B. Cara kerja pertama dibuang agar plasma darah yang pertama kali
Untuk pengukuran kadar glukosa awal, tiga probandus menetes terbuang. Kemudian, darah diteteskan pada tempat
dengan kriteria jenis kelamin dan berat badan sama reagen strip glucotest yang berwarna orange dan ditunggu
disiapkan. Probandus pertama (Riska Maziyah) melakukan hingga nilai kadar glukosa darah tertera pada layar. Pada
puasa minimal 8 jam sebelum pengambilan darah. perlakuan kedua, probandus yang berpuasa (Riska) dan salah
Probandus kedua (Elvian Haning) dan ketiga (Adisya satu probandus yang tidak berpuasa (Elvian) melakukan
Prima N.S) sarapan dua jam sebelum pengambilan darah. melakukan aktivitas berat (lari) selama 10 menit. Kemudian
Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan glucometer kadar glukosa darah diukur dengan cara sebelumnya dan
dan strip glucotest. Darah probandus diambil dengan cara dibandingkan
Tabel 1. Kadar glukosa awal dan setelah kedua probandus melakukan
ujung jari probandus ditusuk dengan menggunakan jarum aktivitas
Franke. Sebelumnya, ujung jari dibersihkan dahulu dengan
alkohol 70%. Kemudian, setelah tetesan darah keluar,
tetesan darah pertama yang keluar dibuang. Kemudian,
darah diteteskan pada strip glucotest. Sebelumnya, strip
glucotest dimasukkan ke pada glucometer dan ditunggu
hingga gambar tetesan darah terlihat. Setelah itu baru
darah diteteskan pada tempat reagen strip glucotest yang
berwarna orange. Kemudian ditunggu hingga nilai kadar
glukosa darah tertera pada layar glucometer (gambar 2).
Kemudian, dilakukan uji kadar glukosa darah setelah
beraktivita. Probandus yang berpuasa dan salah satu
probandus yang tidak berpuasa melakukan aktivitas. Dari tabel, dapat dilihat bahwa kadar glukosa darah awal
Dalam praktikum ini yaitu olahraga selama 10 menit. probandus yang berpuasa (Riska) adalah 100 mg/100 ml.
Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan seperti pada Probandus kedua dan ketiga yang tidak berpuasa (Elvian dan
langkah sebelumnya. Kadar glukosa darah awal dan Adisya) kadar glukosa darah awalnya berturut-turut adalah
setelah beraktivitas kemudian dibandingkan. 106 mg/100 ml dan 93 mg/100 ml. Selama puasa, sewaktu
kadar gula menurun, kadar insulin akan menurun, dan kadar
glukagon akan meningkat. Perubahan hormon-hormon ini
menyebabkan hati menguraikan glikogen melalui proses
glikogenolisis dan membentuk glukosa melalui proses
glukoneogenesis sehingga kadar gula dapat dipertahankan.
d Saat orang berpuasa beraktivitas, gula yang berada dalam
a darah tidak akan cukup untuk menghasilkan energi dalam
sel, sehingga glukagon akan mengubah glikogen menjadi
glukosa, yang akan digunakan oleh sel-sel tubuh untuk
b menghasilkan energi [4].
Setelah probandus pertama yang berpuasa (Riska) dan
c
probandus kedua yang tidak berpuasa (Elvian) melakukan
Gambar 2. (a) glucometer, (b) strip glucotest, (c) darah diteteskan pada strip aktivitas berat yaitu berlari selama 10 menit, kadar glukosa
glucitest yang berwarna orange, (d) kadar glukosa darah akan muncul pada darahnya mengalami penurunan menjadi 92 mg/100 ml dan
layar strip glucotest. 94 mg/100 ml. Sedangkan probandus ketiga yang tidak
berpuasa dan tidak melakukan aktivitas berat, kadar
III. HASIL DAN PEMBAHASAN glukosanya meningkat menjadi 99 mg/100 ml. Seharusnya
hasil yang didapat adalah kadar glukosa pada probandus yang
Praktikum hormon insulin dan glukagon ini bertujuan berpuasa meningkat karena adanya proses pemecahan
untuk mengetahui fungsi hormon-hormon endokrin, glikogen menjadi glukosa untuk mendapatkan sumber energi.
