Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ANATOMI FISIOLOGI

SISTEM ENDOKTRIN
Dosesn Pengampu:
Fidia Rizkiah Inayatillah, S. ST,. M. Keb

Disusun Oleh:
Renoven Pratama Putra
220703110006

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023
BIOSINTESIS HORMON DAN
MEKANISME KERJA HOMON DI DALAM TUBUH

A. Hormon Insulin
Insulin adalah suatu hormone protein yang dihasilkan oleh pulau-pulau
Langerhans yang merupakan 1% dari jaringan pancreas. Di dalam sel-sel beta
pancreas, insulin disintesis seperti protein lainnya, melalui ribosom dan
reticulum edoplasma (RE).
1. Proses Sintesis Hormon Insulin
Proses sintesis dan sekresi insulin terjadi pada sel-sel beta pulau-
pulau Langerhans pankreas. Kedua proses tersebut melibatkan
berbagai komponen yang mendukung berlangsungnya proses-proses
tersebut dengan hasil akhir berupa hormon insulin.
Pulau-pulau Langerhans tersusun oleh beberapa jenis sel berbeda
yang menghasilkan hormon berbeda pula. Sel alfa (α), sel beta (β), sel
delta (δ), dan sel polipeptida pankreas (PP) yang memproduksi
glucagon, insulin, somtostatin dan polipeptida pankreatik secara
berurutan. Sel-sel tersebut saling mempengaruhi melalui efek parakrin
dalam pulau Langerhans. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antar
sel yang penting untuk mempertahankan fungsi normal pada tubuh.

Gambar 1. Pulau Langerhans


Pada manusia, insulin promotor factor I (IPF-1) merupakan factor
transkripsi yang paling penting dalam hal diferensiasi spesifik dari sel
beta pancreas dan induksi sekresi insulin.
Manusia memiliki satu salinan gen insulin yang terletak pada
kromosom 11. Gen ini sudah diekspresikan di dalam sel beta pancreas
dan terbentuk dari untaian DNA yang mencakup daerah pengode dan
bkan pengode. Pada masnusia gen insulin memiliki tiga ekson yang
terpisah oleh dua intron. Ekson 1 dan 2 mengkode bagian mRNA yang
tidak mengalami translasi, ekson 2 mengkode sinyal peptide (P) dan
rantai B, ekson 2 dan 3 mengkode peptide C, dan ekson 3 mengkode
rantai A ditambah bagian mRNA yang tidak mengalami translasi.
Preproinsulin merupakan produk translasi pertama dari gen insulin.
Sinyal peptide diikat oleh partikel pengenal sinyal (signal recognition
particel) kemudian melalui interaksi dengan SRP pada membrane
reticulum endoplasma (RE), terjadi penetrasi preproinsulin ke dalam
lumen RE yang diikuti pembelahan proteolitik sinyal peptide dari
preproinsulin menjadi proinsulin. Selajutnya proinsulin akan
mengalami lipatan yang sesuai untuk membentuk ikatan disulfide.
Pada saat itu proinsulin yang telah dilipat dipindahkan ke apparatus
golgi dan dipisahkan untuk jalur konstitutif/pengaturan jalur
keluarnya. Jalur konstitutif merupakan jalur yang digunakan sebagai
jalan keluar yang pengaturannya tidak dilakukan oleh sekretagog.
Selain itu, terdapat jalur lain dimana semua molekul proinsulinnya
dilarutkan, termasuk di dalamnya paket-paket prohormon yang sudah
dikemas ke dalam granula sekretolitik, selanjutnya akan terjadi proses
eksositosis sebagai respon terhadap sekretagog (Banjarnahor, 2012).
2. Proses Sekresi Insulin
Proses pelepasan insulindari pulau-pulau Langerhans memerlukan
pengaturan negative untuk memastikan tingkat terendah melepaskan
insulin dalam kondisi istirahat, serta pengaturan positif guna
memfasilitasi respon kuat terhadap kondisi adanya peningkatan kadar
glukosa darah. Insulin dilepaskan dalam bentuk bifasik yang terdiri
dari fase pertama yang terjadi singkat (sekitar 10 menit) dan diikuti
oleh fase kedua yang berkelanjutan. Pada individu normal, laju sekresi
insulin selama fase pertama dan kedua telah diperkirakan 1.600
pmol/menit dan 400 pmol/menit. Fase pertama sekresi insulin
melibatkan difusi kantung kecil dari granul-granul pada membrane
plasma. Kantung-kantung tersebut mudah disekresi karena granul-
granul tersebut sudah berada di dalam membrane pada keadaan basal,
dan pembongkaran isi granul-granul merupakan respon terhadap
adanya nutrisi dan juga non-nutrisi sekretagog. Fase kedua sekresi
insulin mumnya ditimbulkan oleh pengaruh nutrisi, dan melibatkan
mobilisasi dari granul-granul intrasel ke tempat membrane target
soluble N-ethylmaleimide-sensitive receptor (t-SNARE) pada
membrane plasma untuk bias memasuki bagian distalnya dan
menjalani langkah-langkah fusi eksi-sitosis (Banjarnahor, 2012).
3. Sinyal Sekresi Insulin
Homeostasis metabolism energy sebagian besar dikedalikan oleh
keseimbangan antara efek anabolic hormone insulin dan efek
katabolic hormone glucagon. Sekresi insulin dari sel-sel beta
Langerhans diatur oleh sejumlah faktor, tetapi sinyal stimulasi yang
dominan ialah peningkatan glukosa darah yang terjadi dengan
mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat. Selain glukosa
yang merangsang terjadinya sekresi insulin pada sel beta secara
langsung, hal ini dimungkinkan juga oleh fungsi potensial dari efektor
lainnya seperti asam lemak, asam amino, dan hormon inkretin
(glucagon-like peptide-I GLP-I). kesemuanya memerlukan tingkat
ambang glukosa tertentu untuk dapat berefek (Banjarnahor, 2012).
Peningkatan glukosa darah menginduksi peningkatan metabolisme
glukosa dalam sel beta, shingga terjadi peningkatan produksi ATP
melalui beberapa sumber: glikolisis, oksidasi glukosa mitokondria,
dan pengangkutan aktif ekuivalen reduksi dari sitosol ke rantai
transpor elektron mitokondria. Peningkatan yang dihasilkan pada rasio
ATP/ADP menghambat ATP-sensitive K +¿¿ Channelsehingga
mengakibatkan depolarisasi membran plasma, kemudian terjadi
pembukaan voltage-gated Ca2+¿ ¿channel ekstrasel yang berfungsi
untuk mengaktifkan eksositosis granul-granul.

