Anda di halaman 1dari 25

-

-
www.lib.umtas.ac.id

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Singkong

2.1.1 Tanaman Singkong


Singkong sudah lama dikenal dan ditanam oleh penduduk dunia.
Hasil penulusuran para pakar botani dan pertanian menunjukkan
bahwa tanaman singkong berasal dari kawasan Amerika yang memiliki
iklim tropis. Tanaman singkong masuk ke Indonesia kurang lebih pada
abad ke-18. Tepatnya pada tahun 1852, didatangkan flasma nuftah
singkong dari suriname untuk dikoleksi di Kebun Raya Bogor. Di
Indonesia, singkong merupakan hasil pertanian pangan kedua terbesar
setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi sebagai bahan
baku yang penting bagi berbagai produk pangan dan industri rumahan
(Rukamana, 2002).
Singkong merupakan tanaman tropis yang tumbuh pada 30˚ lintang
utara dan 30˚ lintang selatan dan sebagian besar berkembang di 20˚
lintang utara sampai 20˚ lintang selatan serta membutuhkan iklim yang
lembab. Pertumbuhan singkong akan berhenti dibawah temperatur
10˚C. Pertumbuhan singkong yang paling banyak didataran rendah
tropis, di ketinggian 150 meter dari permukaan laut dengan temperatur
rata-rata 25˚C sampai 27˚C, tetapi ada beberapa varietas singkong
yang tumbuh sampai pada ketinggian 1500 meter dari permukaan laut.
Singkong juga dapat tumbuh dengan baik setika curah hujan cukup
melimpah. Curah hujan setiap tahun yang dbutuhkan untuk
pertumbuhan singkong sebesar 500mm sampai 5000mm. Singkong
dapat tumbuh pada tanah liat berpasir yang lembab dan subur ataupun

5
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 6

jenis tanah lain dengan tekstur tanah cukup gembur untuk


perkembangan umbi (Grace, 1997).

2.1.2 Klasifikasi dan Morfologi Singkong

Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan oleh Herbarium


Medanense (2016) dan literatur pengantar dari Rukmana (2002),
taksonomi singkong diuraikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilisshima Pohl.

Bagian tubuh singkong terdiri atas batang, daun, bunga, dan umbi.
Batang tanaman singkong yakni berkayu dan beruas-ruas. Warna
batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan
setelah tua menjadi keputihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang
berlubang, berisi empulur berwarna putih, lunak, dengan tekstur
seperti gabus (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Gambar 2.1 Batang Singkong (Sumber : assets.kompasnia.com)

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 7

Daun pada tanaman singkong termasuk daun tunggal yang


bertulang daun dan berbentuk menjari. Daun singkong memiliki
tangkai yang panjang dengan helaian daunnya menyerupai telapak
tangan, dan setiap tangkai memiliki daun sekitar 3-8 lembar. Daun
singkong ini berwarna hijau muda ketika masih mudan dan dapat
dimanfaatkan sebagai sayuran serta dapat digunakan untuk
menetralisir rasa pahit sayuran lainnya, namun ketika sudah tua
daunnya berwarna hijau tua (Djaafar dan Rahayu, 2003)

Gambar 2.2 Daun singkong (sumber : tangkaikayu.com)

Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang


sehingga jarang berbuah. Bunga ini berada dalam tandan yang tidak
rapat dan terkumpul pada ujung batang.

Gambar 2.3 Bunga Singkong (Sumber : cdn.brilio.net)

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 8

Umbi singkong yang terbentuk merupakan akar yang


menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan
cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang yang terdiri atas
kulit luar tipis (ari) berwarna kecoklat-coklatan (kering), kulit dalam
agak tebal berwarna keputih-putihan (basah) dan daging berwarna
putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang mengandung sianida
dengan kadar berbeda (Suprapti, 2005).

Gambar 2.4 Singkong (Sumber : pengetahuanbanganpangana.com)

2.1.3 Kandungan Gizi Singkong

Singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun


sangat miskin akan protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat
pada daun singkong karena mengandung asam animo metionin. Selain
umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan
mentah (Sadjad, 2000)

Umumnya daging umbi berwarna putih kekuning-kuningan, untuk


singkong yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20mg HCN
per kilogram umbi akar yang masih segar dan 50 kali lebih banyak
pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang pahit, proses
pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya
(Roja, 2009).

