Anda di halaman 1dari 22

I.

Pendahuluan
Definisi unggas (poultry) adalah jenis ternak bersayap dari kelas Aves yang telah
didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan
nilai ekonomis dalam bentuk daging, telur, ataupun dalam bentuk lainnya yang dapat
memberikan keuntungan bagi manusia. Unggas sering dijadikan hewan percobaan di
laboratorium karena peka terhadap perubahan gizi/nutrisi pada pakan, murah, dan lebih
mudah dipelihara terutama pada ayam dan burung puyuh.
Ayam (petelur dan pedaging), itik, ayam kampung, merpati, kalkun, burung puyuh, dan
angsa sudah diusahakan secara komersial. Sedangkan burung mutiara, kasuari dan burung
unta masih diperkirakan kemungkinannya untuk diternakkan secara komersial.
Ilmu Pengetahuan tentang unggas (poultry) tentang prinsip pemeliharaan secara
teoritis ataupun praktis, ilmu tentang produksi, reproduksi, genetik, teknologi hasil unggas
dan pemasarannya dinamakan ilmu ternak unggas (poultry science). Bersmaan
berkembangnya poultry science ini, berkembang juga usaha peternakan antaralain sebagai
berikut :
1. Pabrik vaksin yang menggunakan telur fertile sebagai bahan dasar
2. Pabrik farmasi dan komestik yang memanfaatkan putih dan kuning telur sebagai bahan
utama
3. Pabrik pakan ternak (feedmill) sebgai penunjang utama pakan unggas
4. Pabrik obat-obatan untuk ternak
5. Pabrik SAPRONAK (Sarana Produksi Peternakan) seperti kandang batere, tempat
pakan, tempat minum, tempat telur (egg tray), mesin tetas, brooder, dan lain-lain.
6. Home industry yang memanfaatkan bulu untuk shuttle cock, cakar ayam untuk
membuat souvenir, kulit burung ostrich untuk jaket, dan lain-lain.
7. Industri pasca panen, misalnya ayam goreng, tepung telur, sosis ayam, dan telur asin.
8. Pertanian secara terpadu dengan peternakna karena memanfaatkan kotoran dan
kompos sebagai pupuk kandang.
Hasil pokok dari unggas adalah daging dan telur, sementara hasil sampingan berupa
bulu dan kotoran serta kesenangan (ornamental) sebagai hasil khusus. Unggas memberikan
kontribusi penyediaan daging secara maksimal sebanyak 56,60% dari total 1.450,7 ribu ton.
Dari angka tersebut, 62,8 % berasal dari daging ayam broiler, 32,34 % dari ayam kampuyng,
dan sisanya dari daging ayam petelur dan itik. Peranan unggas pada lapangan pekerjaan
mampu tenaga kerja lebih dari 480.000 rumah tangga peternakan ayam buras, 38.000 rumah
tangga peternakna ayam petelur dan pedaging, serta 285.000 rumah tangga peternakan itik.
(Ditjenak, 2001).
Menurut Yuwanta (2004) sejarah perunggasan di Indonesia secara garis besar terbagi
menjadi tiga tahapan yaitu :
1. Tahap Perintisan (1953-1960)
Pada tahap ini, bibit ayam DOC (Final Stock) jenis White Leghorn (WL), Rhode Island
Red (RIR), New Hampshire (NHS), dan Australorp diimpor ke Indonesia. Saat itu, terbentuk
Gabungan Penggemar Unggas Indonesia (GAPUSI) yang beraktivitas untuk melakukan
persilangan diantara breed murni impor atau dengan ayam lokal yang menghasilkan ayam
kampung yang bervariasi.
2. Tahap Pengembangan (1961-1970)
Pada tahap ini, dilakukan pameran ternak unggas yang pertama (masih impor bibit
ayam Final Stock) pada tahun 1967. Karena pada saat itu ayam ras belum banyak dikenal dan
di ternakkan dan tingkat konsumsi protein hewani asal ternak rendah, maka Direktorat
Jendral Peternakan dan kehewanan menyusun program Bimas Ayam untuk
memasyarakatkan ayam ras kepada petani dan peternak dengan tujuan meningkatkan
konsumsi protein hewani asal ternak dengan target 5 g/kapita/hari yang sebelumnya baru
mencapai 3,5 g/kapita/hari.
3. Tahap Pertumbuhan (1971-1980)
Pada tanggal 2 maret, Presiden memberikan petunjuk (briefing) kepada peternak dan
pengusaha ayam bersamaan dengan dilakukannya Pameran Ternak Ayam di istana Negara.
Hasil Pameran Ternak Ayam tersebut ditindaklanjuti dengan sosialisasi peternakan ayam
petelur kepada masyarakat, petani dan peternak. Pada akhir tahun 1971, dimulai Bimas
ayam petelur di Kabupaten Bogor dan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tahun 1980, industri perunggasan dari hulu ke hilir berkembang dengan pesat. Bimas
ayam broiler dilakukan tahun 1978 sebagai jawaban atas menurunnya populasi sapi dan
kerbau di Indonesia sehinggaa daging ayam broiler mampu menggantikan daging
sapi/kerbau. Permintaan daging ayam sangat tinggi dengan peningkatan penduduk dan
penmigkatan pendapatannya hingga pada tahun 1998 terjadilah krisis ekonomi di Indonesia
yang mengakibatkan kepemilikan ternak ayam di peternak menurun sampai 50% dan
kembali bangkit pada tahun 1999.

