Anda di halaman 1dari 7

1 TINJAUAN PUSTAKA

Koro Benguk (Mucuna pruriens)

Tanaman koro benguk (Mucuna pruriens (L.) DC.) berasal dari Asia Selatan Koro benguk
tergolong tanaman merambat dengan panjang dapai mencapai 10 m. Daun trifoliate dengan daun
terminal berbentuk bulat telur (ovate) atau belah ketupat (rhombic). . Koro benguk (Mucuna
pruriens) belum begitu dikenal secara luas meskipun sudah dimanfaatkan oleh sebagian
penduduk di pulau Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Barat. Warna bijinya abu-abu, hitam,
coklat atau berbercak-bercak. Tanaman ini cukup potensial untuk dikembangkan karena selain
dapat memperbaiki struktur tanah serta meningkatkan pendapatan rakyat juga dapat digunakan
sebagai pupuk hijau karena termasuk leguminosa (Anonim, 1977 dalam Meta Mahendradatta,
19901).

tumbuh subur pada tanah geluh pasiran (sandy loam) hingga geluh lempungan dengan pH
4.5-7.7. Hasil optimal dicapai antara pH 5.0-6.5. Koro benguk tumbuh dengan baik curah hujan
380-3150 mm per tahun. Umumnya tanaman korok benguk ini sensitif pada suhu rendah dan
memerlukan keadaan bebas suhu rendah pada periode pembungaan hingga pengisian biji. Selama
pertumbuhan dibutuhkan suhu 20-30 oC (Duke 1981). Produktivitas koro benguk cukup tinggi
mencapai 1.00-2.00 ton per hektar. Daerah penghasil koro benguk berpusat di Jawa, terutama
yang memiliki daerah pertanian kering seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Koro
benguk juga ditemukan di Sumatera khususnya di lahan-lahan perkebunan. Tanaman koro
benguk digunakan sebagai tanaman penutup tanah (LCC) yang berguna untuk rehabilitasi lahan.
Namun sayangnya, bagian biji koro benguk belum dimanfaatkan secara khusus sebagai bahan
pangan yang bernilai tambah.
Pada umumnya biji mentah koro benguk mempunyai kadar protein yang berkisar antara
23%-32% (Indrawati Gandjar, 1977 dalam Bambang Kuswijayanto, 1990). Sedangkan Indrawati
Gandjar dan Dewi Slamet (1977) dalam Bambang Kuswijayanto (1990), mendapatkan kadar
protein 27%-30% (berat kering) dari biji-biji koro benguk pasar. Kandungan protein koro benguk
adalah 24 gram/100 gram bahan (Anonim, 1981 dalam Meta Mahendradatta, 19902) dan cukup
potensial sebagai sumber protein. Biji koro benguk (Mucuna Pruriens) mengandung asam sianida
yang bersifat racun sebesar 0,01%. Namun, pengaruh sianida tersebut bisa dibuang dengan
sangat sederhana. Salah satunya, dengan merendam biji benguk ke dalam air bersih selama 24-28
jam (tiap 6-8 jam airnya diganti) sudah menjamin hilangnya zat racun (Kasmidjo R. B., 19903).
Tanaman koro benguk sangat bermanfaat karena bijinya dapat digunakan sebagai bahan
pangan sumber protein. Biji koro benguk memiliki kandungan protein berkisar antara 20.2-
29,3%, lemak 6.3-7.4%, serat 8.7-10.5%, dan karbohidrat 49.9-61.2% (Vadivel & Janardhanan
20004). Koro benguk juga dapat dijadikan pangan fungsional dan obat. Koro benguk dilaporkan

