (>60%) biji jagung. Di samping itu, jagung mempunyai
kandungan serat kasar yang relatif rendah sehingga cocok untuk pakan ayam. Kadar protein
jagung (8,5%) jauh lebih rendah dibanding kebutuhan ayam broiler yang mencapai >22% atau
ayam petelur > 17%. Sebenarnya, ayam memerlukan asam amino yang terdapat dalam
protein. Karena itu, untuk menilai kandungan gizi jagung perlu memperhatikan kandungan
asam aminonya. Kandungan lisin, metionin, dan triptofan jagung relatif rendah sehingga
untuk membuat pakan ayam perlu ditambahkan sumber protein yang tinggi seperti bungkil
kedelai. Untuk melengkapi kandungan asam amino dalam ransum pakan ayam dapat
13
ditambahkan asam amino sintetis seperti L Lisin, DL Metionin atau L Treonin.(Tangendjaja
dan Wina, 2006).
Selain untuk pakan unggas, limbah jagung berupa jerami jagung dapat dimanfaatkan
untuk pakan ruminansia. Jerami jagung yang diawetkan dengan pengeringan matahari
menghasilkan hay dan disimpan oleh petani untuk persediaan pakan sapi pada musim
kemarau. Jerima jagung digunakan untuk menggantikan rumput. Tanaman jagung pada umur
tertentu, terutama ketika bulir mulai tumbuh, mempunyai nilai gizi yang tinggi untuk
sapi. Menurut Hartadi et al., (1997), bahwa tanaman Jagung dapat menggantikan rumput
potong pada masa istirahat sesudah defoliasi sehingga kontinuitas pakan terjaga. Komposisi
kimia hijauan jagung untuk pakan berturut-turut TDN, PK, Ca, P adalah 58%; 8,8%; 0,28%
dan 0,14%.
3.3. Pollard
Pollard merupakan limbah dari penggilingan gandm menjadi terigu. Angka konversi
pollard dari bahan baku sekitar 25-26%. Pollard merupakan pakan yang popular dan
pencahar yang ada pada pollard. Karena adanya sifat pencahar tersebut, maka pollard
ataupun uji apung. Bulk density pollard adalah 208,7 g/l. Bulk density yang besar atau
lebih kecil dapat berarti adanya kontaminasi atau pemalsuan. Makin banyak pollard
tersebut.ujiflouroglucinol dapat dipakai untuk menguji sekam pollard. Selain itu juga uji
organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui
dihasilkan nampaknya lebih besar daripada yang diperkirakan dari kandungan protein
14
dan kecernaan nilai zat makanannya. Pemberian pollard biasanya dicampur dengan
butiran dan dengan pakan yang kaya akan protein seperti bungkil-bungkilan. Pollard
mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai lebih dari seperempat bagian konsentrat.
Kualitas protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi lebih rendah daripada kualitas
protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan phosphor (P), feerum
(Fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). pollard mengandung 1,2 9% P, tetapi hanya
mengandung 0,13% Ca. bagian terbesar dari P ada dalam bentuk phitin phosphor.
Polaard tidak mengandung vitamin A atau vitamin, tetapi kaya akan niacin dan thiamin.
Polar mempunyai istilah lain Pollard/ Triticum sativumlank/ Dedak Gandum,
merupakan limbah dari penggilingan gandum menjadi tepung terigu. Pabrik terigu
banyak kita temui didaerah pelabuhan laut seperti Surabaya, Semarang, Cilacap,
layer.Polar mempunyai palatabilitas (rasa kesukaan ternak terhadap pakan) yang cukup
protein seperti bungkil-bungkilan. Polar mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai
lebih dari seperempat bagian konsentrat. Kualitas protein polar lebih baik dari jagung,
tetapi lebih rendah daripada kualitas protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging.
Polar kaya akan Phosphor (P), Ferrum (Fe) tetapi miskin akan Kalsium (Ca). Polar
mengandung 1,29% P, tetapi hanya mengandung 0,13% Ca. Polar tidak mengandung
vitamin A tetapi kaya akan Niacin (vitamin B3) dan Thiamin (vitamin B1).
pada semua jaringan, namun konsentrasi terbanyaknya pada lembaga dan lapisan
aleuron dibandingkan dengan endosperm, pericarp maupun testa (kulit ari bagian
tengah). Kadar protein dedak gandum rata-rata adalah 15%, lemak 4% dan biasanya
kadar seratnya tidak lebih dari 10%. Dedak gandum mengandung Mg dan kaya akan
vitamin B kompleks yang sangat penting untuk pertumbuhan unggas (Kiroh, 1992).