II. Taxonomi Unggas


Menurut Stevens (1991) asal-usul ayam piaran berasal dari Asia Tenggara yaitu di
Birma dan ditemukan pada 6000 tahun sebelum masehi. Terdapat dua teori tentang asal-
usul ayam piaraan adalah sebagai berikut.
1. Monophyletic Origin
Darwin (1868) menyatakan bahwa ayam piaraan berasla dari satu spesies Gallus gallus
(The Red Jungle Fowl). Teori ini diperkuat dengan beberpa kenyataan, yaitu:
a. Keturunanb dari nhasil perkawinan antara Gallus gallus dengan ayam piaraan ternyata
dapat memberikan fertilitas yang cukup tinggi.
b. Suara Gallus gallus hampir sama dengan suara ayam piaraan yang ada sekarang ini.
c. Persilangan antara Gallus gallus dan ayam piaraan memberikan keturunan dengan
warna bulu merah dan hitam seperti pada Gallus gallus.
d. Ada ayam-ayam piaraan yang berbulu longgar dan kaki berbulu 9ayam-ayam Asia)
tetapi nenek moyang ayam tersebut telah punah.
2. Polyphyletic Origin
Ghigi (1922) menyatakan bahwa asal-usul ayam piaraan adalah dari keturunan
beberpa spesies ayam. Teori ini didukung alasan, yaitu:
a. Persilangan antara keempat spesies Gallus dan ayam piaraan menghasilkan telur
fertile, kecuali keturunan betina dari persilangan ayam piaraan betina dengan Gallus
Varius jantan.
b. Nenek moyang ayam Asia yang kakinya berbulu dianggap hilang
c. Adanya persamaan bulu antara Gallus gallus jantan, Brown Leghorn jantan, dan Black
Breasted Red game jantan. Gallus gallus betina hampir sama dengan Light Leghorn
betina atau Black Breasted Red Game betina.
Ayam piaran yang ada sekarang berasal dari empat spesies ayam liar, yaitu :
1. Gallus gallus atau Gallus Bankiva atau Gallus ferugenus dan ada pula yang menyebut
The Red Jungle Fowl. Ayam ini tersebar di India Timur, Birma, Thailand, laos, Vietnam,
Semenanjjung Malaka, dan Sumatera.
2. Gallus lafayetti atau The Ceylon Jungle Fowl yang terdapat di Ceylon.
3. Gallus sonneratii atau The Gray Jungle Fowl yang terdapat di India bagian selatan.
4. Gallus varius atau The Java Jungle Fowl yang terdpat di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa,
dan Sulawesi Selatan.

A. Klasifikasi Standar ayam


1. Kelas Asia (Asiatic Class)
Terdapat tiga bangsa yang terkenal yaitu Brahma (dari sungai Brahma Putra, India),
Langshan (dari daratan China Utara), dan Cochin (dari Shanghai China). Tanda spesifik ayam
Asia adalah bentuk badan besar, mempunyai sifat mengeram, cakar (shank) berbulu, tulang
besar dan kuat, cuping telinga merah dan kerabang telur cokelat, pergerakan lamban. Ayam
Langshan mempunyai tubuh yang kecil dan pendek jika dibanduingkan dengan ayam Brahma
dan ayam Cochin, tetapi mempunyai kaki yang panjang.
2. Kelas Amerika (American Class)
Tanda- tanda umum ayam Amerika adalah warna kulit terang, kerabang telur coklat
(kecuali pada telur ayam Lamona berwarna putih), cuping telinga berwarna merah, Shank
berwarna kuning, dan tidak berbulu. Bangsa ayam Amerika yang terkenal adalah Plymouth
Rock (PR), Rhode Island Red (RIR), Rhode Island White (RIW), Wyandotte, New Hampshire
(NH), White American, Dominique, Java, Lamona, Jersey Black Giant, Jersey White Giant,
Buck Eye, dan Delawars.
3. Kelas Inggris (English Class)
Kelas ini terdiri dari adalah Orpington, Cornish, Australorp, Dorking, Susses, dan Red
Cup. Tanda spesifik pada kelas ini adalah badan besar dan bentuk daging baik, kulit berwarna
putih (kecuali pada Cornish berkulit kuning), cuping telinga merah, kerang telur cokelat
(kecuali pada Dorking dan Red Cup berkerabang putih), dan mempunyai sifat mengeram.
4. Kelas Mediteran (Mediteranean Class)
Bangsa ayam yang dikenal dalam bangsa ini adalah Leghorn dari italia, Minorca dari
Pulau Minorca, Ancona dari Pulau Ancona, Butter Cups dari Kepulauan Sisilia, serta Blue
Andalusian dan Spanish dari Andalusia, Spanyol.
Tanda-tanda spesifik pada ayam kelas ini adalah bentuk badan lebih kecil dibandingkan
dengan ayam Asia, Inggris, atau Amerika, cuping telinga putih, cepat mencapai dewqasa
kelamin (4-6 bulan), produksi telur tinggi (284-300 butir/tahun), tidak mengeram, kerabang
telur berwarna putih, kaki tidak berbulu, penampilan nervus, serta jengger tunggal dan lebar
(kecuali pada ayam yang mempunyai jengger Butter cups).
5. Kelas Prancis (French Class)
Ayam ini biasa dipelihara sebagai ayam hias, terdapat empat bangsa di kelas ini, yaitu
Houdan (cirri khasnya mempunyai mahkota, janggut, jengger huruf V, dan mempunyai 5
buah jari), Creve Coeur (cirri khasnya mempunyai mahkota, janggut, jengger huruf V, paruh
hitam, kaki biru dan berbulu, dan telur berwana putih), Fave Rolles (ciri utamanya warna
bulu hitam, biru, putih, buff dan telur berwarna bintik-bintik), La Fleche (cirri utamanya
warna bulu hitam kehijauan, dan telur bintik-bintik).
6. Kelas Polandia (Polish Class)
Ayam kelas ini merupakan ayam hias, hanya ada satu bangsa (breed) dan memiliki 18
varietas. Ayam polish memiliki mahkota (crest) dan janggut (beard).
7. Kelas Hamburg (Hamburg Class)
Ayam kelas ini berasal dari Jerman dan Belanda. Jenis ayam ini memilki badan yang
kecil dan dikenal sebagai ayam hias. Telurnya berwarna putih, warna bulu silver atau hitam-
putih, jengger pea, berat ayam jantan 2,25 kg dan berat betina 1,8 kg.
8. Kelas Kontinental (Continental Class)
Terdiri dari dua bangsa (breed) yaitu, Campine asal Belgia (ciri utamanya berbulu lurik
(barred) degan bulu leher putih/perak/kuning emas, dan kerabang telur putih) dan
Lakenvelder dari Jerman (warna bulu favorit putih perak dengan leher dan ekor berwarna
hitam-cokelat).
9. Kelas Ornamental (Ornamental Class)
Ayam kelas ini terdiri dari lima breed, yaitu Booted White Bantam (badan kecil, kaki
dan jari berbulu, warna bulu hiitam/putih salju), japans Bantam (badan, punggung dan kaki
pendek dan berekor panjang), Mille Fever Booted Bantam (berwarna hiutam/putih, kaki
berbulu), Rose Comb Bantam (telur putih krem, cuping telinga putih, warna bulu
hitam/putih/biru), dan Silkiss (kulit berwarna hitam, bulu kapas, kaki berbulu, dan kepala
berjenggot).