Gambar 2. Sekresi insulin

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa glukosa akan diangkut dari


dalam darah melewati membran sel masuk ke dalam sel; proses ini
memerlukan senyawa pengangkut glukosa yaitu glucose transporter 2
(GLUT-2). Dalam keadaan fisiologis, transportasi transmembran
dilakukan oleh GLUT-2 yang berfungsi sebagai pembawa glukosa
dengan akses masuk ke dalam sel yang tak terbatas. Glukosa akan
mengalami proses forforilasi dan oksidatif oleh aktivasi glukokinase
(mengubah glukosa menjadi glukosa-6 fosfat) dengan membebaskan
molekul fosfat sehingga rasio ATP/ADP berubah, kemudian terjadi
depolarisasi membran (Banjarnahor, 2012).
4. Mekanisme Seluler Hormon Insulin
Mekanisme kerja dari insulin adalah memindahkan glukosa darah
masuk ke dalam sel melalui membran plasma. Glukosa tidak dapat
langsung menetrasi sel atau masuk ke dalam sel sehingga memerlukan
transporter untuk glukosa, kecuali untuk jaringan yang memerlukan
secara kontiniu asupan glukosa seperti otak, hati, sel darah merah
danputih, serta bagian sel-sel lain.
Glukagon sebagai hormon antagonis dari insulin berfungsi dalam
kontrol gukosa. Terutama pada proses glikogenolisis dan
glukoneogenesis, menurunkan sintesa glikogen, lipolitik dan
kategenik pada jaringan hati. Half life dari glukagon adalah 5-10
menit. Glukagon akan didegradasi oleh berbagai jaringan tetapi yang
utama adalah oleh hati. Karena glukagon disekresi ke dalam vena
porta dan mencapai hati sebelum masuk ke dalam sirkulasi perifer,
maka glukagon sulit ditemukan pada perifer (Havis, 2012).