Singkong banyak digunakan pada berbagai macam penganan,


mulai keripik, kudapan, sayuran hingga tape. Bahkan bisa juga dibuat

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 9

tepung singkong yaitu tepung tapioka yang dapat digunakan untuk


menggantikan tepung gandum. Adapun unsur gizi dalam tiap 100g
singkong segar menurut Direktorar Gizi, Depkes RI, 1981 dapat
dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi dalam 100 g Singkong

Banyaknya dalam ... (per 100gram)


No. Unsur Gizi
Singkong Putih Singkong Kuning
1 Kalori (kal) 146,00 157,00
2 Protein (g) 1,20 0,80
3 Lemak (g) 0,30 0,30
4 Karbohidrat (g) 34,70 37,90
5 Kalsium (mg) 33,00 33,00
6 Fosfor (mg) 40,00 40,00
7 Zat Besi (mg) 0,70 0,70
8 Vitamin A (SI) 0 385,00
9 Vitamin B (mg) 0,06 0,06
10 Vitamin C (mg) 30,00 30,00
11 Air (g) 62,50 60,00
Bagian dapat dimakan
12 75,00 75,00
(%)
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI. 1981.

2.1.4 Aneka Makanan Olahan Singkong


Singkong dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk aneka olahan
makanan. Berbagai olahan singkong ini dapat menjadi bisnis
menguntungkan. Aneka makanan olahan singkong tersebut antara lain
singkong goreng, singkong rebus, keripik singkong, tape maupun
gethuk. Singkong pun dapat diolah menjadi tepung yaitu tepung
tapioka dan tepung gaplek serta berbagai olahan makanan lainnya
seperti sagu kasbi yang merupakan makanan khas Maluku Utara dan
kasoami yang merupakan makanan khas masyarakat Kabupaten
Wakatobi, Sulawesi Selatan (Sugihono, 2007).

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 10

2.2 Perancangan
Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian dalam proses
pembuatan produk. Tahap perancangan tersebut dibuat keputusan-
keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang
menyusulnya (Darmawan, 2004 : 1). Sehingga, sebelum sebuah produk
dibuat terlebih dahulu dilakukan proses perancangan yang nantinya
menghasilkan sebuah gambar skets atau gambar sederhana dari produk
yang akan dibuat. Gambar skets yang telah dibuat kemudian digambar
kembali dengan aturan gambar sehingga dapat dimengerti oleh semua
orang yang ikut terlibat dalam proses pembuatan produk tersebut.
Gambar hasil perancangan adalah hasil akhir dari proses perancangan
dan sebuah produk dibuat setelah gambar-gambar rancangannya dalam
hal ini gambar kerja.
Ada tiga macam perancangan yaitu : (1) asli yaitu merupakan desain
penemuan yang benar-benar didasarkan pada penemuan belum pernah
ada sebelumnya, (2) pengembangan/modifikasi yaitu merupakan
pengembangan produk yang sudah ada dalam rangka peningkatan
efesiensi,efektivitas, atau daya saing untuk memenuhi tuntutan pasar atau
tuntutan zaman, (3) adopsi merupakan perancangan yang
mengadopsi/mengambil sebagian sistem atau seluruhannya dari produk
yang sudah ada untuk pengguaan lain dengan kata lain untuk
mewujudkan alat mesin yang memiliki fungsi lain (Epsito and
Thower.R.J., 1991:6).
Perancangan dan pembuatan produk adalah dua kegiatan yang
penting, artinya rancangan hasil kerja perancangan tidak ada gunanya
jika rancangan tersebut tidak dibuat. Sebaiknya pembuat tidak dapat
merealisasikan benda tekniktanpa terlebih dahulu dibuat gambar
rancangannya (Darmawan, 2004:2). Mengenai gambar rancangan yang
akan dikerjakan oleh pihak produksi berupa gambar dua dimensi yang
dicetak pada kertas dengan aturan dan standar gambar yang ada.