15
Wheat pollard gandum merupakan hasil sisa penggilingan gandum, merupakan
campuran wheat middling dan dedak gandum. Wheat middling terdiri dari partikel
halus, dedak gandum, sedikit lembaga dan endosperm sedangkan dedak gandum terdiri
dari lapisan kulit ari terluar (perikarp) dari gandum. Selama penggilingan akan
dihasilkan wheat pollard gandum sebesar 10% (Tangendjaja dan Pattyusra, 1993).
Kiroh, H.J. 1992. Effisiensi penggunaan bungkil biji kapok sebagai pengganti polard
dalam pakan pengemukkan terhadap penampilan dan kualitas fisik daging sapi jantan
kastrasi ACC. Tesis Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tangendjaja, B. dan Pattyusra. 1993. Bungkil inti sawit dan polard gandum yang
Persenatase penggungaan pollard dalam ransum sebesar 35%. Penghasil terbesar pollard
di dunia adalah Australia. Permasalahan utama pada bahan pakan ini adalah kandungan
protein pada pollard cukup rendah sehingga keutuhan nutrient ternak tidak tercukupi.
Salah satu solusi untuk meningkatkan kandungan protein pada pollard adalah dengan
Wheat pollard biasa dikenal dengan dedak gandum yang merupakan salah satu hasil
ikutan dari proses penggilingan gandum menjadi tepung terigu. Menurut North (1978),
bahwa gandum dan hasil ikutannya seperti bran, pollard telah banyak digunakan sebagai
bahan pakan ternak. Dalam proses produksi tepung terigu dihasilkan tepung terigu
sebanyak 74% dan limbahnya berupa bran 10 %, pollard 13 % dan bahan untuk lem
16
kayu lapis 3 %. Pollard yang dihasilkan dalam proses produksi tepung terigu sangat
berpotensi untuk bahan pakan ternak (Arief, 2000). Menurut Triharyanto (2001), bahwa
Wheat pollard (dedak gandum) memiliki nilai Energi Metabolisme (kkal/kg) 1,140,
17
BAB IV
PENUTUP
secara maksimal
2) Berdasarkan kandungan dalam limbah kulit singkong, Kulit singkong dapat
monogastrik seperti ayam, itik, puyuh, dan babi karena kandungan energi
air sebesar 14%, Abu 2,0 %, Protein Kasar 10,3% , Lemak Kasar 4,7%,
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lembahgogoniti.com/artikel/29-pakan-kambing/66-tabel-kandungan-nutrisi-
bahan-pakan-ternak.html Diakses pada hari Selasa, 07 Maret 2017 pukul 16.17 WIB.
http://blog.ub.ac.id/budipangestu/2013/05/20/memanfaatkan-kulit-singkong-menjadi-pakan-
WIB.
http://www.stpp-malang.ac.id/index.php/component/content/article/68-artikel/196-
artikelkulitsingkong Diakses pada hari Selasa, 07 Maret 2017 pukul 16.55 WIB.
Pollard dan Duckweed terhadap Persentase Berat Karkas, Bulu, Organ Dalam, Lemak
Abdominal, Panjang Usus dan Sekum Ayam Kampung. Skripsi S-1.Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Triharyanto, B. 2001.Beternak Ayam Arab. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
19
Subekti N. A., Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2008. Morfologi Tanaman dan Fase
Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia: Maros.
Tangendjaja B. dan E. Wina. 2006. Limbah Tanaman dan Produk Samping Industri Jagung
untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak: Bogor.
Tjitrosoepomo, C., 1991. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universy Press: Yogyakarta.
Soeharsono & B. Sudaryanto. 2006. Tebon jagung sebagai sumber hijauan pakan ternak
strategis di lahan kering Kabupaten Gunung Kidul. Prosiding Lokakarya Nasional
Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung Sapi. Pontianak, 9-10 Agustus
2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. Hal: 36-141.
20