Pendahuluan
Definisi unggas (poultry) adalah jenis ternak bersayap dari kelas Aves yang telah
didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan
nilai ekonomis dalam bentuk daging, telur, ataupun dalam bentuk lainnya yang dapat
memberikan keuntungan bagi manusia. Unggas sering dijadikan hewan percobaan di
laboratorium karena peka terhadap perubahan gizi/nutrisi pada pakan, murah, dan lebih
mudah dipelihara terutama pada ayam dan burung puyuh.
Ayam (petelur dan pedaging), itik, ayam kampung, merpati, kalkun, burung puyuh, dan
angsa sudah diusahakan secara komersial. Sedangkan burung mutiara, kasuari dan burung
unta masih diperkirakan kemungkinannya untuk diternakkan secara komersial.
Ilmu Pengetahuan tentang unggas (poultry) tentang prinsip pemeliharaan secara
teoritis ataupun praktis, ilmu tentang produksi, reproduksi, genetik, teknologi hasil unggas
dan pemasarannya dinamakan ilmu ternak unggas (poultry science). Bersmaan
berkembangnya poultry science ini, berkembang juga usaha peternakan antaralain sebagai
berikut :
1. Pabrik vaksin yang menggunakan telur fertile sebagai bahan dasar
2. Pabrik farmasi dan komestik yang memanfaatkan putih dan kuning telur sebagai bahan
utama
3. Pabrik pakan ternak (feedmill) sebgai penunjang utama pakan unggas
4. Pabrik obat-obatan untuk ternak
5. Pabrik SAPRONAK (Sarana Produksi Peternakan) seperti kandang batere, tempat
pakan, tempat minum, tempat telur (egg tray), mesin tetas, brooder, dan lain-lain.
6. Home industry yang memanfaatkan bulu untuk shuttle cock, cakar ayam untuk
membuat souvenir, kulit burung ostrich untuk jaket, dan lain-lain.
7. Industri pasca panen, misalnya ayam goreng, tepung telur, sosis ayam, dan telur asin.
8. Pertanian secara terpadu dengan peternakna karena memanfaatkan kotoran dan
kompos sebagai pupuk kandang.
Hasil pokok dari unggas adalah daging dan telur, sementara hasil sampingan berupa
bulu dan kotoran serta kesenangan (ornamental) sebagai hasil khusus. Unggas memberikan
kontribusi penyediaan daging secara maksimal sebanyak 56,60% dari total 1.450,7 ribu ton.
Dari angka tersebut, 62,8 % berasal dari daging ayam broiler, 32,34 % dari ayam kampuyng,
dan sisanya dari daging ayam petelur dan itik. Peranan unggas pada lapangan pekerjaan
mampu tenaga kerja lebih dari 480.000 rumah tangga peternakan ayam buras, 38.000 rumah
tangga peternakna ayam petelur dan pedaging, serta 285.000 rumah tangga peternakan itik.
(Ditjenak, 2001).
Menurut Yuwanta (2004) sejarah perunggasan di Indonesia secara garis besar terbagi
menjadi tiga tahapan yaitu :
1. Tahap Perintisan (1953-1960)
Pada tahap ini, bibit ayam DOC (Final Stock) jenis White Leghorn (WL), Rhode Island
Red (RIR), New Hampshire (NHS), dan Australorp diimpor ke Indonesia. Saat itu, terbentuk
Gabungan Penggemar Unggas Indonesia (GAPUSI) yang beraktivitas untuk melakukan
persilangan diantara breed murni impor atau dengan ayam lokal yang menghasilkan ayam
kampung yang bervariasi.