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 11

Menurut Dharmawan 2004, perancangan itu terdiri dari serangkaian


kegiatan yang beruntun. Kegiatan dalam proses perancangan disebut
fase. Fase-fase dalam proses perancangan berbeda satu dengan yang
lainnya sebagai berikut :
1. Cara meningkatkan kualitas barang/jasa dengan memahami
tuntutan konsumen kemudian menghubungkanya dengan
ketentuan teknis untuk menghasilkan pertimbangan
perancangan. Penetapan kebutuhan bertujuan untuk membuat
spesifikasi akurat yang perlu desain/rancangan. Metode yang
digunakan pada langkah ini adalah Performance Specifikation
Model, yang prosedur pelaksanaannya adalah :
a. Mempertimbangkan tingkatan-tingakatan solusi yang
berbeda yang dapat diaplikasikan.
b. Menentukan tingkatan untuk beroperasi.
c. Identifikasi atribut-atribut performansi yang diinginkan
d. Menentukan performansi untuk setiap atribut
(Rosnani Ginting, 2010:125)
2. Definsi proyek, Perencanaan Proyek, dan Penyusunan
Spesifikasi Teknis Proyek.
Definisi proyek dan kegiatan-kegiatan lain dalam fase
ini menghasilkan antara lain :
a. Pernyataan tentang masalah atau produk yang akan
dirancang.
b. Beberapa kendala yang membatasi solusi masalah
tersebut.
c. Spesifikasi teknis produk.
d. Kriteria keterimaan dan kriteria lain yang harus
dipenuhi oleh produk.
e. Rencana produk
3. Perancangan Konsep Produk

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 12

Spesifikasi teknis produk hasil fase pertama proses


perancangan menjadi dasar fase berikutnya, yaitu fase
peracangan konsep produk. Tujuan fase ini adalah
menghasilkan alternatif konsep produk sebanyak mungkin.
Konsep produk yang dihasilkan fase ini masih berupa skema
atau dalam bentuk skets. Pada prinsipnya, semua alternatif
semua konsep produk memenuhi spesifikasi produk teknik
produk, dilakukan evaluasi pada hasil rancangan konsep
produk untuk memilih satu atau beberapa konsep produk
terbaik untuk dikembangkan pada fase ketiga fase perancangan
produk.
4. Perancangan Produk
Fase perancangan produk merupakan pengembangan
alternatif dalam bentuk skema atau skets menjadi produk benda
teknik, materian dan dimensi elemen-elemennya ditentukan.
Fase perancangan produk diakhiri dengan perancangan detail
elemen-elemen produk, yang kemudian dituangkan dalam
gambar-gambar detail untuk proses pembuatan.
5. Dokumen untuk Pembuatan Produk
Dokumen atau gambar hasil perancangan produk
tersebut dapat dituangkan dalam bentuk gambar sederhana
diatas kertas (2 dimensi) atau gambar gambar dalam bentuk
modern yaitu informasi digital yang disimpan dalam bentuk
memori komputer. Informasi dalam digital tersebut dapat
berupa print-out untuk menghasilkan gambar sederhana atau
dapat dibaca oleh sebuah sofware komputer.
Gambar hasil rancangan produk terdiri dari :
a. Gambar semua elemen produk lengkap dengan
geometrinya, dimensinya, kekasaran/kehalusan permukaan
dan material.
b. Gambar susunan komponen (assembly).

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 13

c. Gambar susunan produk.


d. Spesifikasi yang membuat keterangan-keterangan yang
tidak dapat dimuat dalam gambar.

2.3 Pengelasan
Pengelasan adalah menyambung logam dengan cara memanasi sampai
mencair, dimana pada benda kerja yang mencair atau meleleh akan
menyatu dengan bantuan bahan tambahan sehingga terbentuklah suatu
sambungan, melelehnya benda kerja dan bahan tambahan disebabkan
oleh panas yang datang dari busur listrik, busur listrik ini terjadi pada
waktu adanya perpindahan arus listrik dari batang elektroda ke benda
kerja lewat udara. Busur listrik ini menyala dalam garis lintang udara
yang menyalurkan arus listrik, oleh karena ada tahanan listrik yang tinggi
pada waktu perpindahann arus dari ujung elektroda ke benda kerja, maka
pada busur listrik dicapai suhu sampai 6.000 derajat Celcius. Oleh karena
itu pemanasan ini bersifat setempat maka bagian benda kerja dan ujung
elektroda yang saling berdekatan akan mencair (wiryosumarto, 2000:39).
Karena itu didalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta
mendampingi praktek, secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa
perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus
direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan,
bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari
bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan
lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang
logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah
dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang
dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 14

terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang disambungkan.