B. Klasifikasi Ekonomis
Berdasarkan atas tujuan pemeliharaan dan produksi utamanya, ayam dibagi menjadi
tiga tipe, yaitu :
1. Tipe Petelur (Layer Type)
Tipe petelur adalah ayam yang dipelihara untuk diambil telurnya. Untuk mendapatkan
tipe ini, ada beberapa sifat yang harus diperhatikan dalam pengembangannya, yaitu: nilai
afkir ayam (2,3-2,5 kg), konversi pakan rendah, bebas dari sifat mengeram, mudah
beradaptasi dengan lingkungan, dan lain-lain. Contoh ayam tipe ini adalah White Leghorn,
Babcock, dan Hyline.
Ayam yang cocok untuk dikembangkan sebagai ayam petelur adalah ayam yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bentuk tubuh lonjong, sayap kuat dan dapat terbang
b. Bobot badan dan tulang ringan, shank pipih dan melebar ke samping
c. Pertumbuhan bulu cepat, jengger tumbuh cepat dan masak kelamin pada umur 4,5-5
bulan
d. Produksi telur tinggi (250-300 butir/tahun) dan berat telur rata-rata 62 g/butir sampai
pada umur afkir (72 minggu)
e. Jarak qntara sternum dan kloaka 4-5 jari dan jarak antara dua tulang pubis minimal 3-4
jari.
2. Tipe Pedaging (Broiler Type)
Tipe ini merupakan ayam yang dipelihara untuk diambil dagingnya. Sifat yang perlu
diperhatikan adalah laju pertumbuhan dan bobot badan, konversi pakan rendah, daya hidup
tinggi, sifat dan kualitas daging, dan lain-lain. Contoh ayam tipe ini adalah Hybro, Starbro,
dan Arbor Acre.
Sifat yang harus dimiliki ayam pedaging adalah sebagai berikut :
a. Bentuk badan segi empat
b. Bulu luas, lebar, lebat dan agak longgar
c. Gerakan lamban
d. Shank bulat dan tebal

3. Tipe Dwiguna (Dual purpose)


Tipe ini merupakan ayam yang dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Ayam ini
mempunyai sifat tengah-tengah, yaitu mampu memproduksi telur dan daging. Tapi, produksi
telur dibawah produksi ayam petelur dan produksi daging juga dibawah produksi ayam
pedaging. Ayam ini umumnya berasal dari Amerika. Contoh dari ayam tipe ini adalah Rhode
Island Red (RIR) dan New Hampshire (NH).
Dari beberapa tanda spesifik, ditemukan penyimpangan dari standard perfection, yaitu
disqualification yang meliputi :
a. Jari atau persendian lutut bengkok
b. Warna cincin mata tidak sesuai
c. Bobot badan sering tidak sesuai dengan ukuran standar
d. Kaki dan tulang dada bengkok
Adapun tipe lain seperti Tipe Fancy (ayam-ayam kesayangan untuk perhiasan dan
kesenangan. Contoh : ayam Yohkohama, ayamkate, ayam kapas) dan Tipe Bantam (ayam-
ayam untuk aduan. Contohnya ayam Bangkok).

III. Anatomi dan Morfologi Unggas


A. Sistem Kerangka (tulang)
Tulang ayam tersusun atas 76% bahan anorganik dan 25% bahan organic. Fungsi tulang
ini adalah :
1. Tempat pertautan otot-otot hingga memebentuk tubuh
2. Melindungi organ dalam seperti alat pencernaan, jantung, hati dan alat reproduksi
3. Tempat sumsum untuk membentuk ssel darah merah dan sel darah putih
4. Untuk bernafas yaitu meringankan tubuh saat terbang.
Tulang unggas termasuk kompak, ringan, dan sangat kuat. Tulang unggas bersifat
pneumatic atau berongga yang berhubungan dengan kantong udara, terutama tulang skull,
humerus, klavikel, keel, lumbar, dan sacral yang berhubungan langsung dengan system
pernafasan.
Beberapa tulang seperti tibia, femur, pubis, sternum, iga, ulna, dan scapula dinamakan
tulang meduler (medullary bone) karena mampu menyimpan kalsium saat telur tidak atau
belum terbentuk, tetapi kalsium tersebut dilepas kembali saat pembentukan kerabang telur.
Proses pelepasan tersebut dipengaruhi oleh hormon estrogen.

Susunan tulang ayam terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut.

1. Vertebrae cervicalis atau tulang leher (13-14 ruas) berguna untuk menggerakkan leher.
2. Vertebrae columnalis atau vertebrae dorsalis atau tulang punggung (7 ruas). Tulang ini
melakukan fusi bersama-sama untuk memebentuk persendian tulang.
3. Vertebrae pygostyle dan urostylus, yaitu tulang ekor yang membentuk coccygeal (4
ruas).
4. Tulang rusuk sebanyak 7 buah
5. Pada sayap terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang
6. Tulang pubis, yang terdiri atas Vertebrae sacral dan vertebrae lumbal masing-masing 7
buah. Tulang ini digunakan untuk mendeteksi produksi telur, jarak antara tulang pubis
ayam yang berproduksi tinggi minimal tiga jari, jarak antara kloaka dengan sternum
minimal 4 jari.

Menurut tempatnya, tulang ayam terdiri atas bagian-bagian berikut.

1. Tulang thorax yang terdiri atas sternum dan rusuk (iga). Tulang rusuk terdiri atas 7
buah.
2. Tulang-tulang anterior limb yang membentuk sayap, antaralain tulang humerus, radius,
ulna dan karpus. Jari ketiga adalah metacarpus dan phalanges
3. Tulang posterior limb yang terdiri atas femur, patela, tibia, fibula, tarsometatarsus, dan
phalanges. Phalanges tersusun atas tiga tulang bagian depan dan satu dibelakang.

B. Sistem Perototan
Otot pada unggas berfungsi untuk menggerakkan tubuh, meiningkatkan suhu tubuh,
dan membentuk tubuh. Beberapa jenis otot pada unggas yang dikenal antaralain otot yang
melekat pada tulang (daging), otot lunak (ususu, paru-paru, jantung).
Otot pada unggas dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Pektoralis yang terdapat pada sayap, sternum, dan lunas perahu (keel) yang berfungsi
untuk terbang.
2. Pektineus (ambiens) yang menyebabkan ayam mampu bertengger dan tidur di tempat
bertengger tanpa jatuh.
3. Dermal yang digunakna utnuk menggerakkan bulu
4. Gastroknemius yaitu otot paha.

Menurut warnanya, otot unggas dibagi menjadi dua, yaitu otot putih/polos (daging dada)
dan otot merah (paha dan sayap).

