BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan utama yang terdapat dalam buah kedondong adalah unsur gula
dalam bentuk sukrosa yang penting sebagai penambah energi dan vitalitas tubuh.
Begitu juga kandungan serat dan airnya cukup tinggi dan bermanfaat dalam
melancarkan pencernaan serta mencegah dehidrasi.
Selain itu manfaat kedondong lainnya adalah dari rendahnya kandungan lemak
sehingga buah ini cocok sebagai makanan cemilan diet yang menyegarkan. Apalagi
kandungan karbohidrat maupun proteinnya juga termasuk rendah, Selain itu
masyarakat juga memanfaatkan buah kedondong untuk mengobati dan mengatasi luka
akibat terbakar maupun borok. (www.Anhaera.com/manfaat-buah-kedondong.htm).
Kingdom : Plantae
Bangsa : Spindales
Suku : Anacardiaceae
Marga : Spondias
Varietas kandungan
Daun,kulit batang dan kulit akar kedondong mengandung saponin,flavanoid dan tanin.
Manfaat buah kedondong manis kultivar unggul dimakan dalam keadaan segar,
tetapi sebagian buah matang diolah menjadi selai, jeli, sari buah dan manisan. Buah
yang direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya
banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambal kedondong).
Daun mudanya yang dikukus dijadikan lalapan.
Buah dan daunnya juga dijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat
muda dan mudah mengambang, tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi
kadang-kadang dibuat perahu. Dikenal di berbagai pelosok dunia berbagai manfaat
obat dari buah, daun, dan kulit batangnya, dan dapat dipergunakan dalam pengobatan
kulit dan luka bakar.
Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung 60-85 gram air,
0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85-3,60 gram serat.
Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan zat besi sedangkan buah yang
belum matang mengandung pektin sekitar 10% (http://www.ristek.go.id.)
Lengkeng berasal dari negeri cina (daerah subtropis) agak menyimpang dari
familinya sendiri, yaitu rambutan ( Naphelium lappaceum), Kapulasan (Naphelium
mutabile) dan Leci (Naphelium litchi atau lichi sinensis). Pohon lengkeng besar dan
bercabang banyak, daunnya rimbun, dan mampu memproduksi diatas umur 100 tahun
. Buahnya kecil, lebih kurang sebesar kelereng, warna kulit buahnya kecoklatan
seperti buah sawo dan tidak berbulu, daging buah berwarna putih agak bening (seperti
rambutan, bijinya satu dan berwarna hitam kecoklatan, rasa buahnya manis dengan
aroma yang khas.
Kingdom : Plantae
Ordo : Spindales
Famili : Spindaceae
Genus : Dimocarpus
a. Varietas Batu
Lengkeng varietas batu termasuk lengkeng jenis unggul. Kulit buahnya agak
kasar dan berwarna coklat muda. Buahnya lebih besar dari pada varietas lainnya.
Daging buahnya lebih tebal dan mudah sekali lepas dari bijinya. Rasa aromanya lebih
tajam dan lebih segar, sehingga harganya dipasaran juga lebih mahal dibandingkan
dengan jenis lainnya.
b. Varietas Kopyor
Lengkeng varietas ini dipasaran harganya lebih rendah. Kulit buahnya halus
berwarna coklat agak kuning (hampir seperti buah duku). Daging buahnya sulit
dilepas dari bijinya. ( Hatta S.1990 ).
Air 81 g 26,7 g
Protein 1g 4,3 g
Lemak 1,4 g 0,5 g
Kerbohidrat 15,6 g 65,9 g
Sumber : Food Composition Table for Use in East Asia, FAO, Roma, 1972.
2.3 Selulosa
Hidrolisis selulosa lengkap dengan HCl 30% dalam air, hanya menghasilkan
D-glukosa. Disakarida yang terisolasi dari selulosa yang terhidrolisis sebagian adalah
selobiosa, yang dapat dihidrolisis lebih lanjut menjadi D-glukosa dengan suatu katalis
asam atau dengan emulsin enzim. Selulosa sendiri tidak mempunyai karbon
hemiasetal-selulosa sehingga tidak dapat mengalami mutarotasi atau dioksidasi oleh
reagensia seperti Tollens. (Fessenden, 1986).
I
selobiosa
II II
-H2O
-H2O
-H2O
III III
glukosa
Sirup glukosa merupakan cairan yang memiliki derajat kemanisan yang lebih
rendah dibandingkan dengan sukrosa. Sirup glukosa bukan merupakan produk murni
tetapi mengandung dekstrin dan maltosa.
Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair mengandung D-glukosa dan
polimer D-glukosa yang dibuat dengan hidrolisa pati. Perbedaannya dengan gula tebu
atau sukrosa adalah, gula tebu adalah gula disakarida yang tersusun oleh glukosa dan
fruktosa, sedangkan sirup glukosa tersusun dari glukosa, dekstrin, maltosa
(Soemaatmadja, 1970).
Sirup glukosa pertama kali digunakan sebagai bahan pengganti gula pada masa
Napoleon. Sirup glukosa dibuat dengan mereaksikan pati dengan asam melalui proses
hidrolisa karbohidrat kompleks atau polisakarida kemudian dipecah menjadi
disakarida atau maltose yang kemudian dipecah lagi menjadi monosakarida.
No Komponen Spesifikasi
9. Kapang Negatif
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan
menggunakan pereaksi tembaga arsenomolibdat. Kupri mula-mula direduksi menjadi
bentuk kupro dengan pemanasan larutan gula. Kupro yang terbentuk selanjutnya
dilarutkan dengan arsenomolibdat menjadi molibdenum berwarna biru yang
menunjukkan ukuran konsentrasi gula dengan membandingkannya dengan larutan
standar, konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang terbentuk
Metode ini dapat diterapkan untuk segala jenis bahan pangan. Terutama
berguna untuk menetapkan sampel yang mengandung sedikit gula pereduksi. Gula
pereduksi akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan dioksidasi oleh I2 (yang
terbentuk dari hasil oksidasi KI oleh KIO3 dalam asam) menjadi Cu2+ kembali.
Kelebihan I2 dititrasi dengan Na2 S2O3. Dengan menggunakan blanko, maka kadar gula
pereduksi dalam sampel dapat ditentukan.
Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis bahan makanan. Anthrone
(9,10-dihidro-9-oxanthracena) merupakan hasil reduksi anthraquinone. Anthrone
bereaksi secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan
warna biru kehijauan yang khas.
2.7. Manisan
Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh
masyarakat. Rasanya yang mains bercampur rasa khas buah sangat cocok untuk
dinikmati diberbagai kesempatan. Meskipun jenis manisan buah yang umum
dipasarkan ada bermacam-macam bentuk dan rasanya, namun sebenarnya dapat
dikelompokkan menajdi 4 golongan yaitu:
1. golongan pertama adalah manisan basah dengan larutan gula encer ( buah
dilarutkan dalam gula seperti jambu, mangga, salak, dan kedondong).
2. Golongan kedua adalah manisan gula kental menempel pada buah. Manisan
jenis ini adalah pala, lobi-lobi, dan cermai.
3. Golongan ketiga adalah manisan kering dengan gula utuh (sebagian gula tidak
larut dan menempel pada buah). Buah yang sering digunakan adalah buah
mangga, kedondong, sirsak, dan pala.
4. Golongan keempat adalah manisan kering asin karena unsur dominan dalam
bahan adalah garam. Jenis buah yang dibuat adalah jambu biji, mangga,
belimbing, dan buah pala. (http://www.bisnisukm.com, diakses tanggal 07
Maret 2010)
Kualitas Produk olahan buah berupa manisan, baik manisan basah maupun manisan
kering, sangat menetukan laku tidaknya produk olahan tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas manisan adalah sebagai berikut:
A. Penampilan
1. Warna
3. Kemasan.
Cita rasa manisan harus berasal dari cita rasa buah aslinya. Namun, agar cita rasa
makin memikat dapat ditambahkan bahan pewangi atau bumbu yang sesuai, seperti
kayu Manis, bunga pala, pandan wangi, atau cengkih. Sementara itu, aroma
merupakan unsur yang Sangat peka terhadap pemanasan. Karenanya sulit
dipertahankan. Namun, cita rasa yang kompak dapat menutupi kekurangan dan unsur
aroma ini.
C. Daya Tahan
Manisan termasuk produk awetan. Karena itu, dituntut untuk dapat disimpan
dalam jangka waktu yang relatif lama. Daya tahan ini dapat diciptakan dengan
memperkecil kadar air dalam buah, meningkatkan konsentrasi gula dalam buah,
memberikan bahan pengawet, serta mengemasnya dalam wadah yang tertutup rapat
tanpa memberi kesempatan masuknya bahan-bahan pencemar.
Buah memiliki kandungan gizi, mineral, dan kalori. Beberapa kandungan gizi
biasanya akan hilang karena proses pengolahan. Karena itu, proses pengolahan harus
memperhatikan teknik atau tata caranya sehingga kandungan gizi dalam buah bisa
didapat dengan maksimal. Untuk menjaga kualitas manisan tetap baik, biasanya
dilakukan penambahan vitamin C ke dalam manisan.
E. Higienis