(tehnik-pengelasan.blogspot.com 2019, 8 desember).

2.3.1 Jenis-jenis Pengelasan


1. SMAW (Shield Metal Arch Welding)
SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur
nyala api listrik terlindung dengan mempergunakan busur
nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini
paling banyak dipakai dimana–mana untuk hampir semua
keperluan pekerjaan pengelasaan. Tegangan yang dipakai
hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan
untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500
Ampere. Namun secara umum yang dipakai berkisar 80 – 200
Ampere.
2. SAW (Submerged Arch Welding)
SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur
terbenam atau pengelasan dengan busur nyala api listrik.
Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan material
tambahan, dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga
bususr nyala terpendam di dalam ukuran–ukuran fluks
tersebut.
3. ESW (Electro Slag Welding)
ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti,
pengelasan sejenis SAW namun bedanya pada jenis ESW
busurnya nyala mencairkan fluks, busur te rhenti dan proses
pencairan fluk berjalan terus dam menjadi bahan pengantar
arus listrik (konduktif). Sehingga elektroda terhubungkan
dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas
yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui
cairan fluk / slag cukup tinggi untuk mencairkan bahan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 15

tambahan las dan bahan induk yang dilas tempraturnya


mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C.
4. ERW (Electric Resistant Welding)
ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik
yaitu dengan tahanan yang besar panas yang dihasilkan oleh
aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan
logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan
pipa ERW, pengelasan plat–plat dinding pesawat, atau pada
pagar kawat.
5. EBW (Electron Beam Welding)
EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses
pemboman elektron, suatu pengelasan uang pencairannya
disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas
loncatan elektron yang dimamapatkan dan diarahkan pada
benda yang akan dilas. Penelasan ini dilaksanakan di dalam
ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya
oksidasi atau kontaminasi.

2.4 Perajang Singkong


Rancang bangun berfungsi untuk menciptakan rencana teknis
(technical plan) penyelesaian persoalan, meliputi analisis dan sintesis yang
bukan sekedar menghitung dan menggambar, tetapi juga mengusahakan
bagaimana merencanakan produk yang siap dikomersilkan dan bagaimana
produk tersebut dapat bertahan dipasaran.
Dilihat dari posisi piringan perajang, alat-mesin perajang singkong
dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu tipe horizontal disajikan pada Gambar 2.5
dan tipe vertikal disajikan pada Gambar 2.6 (Badan Standardisasi
Nasional, 2008)

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 16

Gambar 2.5 Perajang singkong tipe horizontal

Gambar 2.6 Perajang singkong tipe vertikal

Perajang singkong merupakan alat-mesin yang dilengkapi dengan


pisau pengiris, lubang pemasukan, dan lubang pengeluaran hasil
potongan. Perajang singkong berfungsi untuk mengiris singkong segar
menjadi bentuk irisan dengan ketebalan tertentu yang digerakkan oleh
motor penggerak. Pisau pengiris merupakan bagian alat-mesin yang
berfungsi untuk mengiris singkong kearah potongan melintang dengan
ketebalan tertentu (Badan Standardisasi Nasional, 2008).

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 17

Berdasarkan SNI 0838-2008 tentang mesin pemotong ubi kayu,


mesin pengiris singkong diklasifikasikan berdasarkan posisi pemotongan,
yaitu tipe horizontal dan tipe vertikal. Alat yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah alat perajang singkong tipe horizontal.

2.5 Alat Perajang Singkong Horizontal


2.5.1 Komponen Alat Perajang Singkong
Alat Perajang Singkong ini terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1. Corong Pemasukan
yaitu lubang pemasukan dan penutup piringan. Lubang
pemasukan terbuat dari pipa PVC berdiameter 8 cm dan
panjang 10 cm direkatkan pada bagian penutup piringan.
Fungsinya sebagai lubang pemasukan singkong yang akan
dirajang. Sedangkan penutup piringan terbuat dari fiber glass
transparan setebal 0,5 cm berfungsi untuk menutup piringan
perajang guna pengamanan bagi operator terhadap mata pisau
yang berotasi pada saat proses perajangan. Corong
pemasukan dapat dibongkar pasang dengan mengaitkan pada
rangka menggunakan mur dan baut, bertujuan agar mata
pisau dan piringan perajang dapat dibersihkan.
2. Penekan
Penekan merupakan tabung kosong terbuat dari besi,
berfungsi untuk mendorong singkong pada saat bahan
dimasukkan.Penekan memiliki diameter 7 cm dan tinggi 15
cm. Bagian penekan yang dapat masuk ke dalam corong
pemasukan sedalam 10 cm. Penekan digunakan setiap kali
bahan dimasukkan ke dalam corong pemasukan.
3. Piringan Perajang dan Mata Pisau
Piringan perajang berfungsi sebagai dudukan sekaligus
memutar mata pisau, sedangkan pisau perajang berfungsi
untuk mengiris singkong. Piringan perajang memiliki