2. Tahap Pengembangan (1961-1970)
Pada tahap ini, dilakukan pameran ternak unggas yang pertama (masih impor bibit
ayam Final Stock) pada tahun 1967. Karena pada saat itu ayam ras belum banyak dikenal dan
di ternakkan dan tingkat konsumsi protein hewani asal ternak rendah, maka Direktorat
Jendral Peternakan dan kehewanan menyusun program Bimas Ayam untuk
memasyarakatkan ayam ras kepada petani dan peternak dengan tujuan meningkatkan
konsumsi protein hewani asal ternak dengan target 5 g/kapita/hari yang sebelumnya baru
mencapai 3,5 g/kapita/hari.
3. Tahap Pertumbuhan (1971-1980)
Pada tanggal 2 maret, Presiden memberikan petunjuk (briefing) kepada peternak dan
pengusaha ayam bersamaan dengan dilakukannya Pameran Ternak Ayam di istana Negara.
Hasil Pameran Ternak Ayam tersebut ditindaklanjuti dengan sosialisasi peternakan ayam
petelur kepada masyarakat, petani dan peternak. Pada akhir tahun 1971, dimulai Bimas
ayam petelur di Kabupaten Bogor dan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tahun 1980, industri perunggasan dari hulu ke hilir berkembang dengan pesat. Bimas
ayam broiler dilakukan tahun 1978 sebagai jawaban atas menurunnya populasi sapi dan
kerbau di Indonesia sehinggaa daging ayam broiler mampu menggantikan daging
sapi/kerbau. Permintaan daging ayam sangat tinggi dengan peningkatan penduduk dan
penmigkatan pendapatannya hingga pada tahun 1998 terjadilah krisis ekonomi di Indonesia
yang mengakibatkan kepemilikan ternak ayam di peternak menurun sampai 50% dan
kembali bangkit pada tahun 1999.
B. Klasifikasi Ekonomis
Berdasarkan atas tujuan pemeliharaan dan produksi utamanya, ayam dibagi menjadi
tiga tipe, yaitu :
1. Tipe Petelur (Layer Type)
Tipe petelur adalah ayam yang dipelihara untuk diambil telurnya. Untuk mendapatkan
tipe ini, ada beberapa sifat yang harus diperhatikan dalam pengembangannya, yaitu: nilai
afkir ayam (2,3-2,5 kg), konversi pakan rendah, bebas dari sifat mengeram, mudah
beradaptasi dengan lingkungan, dan lain-lain. Contoh ayam tipe ini adalah White Leghorn,
Babcock, dan Hyline.
Ayam yang cocok untuk dikembangkan sebagai ayam petelur adalah ayam yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bentuk tubuh lonjong, sayap kuat dan dapat terbang
b. Bobot badan dan tulang ringan, shank pipih dan melebar ke samping
c. Pertumbuhan bulu cepat, jengger tumbuh cepat dan masak kelamin pada umur 4,5-5
bulan
d. Produksi telur tinggi (250-300 butir/tahun) dan berat telur rata-rata 62 g/butir sampai
pada umur afkir (72 minggu)
e. Jarak qntara sternum dan kloaka 4-5 jari dan jarak antara dua tulang pubis minimal 3-4
jari.
2. Tipe Pedaging (Broiler Type)
Tipe ini merupakan ayam yang dipelihara untuk diambil dagingnya. Sifat yang perlu
diperhatikan adalah laju pertumbuhan dan bobot badan, konversi pakan rendah, daya hidup
tinggi, sifat dan kualitas daging, dan lain-lain. Contoh ayam tipe ini adalah Hybro, Starbro,
dan Arbor Acre.
Sifat yang harus dimiliki ayam pedaging adalah sebagai berikut :
a. Bentuk badan segi empat
b. Bulu luas, lebar, lebat dan agak longgar
c. Gerakan lamban
d. Shank bulat dan tebal
1. Vertebrae cervicalis atau tulang leher (13-14 ruas) berguna untuk menggerakkan leher.
2. Vertebrae columnalis atau vertebrae dorsalis atau tulang punggung (7 ruas). Tulang ini
melakukan fusi bersama-sama untuk memebentuk persendian tulang.