C. Bulu
Bulu pada unggas memiliki peranan sebagai berikut :
1. Untuk pertahanan tubuh dari pengaruh panas dan dingin
2. Untuk mengahangatkan tubuh
3. Untuk terbang
4. Utnuk identifikasi beberapa penyakit, defisiensi nutrient, produksi telur dan umur dari
ayam.

Bentuk dan warna bulu dibutuhkan untuk menentukan bangsa (breed, spesies,
varietas) dan jenis kelamin. Pigmen yang terdapat pada bulu adalah lipochrom dan melanin.
Bulu disusun oleh keratin yang juga mengandung asam amino esensial seperti methionin dan
cystein.

Berdasarkan strukturnya, ada tiga jenis bulu utama, yaitu bulu kontur (menutupi
badan, tiap jenis kelamin berbeda dalam bentuk dan ukurannya), plumulae (ada pada ayam
dewasa, umunya dibawah bulu kontur, biasa terlihat di perut berupa bulu halus dan
berfungsi sebagai penahan panas, punya bendera bulu tetapi tidak bercabang), filopulmulae
(bulu yang berdegenerasi, biasanya terlihat pada ayam yang berumur sehari). Sedangkan
berdasarkan letaknya, bulu dibedakan atas remiges (bulu-bulu pada sayap), rectrices (bulku-
bulu pada ekor), tectrices (bulu yang menutupi tubuh), parapterium (bulu pada daerah bahu,
antara badan dan sayap), dan alaspuria (bulu-bulu kecil yang melekat pada jari-jari kaki).
D. Kulit
Kulit ayam sangat tipis dan tidak mengandung kelenjar-kelnjar kecuali uropigial
(kelenjar minyak) yang berada di pangkal ekor. Kelenjar ini mensekresikan minyak yang
digunakan untuk mambalut bulu dengan suatu lapisan pelindung melalui cara preening
(menyisir bulu dengan paruh) agar bulu bersih dan tidak basah.
Warna kulit ayam ditentukan oleh pigmen. Seperti pada kaki yang menyebabkan
warna kuning adalah pigmen lipochrom, sedangkan kaki yang berwarna hitam disebabkan
oleh pigmen melanin.
E. Jengger
Berdasarkan bentuknya, jengger ayam terdiri dari single, butter cup, pea, rose,
strawberry, v-shape dan cushion. Jengger ayam yang berwarna merah cerah menunjukkan
bahwa produksinya rendah dibandingkan dengan warna merah pucat.
F. Darah
Darah unggas terdiri atas plasma darah dan sel darah. Plasma darah terdiri atas protein
(albumin, globulin, dan fibrinogen), lemak dalam bentuk kolesterol, fosfolipid, lemak netral,
asam lemak, dan mineral anorganik teutama kalsium, potassium, dan iodium. Sedangkan sel
darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), trombosit, leukosit.
G. Sistem Pembuangan
Sistem pembuangan air dan hasil metabolisme diatur dan disaring oleh ginjal. Hasil
penyaringan air dan sisa metabolic pada ginjal adalah asam urat yang dibuang bersama
dengan urin dan feses yang dinamakan ekskreta. Tempat keluar dari pembuangan
dinamakan urodeum.
H. Sistem pernafasan
Sistem pernafasan pada unggas berbeda dengan system pernafasan pada mamalia,
yaitu sistem pernafasan pada unggas terletak pada paru-paru yang langsung berhubungan
langsung dengan kantong udara dan rongga tulang.
Paru-paru pada unggas tidak berkembang dengan baik. Paru-paru terletak diantara
tulang rusuk dan vertebrae dorsalis. Rangkaian saluran pernafasan dari luar ke dalam adalah
lubang hidung luar dan dalam, glottis, larynx, trachea, syrinx, bronchi, dan paru-paru.
Rongga udara (kantung udara) pada unggas berjumlah 9, terdiri atas 4 buah rongga
udara berpasangan dan 1 buah rongga udara tunggal. Rongga udara yang berpasangan
adalah abdominalis (terletak pada bagian perut dan mencapai pelvis), thoraxalis anterior
(terletak pada rongga dada dann berhubungan dengan tulang humerus), thoraxalis
prosterior (terletak di dalam rongga dada bagian belakang), servicslis (terletak di antara
abdominalis dan thoraxalis posterior serta berhubungan dengan otot leher). Sedangkan
rongga udara tunggal adalah rongganudara klavikularis yang terletak di tengah-tengah antara
kedua bagian paru-paru dan berhubungan dengan paru-paru.
Fungsi dari rongga udara bagi unggas adalah :
1. Membantu paru-paru untuk pernafasan
2. Meringankan tubuh dan membantu mengapungkan tubuh saat terbang
3. Membantu difusi air dari darah untuk disekresikan lewat paru-paru sebagai uap air.
IV. Fisiologi dan Reproduksi
A. Sistem Reproduksi Ayam Jantan
Alat reproduksi pada ayam jantan ada tiga bagian utama, yaitu sepasang testis,
sepasang vas deferens, dan kloaka.
Testis berbentuk biji buah buncis dengan wqarna putih krem. Ukuran tidak konstan
dan yang kiri sering lebih besaar daripada yang kanan. Bagian dalam testis terdapat tubulus
seminiferus (yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis), dan jaringan interstitial
yang terdiri dari sel glanduler (sel leydig) yaitu tempat disekresikannya hormone steroid,
androgen dan testosteron. Dari testes, sperma atau semen disalurkan melalui vas deferens
yang berbentuk gelombanng-gelombang lateral dan bermuara ke papilla kecil di kloaka. Pada
unggas darat tidak ada penis melainkan alat organ capulatory rudimenter, sedangkan pada
unggas air terdapat alat kopulasi berupa penis yang spiral yang panjangnyaantara 12-18 cm
dan bengkok yang terdiri dari tetunan fibrosa yang terletak pada dinding ventral kloaka.