mengetahui respon fisiologis manusia terhadap hormon Pada probandus yang tidak berpuasa mengalami penurunan
endokrin, dan dapat melakukan uji kadar glukosa darah karena glukosa yang terdapat dalam darah cukup untuk
menggunakan glucometer. Digunakan tiga probandus dengan dijadikan sumber energi untuk melakukan aktivitas berat
jenis kelamin sama dan berat badan hampir sama adalah tanpa glukagon harus memecah glikogen dalam hati menjadi
sebagai faktor pembatas dilakukannya analisis terhadap kadar glukosa. Menurut [6], bila kadar glukosa turun, sekresi
glukosa darahnya. Sebelum diambil darahnya, salah satu insulin ditekan dan sekresi glukagon ditingkatkan.
probandus berpuasa selama minimal 8 jam, sedangkan dua Penurunan insulin mengurangi penggunaan gula oleh otot,
probandus lainnya makan 2 jam sebelum diambil darahnya. hati, dan jaringan adiposa.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa Tinggi dan rendahnya kadar glukosa darah dipengaruhi
darah pada probandus yang berpuasa (tidak makan selama 8 oleh beberapa faktor antara lain jumlah dan jenis makanan,
jam) dan probandus yang tidak berpuasa (tidak makan selama kecepatan digesti makanan, ekskresi, latihan (olahraga),
2 jam). Glucometer dan strip glucotest disiapkan. Strip kondisi psikologis dan reproduksi. Faktor-faktor tersebut
glucotest dimasukkan pada glucometer dan ditunggu hingga mempengaruhi baik secara terpisah (sendiri-sendiri) atau
muncul gambar tetesan darah. Ujung jari ke 3 atau ke 4 bersamaan terhadap proses fisiologis yang mengatur kadar
probandus dibersihkan dengan alkohol 70% sambil dipijat- glukosa darah [7].
pijat kemudian ditusuk dengan jarum Franke. Tetesan darah
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN 2014 KELOMPOK 7 3
Menurut [8], dalam keadaan sehat atau normal, kadar gula dari nilai normal sedangkan jika lebih tinggi dari nilai
dalam darah saat berpuasa berkisar antar 80 mg% - 120 mg normal disebut hiperglikemia [8].
%, sedangkan satu jam sesudah makan akan mencapai 170
mg% dan dua jam sesudah makan akan turun hingga
mencapai 140 mg%. Seteah berlari selama 10 menit, kadar
glukosa dalam darah menjadi menurun. Pada saat otot
berkontraksi, otot memerlukan tenaga. Pada saat itu, ATP
dipecah menjadi ADP sehingga dapat dihasilkan energi yang
dapat digunakan untuk bekerja atau berolahraga (gambar 3).
Kadar gula dalam darah akan dijaga keseimbangannya oleh
hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar beta sel
pankreas. Mekanisme kerja hormon insulin dalam mengatur
kadar gula dalam darah adalah dengan mengubah gugusan
gula tunggal menjadi gugusan gula majemuk yang sebagian
besar disimpan dalam hati dan sebagian kecil disimpan
dalam otak sebagai cadangan pertama (gambar 3). Jika dalam
kondisi puasa sehingga tidak ada makanan yang masuk,
Gambar 4. Sinyal yang mengatur homeostatis metabolik. Hormon stres yang
maka cadangan gugusan gula majemuk dalam hati akan utama adalah epinefrin dan kortisol [4].
dipecah dan dilepaskan ke dalam aliran darah. namun, jika
ternyata masih diperlukan tambahan gula, maka cadangan Konsentrasi insulin dan glukagon dalam darah mengatur
kedua berupa lemak dan protein juga akan diuraikan menjadi penyimpanan dan mobilisasi bahan bakar. Insulin, yang
glukosa [8]. dikeluarkan sebagai respons terhadap ingesti karbohidrat,
mendorong penggunaan glukosa sebagai bahan bakar dan
penyimpanan glukosa sebagai asam lemak dan glikogen.