3. Vertebrae pygostyle dan urostylus, yaitu tulang ekor yang membentuk coccygeal (4
ruas).
4. Tulang rusuk sebanyak 7 buah
5. Pada sayap terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang
6. Tulang pubis, yang terdiri atas Vertebrae sacral dan vertebrae lumbal masing-masing 7
buah. Tulang ini digunakan untuk mendeteksi produksi telur, jarak antara tulang pubis
ayam yang berproduksi tinggi minimal tiga jari, jarak antara kloaka dengan sternum
minimal 4 jari.
1. Tulang thorax yang terdiri atas sternum dan rusuk (iga). Tulang rusuk terdiri atas 7
buah.
2. Tulang-tulang anterior limb yang membentuk sayap, antaralain tulang humerus, radius,
ulna dan karpus. Jari ketiga adalah metacarpus dan phalanges
3. Tulang posterior limb yang terdiri atas femur, patela, tibia, fibula, tarsometatarsus, dan
phalanges. Phalanges tersusun atas tiga tulang bagian depan dan satu dibelakang.
B. Sistem Perototan
Otot pada unggas berfungsi untuk menggerakkan tubuh, meiningkatkan suhu tubuh,
dan membentuk tubuh. Beberapa jenis otot pada unggas yang dikenal antaralain otot yang
melekat pada tulang (daging), otot lunak (ususu, paru-paru, jantung).
Otot pada unggas dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Pektoralis yang terdapat pada sayap, sternum, dan lunas perahu (keel) yang berfungsi
untuk terbang.
2. Pektineus (ambiens) yang menyebabkan ayam mampu bertengger dan tidur di tempat
bertengger tanpa jatuh.
3. Dermal yang digunakna utnuk menggerakkan bulu
4. Gastroknemius yaitu otot paha.
Menurut warnanya, otot unggas dibagi menjadi dua, yaitu otot putih/polos (daging dada)
dan otot merah (paha dan sayap).
C. Bulu
Bulu pada unggas memiliki peranan sebagai berikut :
1. Untuk pertahanan tubuh dari pengaruh panas dan dingin
2. Untuk mengahangatkan tubuh
3. Untuk terbang
4. Utnuk identifikasi beberapa penyakit, defisiensi nutrient, produksi telur dan umur dari
ayam.
Bentuk dan warna bulu dibutuhkan untuk menentukan bangsa (breed, spesies,
varietas) dan jenis kelamin. Pigmen yang terdapat pada bulu adalah lipochrom dan melanin.
Bulu disusun oleh keratin yang juga mengandung asam amino esensial seperti methionin dan
cystein.
Berdasarkan strukturnya, ada tiga jenis bulu utama, yaitu bulu kontur (menutupi
badan, tiap jenis kelamin berbeda dalam bentuk dan ukurannya), plumulae (ada pada ayam
dewasa, umunya dibawah bulu kontur, biasa terlihat di perut berupa bulu halus dan
berfungsi sebagai penahan panas, punya bendera bulu tetapi tidak bercabang), filopulmulae
(bulu yang berdegenerasi, biasanya terlihat pada ayam yang berumur sehari). Sedangkan
berdasarkan letaknya, bulu dibedakan atas remiges (bulu-bulu pada sayap), rectrices (bulku-
bulu pada ekor), tectrices (bulu yang menutupi tubuh), parapterium (bulu pada daerah bahu,
antara badan dan sayap), dan alaspuria (bulu-bulu kecil yang melekat pada jari-jari kaki).
D. Kulit
Kulit ayam sangat tipis dan tidak mengandung kelenjar-kelnjar kecuali uropigial
(kelenjar minyak) yang berada di pangkal ekor. Kelenjar ini mensekresikan minyak yang
digunakan untuk mambalut bulu dengan suatu lapisan pelindung melalui cara preening
(menyisir bulu dengan paruh) agar bulu bersih dan tidak basah.