B. Sistem Reproduksi Ayam Betina


Alat reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama, yaitu ovarium dan oviduct.
Alat reproduksi yang tumbuh baik adalah bagian kiri, sedangkan bagian kanannya
berdegenerasi setelah telur menetas dan setelah dewasa menjadi rudimenter (tidak
berkembang).
1. Ovarium
Ovarium disusun atas ova yang berjumlah kurang lebih 2000-4000 buah. Ova
merupakan calon kuning telur. Ova dilapisi oleh selaput tipis yang disebut vitellin dan pada
bagian luar dibungkus oleh selaput yang mengandung pembuluh darah disebut folikel. Bila
ova/yolk sudah matang, maka akan dilepaskan pada daerah folikel yang tidak mengandung
pembuluh darah (stigma). Proses pelepasan itu disebut ovulasi yang dapat terjadi antara 15-
40 menit setelah dikeluarkan dari kloaka.
2. oviduct
oviduct merupakan bagian alat reproduksi betina yang berkelok-kelok yang
panjangnya kira-kira saat berproduksi mencapai 80 cm. oviduct dibagi menjadi lima bagian,
yaitu :
a. Infundibulum
Panjnagnya 9 cm, fungsi utama adalah menangkap ovum yang telah masak. Kuning
telur berada dibagian ini selama 15-30 menit.
b. Magnum
Merupakan bagian tyerpanjang dari oviduct, yakni sekitar 33 cm. fungsinya adalah
mensekresikan albumen dalam pembentukan telur yaitu chalaza, thin albumen dan thick
albumen. Waktu pembentukan kuning telur di magnum untuk dibungkus dengan putih telur
selama 3,5 jam. (yuwanta, 2004).
c. Istmus
Berdinding tipis dan panjang sekitar 10 cm dan telur berada pada bagian ini selama 1
jam 15 menit sampai 1,5 jam. (yuwanta, 2004). Pada bagian ini terbentuk inner dan outer
shell membrane yang berguna sebagai penangkal masuknya mikroorganisme dari luar.
Bagian ini juga menentukan bentuk dari telur. Jika ruangan isthmus besar ,maka telur akan
bulat, sedengakna jika sedikit/langsing maka bentuknya akan lonjong.
d. Uterus
Panjangnya 10 cm. pada bagian ini terjadi hidratasi putih telur atau plumping dan
terbentuk kerabang telur. Warna cokelat kerabang telur terdiri dari sel porphyrin akan
terbentuk dibagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi sekitar 20-21
jam. (yuwanta, 2004). Adapun pigmen biliferdin yang membuat kerabang telur pada bebek
berwarna biru.
e. Vagina
Panjang sekitar 12 cm. Di bagian ini telur mengalami pemutaran dari ujungyang
runcing menjadi ujung tumpul. Rotasi ini memerlukan waktu kurang lebih 2 menit.
Pembentukan telur pada ayam sekitar 25 jam 15 menit dan pada unggas berkisar antara 24-
30 jam.
f. kloaka
kloaka merupakan bagian terakhir dari oviduct. Pada bagian ini telur dikeluarkan dan
merupakan tempat keluar untuk feses dan urin. Pada kloaka terdapat 3 saluran yaitu saluran
pencernaan (Koprodeum), saluran urin (urodeum), dan saluran reproduksi (Proktodeum)

C. Pembentukan Telur
Telur tersusun dari kuning telur (yolk), putih telur (albumen), kerabng tipis, kerbing
telur, dan beberapa bagian lain yang cukup kompleks.
Pembentukan kuning telur (disebut juga vitelogeni) merupakan proses
terakumulasinya kuning telur dari sebuah folikel ovarium. Bahan penyusun kuning telur
disintesis di dalam hati. Kemudian dibawa oleh aliran darah untuk diakumulasikan di oosit
pada ovarium dibawah pengaruh hormone estrogen.
Kuning telur melakukan penetrasi ke dalam magnum 15-20 menit setelah ovulasi.
Selama waktu tersebut, dimungkinkan terjadinya pembuahan karena spermatozoa
tersimpan pada zona radiata dan lapisan perivitellin dari leher infundibulum. Dari
infundibulum, kuning telur ,mengalami penetrasi ke magnum dan kuning telur berada
dibagian ini selama 3,5 jam. Selama waktu tersebut, kuning telur terbungkus oputih telur.
Putih telur terdiri atas 88% air, protein (90% bahan kering), mineral (6% bahan kering),
glukosa bebas (3,5% bahan kering). Putih telur merupakan sumber protein dan tersekresikan
serta terakumulasi didalam sel epithelium dan tubuler. Protein putih telur berupa ovalbumin,
ovotransverin, ovomukoid, dan lisosom disintesis oleh glandula tubuler. Sedangkan avidin
dan ovomusin disintesis oleh sel gobelet. Putih telur yang terbentuk kental, berupa gel yang
tipis mengandung kurang lebih 15 g air atau separuh dari jumlah air seluruhnya. Selama 6-7
jam pertama, telur berada di dalam magnum dan kandungan air putih telur meningkat dua
kali sehingga mencapai 3,5-7 g air dalam setiap gram protein.