1
Meta Mahendradatta. 1990. Aktivitas Fitase Selama Proses Pembuatan Tempe Kara Benguk, Gude, dan
Kara Putih Menggunakan Inokulum Tradisional (Usar). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.
2
Ibid
3
Kasmidjo, R. B. 1990. Tempe : Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta
4
Vadivel, V. and Janardhanan, K. 2000. Nutritional and anti-nutritional composition of velvet bean: A lesser-
known food legume in South India. Inter. J. Food Sci. Nutr. 51: 279 – 287.
mampu menghentikan pendarahan dari luka kecil; mengurangi gejala tremor pada Parkinson;
meningkatkan fertilitas pada pria; sebagai pengganti Viagra, digunakan oleh ahli farmasi dari
Rumah Sakit Chao Phya Abhaibhubejhr di Prachinburi Thailand; sebagai bahan industri farmasi
di Amerika Serikat contohnya merk kapsul ekstrak koro benguk yang paling popoler di AS,
yakni Dopa Bean yang dipasarkan oleh Solaray, Mucuna oleh Physician Formulas, Inc, dan L-
Dopa oleh Unique Nutrition (Lampariello et al. 20125; Litbang Pangan 2013). Kandungan L-
Dopa berkisar antara 3,1 - 6,7%. Biji koro benguk juga dilaporkan menghasilkan dopamin,
nikotin, fisostigmin dan serotonin (Duke 1981).

Koro Pedang (Canavalia ensiformis)

Koro pedang (Canavalia ensiformis) secara luas ditanam di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, terutama di India, Sri Lanka, Myanmar dan Indo China. Koro pedang kini telah
tersebar di seluruh daerah tropis dan telah ternaturalisasi di beberapa daerah di Indonesia.
Tanaman koro pedang telah lama dikenal di Indonesia, namun kompetisi antar jenis
tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam skala luas. Secara
tradisional, tanaman koro pedang digunakan untuk pupuk hijau, polong muda, digunakan untuk
sayur (dimasak seperti irisan kacang buncis). Biji koro pedang tidak dapat dimakan secara
langsung sakit dada dan di Madura koro biji merah digunakan untuk obat dengan nama ”Bedus”
(Anonima, 20096).
karena akan menimbulkan rasa pusing. Biji koro merah digunakan untuk obat
Secara botani tanaman kacang koro pedang dibagi dua tipe, yakni tipe tegak berbiji putih
dengan nama Jackbean (Canavalia ensiformis L.) dan tipe menjalar berbiji merah yang disebut
Canavalia gladiata L. (Sena et al. 2005)7. Koro pedang merupakan hijauan yang dapat tumbuh
mencapai 3-10 m, bentuk tanaman menyerupai perdu lebat dan bercabang pendek, daun berupa
trifoliat, pada daun memiliki sedikit bulu pada bagian tepi, memiliki bunga berwarna putih, buah
polong berbentuk lonjong yang berisi 8-16 biji dengan bentuk lonjong berwarna putih. Biji koro
pedang putih umumnya dipanen usia 4-6 bulan. Penanaman koro pedang dilakukan
menggunakan benih, benih ditanam dengan cara tugal sedalam 10-15 cm atau disebar (Ditjen
Tanaman Pangan 2012)8.
Bentuk tanaman koro pedang tegak biji putih Canavalia ensiformis (Jackbean) menyerupai
perdu, batangnya bercabang pendek dan lebat dengan jarak percabangan pendek dan perakaran
termasuk akar tunggang. Bentuk daun trifoliat dengan panjang tangkai daun 7-10 cm, lebar daun
sekitar 10 cm, tinggi tanaman dapat mencapai 1 meter. Bunga berwarna kuning, tumbuh pada
ketiak/buku cabang. Bunga termasuk bunga majemuk dan berbunga mulai umur 2 bulan hingga
umur 3 bulan. Polong dalam satu tangkai berkisar 1-3 polong tetapi umumnya 1 polong/tangkai.
Panjang polong 30 cm dan lebar 3,5 cm, polong muda berwarna hijau dan polong tua berwarna

5
20170715001452_13_ankita (baca)
6
Anonima. 2009. Kelayakan dan Teknologi Budidaya Koro Pedang (Canavalia Sp.) Balai Penelitian
Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. http://www.puslittan.bogor.net/downloads/Budidayakacangkoro.pd
f
7
Baca dokumen SSetTSAS
8
PedomanTeknis_Pen_gelol_aa_n_Produksi_Ka
kuning jerami. Biji berwarna putih dan tanaman koro dapat dipanen pada 9-12 bulan, namun
terdapat varietas berumur genjah umur 4-6 bulan (Anonima, 20099).
Puslitbangtan (2007)10 melaporkan bahwa tanaman koro pedang mampu tumbuh pada
lahan suboptimum di antaranya: mampu tumbuh hingga 2000 meter dpl; kisaran suhu luas 20-32
ºC di daerah tropik dan 14-27 oC di lahan tadah hujan, tumbuh baik pada tempat dengan curah
hujan tinggi 4200 mm/tahun maupun tempat yang kering karena perakarannya dalam.
Pertumbuhan tanaman koro pedang optimum bila mendapat sinar matahari penuh, tetapi pada
tempat ternaungi masih mampu menghasilkan biji. Tanaman ini dapat tumbuh pada tekstur dan
kesuburan tanah dengan kisaran luas.
Biji koro pedang mengandung protein cukup tinggi, yaitu sekitar 21,7% dari biji kering
(Subagio, dkk., 2002 dalam Achmad Subagio, dkk., 200311). Sedangkan menurut Anonima
(2009), kandungan protein biji koro pedang dan biji kacang-kacangan lain berturut-turut adalah
koro pedang biji putih (27,4%), koro pedang biji merah (32%), kedelai (35%) dan kacang tanah
(23,1%).
Kacang koro pedang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang hampir
menyerupai kedelai serta kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan kandungan
lemak kedelai (Duke 1992)12. Perbandingan kandungan gizi biji koro dengan kedelai dapat
dilihat pada Tabel 1. Kandungan protein yang tinggi ini menyebabkan kacang koro berpotensi
sebagai alternatif pengganti kedelai. Koro pedang juga dapat menghasilkan biomassa untuk
pupuk hijau atau pakan (Gustiningsih dan Andrayani 2011)13.

Tabel 1. Kandungan nutrisi pada kacang koro pedang putih dan kedelai
Koro pedang Kedelai
Analisis Nutrisi (Canavalia ensiformis) (Glycine max)
(100 gr-1 biji kering) (100 gr-1 biji kering)
Kalori (kkal) 389 444
Protein (%) 27.4 39
Lemak (%) 2.9 19.6
Karbohidrat (%) 66.1 35.5
Sumber : Duke 1992

Doss et al. (2011)14 melaporkan bahwa koro pedang mengandung senyawa fenolik dan
flavonoid dimana keduanya memiliki aktifitas anti oksidan sebagai penangkal radikal bebas yang
sangat efektif. Namun Gustiningsih dan Andrayani (2011) menambahkan bahwa kacang koro

9
Ibid
10
[Puslitbangtan] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2007. Kelayakan dan Teknologi
Budi daya Koro Pedang (Canavalia sp.) [internet]. [diunduh 2014 September 07]. Tersedia pada
http://www.puslittan.bogor.net.
http://pangan.litbang.pertanian.go.id/berita-725-kacang-potensial-pengganti-kedelai-koro-pedang.html
11
Achmad Subagio, Wiwik Siti Windrati dan Yuli Witono. 2003. Pengaruh Penambahan Isolat Protein Koro
Pedang (Canavalia Ensiformis L.) Terhadap Karakteristik Cake. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XIV,
No. 2 Th. 2003 hal. 136-143. http://katalog.ipb.ac.id/jurnale/files/achmad_subagio-pengaruh.pdf
12
Duke JA. 1992. Handbook of Biological Active Phytochemicals and Their Activity. America (US): CRC
Press. (Bulkunya gak ketemu atau harus dibeli)
13
Gustiningsih D, Andrayani D. 2011. Potensi Koro Pedang (Canavalia ensiformis) dan Saga Pohon
(Adhenanthera povonina) sebagai Alternatif Substitusi Bahan Baku Tempe. [Internet]. [diunduh 18 Maret 2016].
Bogor (ID). Tersedia pada www.http://repository.ipb.ac.id.
14
(15)IFRJ-2010-260
pedang juga mengandung senyawa beracun berupa Concanavalia A dan B menghasilkan residu
berupa HCN (asam sianida) yang bersifat toksik bagi tubuh jika kadarnya melebihi 45-50 ppm.
Laurent (2008)15 telah melaporkan sebelumnya bahwa metabolit pada kacang koro pedang
seperti lektin Concanavalin A dapat hancur dengan pemanasan atau pemanggangan, sedangkan
asam sianida harus dikurangi konsentrasinya dengan berbagai perlakuan seperti perendaman,
pemasakan, atau fermentasi agar sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius
Commission of FAO/WHO 16(1991) yakni 10 mg HCN/kg produk.
Biji koro pedang putih (Canavalia ensiformis) mengandung zat toksik, yaitu kholin, asam
hidrozianine dan trogonelin. Pada biji koro ini juga mengandung tripsin dan cymotrypcine
inhibitors. Koro pedang biji merah (Canavalia gladiata) memiliki kandungan protein dan garam
yang cukup tinggi, asam hidrosianik dan saponin. Karena biji koro mengandung racun maka
perlu cara masak khusus untuk menetralkan racun sebelum dikonsumsi (Anonima, 200917).
Perebusan dalam air seharusnya dilakukan untuk menghilangkan beberapa senyawa beracun
dalam koro tersebut (Stephens, 199418).