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 18

diameter 30 cm dengan tebal 1 cm. Sisi piringan perajang


tersebut memiliki 4 buah mata pisau dengan panjang 10 cm,
lebar 4 cm.
4. Corong Pengeluaran
Bagian ini berfungsi sebagai penyalur hasil rajangan menuju
wadah penampungan
5. Rangka
Rangka ini berfungsi sebagai dudukan seluruh bagian dan
komponen alat perajang singkong tipe vertikal
6. Pedal Sepeda
berfungsi sebagai penggerak atau pemutar piringan perajang
dengan tenaga sipengguna sebagai penggerak utamanya.

2.5.2 Pembuatan Alat


1. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat alat relatif murah
atau terjangkau.
2. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat tidak sulit
didapatkan.

2.5.3 Mekanisme Kerja Alat


1. Sistem Pengumpanan
Pengumpanan bahan (singkong) dilakukan secara manual.
Singkong yang telah dikupas, dimasukkan satu-persatu ke
dalam corong pemasukan dan ditekan perlahan-lahan dengan
tangan kemudian dilanjutkan dengan alat penekan jika sudah
melewati batas atas corong pemasukan.
2. Sistem Pengirisan
Sistem pengirisan pada alat perajang singkong ini mengalami
3 kali irisan tiap putaran.
3. Sistem Pengeluaran Hasil

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 19

Singkong yang teriris, keluar melalui corong pengeluaran.


Untuk memanfaatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan
putaran piringan perajang maka posisi corong pemasukan
diletakan pada sebelah kiri.

2.5.4 Perawatan Alat


1. Setiap akan dan setelah digunakan, bersihkan alat dari
kotoran-kotoran yang ada terutama pada bak penampung dan
piringan perajang.
2. Tutup semua badan menggunakan kain atau plastik yang
cukup agar alat terhindar dari debu.
2.6 Komponen Alat
2.6.1 Rantai
Rantai sebagai transmisi mempunyai keuntungan-
keuntungan seperti : mampu meneruskan daya besar karena
kekuatannya yag besar, tidak memerlukan tegangan awal,
keausan kecil pada bantalan, dan mudah memasangnya. Karena
keuntungan tersebut, rantai mempunyai pemakainan yang luas
seperti roda gigi dan sabuk.

Gambar 2.7 Rantai


Sumber : otomotifnet.gridoto.com
Dipihak lain, transmisi rantai mempunyai beberapa
kekurangan, yaitu : variasi kecepatan yang tak dapat dihindari
karena lintasan busur pada sproket yang mengait mata rantai,

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 20

suara dan getaran karena tumbukan antara rantai dan dasar kaki
gigi sproket, dan perpanjangan rantai karena keausan pena dan
bus yang diakibatkan oleh gesekan dngan sproket. Karena
kekurangan-kengurangan ini maka rantai tak dapat dipakai untuk
kecepatan tinggi.
Panjang rantai yang diperlukan dapat dihitung dengan
rumus dibawah ini

= +2 + (2.1)

Dimana

: Panjang rantai, dinyatakan dalam jumlah mata rantai


: Jumlah sproket kecil
: Jumlah sproket besar
C : Jarak sumbu poros dinyatakan dalam jumlah mata rantai
(dapat berupa bilangan pecahan)
Kecepatan rantai (m/s) dapat dihitung dari :

= (2.2)

Dimana :
: jarak bagi rantai (mm)
: jumlah gigi sproket kecil, dalam hal reduksi putaran.
: putaran sproket kecil, dalam hal reduksi putaran.
Beban yang bekerja pada satu rantai F(kg) dapat dihitung seperti
pada sabuk dengan rumus

F= (kg) (2.3)

2.6.2 Poros

Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya


berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 21

(gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya.


Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau
beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu
dengan lainnya. Poros hampir terdapat pada setiap kontruksi mesin dengan
fungsi yang berbeda-beda dilihat dari fungsinya.

Gambar 2.8 Poros


Sumber : teknomech.blogspot.com
Fungsi poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan
tenaga bersama-sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar,
seperti cakara tali, puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda
jalan dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap
atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar. Contohnya sebuah
poros dukung yang berputar, yaitu poros roda keran pemutar gerobak.
Macam - Macam Poros (Sularso, Kiyokatsu Suga 1994)
1. Poros Transmisi (Transmission Shafts)
Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan
mengalami beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-
duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulley,
sprocket rantai, dll.
2. Poros Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda
kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya
mendapat beban lentur.
3. Poros Spindle

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 22

Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif pendek,


misalnya pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya
berupa beban puntiran. Selain beban puntiran, poros spindle juga
menerima beban lentur (axial load). Poros spindle dapat digunakan secara
efektif apabila deformasi yang terjadi pada poros tersebut kecil.
Hal-Hal Penting Dalam Perancangan Poros (Sularso, Kiyokatsu
Suga 1997)
1. Kekuatan Poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment),
beban lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan
lentur. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor,
misalnya: kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila
menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros
tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan
beban-beban tersebut.
2. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman
dalam menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang
terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas),
getaran mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh karena itu disamping
memperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan
dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya
dengan poros tersebut.
3. Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran
(vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang
mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang
menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat
terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya
getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 23

mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah


dari putaran kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk
poros propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
Demikian pula untuk poros- poros yang terancam kavitasi, dan poros-
poros mesin yang sering berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat
pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan Poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang
berat pada umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses
pengerasan kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan.
Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel.
Perencanaan poros yang harus menggunakan perhitungan
mengenai daya rencana, tegangan geser dan tegangan geser maksimum.
Berikut ini pembahasan mengenai perhitungan tersebut :
Perhitugan Poros (Sularso, 2004),

 Momen Puntir
(2.4)

Dimana : Pd = Daya rencana (kg.mm)


T = Faktor koreksi (kW)
n1 = Putaran (rpm

 Tegangan geser yang diinginkan

(2.5)

Dimana : = Tegangan geser yang diijinkan 66 kg/


= Faktor keamanan (6)
= Faktor keamanan (1,5)

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 24

 Diameter poros (ds)


√ (mm) (2.6)

Dimana : Km = faktor koreksi (1,5 untuk beban tumpukan


ringan)
Kt = faktor koreksi (1 untuk beban dikenakan
Secara halus)
M = momen lentur gabungan maksimum (kg.mm)
T = momen puntir (kg.mm)

 Tegangan geser

(2.7)

 Putaran kritis (Ncr)

√ (rpm) (2.8)

Dimana : L11.12 = jarak bantalan ke titik beban (mm)


W = berat total benda yang berputar (kg)

 Pengecekan poros
 Pengecekan terhadap tegangan geser maksimum

√ (kg/ ) (2.9)

Salah satu syarat poros adalah < (barulah memenuhi


syarat)

 Pengecekan terhadap putaran kritis


Sularso (1997 : 23) menjelaskan bahwa perbandingan putaran
kritis poros mesin (Ncr) yang terjadi dengan putaran poros mesin
(np) yang direncanakan harus lebih besar atau dibawah putaran

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 25

kritis mesin yang disyaratkan yaitu 0,6 – 0,7 . Ncr/np ≤ 0,6


(memenuhi syarat).

2.6.3 Bantalan

Batalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros


berbeban, sehingga putaran atau gerakannya dapat berlangsung secara
halus, aman, dan panjang umur. Bantalan menjamin poros serta elemen
mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan
baik maka prestasi seluruh system akan menurun atau tidak dapat bekerja
secara mestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan
peranannya dengan pondasi pada gedung. Bahan untuk bantalan luncur
memenuhi persyaratan berikut :
1. Mempunyai kekuatan cukup (tahan beban dan kelelahan)
2. Dapat menyesuaikan terhadap lenturan poros yang tidak terlalu
besar atau terhadap perubahan bentuk yang kecil.
3. Mempunyai sifat anti las (tidak dapat menempel) terhadap
poros jika terjadi kontak dan gesekan antara logam.
4. Tahan karat dan cukup tahan aus.
5. Dapat membenamkan kotoran atau debu kecil yang terkurung
di dalam bantalan.
6. Harga ekonomis dan tidak perlu terpengaruh oleh temperatur.