Pembentukan kerabang telur dimulai dari isthmus sekitar 4,5 jam setelah ovulasi dan
berakhir 1,5 jam sebelum peneluran. Lapisan pertama yang dideposisikan adalah membrane
kerabang tipis bagian luar dan initi mamiler. Mineralisasi dari kalsium karbonat dilakukan
didalam uterus pada 10 jam setelah ovulasi, kemudain secara cepat terbentuklah cone yang
bersama-sama dengan yang berbentuk silindris dan mengandung lapisan paliosadik. Kalsium
dideposisikan sebanyak 0,33 mng/jam selama 10-23 jam setelah ovulasi, dan ovulasi
berikutnya terjadi 30 menit setelah peneluran. Akhirnya kalsifikasi terhenti setelah caco 3
dalam bentuk Kristal.
Bentuk normal telur ditentukan dalam magnum, beberapa faktor yang menentukan
bentuk telur antara lain : tekanan otot-otot oviduct, volume albumen dan ukuran isthmus,
faktor genetik, waktu dan siklus bertelur. Ukuran telur ditentukan antara lain oleh bangsa,
umur induk, posisi dalam clutch, produksi telur per tahun, umur dewasa kelamin, suhu, tipe
kandang, ransum, status kesehatan induk.
Warna kerabang pada ayam-ayam modern adalah putih dan berbagai tingkat warna
cokelat atau kuning ada bintik-bintik, beberapa ayam liar memiliki warna kerabang biru
kehijauan.
V. Sistem Pencernaan
Ayam merupakan hewan monogastrik. Panjang alat pencernaan pada ayam sekitar
245-255 cm, tergantung pada umur dan jenis ayam itu sendiri. Prinsip pencernaan pada
ayam ada tiga, yaitu pencernaan secara mekanik/fisik (pada gizzard dibantu dengan grit),
pencernaan secara kimia/enzimatik (pada mulut, proventikulus, usus halus dan organ
aksesoris), dan pencernaan secara mikrobiologik (jumlahnya sangat sedikit dan terjadi pada
sekum dan kolon). Urutan mekanisme pencernaan pada ayam adalah sebagai berikut.
1. Mulut
Pada bagian ini terdapat paruh yang berguna untuk merobek, mematuk, serta
mengambil maknan. Pakan masuk melalui mulut, kemudian masuk ke pharynx dengan
bantuan lidahnya yang runcing dan turun ke oeshopagus. Mulut menghasilkan saliva yang
mengandung amylase dan maltase saliva. Saliva ini dapat digunakan untuk membasahi
pakan agar mudah ditelan.
2. Oeshopagus
Bagian ini dimulai dari belakang pharynx dan berakhir di lambung kelenjar. Pelebaran
eoshopagus disebut tembolok (crop) yang berfungsi untuk menyimpan mkanan sementara.
Pada merpati, tembolok ini menghasilkan susu tembolok (pigeon milk) atau disebut juga
crop milk yang berfungsi untuk member makan anak-anaknya. Tembolok ini hanya ad pada
unggas darat.
3. Proventikulus/lambung kelenjar/pars glandularis
Bagian menebal yang menghubungkan oeshopagus dengann lambung otot (gizzard).
Proventikulus disebut juga lambung sejati karena mensekresikan HCL dan Pepsin untuk
mensistesis protein dan lemak. Proventikulus bekerja dengan cara kimiawi.
4. Gizzard/lambung otot/pars muscularis/ventrikulus/empedal
Gizzard merupakan penghubung proventikulus dengan duodenum. Dindingnya tebal,
kuat, berwarna merah, dan diselaputi oleh sel epitel tebal dan bertanduk yang disebut koilin.
Pada bagian ini, maknan yang bercampur dengan HCL dan pepsin akan dihancurkan secara
mekanis denghan bantuan grit(kerikil, pasir, kulit kerang).
5. Usus halus/small instestine
Panjangnya mencapai 120 cm dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu duodenum, jejunum
dan ileum. Pada duodenum terjadi proses hidrolisis dari nutrient kasar berupa pati, lemak,
dan protein. Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari prankeas dan getah empedu
dari hati. Fungsi jejunum dan ileum sama dengan duodenum. Pada bagian ini, dilanjutkan
proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum selesai di duodenum sampai
makanan tidak dapat tercerna lagi.
6. Sekum/caecum/usus buntu
Berada diantara usus haluis dan usus besar. Fungsinya belum diketahui secara pasti.
Namun, pada bagian ini terjadi pencernaan serat kasar dengan enzim selulase dan
menghasilkan vitamin K dan B12. Terdapat juga mikroorganisme pada bagian ini, tapi sedikit
sekali.

7. Usus besar (large intestine)


Bagian ini terdiri dari kolon dan rektum. Fungsionya adalah penyerapan air dan
penampung feses.
8. kloaka
Bagian ini merupakan muara dari tiga saluran, yaitu saluran pencernaan (Koprodeum),
saluran urin (urodeum), dan saluran reproduksi (Proktodeum).

Adapun organ tambahan utama, yaitu :

1. Pankreas
Bagian ini mensekresikan getah prankeas yang berfungsi dalam pencernaan pati,
lemak, dan protein. Selain itu, prankeas juga menghasilkan hoprmon insulin.
2. Hati
Bagian ini mensekresikan getah empedu yang disalurkan kedalam duodenum. Fungsi
dari getah empedu adalah menteralkan asam lambung (HCL) dan membentuk sabun terlarut
(soluble soaps) dengan asam lemak bebas.
3. Lien (spleen)
Lien berfungsi uuntuk memecah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih. Juga
berfungsi untuk menghasilkan zat besi (fe) dalam darah.

VI. Sistem Syaraf dan Endokrin


Sistem syaraf pada unggas sangat sama dengan syarat manusia dan juga hewan mamalia
yang menyusui lainnya. System syaraf terdiri dari :
1. Serebrum (otak besar)
Otak besar merupakan otak yang mengatur segala aktivitas. Pengaturan itu berupa
kepandaian, ingatan, tingkat kesadaran, dan juga pertimbangan. Otak besar ini memberikan
gerakan reflek yang sadar atau sesuai dengan keinginan. Otak besar ini memiliki warna abu-
abu yang memiliki peran menerima rangsangan. Letak serebrum ini di belakang mata unggas
yang memiliki struktur Immunoreakif yang terdapat telensefalon dan Diensefalon.

2. Mesensefalon ( otak tengah )


otak tengah ini terletak di bagian depan otak kecil, dan di bagian otak tengah ini
terdapat talamus dan juga kelenjar hiposis yang berfungi untuk mengatur kerja kelenjar
endokrin. Selain itu, otak tengah ini juga memiliki peran penting untuk mengatur reflek
gerakan mata unggas berupa penyempitan pupil mata, dan pusat pendengaran unggas.
3. Otak Kecil
Otak kecil pada unggas atau burung aves ini memiliki lipatan lipatan yang dapat
menampung jumlah neuron yang sangat banyak. Selain itu, otak kecil ini berguna untuk
mengatur keseimbangan pada burung saat terbang.
4. Medulla Oblongata ( Sumsum lanjutan )
Sumbungan sambung ini memiliki peran untuk mengantarkan impuls yang datang dari
medula spinalis menuju ke otak unggas. Selain itu, sumsum ini juga dapat mempengaruhi
gerakan fisiologi unggas, detak jantung, tekanan darah dan juga kecepatan pernafasan pada
unggas.
Sistem endokrin merupakan sistem yang mencakup aktivitas beberapa kelenjar yang
mengatur dan mengendalikan aktivitas struktur tubuh, baik sel, jaringan, maupun organ.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus sehingga sekret
langsung bermuara ke dalam pembuluh darah (disebut kelenjar buntu). Sekret kelenjar
endokrin adalah hormon yang berfungsi mengatur proses homeostatis, reproduksi,
metabolisme dan tingkah laku pada tubuh makhluk hidup.
Kelenjar endokrin merupakan organ spesifik yang menghasilkan suatu produk kimia
disebut hormon. Hormon tersusun dari beberapa substansi kimia seperti protein, steroid dan
substansi lain akan dilepas ke dalam aliran darah dan ditransportasikan untuk meningkatkan,
menurunkan atau memberikan efek metabolik terhadap fungsi organ.
Pusat rangsangan syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada unggas terdapat
pada hipothalamus. Rangsangan syaraf dari luar akan ditransformasikan menuju
hipothalamus sehingga hipothalamus akan mensekresikan hormon-releasing factor (HRS).
HRS yang dihasilkan hipothalamus akan mengatur regulasi hormon yang dihasilkan oleh
pituitari pars anterior/PPA (anterior pars pituitary). PPA memproduksi hormon yang sifatnya
dapat mengatur kerja dari beberapa kelenjar endokrin.
Sistem endokrin pada unggas merupakan sistem regulasi yang kerjanya dirangsang
oleh sistem syaraf untuk mengontrol kegiatan pada tubuh unggas. Sistem kerja syaraf
dipengaruhi oleh rangsangan elektrik dan sistem endokrin dipengaruhi oleh perangsang
kemis yang disirkulasikan aliran darah ke pusat-pusat kelenjar endokrin.
Hormon tiroid mempengaruhi tingkat metabolisme, pertumbuhan bulu dan
pewarnaan bulu, hormon produk sekresi dari kelenjar adrenal mempengaruhi metabolisme
mineral dan karbohidrat serta mengurangi stres, hipotiroid mempunyai karateritik terhadap
pertumbuhan bulu lambat dan kemunduran aktivitas reproduksi. Hormon pada saluran
gastrointestinal dapat mengatur pengeluaran cairan pada proventrikulus dan pankreas,
mengatur kontraksi limpha dan perpindahan pakan unggas karena kontraksi pada saluran
digesti. Insulin dan glucagon yang dihasilkan oleh Langerhansdan sel Beta pada pankreas
mengatur metabolisme karbohidrat.
Kelenjar endokrin juga merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran keluar
(duktus excretorius) produknya disebut hormone. Hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin
akan langsung masuk kedalam aliran darah, dan akan mempengaruhi pertumbuhan,
metabolisme, reproduksi, dan lain-lain. Organ utama dari sistem endokrin adalah
Hypothalamus. Kelenjar hipofisa. Kelenjar tyroid, Kelenjar parathyroid, Pulau-pulau
pancreas, Kelenjar adrenal, dan Gonad.
Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Sistem endokrin
mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
2. Menstimulasi urutan perkembangan.
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif.
4. Memelihara lingkungan internal optimal.
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.