Insulin adalah hormon anabolik utama dalam tubuh. Selain
meningkatkan penyimpanan bahan bakar, insulin
meningkatkan sintesis protein dan pertumbuhan sel. Kadar
insulin darah menurun seiring dengan penyerapan dan
penggunaan glukosa oleh jaringan. Glukagon, hormon utama
yang melawan kerja insulin, berkurang sebagai respon
terhadap makanan karbohidrat dan meningkat selama
keadaan puasa. Konsentrasi glukagon didalam darah
memberi sinyal mengenai tidak adanya glukosa dalam
makanan, dan glukagon mendorong pembentukan glukosa
melalui glikogenolisis (penguraian glikogen) dan
gluconeogenesis (sintesis glukosa dari asam amino dan
Gambar 3. Pemeliharaan pasokan bahan bakar ke jaringan [4].
precursor non karbohidrat lainnya). Peningkatan kadar
glukagon relatif terhadap insulin juga merangsang mobilisasi
Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai asam lemak dari jaringan adiposa. Epinefrin (fight or fight
aktivitas dalam tubuh antara lain aktivitas pertumbuhan, hormon) dan kortisol (glukokortikoid yang dikeluarkan
reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta sebagai respons terhadap puasa dan stress kronik) memiliki
koordinasi tubuh [9]. Sel hidup memerlukan sumber bahan efek terhadap metabolisme bahan bakar yang bertentangan
bakar yang konstan. Dari bahan bakar tersebut akan didapat dengan efek yang ditimbulkan oleh insulin. Oleh karena itu,
ATP yang digunakan untuk mempertahankan fungsi dan kedua hormon ini juga dianggap sebaga hormon yang
pertumbuhan sel normal. Karena itu harus tercapai melawan kerja insulin [4].
keseimbangan antara asupan karbohidrat, lemak dan protein.
Keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan disebut
debagai homeostatis metabolik. Keseimbangan ini dapat IV. KESIMPULAN
dicapai oleh tiga jenis pesan: kadar bahan bakar atau zat gizi
dalam darah, kadar salah satu hormon homeostatis metabolik Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai
atau impuls saraf yang mempengaruhi metabolisme jaringan aktivitas dalam tubuh antara lain aktivitas pertumbuhan,
atau pelepasan hormon. Insulin dan glukagon adalah dua reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta
hormon utama yang mengatur penyimpanan dan mobilisasi koordinasi tubuh. Kadar glukosa darah pada probandus yang
bahan bakar. Insulin mendorong penyimpanan bahan bakar berpuasa lebih rendah daripada kadar glukosa probandus
dan penggunaan bahan bakar untuk pertumbuhan. Glukagon yang tidak berpuasa. Setelah melakukan aktivitas berat yaitu
adalah hormon utama yang memobilisasi bahan bakar. berlari selama 10 menit, kadar glukosa probandus yang
Hormon lain, misal epinefrin, dikeluarkan sebgai respon berpuasa menjadi meningkat. Untuk menguji kadar glukosa
sistem saraf pusat terhadap hipoglikemia, olahraga, atau stres darah dapat digunakan glukometer yang menggunakan
fisiologis jenis lain. Epinefrin dan hormon stress lain juga prinsip ampirometrik enzimatik.
meningkatkan ketersediaan bahan bakar (gambar 4) [4].
Hipoglikemia yaitu jika kadar gula dalam darah lebih rendah
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN 2014 KELOMPOK 7 4
DAFTAR PUSTAKA
[1] W. Isnaeni. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius (2006).
[2] E. Sloane. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC (2004)
[3] G. H. Fried, dan G. J. Hademenos. Schaum’s Outlines Biologi Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga (2006).
[4] D.B. Marks, A. D. Marks, dan C. M. Smith. Biokimia Kedokteran Dasar:
Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC (2000).
[5] M. Mulder. Practical Guide for General Nursing Science. Cape Town:
Maskew Miller Longman (2007).
[6] Z. Nurachman. Diabetes. Bandung: ITB (2003).
[7] A.C. Guyton. Textbook of Medical Physiology 7 th Edition. Philadelphia:
W.B. Saunders Company (1986).
[8] E. Lanywati. Diabetes Mellitus, Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta:
Kanisius (2001).
[9] W. Isnaeni. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius (2006)