Gambar 2.9 Bantalan


Sumber : irianpoo.blogspot.com

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 26

Bantalan dapat diklasifikasikan atas :


1. Gerakan bantalan terhadap poros
 Bantalan luncur, pada bantalan ini terjadi gesekan luncur
antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu
oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan
pelumas.
 Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi gesekan
gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam
melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol
jarum dan rol bulat.
2. Arah beban terhadap poros
 Bantalan radial. Arah beban yang ditumpu adalah tegak
lurus sumbu poros.
 Bantalan aksial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan
sumbu poros.
 Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu
beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

Dalam perencanaan bantalan radial, kekuatan bantalan termasuk


hal yang penting. Kekuatan bantalan diberikan setelah diameter poros
telah ditentukan. Misalkan pada sebuah bantalan ujung terdapat suatu
beban yang terbagi rata dan bekerja pada bantalan dari sebelah bawah.
Panjang bantalan dinyatakan dengan l (mm), beban persatuan panjang
dengan W (kg), serta reaksi pada tumpuan dihitung, maka:
 Beban ekuivalen dinamis
(2.10)
Dimana : Y = faktor beban aksial (1,45)
Fr = beban radial (N)
Fa = beban aksial (N)

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 27

 Faktor kecepatan

√ (2.11)

Dimana : n = putaran poros utama (rpm)

 Faktor umur (fh)


(2.12)

Dimana : fn = faktor kecepatan


C = beban nominal spesifik (kg)
P = beban ekuivalen dinamis (kg)
 Umur bantalan
(2.13)
Dimana : fh = faktor umur bantalan

2.6.4 Mata Pisau


Mata pisau yang terbuat dari bahan baja yang tentunya
dipilih agar mata pisau tidak mudah berkarat. Mata pisau ini
dibuat sedemikian rupa agar nanti proses perajangan dapat
dilakukan dengan mudah dan hasil perajangan sesuai dengan apa
yang diinginkan.

Gambar 2.10 Mata Pisau


Sumber : Bukalapak

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 28

2.7 Uji Kinerja Alat


Kapasitas pengirisan atau disebut juga kapasitas lapang adalah
kemampuan mesin menghasilkan irisan dengan ketebalan tertentu dalam
satuan waktu. Sedangkan persentase cacat adalah penilaian hasil
pengamatan yang meliputi ketebalan rata-rata hasil rajangan keragaman
(standar deviasi) ketebalan hasil rajangan dan persentase hasil irisan.
Pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai persentase cacat
adalah dengan mengambil contoh sebanyak percobaan hasil rajangan.
Ukur ketebalan hasil rajangan singkong tersebut, hasil pengukuran
ditabulasikan.
Ketebalan rata-rata hasil rajangan dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

(∑ )

Keterangan :
d = ketebalan rata-rata hasil rajangan (mm).
d i = ketebalan hasil rajangan pada pengukuran ke-i (mm)

Ambil dan timbang hasil rajangan, kemudian pisahkan rajangan singkong


dengan klasifikasi irisan utuh (> 90% bagian), irisan setengah utuh (90 –
20% bagian), irisan rusak (kurang dari 20% bagian). Timbang berat
rajangan yang rusak.

Persentase kerusakan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

%br = persentase rusak (%)

= irisan rusak berdasarkan klasifikasi

= sampel irisan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-
-
-
www.lib.umtas.ac.id 29

Kelebihan dan kelemahan antara perajang singkong menggunakan mesin


dan manual, bisa dilihat ditabel 2.2

Biaya Hasil
Produksi Putaran Suara Pengoperasian
pembuatan Irisan
Tidak Tidak
Manual Lambat Murah Baik Mudah
tetap Bising
Mesin Cepat Mahal Tetap Bising Baik Tidak mudah
Tabel 2.2 perbandingan perajang keripik singkong

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya


-
-

Anda mungkin juga menyukai