Kacang Komak (Lablab )

Kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) termasuk ordo leguminoseae dan sub kelas
dikotiledon. Kacang komak diduga berasal dari India, Asia Tenggara, dan Afrika. Kacang komak
diyakini dapat membantu dalam usaha mengatasi kekurangan protein, karena kacang komak
mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, berupa protein, lemak, zat-zat gizi lainnya dan
komposisi asam amino yang baik. Kadar protein kacang komak sebesar 21,5% dengan susunan
asam amino yang mendekati pola protein kedelai (Martoyuwono 198419).
Nilai gizi kacang komak menempati urutan ketiga setelah kacang tanah dan kedelai.
Kandungan lemak dan serat biji kacang komak terendah di antara kacang-kacangan yang banyak
ditanam di Indonesia. Hal tersebut membuat kacang komak berpotensi menggantikan sebagian
atau seluruh bahan baku pangan, misalnya kedelai. Tempe, tauco, kecap, tepung komposit,
makanan bayi, dan konsentrat protein adalah produk yang dapat dihasilkan dari kacang komak
(Utomo et al. 199120). Tabel 1 menunjukkan perbedaan komposisi kacang komak dan kacang
kedelai.
Tabel 1. Komposisi Kimia Kacang Komak Dibandingkan Kacang Kedelai (per 100 g Berat
Basah)
Komponen Kacang komak (g) Kacang kedelai (g)
Air 12,1 12,7
Energi (kal) 334,0 381,0

15
out
16
FAO/WHO. 1991. Joint FAO/WHO food standards programme, Codex Alimentarius Commission XII,
Supplement 4. Rome, Italy.
17
Anonima. 2009. Kelayakan dan Teknologi Budidaya Koro Pedang (Canavalia Sp.) Balai Penelitian
Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. http://www.puslittan.bogor.net/downloads/Budidayakacangkoro.pd
f
18
baca mv02000
19
Martoyuwono T. 1984. The utilization of lablab bean for human food [Thesis]. Kensington: Univ of New
South Wales.
20
Utomo JS, Astanto K, Tri W. 1999. Nilai Gizi dan Prospek Pengembangan Kacang Komak di Lahan
Kering Beriklim Kering. Makalah Balittan Malang No. 91-13/SM-46. Di dalam: Risalah Hasil Penelitian Tanaman
Pangan Tahun 1991. hlm 339-345.
Protein 21,5 40,0
Lemak 1,2 16,7
Karbohidrat 61,4 24,9
Serat 6,9 3,2
Abu 3,8 5,3
Sumber : Kay (197921)
Kacang komak kering umumnya mengandung protein sebesar 21-29 g per 100 g (Tabel 1).
Komposisi asam amino esensial kacang komak bila dibandingkan dengan pola FAO/WHO kaya
asam amino lisin dan defisiensi asam amino metionin dan sistin, seperti kebanyakan tanaman
leguminosae. Protein utama kacang komak adalah globulin, yaitu dolichosin (Kay 1979; Duke
198322).

Pemuliaan Tanaman Kacang-kacangan

Pemuliaan tanaman memiliki tujuan untuk memperbaiki karakter suatu tanaman agar
sesuai dengan keinginan pemulia atau kebutuhan manusia. Pemuliaan tanaman merupakakn
kegiatan perbaikan dan peningkatan potensi genetik tanaman sehingga diperoleh varietas baru
dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Tanaman kacang-kacangan umunya termasuk ke
dalam tanaman menyerbuk sendiri dengan peluang untuk menyerbuk silang yang sangat kecil,
yakni hanya 1% () serta persarian terjadi sebelum bunga mekar (kleistogami). Sifat menyerbuk
inilah yang menentukan metode pemuliaan yang akan dilaksanakan.
Idiotipe dalam pemuliaan kacang tunggak antara lain 1) Peningkatan potensi hasil. Daya
hasil merupakan sifat kuantitatif dan bersifat poligenik, sehingga perbaikan daya hasil
memerlukan waktu yang lama dan peubah daya hasil yang dikehendaki dapat berupa biji ataupun
penghasil hijauan. 2) Perbaikan dalam arsitektur tanaman. Tujuan dari perbaikan sifat arsitektur
tanaman kacang tunggak yang dikehendaki adalah bentuk percabangan yang tegak, tahan rebah
dan keserempakan panen. 3) Perbaikan dalam resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman.
Sasaran dalam resistensi biotik adalah ketahanan dalam. 4) Perbaikan terhadap kemampuan
mengatasi cekaman lingkungan, seperti toleransi terhadap genangan, toleransi kekeringan,
toleransi terhadap lahan masam dan toleransi lahan dengan tingkat salinitas yang tinggi. 5)
Peningkatan kualitas biji. Tujuan dari perbaikan sifat-sifat kualitas biji kacang tunggak dengan
melihat nilai gizi yang terkandung seperti kandungan protein, Fe maupun Zn dalam
pemanfaatannya sebagai pangan fungsional ()
Proses pemuliaan tanaman diawali dengan 1) eksplorasi dan introduksi plasma nutfah, 2)
seleksi dan koleksi plasma nutfah, 3) pengembangan keragaman genetik, 4) seleksi setelah
pengembangan, 5) evaluasi dan pengujian serta 6) pelepasan varietas. Plasma nutfah merupakan
bahan dasar dalam merakit varietas unggul atau dapat dikatakan sebagai sumber daya genetik.
Semakin luas keragaman genetik plasma nutfah yang dimiliki maka peluang untuk mendapatkan
varietas unggul yang diinginkan semakin besar pula. Eksplorasi plasma nutfah merupakan
kegiatan mencari mengumpulkan, dan meneliti serta dilakukan karakterisasi awal untuk
membuat data paspor berkaitan sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis atau karakter penciri
utama dari aksesi tersebut (Kurniawan et al. 2004).

Penanda Morfologi dan Molekuler

21
Kay ED. 1979. Food Legumes. London: Tropical Products Institute.
22
Duke JA. 1983. Handbook of Legumes of World Economic Importance. New York: Plenum Press.
Pengetahuan tentang keragaman genetik dan kekerabatan antaraksesi atau genotipe sangat
berguna dalam memahami variabilitas genetik yang tersedia dan berpotensi untuk digunakan
dalam program pemuliaan tanaman. Kegunaan lainnya adalah mengidentifikasi kelompok
dengan latar belakang genetik yang sama untuk memilih genotipe yang menjadi prioritas dalam
konservasi (Thormann et al. 1994). Keragaman genetik dan hubungan kekerabatan dapat
terungkap melalui kegiatan karakterisasi dan evaluasi terhadap plasma nutfah sehingga
diperlukan dasar atau penanda yang dapat dijadikan ciri pembeda antar aksesi. Penanda terbagi
menjadi penanda morfologi, sitologi, biokimia dan molekuler.