B. Hormon Testosteron
Testosteron merupakan hormon steroid yang dimetabolisme dari kolsterol
oleh aktivitas desmolase. Testosteron merupakan hormon seks yang
mamainkan peran penting pada fisiologi tubuh manusia. testosteron dan
metabolitnya meregulasi metabolisme energi, pertumbuhan otot, menghambat
adipogenesis, dan memodulasi fungsi reproduksi dan seksual pria (Decroli,
2017).
1. Proses Sintesis Hormon Testosteron
Hormon testosteron diproduksi oleh testis, dimana memiliki targen
organ yang luar berikut adalah proses sintesis hormon testosteron.
a. Hipotalamus mengirim perintah ke kelenjar pituitari dengan
bantuan Gonadrotopin releasing Hormon (GnRH).
b. Kelenjar pituitari melepaskan dua hormon, LH (Luteinizing
Hormon) dan FSH (Follicel Stimulating Hormon) menuju ke
testis.
c. LH (Lutinizing Hormon) menuju ke sel leydig pada testis.
Keberadaan LH pada testis memungkinkan masuknya
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein).
d. LDL kemudian disintesis menjadi hormon testosteron.
Gambar 3. Sintesis Hormon Testosteron

2. Proses Sekresi Hormon Testosteron


Hormon testosteron di sekresikan oleh kelenjar hiposfisa. Untuk
mempertahankan testosteron pada tingkat yang tepat maka kecepatan
produksi harus seimbang dengan metabolisme dan sekresi. Sekresi
testosteron berada di bawah kontrol LH. LH merangsang sel Leydig
melalui peningkatan pembentukan siklik adenosin monofosfaat
(cAMP). Siklik AMP meningkatkan pembentukan kolesterol dan
ester-ester kolestril dan perubahan kolesterol menjadi pregnenolon
melalui pengaktifan protein kinase A. kecepatan sekresi testosteron 4-
9 mg/hari (13,9 – 31,2 nmol/hari) pada pria deasa normal.
3. Mekanisme Seluler Hormon Testosteron
Hormon testosteron memiliki dua fungsi utama di dalam tubuh,
yaitu memberikan efek androgenik yakni membentuk dan
mempertahankan karakteristik seksual pria serta efek anabilok yakni
merangsang pertumbuhan tulang serta otot.

C. Hormon FSH (Follicel Stimulating Hormone) dan LH (Lutheinizing


Hormone)
FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan akibat dari rangsangan
oleh GnRH. Hormon FSH dan LH berpengaruh pada sistem reproduksi
wanita maupun pria. Hormon FSH bertanggung jawab untuk mengatur
produksi sel telur pada wanita dan sperma pada pria. Sedangkan untuk
hormon LH bekerja sama dengan FSH agar siklus menstruasi tetap normal
dan menjaga fungsi testis selama masa reproduksi (Adlina, 2022).
1. Proses Sintesis dan Sekresi Hormon FSH dan LH
Hipotalamus megeluarkan GnRH dengan proses sekresinya setiap
90-120 menit melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah
sampai di hipofisa anterior, GnRH akan mengikat sel gonadotropin
dan merangsang pengeluaran FSH (Follicel Stimulating Hormon) dan
LH (Lutheinizing Hormon) (Anwar, 2005).
Sekresi LH dan FSH dikontrol oleh GnRH yang merupakan pusat
kontrol untuk basal gonadotropin. Proses sekresi basal gonadotropin
dipengaruhi oleh beberapa macam proses
a. Episode sekresi (Episodic secretadon)
Pada pria dan wanita, proses sekresi LH dan FSH bersifat
periodik, dimana terjadinya secara bertaham dan
pengeluarannya dikontrol oleh GnRH.
b. Umpan balik positif (Positive feedback)
Pada wanita selama siklus menstruasi estrogen memberikan
umpan balik positif pada kadar GnRH untuk mensekresi LH
dan FSH serta peningkatan kadar estrogen selama fase
folikular merupakan stimulus dari LH dan FSH setelah
pertengahan siklus, sehingga ovum menjadi matang dan terjadi
ovulasi.
c. Umpan balik negatif (Negative feedback)
Proses umpan balik ini memberi dampat pada sekresi
gonadotropin. Pada wanita terjadinya kegagalan pembentukan
gonad primer dan proses menopouse disebabkan karena
peningkatan kada LH dan FSH yang dapat ditekan oleh terapi
estrogen dalam jangka waktu yang lama.
Gambar 4. Umpan Balik Hormon FSH dan LH