Warna kulit ayam ditentukan oleh pigmen. Seperti pada kaki yang menyebabkan
warna kuning adalah pigmen lipochrom, sedangkan kaki yang berwarna hitam disebabkan
oleh pigmen melanin.
E. Jengger
Berdasarkan bentuknya, jengger ayam terdiri dari single, butter cup, pea, rose,
strawberry, v-shape dan cushion. Jengger ayam yang berwarna merah cerah menunjukkan
bahwa produksinya rendah dibandingkan dengan warna merah pucat.
F. Darah
Darah unggas terdiri atas plasma darah dan sel darah. Plasma darah terdiri atas protein
(albumin, globulin, dan fibrinogen), lemak dalam bentuk kolesterol, fosfolipid, lemak netral,
asam lemak, dan mineral anorganik teutama kalsium, potassium, dan iodium. Sedangkan sel
darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), trombosit, leukosit.
G. Sistem Pembuangan
Sistem pembuangan air dan hasil metabolisme diatur dan disaring oleh ginjal. Hasil
penyaringan air dan sisa metabolic pada ginjal adalah asam urat yang dibuang bersama
dengan urin dan feses yang dinamakan ekskreta. Tempat keluar dari pembuangan
dinamakan urodeum.
H. Sistem pernafasan
Sistem pernafasan pada unggas berbeda dengan system pernafasan pada mamalia,
yaitu sistem pernafasan pada unggas terletak pada paru-paru yang langsung berhubungan
langsung dengan kantong udara dan rongga tulang.
Paru-paru pada unggas tidak berkembang dengan baik. Paru-paru terletak diantara
tulang rusuk dan vertebrae dorsalis. Rangkaian saluran pernafasan dari luar ke dalam adalah
lubang hidung luar dan dalam, glottis, larynx, trachea, syrinx, bronchi, dan paru-paru.
Rongga udara (kantung udara) pada unggas berjumlah 9, terdiri atas 4 buah rongga
udara berpasangan dan 1 buah rongga udara tunggal. Rongga udara yang berpasangan
adalah abdominalis (terletak pada bagian perut dan mencapai pelvis), thoraxalis anterior
(terletak pada rongga dada dann berhubungan dengan tulang humerus), thoraxalis
prosterior (terletak di dalam rongga dada bagian belakang), servicslis (terletak di antara
abdominalis dan thoraxalis posterior serta berhubungan dengan otot leher). Sedangkan
rongga udara tunggal adalah rongganudara klavikularis yang terletak di tengah-tengah antara
kedua bagian paru-paru dan berhubungan dengan paru-paru.
Fungsi dari rongga udara bagi unggas adalah :
1. Membantu paru-paru untuk pernafasan
2. Meringankan tubuh dan membantu mengapungkan tubuh saat terbang
3. Membantu difusi air dari darah untuk disekresikan lewat paru-paru sebagai uap air.
IV. Fisiologi dan Reproduksi
A. Sistem Reproduksi Ayam Jantan
Alat reproduksi pada ayam jantan ada tiga bagian utama, yaitu sepasang testis,
sepasang vas deferens, dan kloaka.
Testis berbentuk biji buah buncis dengan wqarna putih krem. Ukuran tidak konstan
dan yang kiri sering lebih besaar daripada yang kanan. Bagian dalam testis terdapat tubulus
seminiferus (yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis), dan jaringan interstitial
yang terdiri dari sel glanduler (sel leydig) yaitu tempat disekresikannya hormone steroid,
androgen dan testosteron. Dari testes, sperma atau semen disalurkan melalui vas deferens
yang berbentuk gelombanng-gelombang lateral dan bermuara ke papilla kecil di kloaka. Pada
unggas darat tidak ada penis melainkan alat organ capulatory rudimenter, sedangkan pada
unggas air terdapat alat kopulasi berupa penis yang spiral yang panjangnyaantara 12-18 cm
dan bengkok yang terdiri dari tetunan fibrosa yang terletak pada dinding ventral kloaka.