Penanda Morfologi
Penanda morfologi merupakan penanda awal yang dapat digunakan untuk mengukur
besarnya keragaman dalam pengelolaan plasma nutfah melalui pengamatan secara langsung
terhadap fenotipe tanaman yang tidak memerlukan prosedur yang rumit, akan tetapi memiliki
kerentanan terhadap pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi estimasi variasi genetik
(Muthusamy et al. 2008). International Board for Plant Genetic Resources menerbitkan
descriptor for cowpea sebagai panduan dalam mengkarakterisasi plasma nutfah baru kacang
tunggak.
Keragaman morfologi yang tinggi, baik pada populasi intraspesifik dan interspesifik
merupakan salah satu keunggulan yang memungkinkan untuk dibuat varietas-varietas baru.
Upaya dalam mendapatkan varietas baru dapat melalui persilangan antar tetua yang mempunyai
karakter-karakter tertentu, baik persilangan intraspesifik, interspesifik maupun intergenerik
sehingga diperlukan informasi kedekatan dalam hubungan kekerabatan untuk menunjang
keberhasilan persilangan. Hubungan kekerabatan dapat diukur berdasarkan kesamaan sejumlah
karakter dengan asumsi bahwa perbedaan karakter disebabkan oleh adanya perbedaan susunan
genetik. Hubungan kekerabatan juga dapat dipelajari dengan menggunakan penanda morfologi.
Pada kacang tunggak dan kerabat dekatnya, karakter morfologi tipe pertumbuhan, daun, bunga,
polong, biji, ketahanan terhadap hama dan penyakit, ketahanan terhadap cekaman abiotik
merupakan karakter yang dapat digunakan sebagai penanda untuk membedakan kelompok
tanaman.

Penanda Biokimia
Penanda biokimia sangat dipengaruhi oleh perkembangan tanaman. Komposisi nutrisi
pada bunga, daun, polong, biji muda dan biji tua tanaman sayuran kacang memiliki kandungan
yang berbeda-beda. Hasil analisis protein pada kacang tunggak dilaporkan bahwa kandungan
protein daun muda sebesar 33% (Okonya & Maass 2014) dan kandungan protein pada pada biji
tua berkisar 22,5 – 25,6% (Antova et al. 2014). Pada kacang kecipir, kandungan protein juga
berbeda-beda pada setiap bagian tanaman, dalam 100 g berat basah terkandung protein sebesar
2.80−5.60 g pada bunga; 5.00−7.60 g pada daun; 1.90−4.30 g pada polong muda; 4.60−10.70 g
pada biji muda; 29.80−39.00 g pada biji tua; dan 3.00−15.00 g pada umbi (Krisnawati 2010).
Keragaman pada kandungan vitamin dan antioksidan kacang tunggak juga beragam (Carvalho et
al. 2012; Ul-Haq et al. 2013) sehingga keragaman biokimia populasi intraspesies maupun
interspesies dapat digunakan untuk pengembangan varietas unggul baru dalam peningkatan
kualitas nutrisi.

Penanda Molekuler Inter Simple Sequence Repeats (ISSR)


Keterbatasan pada penanda morfologi dan biokimia dapat diatasi dengan pemanfaatan
penanda molekuler sehingga diperoleh data yang lebih akurat dalam menggambarkan keragaman
genetik tanaman guna mendukung program pemuliaan tanaman. ISSR merupakan penanda
molekuler berbasis PCR (polymerase chain reaction), yang dikenal juga dengan istilah random
amplified microsatellites (RAMs) (Ng & Tan 2015), mengamplifikasi daerah di antara dua
mikrosatelit. Teknik ini memanfaatkan daerah mikrosatelit yang berukuran 16-25 bp sebagai
primer tunggal yang terdiri dari pengulangan dinukleotida, trinukleotida, tetranukleotida atau
pentanukleotida. Primer ISSR terbagi menjadi dua jenis, yaitu (1) Un-anchored primer (primer
tak berjangkar), bersifat multipel produk sehingga jumlah pola pita yang dihasilkan dapat lebih
dari satu. (2) Anchored primer (primer berjangkar), yaitu primer dengan penambahan 1 atau 2
basa tidak berulang pada ujung ‘3 atau ujung ‘5 untuk memastikan target amplifikasi (Gambar 2)
(Reddy et al. 2001).

Gambar 2 Jenis primer ISSR (a) primer Unanchored (AG)n, (b) primer anchored dengan
penambahan 2 nukleotida (NN) di ujung 3’ (5’(AG)nNN3).

Anda mungkin juga menyukai