2. Mekanisme Seluler Hormon FSH dan LH


FSH dan LH memegang peranan penting dalam mengatur fungsi
testis. FSH terikat pada sel sertoli, peristiwa ini mengakibatkan
aktivasi enzim adenil siklase dan meningkatkan produksi siklik AMP
(cAMP) dari ATP. Kemudian cAMP merangsang protein kinase dan
proses fosporilasi protein pengikat androgen (ABP). LH merangsang
steroidogenesis dan produksi testosteron melalui pengikatan dengan
reseptor pada membran plasma sel leydig dan pengaktifan enzim
adenil siklase sehingga meningkatkatkan cAMP intrasel (Granner,
1990). GnRH merangsang kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan
homon gonadotropin FSH dan LH yang akan mempengaruhi testis
untuk berfungsi. FSH menstimulasi pertumbuhan sel-sel germinatif
dari tubulus seminiferus dan mendorong terjadinya proses
spematogenesis secara sempurna. FSH akan merangsang sel-sel sertoli
untuk menghasilkan inhibin. LH menstimulasi aktivitas dan
pertumbuhan set-sel Leydig dalam jaringan interstitial untuk
menghasilkan hormon testosteron (Husni, 2015).

D. Hormon Glukagon
Glukagon adalah salah satu hormon yang digunakan untuk mengatasi
kadar gula darah yang sangat rendah atau dapat dikatakan untuk
meningkatkan kadar gula yang sangat rendah
1. Proses Sintesis Hormon Glukagon
Dalam proses sintesis hormon glukagon, disebut dengan limited
proteolyse yang artinya molekul glukagon berasal dari prohormon.
Glukagon disintesis dari molekul prekursor proglukagon yang
berukuran jauh lebih besar. Proglukogen adalah protein yang terpecah
dari preproglukagon melalui GCG. Proglukagon adalah prekursor dari
glukagn dan terdiri dari beberaapa komponen lain yaitu pada sel alfa
pankreas dan sel L pada usus (besar dan kecil). Pembelahan
proglukagon menghasilkan glicentin, glicentin-related pancreatic
polypeptide (GRPP), oxytomodulin (OXY atau OXM), glukagon,
GLP-1, GLP-2. Kadar glukosa darah yang menurun merupakan
komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel alfa dalam
memproduksi insulin.
2. Proses Sekresi Hormon Glukagon
Stimulus dari sekresi glukagon adalah kondisi hipoglikemia atau
juka konsentrasi gula dalam darah turun. Inhibitor atau yang
menghambat sekresi glukagon adalah kondisi hiperglikemia atau jika
konsentrasi darah naik. Faktor lain yang mempengaruhi sekresi
glukaagon antara lain asam amino, asam lemak, serta keton, hormon
traktus gastrointestinal dan neurontransmiter.

Gambar 5. Sekresi Glukagon


3. Mekanisme Seluler Hormon Glukagon
Glukagon merangsang glikolisis dan lipolisis. Kenaikan kadar
cAMP (ciklik adenosine monofosfat) merangsang konversi asam
amino menjadi glukosa dengan menginduksi sejumlah enzim yang
terlibat dalam lintasan glukoneogenik. Kenaikan kadar cAMP sel
adiposa mengaktifkan enzim lipase yang sesnsitif terhadap hormon
tersebut.

E. Hormon Melatonin
Melatonin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar kecil yang
ada di otak. Fungsi utama dari hormon ini adalah membantu mengatur dan
memberi sinyal, kapan waktu untuk tidur dan waktu untuk terjaga.
1. Proses Sintesis Hormon Melatonin
Hormon Melatonin (N-asetil-5-metoksitriptamin) merupakan
hormon indolamin yang disintesis dari asam amino L-triptofan
terutama di kelenjar pineal. Selain pada kelenjar pinel, terdapat pula
kelanjar ekxtra pineal yang terdiri dari gastrointestinal dan limfosit.
Kelenjar pineal dibentuk oleh 2 tipe sel utama yaitu pinealosit dan
neuroglial. Kelenjar pineal terletak pada sistem saraf pusat (SSP) dan
pada belakang ventrikel III.
Sintesis melatonin dimulai dari konversi tritofan menjadi 5-
hidroksitriptofan dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase,
selanjutnya 5-hidroksitriptofan akan di dekarboksilasi menjadi
serotonin oleh enzim 5-hidroksitriptofan dekarboksilase. Melatonin
akan di sintesis dar serotonin dengan bantuan 2 enzim yaitu
arilalkilamin N-asetiltransferse yang akan merubah serotonin menjadi
N-asetil serotonin, dan hidroksiindol-O-metiltransferese yang akan
merubah N-asetil serotonin (AA-NAT) menjadi N-asetil-5-hidroksi
triptamin (melatonin).
Gambar 5. Sintesis Melatonin

2. Mekanisme Kerja Hormon Melatonin


Reseptor melatonin merupakan reseptor terikat membran plasma.
Reseptor yang sudah diketahui adalah ML1 dan ML2. ML1
merupakan reseptor dengan afinitas tinggi di banding ML2. ML1 bisa
mengikat melatonin dengan konsentrasi beberapa pikomolar dan ML2
baru sensitif dengan konsentrasi melatonin beberapa nanomolar.
Reseptor ML1 dan ML2 termasuk superfamili guanosine triphospat
binding protein (G protein coupled receptor). Komplek melatonin-
reseptor ML1 akan menginhibisi aktivitas adenilat siklase pada sel
target. Reseptor ini terlibat dalam regulasi fungsi retina, ritme
sirkadian, dan reproduksi. Dengan pemeriksaan PCR dari klon
mamalia dan juga manusia, ditemukan bahwa reseptor ML1 memiliki
2 sub tipe yaitu Mel1a dan Mel1b. Reseptor Mel1a diekspresikan pada
hipofisis pars tuberalis dan nukleus suprachiasmaticus (tempat
regulasi reproduksi dan ritme sirkadian). Reseptor Mel1b
diekspesikan terutama di retina. Kompleks melatonin dan reseptor
ML2 akan menstimulasi hidrolisis fosfoinositol. Tetapi distribusinya
belum diketahui.
Efek intraseluler melatonin adalah melalui interaksi dengan
kalmodulin+kalsium yang akan mengaktivasi berbagai enzim seperti
fosfodiester dan adenilat siklase. Melatonin juga diketahui merupakan
ligan bagi orphan receptors (α dan β) yang merupakan famili dari
reseptor nuclear retinoid Z. Reseptor ini berperan dalam transduksi
sinyal dalam nukleus sel target.

Gambar 6. Mekanisme Melatonin


DAFAR PUSTAKA

Adlina, Atifa. 2022. Memahami Fungsi Hormon FSH dan LH pada Sistem
Reproduksi. https://hellosehat.com/kehamilan/kesuburan/fungsi-hormon-
fsh-dan-lh/ (diakses pada 28 Maret 2023).
Anwar, Rusana. 2005. Sintesis, Fungsi, dan Interpretasi Pemeriksaan Hormon
Reproduksi. Bandung.
Banjarnahor, Eka., Wangko, Sunny.2012. Sel Beta Pankeas Sintesis dan Sekresi
Insulin.Jurnal Biomedik, Vol. 4 No. 3 Hal. 156-162
Decroli, E. 2017. Testosteron And The Benefit For Mens’s Health
Havis, M. 2012. Insulin Shock dan Hubungannya Ddengan Metabolisme Tubuh.
Jurnal Saintek Vol. IV No. 02 Hal. 185-191
Husni, Eervi. 2015. Efek Zat Aktif Ekstrak Daun Jambu Terhdap Kadar Follicel
Stimulating Hormone pada Tikus Putih Jantan. Ponorogo : Forikes
Kemdikbud. 2016. Proses Pembentukan Hormon Testosteron. https://m-
edukasi.kemdikbud.go.id (diakses pada 28 Maret 2023).
Sandra, Yurika. 2011. Melatonin Kanker Payudara. Majalah Kesehatan Pharma
Medika Vo. 2 No. 2

Anda mungkin juga menyukai