C. Pembentukan Telur
Telur tersusun dari kuning telur (yolk), putih telur (albumen), kerabng tipis, kerbing
telur, dan beberapa bagian lain yang cukup kompleks.
Pembentukan kuning telur (disebut juga vitelogeni) merupakan proses
terakumulasinya kuning telur dari sebuah folikel ovarium. Bahan penyusun kuning telur
disintesis di dalam hati. Kemudian dibawa oleh aliran darah untuk diakumulasikan di oosit
pada ovarium dibawah pengaruh hormone estrogen.
Kuning telur melakukan penetrasi ke dalam magnum 15-20 menit setelah ovulasi.
Selama waktu tersebut, dimungkinkan terjadinya pembuahan karena spermatozoa
tersimpan pada zona radiata dan lapisan perivitellin dari leher infundibulum. Dari
infundibulum, kuning telur ,mengalami penetrasi ke magnum dan kuning telur berada
dibagian ini selama 3,5 jam. Selama waktu tersebut, kuning telur terbungkus oputih telur.
Putih telur terdiri atas 88% air, protein (90% bahan kering), mineral (6% bahan kering),
glukosa bebas (3,5% bahan kering). Putih telur merupakan sumber protein dan tersekresikan
serta terakumulasi didalam sel epithelium dan tubuler. Protein putih telur berupa ovalbumin,
ovotransverin, ovomukoid, dan lisosom disintesis oleh glandula tubuler. Sedangkan avidin
dan ovomusin disintesis oleh sel gobelet. Putih telur yang terbentuk kental, berupa gel yang
tipis mengandung kurang lebih 15 g air atau separuh dari jumlah air seluruhnya. Selama 6-7
jam pertama, telur berada di dalam magnum dan kandungan air putih telur meningkat dua
kali sehingga mencapai 3,5-7 g air dalam setiap gram protein.
Pembentukan kerabang telur dimulai dari isthmus sekitar 4,5 jam setelah ovulasi dan
berakhir 1,5 jam sebelum peneluran. Lapisan pertama yang dideposisikan adalah membrane
kerabang tipis bagian luar dan initi mamiler. Mineralisasi dari kalsium karbonat dilakukan
didalam uterus pada 10 jam setelah ovulasi, kemudain secara cepat terbentuklah cone yang
bersama-sama dengan yang berbentuk silindris dan mengandung lapisan paliosadik. Kalsium
dideposisikan sebanyak 0,33 mng/jam selama 10-23 jam setelah ovulasi, dan ovulasi
berikutnya terjadi 30 menit setelah peneluran. Akhirnya kalsifikasi terhenti setelah caco 3
dalam bentuk Kristal.
Bentuk normal telur ditentukan dalam magnum, beberapa faktor yang menentukan
bentuk telur antara lain : tekanan otot-otot oviduct, volume albumen dan ukuran isthmus,
faktor genetik, waktu dan siklus bertelur. Ukuran telur ditentukan antara lain oleh bangsa,
umur induk, posisi dalam clutch, produksi telur per tahun, umur dewasa kelamin, suhu, tipe
kandang, ransum, status kesehatan induk.
Warna kerabang pada ayam-ayam modern adalah putih dan berbagai tingkat warna
cokelat atau kuning ada bintik-bintik, beberapa ayam liar memiliki warna kerabang biru
kehijauan.
V. Sistem Pencernaan
Ayam merupakan hewan monogastrik. Panjang alat pencernaan pada ayam sekitar
245-255 cm, tergantung pada umur dan jenis ayam itu sendiri. Prinsip pencernaan pada
ayam ada tiga, yaitu pencernaan secara mekanik/fisik (pada gizzard dibantu dengan grit),
pencernaan secara kimia/enzimatik (pada mulut, proventikulus, usus halus dan organ
aksesoris), dan pencernaan secara mikrobiologik (jumlahnya sangat sedikit dan terjadi pada
sekum dan kolon). Urutan mekanisme pencernaan pada ayam adalah sebagai berikut.
1. Mulut
Pada bagian ini terdapat paruh yang berguna untuk merobek, mematuk, serta
mengambil maknan. Pakan masuk melalui mulut, kemudian masuk ke pharynx dengan
bantuan lidahnya yang runcing dan turun ke oeshopagus. Mulut menghasilkan saliva yang
mengandung amylase dan maltase saliva. Saliva ini dapat digunakan untuk membasahi
pakan agar mudah ditelan.
2. Oeshopagus
Bagian ini dimulai dari belakang pharynx dan berakhir di lambung kelenjar. Pelebaran
eoshopagus disebut tembolok (crop) yang berfungsi untuk menyimpan mkanan sementara.
Pada merpati, tembolok ini menghasilkan susu tembolok (pigeon milk) atau disebut juga
crop milk yang berfungsi untuk member makan anak-anaknya. Tembolok ini hanya ad pada
unggas darat.
3. Proventikulus/lambung kelenjar/pars glandularis
Bagian menebal yang menghubungkan oeshopagus dengann lambung otot (gizzard).
Proventikulus disebut juga lambung sejati karena mensekresikan HCL dan Pepsin untuk
mensistesis protein dan lemak. Proventikulus bekerja dengan cara kimiawi.
4. Gizzard/lambung otot/pars muscularis/ventrikulus/empedal
Gizzard merupakan penghubung proventikulus dengan duodenum. Dindingnya tebal,
kuat, berwarna merah, dan diselaputi oleh sel epitel tebal dan bertanduk yang disebut koilin.
Pada bagian ini, maknan yang bercampur dengan HCL dan pepsin akan dihancurkan secara
mekanis denghan bantuan grit(kerikil, pasir, kulit kerang).
5. Usus halus/small instestine
Panjangnya mencapai 120 cm dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu duodenum, jejunum
dan ileum. Pada duodenum terjadi proses hidrolisis dari nutrient kasar berupa pati, lemak,
dan protein. Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari prankeas dan getah empedu
dari hati. Fungsi jejunum dan ileum sama dengan duodenum. Pada bagian ini, dilanjutkan
proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum selesai di duodenum sampai
makanan tidak dapat tercerna lagi.
6. Sekum/caecum/usus buntu
Berada diantara usus haluis dan usus besar. Fungsinya belum diketahui secara pasti.
Namun, pada bagian ini terjadi pencernaan serat kasar dengan enzim selulase dan
menghasilkan vitamin K dan B12. Terdapat juga mikroorganisme pada bagian ini, tapi sedikit
sekali.
1. Pankreas
Bagian ini mensekresikan getah prankeas yang berfungsi dalam pencernaan pati,
lemak, dan protein. Selain itu, prankeas juga menghasilkan hoprmon insulin.
2. Hati
Bagian ini mensekresikan getah empedu yang disalurkan kedalam duodenum. Fungsi
dari getah empedu adalah menteralkan asam lambung (HCL) dan membentuk sabun terlarut
(soluble soaps) dengan asam lemak bebas.
3. Lien (spleen)
Lien berfungsi uuntuk memecah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih. Juga
berfungsi untuk menghasilkan zat besi (fe) dalam darah.
Sumber :
Akoso, B. T., 1993. Manual Kesehatan Unggas. Penerbit kanisius: Yogyakarta.
Irfan. 2014. Tingkah Laku Ternak Unggas (Ayam).
https://irfanfapet.wordpress.com/2014/04/08/8/. (diakses pada 27 maret 2017).
Nesheim, M.C., R.E. Austic dan L.E. Card. 1979. Poultry Production. 12th ed. Lea and Febiger:
Philadelphia.
Yuwanta, T.2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius : Yogyakarta.