VII. Tingkah Laku


Tingkah laku ayam pada umumnya sama, yaitu mudah kaget, ketakutan, dan berusaha
untuk melarikan diri untuk menjauh dari objek yang mendatanginya, bahkan mereka tidak
jarang melukai dirinya dengan mengepakkan sayap, lari, dan terbang bertabrakan dengan
sesamanya. Adapula yang mematuk bahkan menyerang objek yang dianggap meresahkan
dirinya. Tingkah laku ini diturunkan dari tetuanya dalam upaya mempertahankan diri dari
pemangsa ketika mereka masih hidup liar.

A. Beberapa Tingkah Laku Penting Dalam Produksi Ternak Unggas (Ayam)


1. Locomotion (Daya Gerak)
Sebelum domestikasi, ayam harus dapat bergerak mencapai makanan/ air minum.
Tetua ayam membuat sarang di atas pohon, namun ayam modern karena ukuran tubuhnya
lebih besar maka kemampuan terbangnya menjadi rendah.
2. Thermoregulation (Pengaturan Suhu Tubuh)
Respons terhadap cekaman panas dengan meningkatkan frekuensi pernafasan,
mengurangi konsumsi ransum, meningkatkan penguapan, membuka mulut dan panting.
Sedangkan pada suhu rendah, ayam mempersempit luas permukaan tubuh dengan cara
membungkuk, menyembunyikan kepala di bawah sayap, mendekam (mengurangi pelepasan
panas lewat bagian yang tidak berbulu).
3. Grooming (Membersihkan Diri)
Bila tidak dikurung, ayam membersihkan diri dengan mandi debu. Membersihkan diri akan
berguna untuk menyegarkan badan ayam tersebut dan membuat bulu-bulu ayam kelihatan
mengkilat.
4. Sleeping (Tidur)
Saat ayam tidur biasanya ayam tersebut mencengkeram tenggeran erat-erat, kemudian
saling merapat, kemudian menutup mata dan menyembunyikan kepala dalam bulu sayap

B. Pola tingkah laku


Ada beberapa pola tingkah laku dari ternak unggas (ayam), diantaranya :
1. Tingkah laku reproduksi
Ketika ayam betina hendak bertelur, mereka gelisah mencari tempat yang nyaman
untuk bertelur. Selain itu dapat dilihat sifat menyerang ketika induk ayam sedang mengasuh
anak-anaknya. Perilaku bertelur dan mengeram ayam lokal juga sering terjadi menggunakan
sarang yang sama dengan induk yang lain. Tingkah laku seperti ini tentunya sangat
mengganggu ayam yang sedang bersarang. Sifat seperti pada ayam jantan masih sering
terlihat ketika mereka saling berhadapan, terutama pada ayam yang belum saling mengenal.
2. Tingkah laku dominasi hierarki
Ayam terkadang menjadi lebih agresif ketika berhadapan dengan individu yang
dianggapnya lebih lemah atau lebih kecil. Hubungan antar individu yang berusaha
menghindari perkelahian dengan individu yang agresif (dominan) disebut dominasi sosial.
Hubungan seperti ini terjadi dalam suatu kelompok yang dinamakan dominasi hierarki atau
alur pematukan sesama (peck order). Dalam dominasi hierarki, ayam yang paling dominan
suka mematuk ayam yang menghindari perkelahian, kemudian ayam tersebut suka mematuk
pula ayam yang lebih rendah dari statusnya, begitu seterusnya. Pada tingkatan ayam yang
paling bawah akan mendapat patukan dari hampir semua ayam yang diatas dari hierarki
tersebut. Pada kelompok ayam yang sudah saling mengenal, biasanya mereka tidak begitu
agresif. Tingkah laku mematuk ini memberikan beberapa pertimbangan seperti luas kandang
yang harus disediakan sehingga ayam yang lebih rendah dapat melarikan diri menghindar
dari patukan ayam dominan.
3. Tingkah laku penyerangan
Tingkah laku antara individu ayam dalam suatu kelompok yang menyerupai
penyerangan (aggresion) adalah pematukan bulu (feather pecking). Saat mematuk bulu ini
mirip dengan gerakan makan, yaitu bulu dari salah satu ayam dipatuk oleh ayam lain dan
dicabut bahkan kadang-kadang sampai dimakan. Pencabutan bulu seperti ini akan
mengakibatkan pendarahan pada pangkal bulu dan darah yang terlihat sangat menarik ayam
yang lain, sehingga beramai-ramai mematuk dan memakan darah dari ayam yang tercabut
bulunya. Kejadian patuk bulu ini paling sering terjadi di bagian ekor.
4. Tingkah laku terhadap suhu kandang
Tingkah laku/respon pada suhu kandang, anak ayam akan bergerombol untuk
menghangatkan tubuh apabila suhu ruangan dibawah suhu nyaman dan akan mencoba
memisahkan diri dari gerombolan apabila suhu ruangan terlalu hangat. Apabila disediakan
sumber pemanas dalam kandang dan suhu terlalu hangat, maka anak ayam akan menjauh
dari sumber pemanas serta akan bergerombol mendekat apabila suhu ruangan mulai dingin.
Sementara untuk ayam muda dengan bulu penutup tubuh yang lebih sempurna dan suhu
ruangan melebihi suhu nyaman maka akan menjauhkan diri dari kerumunan. Bertambah
lebatnya bulu penutup tubuh ayam maka ayam semakin kuat untuk melindungi diri dari
udara dingin. Sedangkan untuk mempertahankan tubuh dari cekaman panas, ayam akan
bernapas terengah-engah (panting) dengan menurunkan kedua sayap dan berusaha mencari
tempat yang jauh dari sumber panas.
5. Tingkah Laku Membuang Kotoran (eliminative behavior)
Ayam biasanya membuang kotoran berupa ekskreta (campuran feses dan urin)
disembarang tempat secara acak. Terkadang membuang kotoran pada malam hari dan
apabila sedang bertengger maka disitu dia membuang kotorannya.
6. Tingkah Laku Keibuan (maternal behavior)
Induk memiliki sifat mengeram yang dipengaruhi oleh hormon prolaktin. Induk juga
membuat sarang untuk tinggal dan melindungi anak-anaknya dibawah sayapnya. Induk bias
berkomunikasin dengan anaknya dan memanggilnya bila ada bahaya atau ancaman atau
menemukan makanan bagi anaknya.
7. Tingkah Laku Menyelidiki (investigative behavior)
Jika berada di tempat yang baru maka ayam meiliki tingkah laku untuk menyelidiki.
Penyelidikan berlangsung dengan cara: melihat, mendengar, merasakan, dan menyentuh.
Proses penyelidikan ini berawal dari berjalan perlahan mendekati objek, berhenti dalam
jarak dekat dengan objek, berputar dan kemudian pergi.

C. Proses Belajar Pada Ayam


Ayam dapat melakukan sesuatu karena adanya proses pembelajaran yaitu dengan
melakukan sesuatu secara terus-menerus dan menjadi kebiasaan (tingkah laku). Berikut
beberapa pembelajaran pada ayam, diantaranya :
1. Simple Learning/Pembelajaran Sederhana
Pembelajaran sederhana berupa latihan dan pengalaman. Pembelajaran sederhana
dibagi menjadi empat macam, yaitu: Habituation (membiasakan diri terhadap atau
mengabaikan rangsangan tertentu), Conditioning (ayam memberikan respon terhadap
rangsangan tertentu), Imprinting (tertarik kepada sesuatu yang bergerak), Memory
(kemampuan untuk mengingat atau mengingat kembali hal yang telah dipelajari atau
dialami).
2. Complex Learning/ Pembelajaran Kompleks
Pembelajaran kompleks adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menerapkan
pengetahuan, kemampuan untuk belajar dari pegalaman dan untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kompleks berhubungan dengan kecerdasan.

D. Sistem Pengindraan Pada Ayam


Sistem syaraf pada unggas merupakan satu kesatuan yang dapat mengontrol semua
fungsi pada tubuh. Rangsangan syaraf akan disampaikan melalui sistem syaraf yang terdiri
dari sel-sel syaraf ke beberapa pusat syaraf, yang terdapat pada otak, sumsum tulang dan
ganglia (terdapat pada tubuh). Sistem syaraf dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem syaraf
otak atau somatik yang bertanggung jawab terhadap gerakan tubuh pada kondisi sadar dan
sistem syaraf otonom yang bertanggung jawab dalam koordinasi gerak dibawah sadar
seperti pada gerakan alat pencernaan, pembuluh darah dan kelenjar hormon (Nesheim dkk.,
1979).
Penglihatan dan pendengaran berkembang paling baik, sehingga sangat berperan
dalam tingkah laku sosial, sistem komunikasi, dan respon terhadap ancaman dari luar.
Adapun sistem penginderaan pada ayam terdiri dari:
1. Penglihatan
Syaraf penglihatan pada otak berkembang baik (lobus opticus), sehingga mempunyai
ketajaman penglihatan (Akoso, 1993).
Penglihatan menggunakan mata, yang menempati sebagian besar pada bagian
kepalanya, porsi ini lebih besar dibanding mamalia. Penglihatan hanya dapat merasakan
bentuk permukaan dan ukuran, juga tidak dapat membedakan warna dengan baik.
Penglihatan hanya berdasarkan pengenalan bentuk pada ukuran bentuk besar dan bukan
pengenalan luas secara keseluruhan (Nesheim et al., 1979).
2. Pendengaran
Pendengaran merupakan sistem komunikasi utama antara anak dan induk. Menurut
Nesheim et al. (1979) alat pendengaran pada unggas telah berkembang dengan baik.
Hubungan komunikasi yang digunakan dalam pembicaraan diantara ayam betina dengan
anaknya ada beberapa bentuk komunikasi dengan menggunakan sinyal-sinyal suara, seperti
cara memanggil anak ayam untuk menarik induknya.
3. Pengecap
Pengecap pada ayam sangat peka terhadap rasa pahit, toleran terhadap rasa asin
sampai dengan konsentrasi 0,9% larutan garam, dapat membedakan sumber karbohidrat.
4. Penciuman
Indera penciuman unggas tidak berkembang baik. Unggas mempunyai susunan
anatomi syarat yang berhubungan dengan penciuman, tetapi tanggap terhadap bau sulit
untuk diketahui secara jelas. Rasa dan aroma merupakan faktor penting bagi ayam dalam
mengenal macam pakan, walaupun demikian ayam mampu untuk membedakannya (Akoso,
1993).
5. Peraba
Indera peraba pada ayam berfungsi baik, kontak dengan telur saat mengerami,
menghangati anak di bawah sayap, berkerumun saat kedinginan.

Sumber :
Akoso, B. T., 1993. Manual Kesehatan Unggas. Penerbit kanisius: Yogyakarta.
Irfan. 2014. Tingkah Laku Ternak Unggas (Ayam).
https://irfanfapet.wordpress.com/2014/04/08/8/. (diakses pada 27 maret 2017).
Nesheim, M.C., R.E. Austic dan L.E. Card. 1979. Poultry Production. 12th ed. Lea and Febiger:
Philadelphia.
Yuwanta, T.2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai